Tugas Tekling 11 Mei 2 PDF
Tugas Tekling 11 Mei 2 PDF
Produksi Bersih
Dari pengertian mengenai produksi bersih maka kata kunci yang dipakai untuk
pengelolaan lingkungan adalah: pencegahan, terpadu, peningkatan efisiensi, minimisasi resiko.
Pada proses industri, produksi bersih berarti meningkatkan efisiensi pemakaian bahan baku,
energi, mencegah atau mengganti penggunaan bahan - bahan berbahaya dan beracun,
mengurangi jumlah dan tingkat racun semua emisi dan limbah sebelum meninggalkan proses
Pada produk, produksi bersih bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan selama
daur hidup produk, mulai dari pengambilan bahan baku sampai ke pembuangan akhir setelah
produk tersebut tidak digunakan.
2. Peningkatan efisiensi energi, sehingga industri memiliki kelebihan daya dan masih
dapat dimanfaatkan,
3. Adanya penanganan limbah industri yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku,
4. Adanya penurunan timbulan limbah cair maupun padat, sehingga kapasitas instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) dan incinerator berlebih.
Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan pengurangan limbah
yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery/Reclaim) (UNEP,
1999). Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih dalam Kebijakan Nasional Produksi
Bersih (KLH, 2003) dituangkan dalam 5R (Re-think, Re-use, Reduce, Recovery and Recycle).
2. Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki pada saat
awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi:
Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses maupun produk
yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk 1
Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan
dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait pemerintah, masyarakat
maupun kalangan usaha
3. Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi timbulan
limbah pada sumbernya.
5. Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan limbah
dengan memrosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuan fisika, kimia dan biologi.
6. Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil bahan-bahan
yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian dikembalikan ke
dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika, kimia dan biologi. Dari semua teknik
tersebut, yang paling penting dan perlu diperhatikan untuk mencapai keberhasilan program
produksi bersih adalah mengurangi penyebab timbulnya limbah.
Tujuh faktor kunci dalam ekoefisiensi atau produksi bersih yang diidentifikasi oleh
World Bussiness Council for Sustainability Development (WBCSD) menurut KNLH-GTZ,
2007, yaitu:
c. mengurangi pencemaran
• Disposal (pembuangan) limbah bagi limbah yang telah diolah. Beberapa limbah yang
termasuk dalam ketegori berbahaya dan beracun perlu dilakukan penanganan khusus. Tingkatan
pengelolaan limbah dapat dilakukan berdasarkan konsep produksi bersih dan pengolahan limbah
sampai dengan pembuangan. Penekanan dlakukan pada pencegahan atau minimisasi timbulan
limbah, dan pengolahan maupun penimbunan merupakan upaya terakhir yang dilakukan bila
upaya dengan pendekatan produksi bersih tidak mungkin untuk diterapkan.
Perangkat produksi bersih menurut Purwanto, (2006) dan GTZ-Pro LH, (2007) meliputi:
1. Good Housekeeping/ GHK (Tata kelola yang baik) merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan atas kemauannya sendiri dalam memberdayakan sumber daya yang
dimiliki untuk mengatur penggunaan bahan baku, air dan energi secara optimal dan bertujuan
untuk meningkatkan produktifitas kerja dan upaya pencegahan pencemaran lingkungan (KLH,
2003). Upaya-upaya tersebut berkaitan dengan langkah praktis yang dapat segera dilaksanakan
oleh perusahaan. Tiga manfaat Good Housekeeping: Penghematan biaya, kinerja lingkungan
hidup lebih baik, penyempurnaan organisasional. Konsep Good Housekeeping:
a. Rasionalisasi pemakaian masukan bahan baku, air dan energi, sehingga mengurangi
kerugian masukan bahan berbahaya dan karenanya mengurangi biaya operasional.
b. Mengurangi volume dan atau toksisitas limbah, limbah air, dan emisi yang berkaitan
dengan produksi.
c. Menggunakan limbah dan atau mendaur ulang masukan primer dan bahan kemasan
secara maksimal.
2. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun, merupakan upaya penanganan bahan yang dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia, serta makhluk hidup
lainnya.
3. Penggantian bahan baku, merupakan upaya untuk mengganti dengan bahan yang kurang
berbahaya dan kurang beracun, bahan yang tidak mudah rusak, dan bahan yang menimbulkan
limbah yang dapat diurai di lingkungan.
5. Modifikasi proses dan peralatan, merupakan upaya memodifikasi proses maupun peralatan
produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan menurunkan timbulan limbah.
7. Modifikasi dan reformulasi produk, merupakan upaya memodifikasi spesifikasi produk untuk
meminimalkan resiko terhadap lingkungan selama proses produksi, dan setelah produk tersebut
digunakan.
Minimilisasi Limbah
Minimisasi limbah adalah upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan
tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses produksi, dengan cara reduksi pada sumbernya
dan/atau pemanfaatan limbah berupa reuse, recycle, dan recovery. Menurut Kepmenkes RI No.
1204 Tahun 2004, minimisasi limbah merupakan salah satu upaya untuk mengurangi jumlah
limbah yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan. Jadi, minimisasi limbah medis yaitu
upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal
dari dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit, dengan cara reduksi pada sumbernya dan/atau
pemanfaatan limbah berupa reuse, recycle, dan recovery.
Minimisasi limbah mencakup pencegahan pencemaran dan daur ulang serta cara lain
untuk mengurangi jumlah limbah yang harus diolah atau ditimbun. Prioritas utama minimisasi
limbah adalah reduksi pada sumbernya. Aktivitas yang dapat mereduksi limbah lebih baik
dilakukan daripada aktivitas mendaur ulang limbah karena lebih mungkin untuk dilakukan dan
dapat menghemat biaya. Sedangkan pemanfataan limbah melalui daur ulang dan perolehan
kembali setelah upaya reduksi pada sumber dilakukan beberapa hal yang harus dipertimbangkan
sebelum melakukan meminimisasi limbah harus kita ketahui, seperti informasi mengenai jenis
material yang dapat direduksi ataupun dimanfaatkan kembali, volume produksi limbah yang
dihasilkan, upaya minimisasi limbah yang telah dilakukan, analisis biaya untuk menentukan
kemungkinan perubahan praktek yang dilakukan, prioritas upaya berdasarkan peraturan yang
berlaku, biaya, volume, dan lainnya, serta identifikasi peluang minimisasi limbah baik reduksi
limbah pada sumbernya, penggunaan kembali limbah, maupun daur ulang limbah. (Lee, 1992)
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pada reduksi ini, antara lain dengan Melakukan
Housekeeping, Pemilahan (Segregasi) Limbah, Pemeliharaan Pencegahan (Preventive
Maintenance), Pemilihan Teknologi dan Proses, Pengelolaan bahan (material inventory,
Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik, Pengoperasian alat sesuai dengan kondisi yang
optimum sehingga dapat , Modifikasi atau subsitusi bahan, Penggunaan teknologi bersih
Pemanfaatan Limbah
Pemanfaatan limbah merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan tingkat
bahaya penyebarannya di lingkungan, dengan cara memanfaatkannya melalui cara penggunaan
kembali (reuse), daur ulang (recycle), dan perolehan kembali (recovery)
Pemilahan Limbah
Merupakan cara paling tepat dalam pengelolaan limbah medis adalah dengan melakukan
pemilahan limbah berdasarkan warna kantong atau kontainer plastik yang digunakan.
Limbah B3
Banyak limbah yang di hasilkan salah satunya contohnya adalah Bahan Beracun dan
Berbahaya (B3) Limbah B3 adalah limbah yang terjadi karena buatan manusia Akhir-akhir ini
makin banyak limbah-limbah dari pabrik, rumah tangga, perusahaan, kantorkantor, sekolah dan
sebagainya yang berupa cair, padat bahkan berupa zat gas dan semuanya itu berbahaya bagi
kehidupan kita. Tetapi ada limbah yang lebih berbahaya lagi yang disebut dengan limbah B3
(bahan berbahaya dan beracun). Hal tersebut sebenarnya bukan merupakan masalah kecil dan
sepele, karena apabila limbah (B3) tersebut dibiarkan ataupun dianggap sepele penanganannya,
atau bahkan melakukan penanganan yang salah dalam menangani limbah B3 tersebut, maka
dampak dari Limbah B3 tersebut akan semakin meluas, bahkan dampaknyapun akan sangat
dirasakan bagi lingkungan sekitar kita, dan tentu saja dampak tersebut akan menjurus pada
kehidupan makhluk hidup baik dampak yang akan dirasakan dalam jangka pendek ataupun
dampak yang akan dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang akan datang. Kita tidak akan
tahu seberapa parah kelak dampak tersebut akan terjadi,namun seperti kata pepatah”Lebih Baik
Mencegah Daripada Mengobati”, hal tersebut menjadi salah satu aspek pendorong bagi kita
semua agar lebih berupaya mencegah dampak dari limbah B3 tersebut, ketimbang menyaksikan
dampak dari limbah B3 tersebut telah terjadi dihadapan kita, dan kita semakin sulit untuk
menanggulanginya. Secara garis besar,hal tersebut menjadi salah satu patokan bagi kita,bahwa
segala sesuatu yang terjadi merupakan tanggung jawab kita bersama untuk
menanggulanginya,khususnya pada masalah limbah (B3) tersebut.
Limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat
(toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia. Namun, pada limbah B3, selain hasil akhir, cara pengelolaan
juga harus memenuhi peraturan yang berlaku. Jadi, untuk berhasil mengelola limbah B3, tidak
cukup hanya memenuhi baku mutu limbah B3 saja, cara mengelola seperti pencatatan,
penyimpanan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan harus juga memenuhi peraturan yang
berlaku.
Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan limbah.
Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sbb:
proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan,
stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.
proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan
penyisihan komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa,
osmosis balik, dll.
proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan
kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya
racun sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir
proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah
menggunakan alat khusus 12ncinerator dengan efisiensi pembakaran harus
mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin dibakar
(insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi
0,01 kg atau 10 gr
Tidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap satu jenis limbah B3, tetapi proses
dipilih berdasarkan cara terbaik melakukan pengolahan sesuai dengan jenis dan materi limbah.