Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PEREBUTAN HEGEMONI BANGSA-BANGSA


EROPA DI INDONESIA

NAMA : ALIFIANINTA SAGITA


KELAS : IX IPS-1
Prebutan Hegemoni Bangsa-Bangsa Eropa di Indonesia
Setelah VOC mengalami kebangkrutan ,pemerintah Kolonia Belanda mengambil
alih kekuasaan VOC di Indoesia. Berbagai dinamika politik terjadi selama masa
peralihan dari kekusaan VOC kepada pemerintah kolonial Belanda. Beberapa
peristiwa penting di Eropa juga memengaruhi pemerintahan kolonial di Indonesia.

1. Masa Pemerintahan Republik Bataaf (1800-1811)


Revolusi Prancis yang berlangsung pada abad XVIII. Pengaruh Revolusi Prancis di
Belanda mulai terlihat pada 1795. Pada masa itu muncul kelompok yang di sebut kaum
patriot yang mengehendaki adanya perubahandlam pemerintahan Kerajaan Belanda.
Mereka menginginkan Belanda menjadi negara lesatuan. Pada tahun yang sma Prancis
berhasil menguasai Belanda. Akibatnya, Raja Willem V melarikan diri ke Inggris.
Kemudian pPrancis mendirikan pemerintahan baru di Belanda yaitu Republik Bataaf.

Republik Bataaf dipimpin oleh Louis Napoleon, adik Napoleon Bonaparte.


Pemerintahan ini memengaruhi kondisi politik Hindi Belanda. Pemerintahan Hindia
Belanda pun di bawah kekuasaan Republik Bataaf.

a. Pemeritahan Daendels (1808-1811)


Herman Willem Daendels merupakan gubernur jendral pertama
Belanda di Hindia Belanda. Ia bertugas menjalankan kekuasan dan
pemerintahan Kerajaan Belanda di Hindia Belanda. Daendels berusaha
menghapuskan praktik feodalisme untuk menciptakan masyarakat yang
dinamis. Kebijakan-kebijakan Daendels selama di Hindia Belanda
mencakup bidang-bidang berikut
1) Bidang Pertahanan dan Keamanan
Daendels bertugs mempertahanka Pulau Jawa dari serangan
Inggris. Daendels menerapkn beberapa kebijakan berikut.
a) Membangun benteng-benteng pertahanan baru.
b) Membangun pelabuhan militer (pangkalan Angkatan Laut )
di Ujung Kulon, Merak, dan Surabaya.
c) Memperbanyak pasuka perang.
d) Membangun jalan raya dari Anyer-Panarukan (Groote
Post-Weg) sepanjang 1.100 Km
e) Membangun kembali armada pertahanan di Surabaya dan
Batavia.
2) Bidang Politik dan Pemerintahan
Daendels mendapatkan julukan “Mas Galak”, karena pada
saat itu Daendels memerintah secara otoriter denan
pemerintahan bersifat sentralistrik. Daendels juga mengganti
sistem pemerintahan lama dengan sistem pemerintahan baru
melalui kebijakan –kebijakan berikut.
a) Membentuk sekretaria negara untuk membereskan
masalah administrasi.
b) Membetentuk kantor pengadilan di Surabaya dan
Batavia.
c) Memindahkan pusat pemerintahan dari Batavia ke
Weltevreden
d) Mengganti raja-raja yang di anggap menghalangi
kepentingan Belanda, contohnya Kesunanan Surakarta
dan Kesultanan Yogyakarta.
e) Merombak sistem feodal dan menggantinya dengan
sistem pemerintahan Barat modern.
f) Mengangkat penguasa daerah sebagai pegawai
pemerintah kolonial.
g) Membagi Pulau Jawa menjadi 23 keresidenan
(residentie) dan setiap keresidenan di bagi beberapa
kabupaten (regentschap).
h) Merombak Provinsi Jawa Pantai Timur Laut menjadi
lima
prefektur (wilayah yang memiliki otoritas).
3) Bidang Perdilan
Kebijakan Daendels dalam bidang peradilan sebagai berikut.
a) Membagi tiga jenis peradilan, yaitu peradilan untuk
orang-orang Belanda dan Eropa ; peradilan untuk
orangorang Timur Asing: serta peradilaan untuk
orang-orang pribumi.
b) Membuat peraturan untuk pemberantasan korupsi.
4) Bidang Ekonomi
Kebijakan Daendels dalam bidang ekonomi ditujukan untuk
memperbaiki keuangan pemerintahan Belanda akibat
kebangkrutan yang dialami VOC. Oleh karena itu, Belanda
menerapkan kebijakann yang mendapat keuntungan besar.
Kebijakan tersebut sebagai berikut.
a) Mengeluarkan uang kertas.
b) Membentuk Dewan Pengawas Keuangan (DPK).
c) Menjual tanah-tanah kepada pihak swasta atau
partikelir (Tionghoa dan Arab).
d) Melakukan pemunguttan pajak-pajak swasta.
e) Menerapkan penyerahan wajib berupa hasil bumi.

Selama menjalankan pemeriintahannya, Daendels dikenal


serinng memaksakan kehendak , baik kepada penduduk loka
maupun rekan-rekan sebangsanya. Daendels juga tidak segan-segan
memberihukuman berat kepada pegawai dan pejabat Belanda yang
melakukan korupsi. Kesalahan Daendels dalam pemerintahan di
Indonesia ialah menjual tanah kepda pihak swasta dan hasil
penjualan tersebuut digunakan Daendels’ untuk memperkaya diri
sendiri. Akibatnya, Daendels di tarik jabatannya oleh Belanda.

b. Pemerintahan Janssens (1811)


Untuk menggantikan posisi Daendels ,Louis Napoleon menunjuk
Jan Willem Janssens. Janssens penah menjabat sebagai gubernur jendral di
wilayah Tanjung Harapan pada 1802-1806. Akibat wilayah kekuasaannya
jatuh ketangan inggris, Janssens kehilangan jabatannya. Akan tetapi, sejak
bulan Mei 1811 Janssens mulai menjalankan pemerintahan di Indonesia.
Gubernur Jendral Janssens berusaha memperbaiki keadaan wilayah
yang di inggalkan Daendels. Akan tetapi, dalam menjalankan
pemerintahannya Janssens tidak memiliki kecakapan seperti yang
diharapkan pemerintah Belanda. Janssens tidak mampu menahan serangan
Inggris.
Pada 28 Agustus Inggris berhasil menduduki Batavia. Janssens
melarikan diri ke semarang, tetapi akhirnya menyarah kepada Inggris.
Pengakuan kekalahan Belanda kepada Inggris terjadi di Tuntang, Salatiga,
pada 18 September 1811 yang di tandai dengan penandatanganan
kapitulasi Tuntang. Isi kapitulasi Tuntang sebagai berikut.
1. Pulau Jawa dan sekitarnya yang dikuasai Belanda di serahkan kepada
Inggris.
2. Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris.
3. Orang-orang Belanda dapat dipekerjakan dalam pemeritahan Inggris.
2. Perkembangan Kolonialisme Inggris di Indonesia
(1811-1816)
Inggris menduduki Indonesia sejak keberhasilannya mengalahkan pasukan
Gubernur Jendral Janssens pada 1811. Setelah berhasil mengalahkan Belanda, Gubernur
Jenderal East India Company (EIC) wilayah Asia yang berkedudukan di Kalkuta, India, Lord
Minto, menunjuk Thomas Stamford Raffles ebagail letnan gubernur untuk menjlankan
pemerintahan di Indonesia. Raffles meerupakan tokoh golongan liberal dan ia
menginginkan adanya perubahan dalam berbagai bidang. Berikut kebijakan Raffles dalam
berbagai bidang.

a) Bidang Pemerintahan
Raffles berusaha menghapus pemerintahan feodal yang telah
mengakar di Indonesia. Kebijakan Raffles dalam bidang pemerintahan.
1. Menjalin hubungan baik dengan penguasa-penguasa lokal yang anti
terhadap Belanda.
2. Membagi Pulau Jawa menjadi 18 keresidenan
3. Mengangkat para bupatu sebagai pegawai pemerintah sehingga mereka
mendapat gaji dalam bentuk uang.

b) Bidang Ekonomi

1. Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman eksport.


2. Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem peyerahan
wajib (Verplichte Laverantie) yang sudah diterapkan sejak zaman VOC.
3. Menetapkan sistem sewa tanah (landren). Untuk menentukan besarnya
pajak, tanah dibagi menjadi 3 kelas, yaitu sebagai berikut. Kelas I, yaitu
tanah yang subur, dikenakan pajak setengah dari hasil bruto. Kelas II,
yaitu tanah setengah subur, dikenakan pajak sepertiga dari hasil bruto.
Kelas III, yaitu tanah tandus, dikenakan pajak dua per lima dari hasil
bruto.
4. Pemungutan pajak pada awalnya secara perorangan.
5. Mengadakan monopoli garam dan minuman keras.

c) Bidang Hukum
Sistem peradilan yang diterapkan affles lebih baik daripada yang
dilaksanakan oleh Daendels. Apabila Daendels berorientasi kepada warna
kulit (ras), Raffles lebih berorientasi kepada besar kecilnya kesalahan.
Badan-badan penegak hukum yang ada pada masa Raffles adalah
sebagai berikut.

1. Court of Justice, terdapat pada setiap residen.


2. Court of Request, terdapat pada setiap devisi.
3. Police of Magistrace.

d) Bidang Sosial
1. Penghapusan kerja rodi (kerja paksa)
2. Penghapusan perbudakan, tetapi dalam praktiknya ia melanggar
undang-undangnya sendiri dengan melakukan kegiatan sejenis
perbudakan. Hal itu terbukti dengan pengiriman kuli-kuli dari Jawa ke
Banjarmasin untuk membantu perusahaan temannya, Alexander Hare,
yang sedang kekurangan tenaga kerja, sedangkan di Batavia Raffles
menetapkan pajak yang tinggi bagi pemilik budak.
3. Peniadaan pynbank (disakiti), yaitu hukuman yang sangat kejam
dengan melawan harimau.

e) Bidang Ilmu Pengetahuan


1. Ditulisnya buku berjudul History Of Java. Dalam menulis buku tersebut
Raffles dibantu oleh juru bahasanya Raden Ario Notodiningrat dan
Bupati Sumenep, Notokusumo II.
2. Memberikan bantuan kepada John Crawfurd (residen Yogyakarta) untuk
mengadakan penelitian yang menghasilkan sebuah buku berjudul
History Of The East Indian Archipelago.
3. Raffles juga aktif mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah
perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan
4. Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi.
5. Dirintisnya Kebun Raya Bogor.

Pemerintahan Raffles tidak berlangsung lama. Kekuasaan Perancis di Belanda


runtuh (1814) oleh karena itu Ratu Belanda yang berada di Inggris mengadakan
perundingan dengan Inggris yang menghasilkan konferensi London yang isinya antara
lain Belanda memperoleh kembali daerah jajahannya, penyerahan Indonesia ke Belanda
dilaksanakan tahun 1816. Maka pada tahun 1816, Belanda memperoleh kembali
Indonesia. Belanda kemudian mengangkat Van Der Cappelen sebagai Gubernur Jenderal
Hindia-Belanda.

3. Masa Pemerintahan Kolonial Belanda (1816-1942)

a. Kekuasaan Komisaris Jendral


Berdasarkan konvensi London, Belanda kembali memiliki
hak atas wilayah indonesia. Kekuasaan Belanda di Indonesia
pada periode tersebut dijalankan oleh komisaris jendral.
Komisaris jendral dilakukan atas saran dari Pangeran Willem
VI. Komisaris jendral terdiri atas 3 orang, yaitu Cornelis
Thedorus Elout, Alexander Gerard Philip Baron van der
Capellen, dan Arnold Ardiaan Buyskes.
Tugas pokok komisaris jendral adalah membangun daerah
koloni untuk memberikan keuntungan ekonomi bagi Negeri
Belanda. Ketiga komisaris jendral mulai menjalankan tugas
pada 27 April 1816.
Pada 1818 pemerintah Belanda menyatakn pemberlakuan
kembali jabtan gubernur jendral sebagai penguasa tertinggi di
tanah jajahan dan menghapus komisaris jendral. Pemerintah
Belanda mengangkat Baron van der Capellen sebgai gubernur
jendral di Indonesia.pemerintah Belanda menarik pulang
Theodorus Elout dan Ardiaan Buyskes.

b. Sistem Tanam Paksa


Cultuursteseli merupakan salah satu kebijakan yang di
terapkan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia dengan
cara mewajibkan rakyat melakukan tanam paksa. Tanam
paksa di cetuskan oleh Johannes van den Bosch.

1) Latar Kebijakan Tanam Paksa


Penerapan kebijaan tanam paksa tidak tleps dari
kegagalan pelaksanaan sistem sewa tanah (landrente)
pada peerintahan komisaris jendral. Kegagalan tersebut
mendorong Johannes van den Bosch mencetuskan ide
tanam paksa untuk menyelamatkan Belanda dari
kebangkrutan. Van den Bosch berpendapat daerah koloni
merupakan tempat yang tepat untuk mengambil
keuntungan bagi negri induknya. Dalam
perkembangannya, van den Bosch di tunjuk sebagai
gubernur jendral di Hindia Belanda untuk menjalankan
kebijakan tanam paksa.
2) Kentuan Tanam Paksa
Pada dasarnya sistem tanam paksa merupakan
penggabungan antara sistem penyerahan wajib dan
sistem pajak tanah. Tanam paksa dilaksanakan
berdsarkan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam
staatsblad Nomor 22 Tahun 1834. Ketentuan tanam paksa
sebagai berikut.
a) Tanah yang diserahkan kepada pemerintah bebas
pajak.
b) Pekerjaan menanam tidak boleh melebihi waktu
menanam padi.
c) Hasil tanaman wajib harus di serahkan kepada
pmerintah kolonial Belanda.
d) Kegagalan panen karena bencana alam ditanggung
pemerintah Belanda.
e) Penggarapan tanah untuk tanaman wajib di awasi
oleh kepala pribumi atau pegawai Belanda.

3) Pelaksanaan Tanam Paksa


Ketentuan yang diterapkan pemerintah kolonial
Belanda dalam sistem tanam paksa tampak mudah dan
menguntungkaan, bik bagi pemerintah kolonial Belanda
maupun rakyat. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya
sistem tanam paksa mengalami banyak penyimpangan.
Dalam pelaksanaan tanam paksa pemerintah kolonial
Belanda memberikan cultuurprocenten (persenan) bagi
penguasa pribumi yang mampu menyetorkan hasi lebih
banyak dari ketentuan. Akibanya, para pengusa pribumi
berusaha meningkatkn setorannya dengan melakukan
penekanan kepada petani dalam menyerahkan hasil
panen.
Sistem tanam paksa menyebabkan penderitaan
rakyat. Para petani hidup dalam kemiskinan dan
kelaparan. Akan tetapi tidak dapat dimungkiri sistem
tanam paksa memberikan manfaat bagi rakyat Indonesia.
Secara tidak langsung rakyat Indoneisia mengenal
komoditas tanaman baru. Rakyat Indonesia juga terbantu
dengan pembangunan infrastuktur seperti saluran irigasi
dan jaringan rel kereta api.
4) Kritik Terhadap Pelaksnaan Tanam Paksa
Beberapa tokoh sperti Douwes Dekker, Barron van
Hoevel, dan Fransen van der Putte mengutarakan kritik
kepada pemerintah Belanda. Douwes Dekker
menyampaikan kritik melalui buku berjudul Max Havelaar,
Fransen van der Putte mengeritik melalui buku suiker
contracten, dan Baron van Hoevel menyampaikan langsung
melalui pidato-pidatonya di parlemen Belanda.

c. Politik Liberal (Sistem Usaha Swasta)


Reaksi golongan humanis mengenai penderitaan rakyat
aakibat pelaksanaan tnam paksa di Indonesia di manfaatkan
oleh golongang liberal.
Golongan libeal Belanda menganggap cultuurstelsel
merupakan sistem tanam wajib yang sangat memberatkan
rakyat. Golonga ini menuntut adanya pembarua kebijakan yang
bersifat liberal. Selanjutnya, mereka menuntut parlemen
Belanda memberi izin bagi para pemodal asing yang ingin
menanam kan modalnya di Indonesia.
Sistem ekonoi liberal tidak lebih baik dari sistem tanam
paksa karena tidak dapat membawa kesejahteraan bagi rakyat
Indonesia. Pada masa tanam paksa rakyat hanya di tekan oleh
pemerinntah, sedangkan pada masa iberal rakyat di tekan dari
dua pihak, yaitu pemerintah dan swasta. Petani tetap dikenakan
pajak dan pembayaran wajib lainnya yng harus di serahkan
kepada pemerintah.

d. Perkembangan Agama Kristen dan Katolik


penyebaran Agama Katolik di Indonesia tidak lepas dari
kedatangan bangsa portugis. Pada awalnya bangsa portugis
menyebarkan Agama Katolik di Maluku. Sejak saat itu para padre
(penyiar Agama Katolik) berdatangan di wilayah Kepulauan
Maluku. Selain bangsa Porrtugis, bangsa Spanyol berperan dalam
penyebaran Agama Katolik di Kepulauan Maluku. Seorang
misionaris Spamyol bernama St. Fransiscus Xaverius (1506-1552)
mengunjungi Ambon, Ternate, dan Halmahera antara 1546 hingga
1547. Sementara itu, bangsa Belanda menyebarkan Agama Kristen
Protestan di Indonesia. Penyebaran Agama Kristen Protestan
dilakukan di luar kegiatan perdagangan. Dalam perkembangannya,
misionaris Kristen Prosestan memusatkan aktivitas penyebaran
agamanya ke daerah daerah pedalaman yang belum tersentuh
ajaran Islam. Salah satu tokoh penyebar Agama Kristen Prosestan
pada masa penjajahan Belanda adalah misionaris Jerman bernama
Ludwig I. Nommensen. Ia berhasil melakukan kristenisasi di
Sumatra Utara.

Selama ratusan tahun bangsa Indonesia berada di bawah


penguasaan bangsa Eropa. Secara silih berganti bangsa Eropa
menerapkan peraturan yang cukup memberatkan rakyat
Indonesia. Kondisi tersebut sudah menjadi bagian perjalanan
bangsa Indonesia. Sebagai generasi muda, kita harus dapat
mengambil nilai-nilai positif dari periode tersebut seperti kerja
keras, pantang menyerah, dan persatuan.

Anda mungkin juga menyukai