Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan suatu negara. Jumlah kematian ibu di negara berkembang dan
tertinggal tergolong tinggi seperti yang terjadi di Afrika Sub Sahara dan Asia
Selatan. Penyebab utama kematian dari ibu ini adalah adanya perdarahan,
hipertensi, infeksi, partus lama serta penyebab tidak langsung lainnya, seperti
aborsi yang tidak aman, dan kondisi penyakit yang diderita ibu dan masalah
kematian maternal per 100.000 kelahiran hidup untuk periode 2014-2018 (BPS,
2019). Data dari The World Bank (2018), menunjukan AKI pada tahun 2016
hidup, tahun 2019 menurun menjadi 126/100.000 kelahiran hidup. Hal ini masih
menurut Dinkes Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017 yang dilakukan di
bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2016 sebesar 116,01/100.000 kelahiran
hidup, sehingga belum terjadi penurunan secara signifikan sesuai dengan target
2015).
ibu hamil terpenting untuk meminimalkan serta menurunkan tingkat AKI (Depkes
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan kepada ibu secara berkala selama masa
2005 & Kemenkes RI, 2010). Dengan adanya pemeriksaan ANC maka
perkembangan kondisi ibu hamil dapat dipantau dengan baik setiap saat dan
seperti rendahnya tingkat pengetahuan ibu dan frekuensi pemeriksaan ANC yang
tidak teratur, tingkat sosial ekonomi yang rendah kurangnya tingkat kesadaran dan
ketaatan ibu hamil dalam memeriksakan kandungannya, pengaruh status gizi ibu,
kesibukan dalam aktivitas, dukungan dari pihak keluarga dan suami yang kurang,
pelayanan maternal yang belum optimal, dan belum tersedianya tenaga kesehatan
akan memberikan pelayanan sebaik mungkin agar ibu hamil merasa puas atas
merasa puas atas pelayanan di suatu tempat, termasuk di Rumah Sakit seperti
lokasi Rumah Sakit yang mudah dijangkau, tarif yang kompetitif, kecepatan
Care (ANC).
Ditinjau dari sisi pelayanan, perawat akan melakukan upaya yang terbaik
atau seminar kesehatan tentang masalah Ante Natal Care (ANC). Upaya tersebut
diharapkan agar ibu yang melakukan kunjungan pemeriksaan Ante Natal Care
(ANC) menjadi puas atas pelayanan yang diberikan. Peran petugas kesehatan
adalah suatu kegiatan yang diharapkan dari seorang petugas kesehatan yang
kesehatan masyarakat. Seperti pada ibu hamil membutuhkan peran dari petugas
yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan klien. Rumah Sakit bisa memiliki
pelayanan yang lebih baik, misalnya dalam hal pemberian motivasi dari bidan,
Berdasarkan buku registrasi kunjungan sasaran ibu hamil dan nifas di RSUD Kota
Semarang dalam 6 bulan terakhir Januari - Juni 2018, tercatat sebanyak 1.267 ibu
hamil dengan rincian ibu hamil resiko tinggi 243 orang, kunjungan K1 451 orang,
K4 366 orang, KEK 66 orang, anemia 149 orang SF3 457 orang. Rata-rata
kunjungan tiap ibu hamil dalam pemeriksaan ANC adalah 4 kali. (Register RSUD
4(empat) orang ibu hamil mengenai persepsi atau penilaian terhadap pelayanan
yang diberikan, terdapat 4 orang ibu yang menyatakan puas dengan pelayanan
pemeriksaan ibu hamil. Dua orang ibu mengatakan bahwa walaupun jarak rumah
ke Rumah Sakit ini lumayan jauh tetapi tidak menjadi halangan untuk periksa di
RSUD Kota Semarang karena bidan-bidan disini semuanya ramah dalam hal
melayani semua ibu hamil yang ada. Dua orang ibu lagi menyatakan bahwa di
RSUD Kota Semarang tidak ada biaya pemeriksaan ibu hamil dibandingkan
dengan pelayanan kesehatan yang lain, misalnya di dokter praktek atau swasta.
B. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat Penelitian
a. Bagi Masyarakat
pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) yang dianggap baik dalam hal
pelayanan.
b. Bagi Peneliti
TINJAUAN TEORI
Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan oleh ibu hamil secara
berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi. Pelayanan ini meliputi
kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak dirinya
hamil untuk menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas
2. Tujuan
Secara umum antenatal care bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil dapat
melalui masa kehamilan, persalinan, dan nifas dengan baik dan selamat serta
menghasilkan bayi yang sehat. Secara rinci tujuan antenatal care adalah:
sosial ibu.
3. Mengenali dan mengurangi sedini mungkin adanya
pembedahan.
3. Manfaat
a. Trimester I dan II
3. Pemeriksaan ultrasonagrafi
b. Trimester III
4. Pemeriksaan ultrasonografi
5. Imunisasi tetanus II
7. Rencana pengobatan
Pengukuran tinggi badan cukup satu kali waktu kunjungan pertama. Bila
tinggi badan < 145 cm, maka factor resiko panggul sempit, kemungkinan
Badan setiap kali periksa. Sejak bulan ke-4 pertambahan berat badan
Tekanan darah normal 120/80 mmhg. Bila tekanan darah lebih besar atau
sama dengan 140/90 mmhg ada factor resiko hipertensi (Tekanan darah
Bila < kurang dari 23,5 cm menunjukan ibu hamil menunjukan ibu hamil
Kurang Energi Kronis ((ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan bayi
Janin.
Apabila Trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala belum
masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada masalah lain.
Bila denyut jantung kurang dari 120 kali/menit menujukan ada tanda
sesuai anjuran petugas kesehatan untuk mencegah Tetanus pada Ibu dan
Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah setiap hari
minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah diminum pada malam hari
h. Tes Laboratorium
bila diperlukan
darah (Anemia).
Penjelasan ini diberikan secara bertahap pada saat kunjungan hamil (Buku
KIA 2016)
care hanya diberikan oleh tenaga kesehatan dan bukan dukun bayi (Ika dan
Saryono, 2010).
pemeriksaan yang dipakai yaitu tes untuk mendeteksi keberadaan HCG. Human
dalam darah enam hari setelah konsepsi atau sekitar 20 hari sejak periode
2005).
atau
intensif.
persalinan.
Leopold I:
Leopold II
pada kedua sisi abdomen. Letakkan tangan pada satu sisi dan
dan resisten.
Leopold III:
daerah pelvik.
Leopold IV
a. Hari +7, Bulan -3,Tahun +1 àjika bulan HPHT bulan April s/d
Desember
b. Hari +7, Bulan +9,Tahun Tetap àjika bulan HPHT bulan Januari s/d
Maret
Tujuan :
2. Pada ibu yang pernah melahirkan bila ada kelainan pada persalinan
yang lalu.
3. Ibu yang akan bersalin bila sebelumnya belum pernah memeriksakan
10-20 cm).
5. Lingkar panggul : jarak dari pinggir atas simpisis melalui spina illiaca
8. Cakupan ANC
kerja yang terdiri dari cakupan K1 dan cakupan K4. Cakupan K1 adalah cakupan
ibu hamil yang pertama kali mendapatkan pelayanan antenatal oleh tenaga
kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan K4 adalah
cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan
standar, paling sedikit empat kali di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
1. Pengertian
terjadinya pertemuan dan persenyawaan antara sperma dan ovum sehingga akan
terbentuk zigot yang pada akhirnya membentuk janin. Kehamilan terjadi pada
saat pertemuan ovum dan sperma hingga masa di mana janin siap lahir, dalam
preventif care untuk mencegah masalah yang kurang baik bagi ibu maupun janin
agar melalui persalinan dengan sejat dan aman, diperlukan kesiapan fisik dan
mental ibu sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan optimal, karena
(Winjosastro, 2002).
2. Fisiologi Kehamilan
Pelepasan ovum hanya terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari ke-14
pada siklus mentruasi 28 hari. Siklus menstruasi bervariasi pada setiap individu.
Bentuk sperma yang menyerupai kecebong dengan kepala yang lonjong dan
masuk melalui kanalis cervikalis dan kavum uteri kemudian berada dalam tuba
untuk menunggu kedatangan sel telur. Bila pada saat itu terjadi ovulasi, maka
menjadi dua dan seterusnya hingga seluruh ruangan ovum penuh dengan
disebut blastokist. Sementara itu bagian luar dinding telur timbul rumbai-
rumbai yang disebut villi yang akan berguna untuk menanamkan diri
pada lapisan dalam rahim, yang telah siap menerima dalam bentuk reaksi
decidua.
dapat menanamkan diri pada dinding rahim yang disebut nidasi atau implantasi.
a. Tanda-tanda pasti
1) mendengar bunyi jantung janin
ultrasographi
tanda pasti kehamilan baru dapat diketahui pada usia kehamilan di tas
2010).
b. Tanda-tanda mungkin
1) Tanda-tanda objektif
jika kita letakkan 2 jari dalam fornix posterior dan tangan satunya
pada dinding perut di atas symphyse pubis, maka isthmus ini tidak
(tanda hegar).
Ballottement
Pembesaran perut
Setelah bulan ke-3 rahim dapat diraba dari luar dan mulai
membesarkan perut.
Keluarnya colostrums
Hyperpigmentasi
Tanda-tanda chadwicks
2) Tanda-tanda subjektif
a) Adanya amenorrhoe
kandung kencing
2008).
4. Adaptasi Fisiologi
a. Perubahan fisiologis
1) Uterus
rahim yang semula lunak dapat menjadi keras dan kemudian lunak
2) Cervix
3) Vagina
4) Ovarium
mengisut.
5) Dinding perut
juga pada buah dada dan paha. Pada seorang primi gravida
6) Kulit
pengaruh hormonal.
8) Pertukaran zat
9) Darah
1) Hb 10 gr%
sumbunya berubah.
10) Gastrointestinal
11) Urinarius
walaupun mungkin ada juga factor tekanan pada ureter oleh rahim
yang membesar.
panggul.
12) Hormonal
natrium dan kalium dalam darah diatur oleh kortin. Bagian medula
medula.
mengambil alih
3) Estrogen
didambakan.
2013).
Keluhan pada masa hamil adalah suatu kondisi bersifat subyektif dimana
pada individu yang hamil terjadi proses adaptasi terhadap kehamilannya (Depkes
menyengat.
3) Pusing terutama bila akan bangun dari tidur, hal ini terjadi karena
dan vagina.
7) Perut membesar.
Pada masa ini keluhan yang bersifat subyektif sudah berakhir, sehingga
bila ada ibu hamil masih mendapatkan keluhan seperti pada trimester I, perlu
lebih stabil, karena keluhan yang terjadi pada triwulan I sudah terlewati. Ibu
3) Kaki edema. Edema pada kaki perlu dicurigai karena sebagai salah
satu gejala dari trias klasik eklamsi. Sesak napas pada triwulan III
5) Keluar cairan di tempat tidur pada siang atau malam hari, bukan
6. Komplikasi Kehamilan
1. Hiperemisis gravidarum.
4. Perdarahan antepartum.
5. Kehamilan ektopik.
6. Kehamilan kembar.
7. Molahydatidosa.
8. Inkompatibilitas darah.
10. Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin. (Bobak, 2004).
adalah 6,5 – 16 kg. Jenis makanan yang sehat dan veriativ selama
1) Asam folat.
2) Zat besi.
makan dengan perut yang kosong atau diikuti jus jeruk utnuk
meningkatkan penyerapan.
3) Kalsium.
sedang makan, diikuti dengan jus buah yang kaya akan vitamin C
lelah, pusing.
ketiga.
10) Kondisi dimana olah raga dilarang untuk wanita hamil adalah:
sanggama.
adalah:
lahir preterm, ketuban pecah dini, plasenta previa, dan kematian janin.
terakhir.
4) Varises
b) Integritas Ego
c) Eliminasi
4) Hemoroid
d) Makanan/Cairan
umum terjadi
mudah berdarah
kehamilan.
Kram kaki; nyeri tekan dan bengkak pada payudara; kontraksi Braxton
f) Pernapasan
pernapasan torakal.
g) Keamanan
h) Seksualitas
1) Penghentian menstruasi
i) Integritas Sosial
k) Pemeriksaan Diagnostik
terhadap inkompatibilitas
Reagen)
tipe 2
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat penyakit
cairan amnion.
streptokokus.
c. Sirkulasi
1) Hipertensi
2) Terdapat perdarahan pada vagina
d. Integritas ego
wanita.
e. Makanan cairan
f. Nyeri/ketidaknyamanan
1) Distosia.
induksi.
g. Keamanan
(misalnya herpes).
berhasil.
lahir janin.
i. Penyuluhan/pembelajaran
2. Pemeriksaan Fisik
3) Mulut : ada atau tidaknya gigi yang karies, mukosa mulut yang
kelenjar tiroid.
b. Dada
a. Toraks
c. Abdomen
1) Inspeksi : ada atau tidaknya luka pada bekas operasi, striae, dan
linea.
d. Genetalia
cairan air ketuban (jumlah, warna, bau), dan lendir warna merah
muda kecoklatan.
3. Pemeriksaan dignostik
infeksi, golongan darah (ABO), factor Rh, percocokan silang, dan tes
coombs.
II.
d. Pelvimetri yaitu menentukan terjadinya CPD dan mengidentifikasi
gestasi, ukuran janin, gerakan jantung janin, dan lokasi pada plasenta.
g. Tes stress kontraksi atau tes non-stres yaitu mengkaji respon pada
janin terhadap gerakan dari pola kontraksi uterus atau pola abnormal.
4. Diagnose keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (biologis, fisik, zat kimia,
5. Intervensi keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (biologis, fisik, zat kimia,
berkurang.
Kriterian hasil :
penyakit.
koping klien.
Kriteria hasil :
berpindah Intervensi :
4) Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
gerak.
bertahap.
dilakukan
dilakukan.
2017).
Kriteria hasil :
2) Luka bersih
3) Menunjukkan perilaku hidup yang sehat
Kriteria hasil :
strategi koping
3) Berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan
Intervensi :
kesehatan.
keputusan.
Kriteria hasil :
lunak
2) Cairan dan serat yang adekuat Intervensi :
bising usus.
memperlancar BAB.
Kriteria hasil :
menyusui
Intervensi :
menyusui.
oleh bayi.
ketidakefektifan menyusui.
Kehamilan
Trimester I
Trimester III
Mual/muntah kapasitas VU
Trimester III
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Perubahan pola eliminasi
Distensi paru-paru
Urin terhambat
1. Identitas
a. Identitas Klien
SC. KPD. PE
Karangbolo Semarang.
2. Status Obstetric
nifas tidak ada, umurnya sekarang 5,5 tahun, dan persalinan kedua
adalah SC, BB lahir 2900 gram, keadaan bayi waktu lahir sehat,
3. Keluhan Utama
2020 pukul 14.00 WIB setelah bangun tidur siang keluar air dari
jalan lahir seperti BAK dan airnya banyak. Pada jam 20.00 WIB
mengeluh lemas.
5. Masalah Kehamilan
6. Riwayat Menstruasi
7. Riwayat KB
anak lagi.
dan tidak rontok, konjungtiva tidak anemis, reflek terhadap pupil baik,
hidung tidak nada polip, daun telinga simetris antara kanan dan kiri,
mukosa bibir lembab tidak ada sariawan dan tidak ada kesulitan
kanan dan kiri sudah keluar, palpasi payudara teraba kencang, tidak ada
nyeri tekan.
jahitan operasi Caesar sebelah kiri, tertutup balutan, terdapat linei nigra,
perineum tidak ada luka episiotomy, tidak terdapat adanya tanda reda,
urine bag.
a. Oksigenasi
b. Nutrisi
c. Cairan
d. Eliminasi
kepala 34cm, ubun-ubun datar, mata simetris antara kanan dan kiri,
kulit baik, mulut tidak ada sianosis, reflek rooting dan hisap kurang
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Data Labolatorium
1) Hematologi Rutin
(9.3-12.5).
2) Imunoserologi
3) Kimia
negatif),
(<10 negatif).
5) Mikroskopis
3 (3-
5).
(pre opersi)
Neg.
(post operasi)
1) Hematology Rutin
(33-45),
a. Infus
RL 20 tpm
b. Injeksi
1) Cefotaxime 2x1 gr
2) Metergin 1x1 mg
3) Kaltropen 3x1 mg
D. Analisa Data
nyeri pada perut. Pengkajian nyeri didapatkan data paliatif : nyeri terasa
tusuk. Region : nyeri pada bagian perut. Skala : skala nyeri 6. Time :
nyeri dan bergerak sangat hati-hati juga mengucapkan kata “aduh” saat
bergerak.
E. Diagnose Keperawatan
Time : nyeri terasa kurang lebih 3 menit. Jadi diagnose yang muncul
adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post op sc).
F. Intervensi Keperawatan
jam, hambatan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil : klien
mampu miring kanan-kiri, klien mampu duduk dan bangun dari tidur
ajarkan pindah posisi dari duduk turun dari tempat tidur, rasionalnya
baik, ibu puas setelah menyusui bayinya, ibu semakin dekat dengan
bayi, bantu posisi yang nyaman saat menyusui, rasionalnya adalah agar
ibunya bisa nyaman saat saat memberikan ASI, ajarkan ibu untuk
batin antara bayi dan ibunya, beri dukungan untuk pemberian ASI
anaknya kurang lebih selama 6 bulan atau 2 tahun tanpa tambahan susu
formula.
G. Implementasi Keperawatan
fisik (post op sc), pada jam 20.30 mengkaji skala nyeri, respon
pada jam 20.40 memberi posisi yang nyaman, respon subyektif klien :
berlatih, respon obyektif klien : klien terlihat ingin berlatih, pada jam
obyektif klien : klien terlihat ingin mencoba berlatih, pada jam 20.55
mengajarkan pindah posisi dari duduk turun dari tempat tidur, respon
tempat tidur, respon obyektif klien : klien terlihat ingin mencoba untuk
fisik (post op sc), pada jam 15.00 mengkaji skala nyeri, respon
sakit, respon obyektif klien : klien terlihat masih menahan nyeri, pada
menrasa nyeri, pada jam 15.50 memberi posisi yang nyaman, respon
duduk, pada jam 17.00 mengajarkan pindah posisi dari duduk turun
mencoba untuk turun dari tempat tidur, respon obyektif klien : klien
fisik (post op sc), pada jam 15.30 mengkaji skala nyeri, respon
respon obyektif klien : klien terlihat lebih nyaman, pada jam 15.55
obyektif klien : klien terlihat lebih paham, pada jam 15.50 memotivasi
sudah berlatih, pada jam 16.35 mengajarkan pindah posisi dari tidur
duduk, respon obyektif klien : klien terlihat sudah bisa duduk, pada jam
16.40 mengajarkan pindah dari duduk turun dari tempat tidur, respon
subyektif klien : klien mengatakan sudah bias turun dari tempat tidur
dan berjalan, respon obyektif klien : klien terlihat sudah bias turun dan
saat menyusui, pada jam 16.05 mengajarkan ibu untuk sering menyusui
H. Evaluasi Keperawatan
terasa sakit, obyektif : klien terlihat menahan nyeri data Paliatif : nyeri
tempat tidur, obyektif : klien terlihat antusias untuk mencoba turun dari
mobilisasi.
Diagnose ketiga : ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan
masih terasa sakit, obyektif : klien terlihat masih menahan nyeri data
perut, Skala : nskala nyeri 5, Time : nyeri terasa kurang lebih 3 menit,
mobilisasi.
berkurang, obyektif
: klien terlihat lebih rileks data Paliatif : nyeri terasa ketika digunakan
Region : nyeri pada bagian perut, Skala : skala nyeri 3, Time : nyeri
pertahankan intervensi.
nyeri, subyektif : klien mengatakan sudah bisa turun dari tempat tidur
dan berjalan, obyektif : klien terlihat sudah bisa turun dan berjalan,
Sectio caesarea Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini Yang Ditemukan Pada
adalah :
Association For The Study Of Pain), dan pada permulaan yang secara
tiba-tiba dengan intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
2016).
2016).
agen cidera fisik yang disebabkan oleh luka post operasi caesar. Pada
saat ini klien telah dilakukan tindakan post operasi sectio casarea yang
pada hari pertama klien merasakan nyeri akibat adanya luka sayatan
sebagai prioritas utama yaitu sesuai teori yang sudah dijelaskan oleh
perut klien dengan skala nyeri 6 dan dirasakan saat digunakan untuk
rasa nyeri dengan megkaji skala nyeri yaitu untuk mengetahui seberapa
dalam nyeri yang dirasakan oleh klien yang mana dapat menentukan
kualitas nyeri baik nyeri ringan, nyeri sedang, bahkan sampai nyeri
distraksi relaksasi dengan cara melakukan tarik nafas dalam yang akan
anti nyeri yang bekerja pada pusat otak untuk menurunkan persepsi
nyeri dan dapat membantu menurunkan ketegangan dan
Time : nyeri saat miring kanan kiri. Data objektif : klien terlihat
dengan agen cidera fisik post operasi Sectio caesarea, penulis tidak
mengalami hambatan dalam melakukan tindakan keperawatan karena
nyeri yang dialami klien dapat berkurang dan diatasi dengan melakukan
obat analgesic.
dengan agen cidera fisik post operasi Sectio caesarea dapat teratasi
dengan kritria hasil yang sudah ditetapkan oleh penulis yaitu skala
karena luka post operasi Caesar dan hal tersebut kurang tepat karena
pertama, sehingga nyeri tersebut sudah teratasi maka tidak akan timbul
sesuai data yang ada pada klien yaitu post Sectio caesarea pada hari
jika fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat
klien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan
perut pada bagian luka post operasi Caesar dan tangan kiri berpegangan
duduk sampai turun dari tempat tidur dengan cara menggeserkan kaki
didapatkan data : klien mengatakan nyeri saat bergerak karena luka post
posisi klien, ajarkan pindah posisi dari duduk turun dari tempat tidur,
berpindah posisi dari tidur ke duduk dan dari duduk turun dari tempat
klien mampu duduk dan bangun dari tempat tidur sendiri, dan klien
sudah teratasi tetapi masih perlu pengawasan dari perawat ruangan dan
saat memberikan susu pada bayi atau anak secara langsung dari
(NANDA, 2015).
Gejala dan tanda mayor, subjektif : kelelahan secara maternal,
kurang dari 8 kali dalam 24 jam, nyeri atau lecet terus-menerus etelah
benar. Pada saat ini klien telah melahirkan anak kedua dengan tindakan
operasi Caesar yang pada hari pertama klien tidak berusaha untuk
sering menyusui bayinya akbat reflek rooting dan reflek menangis bayi
yang kurang.
plasenta meningkat akan tetapi ASI biasanya belum keluar dan masih
dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga
ASI. Cairan yang pertama kali diperoleh bayi dari ibunnya setelah
dilahirkan yaitu kolostrum yang mengandung campuran lebih kaya
akan protein, mineral dan antibody dari ASI yang telah “matur”.
Biasanya ASI mulai ada sekitar pada hari ketiga atau keempat setelah
bayi lahir dan kolostrum akan berubah menjadi ASI yang “matur” yaitu
kurang lebih 15 hari setelah bayi lahir. Saat itu ASI sudah keluar, bayi
tahu kapan bayinya ingin menyusu atau tidak, bayinya tertidur dengan
tenang dan tidak rewel. Sentuhan kulit ibu ke kulit bayi setelah lahir
bermanfaat dan membantu mulainya hubungan antara ibu dan bayi juga
akan merangsang pengeluaran ASI. Isapan bayi pada puting susu ibu
laktasi yang baik untuk kekebalan tubuh bayi dan bisa meningkatkan
ikatan batin antara ibu terhadap bayinya. Tindakan selanjutnya yang
bayi. Dan tindakan terakhir yang dilakukan yaitu dengan membantu ibu
bayinya lebih tinggi dan lebih nyaman saat menetek kepada ibunya.
didapatkan data : klien mengatakan bayinya tidak haus dan tidur terus.
ibunya bisa nyaman saat saat memberikan ASI, ajarkan ibu untuk
sering menyusui bayinya, rasionalnya adalah untuk mempererat ikatan
batin antara bayi dan ibunya, beri dukungan untuk pemberian ASI
anaknya kurang lebih selama 6 bulan atau 2 tahun tanpa tambahan susu
formula.
ibu dan memberikan posisi yang nyaman saat menyusui bayinya juga
dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan oleh penulis yaitu bayi
dan ibu semakin dekat dengan bayinya, walaupun kriteria hasil sudah
A. Pengkajian
tanda reeda yaitu tidak terdapat tanda reeda seperti adanya kemerahan
pada perineum tidak terdapat luka jahitan dan tidak ada tanda reeda.
homans yaitu satu tangan perawat diletakkan dilutut klien dan satu
tangannya lagi menekan telapak kaki klien jika klien mengalami nyeri
tusuk, region : nyeri pada bagian perut, skala : skala nyeri 6, time :
tanggal pada terapi infus yaitu 9 Maret 2017, pada terapi injeksi penulis
kurang tepat dalam mencantumkan dosis obat yaitu Metergin 1x1 ml,
C. Implementasi
dengan agen cidera fisik (post op sc) pada jam 20.40 kurang spesifik
klien dalam mengurangi rasa nyeri seperti menekuk lutut atau panggul
mengangkat panggul sampai lurus dengan bahu dan lutut, pada jam
menjelaskan jenis obat yang diberikan pada klien pada data objektif
Keperawatan Post Sectio caesarea Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini Pada
terakhir dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini bisa diambil beberapa
pemberian asuhan keperawatan pada klien yang khususnya pada klien Post
A. Kesimpulan
dengan kebutuhan.
3. Implementasi yang telah disusun dapat dilaksanakan kedalam suatu
tindakan yang sesuai dengan masalah dan kebutuhan pada ibu post
indikasi Ketuban Pecah Dini dapat teratasi dan kebutuhan ibu post
B. Saran
1. Bagi Institusi
praktik.
2. Bagi Perawat
bagi ibu dan bayi. Perawat juga dapat memberikan informasi saat
3. Bagi Masyarakat
upaya deteksi dini pada ibu bersalin Sectio caesarea dan perlunya
pecah dini.
3DAFTAR PUSTAKA
Asrinah, Shinta Siswoyo Putri, Dewie Sulistiyorini, Ima Syamrotul Muflihah, &
Dian Nirmala Sari. 2016. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Betsy B, Kenndy, Donna Jean Ruth, E, Jean Martin. 2015. Modul Manajemen
Intrapartum. Jakarta : EGC.
Dinas Kesehatan Provinsi Jateng. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Fraser, D.M. 2014. Buku Ajar Bidan Myles Edisi 14. Jakarta : EGC
Jenny J. S, Sondakh, M. Clin. Mid. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi
Baru Lahir. Jakrta : PT. Penerbit Erlangga.
Kuswanti, Ina & Fitria Melina. 2014. Askeb II Persalinan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Lailiyana SKM, Ani Laila, SST, Isrowiyatun Daiyah, SST, & Ari Susanti, SST.
2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, 2008. Gadar Obstetri & Genekologi & Obstetri
Genekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta : ECG.
Mulati, Dr. Erna, Yuyun Widyaningsih, Dra. Oos Fatimah Royati 2015. Buku
Ajar Kesehatan Ibu Dan Anak.. Jakarta : Pusat Pendidikan Dan Pelatihan
Tenaga Kesehatan.
Oxorn, Herry, & William R. Forte. (2015). Ilmu Kebidanan : Patologi &
Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica (YEM).
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Patologi.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Purwoastuti, Endang, S. Pd, APP & Elisabeth Siwi Walyani, Amd. Keb.
2015. Panduan Materi Kesehatan Reproduksi & Keluarga Berencana.
Yogyakarta
Rasjidi, Dr. dr. Imam, SpOG(K). 2015. Manual Seksio Sesarea & Laparatomi
Kelainan Adneksa Berdasarkan Evidence Based. Jakarta : ISBN.
Saleha, Sitti. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika.
Sujiyatini, S.Si.T., M.Keb., Mufdlilah, S.Pd., S.Si.T., M.sc., Asri Hidayat, S.Si.T.,
M.Keb. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI