Anda di halaman 1dari 3

REKAYASA GEMPA (Beban Gempa dan Pengaruhnya Terhadap

Struktur Bangunan)

Gempa bumi adalah guncangan yang dirasakan di permukaan bumi akibat pergerakan antar
lempeng-lempeng di lapisan bagian luar bumi, letusan gunung berapi dan juga ledakan yang dibuat
oleh manusia. Dalam hubungannya dengan disain struktur, maka yang umum ditinjau adalah gempa
yang terjadi akibat pergeseran antar lempeng-lempeng yang juga dikenal dengan istilah gempa
tektonik.

Pusat gempa tektonik biasanya terletak pada kedalaman tertentu dari muka bumi. Lokasi ini disebut
hiposenter (hypocenter). Sementara lokasi pada permukaan bumi tepat diatas hiposenter disebut
episenter (epicenter). Lokasi-lokasi yang berpotensi menjadi pusat gempa telah diidentifikasi di
seluruh dunia. Untuk itu umumnya setiap negara punya peta gempa.

Karakteristik dari suatu gempa berbeda satu dengan lainnya, baik dari segi besarnya maupun
gelombangnya. Besarnya kekuatan gempa biasanya diukur dalam skala Richter (Richter scale), yang
adalah rasio antara amplitudo gelombang. Periode yang terjadi pada sebuah gempa bisa besar atau
kecil, tergantung sumber gempanya. Kemudian, medium dimana gelombang gempa merambat juga
bermacam jenisnya, ada batuan keras dan lunak, dan berbagai jenis tanah. Ketiga faktor ini,
kekuatan gempa, gelombang gempa dan medium yang dilalui gempa mempengaruhi besarnya beban
gempa yang diterima suatu struktur bangunan. Selain itu tingkat penurunan intensitas gempa yang
berfrekuensi tinggi (periode rendah) adalah lebih cepat dibandingkan dengan gelombang gempa
dengan frekuensi rendah (periodenya panjang). Walaupun tidak diketahui penyebabnya, tetapi
fenomena ini memang terjadi.

Pengaruh keadaan tanah

Pergerakan gempa untuk mencapai permukaan tanah dipengaruhi oleh kondisi tanah setempat.
Lapisan tanah di bawah permukaan yang menopang fondasi bangunan dapat meningkatkan
besarnya beban gempa yang dialami oleh struktur bangunan. Hal ini dimungkinkan karena adanya
kemungkinan bahwa periode alami dari lapisan tanah di bawah permukaan sama/ hampir sama
dengan periode alami dari bangunan diatasnya. Gelombang gempa dengan frekuensi yang tinggi
atau periode yang kecil akan merambat secara efisien dibatuan dasar yang keras dan tanah keras,
yang sebaliknya akan mengurangi atau menghilangkan gelombang gempa yang mempunyai
frekuensi rendah. Sebaliknya tanah yang lunak akan menjadi penghantar yang baik untuk
gelombang gempa dengan frekuensi yang rendah (periodenya tinggi).

Pada umumnya, periode alami lapisan permukaan tanah berkisar antar 0.5 sampai 1.0 detik.
Sedangkan bangunan bertingkat rendah sampai menengah mempunyai periode alami antara 0.1
sampai 1.0 detik. Jelas disini bahwa adalah sangat mungkin untuk terjadi resonansi antara lapisan
permukaan tanah dengan bangunan-bangunan diatasnya. 
Interaksi beban gempa dan struktur bangunan

Beban gempa adalah salah satu beban yang harus diperhitungkan jika kita mendesain suatu
bangunan di daerah yang rawan gempa. Tidak seperti beban-beban tipe lainnya dimana besarnya
tidak dipengaruhi oleh struktur bangunan yang terkena gempa, besarnya beban gempa sangat
dipengaruhi oleh kondisi struktur bangunannya. Ini terjadi karena beban gempa bekerja melalui
lapisan tanah yang bergerak siklis baik dalam arah horisontal maupun vertikal. Gerakan siklis ini
akan menyebabkan bagian bawah suatu bangunan untuk ikut bergerak mengikuti gerakan lapisan
tanah dimana bangunan tersebut berdiri. Karena bangunan memiliki massa, maka inersia massa
dari bagian atas bangunan memberikan tahanan terhadap pergerakan. Gaya tahanan inilah yang kita
kenal sebagai beban gempa. Dari sini jelas bahwa beban gempa sangat tergantung dari massa suatu
bangunan. Selain itu beban gempa juga dipengaruhi oleh kekakuan dari struktur bangunan. Kalau
kakakuan struktur dari bangunan itu sangat tinggi, maka bagian atas bangunan juga akan bergerak
bersama-sama dengan bagian bawah, atau dengan kata lain periode dari struktur sama dengan
periode dari gelombang gempa. Dalam hal ini, jika massa bangunan adalah m, dan percepatan
gempa adalah a, maka beban/ gaya yang bekerja pada bangunan tersebut adalah F =m x a. Struktur
jenis ini biasanya ditemui pada bangunan-bangunan rendah (bertingkat rendah). Sedangkan untuk
bangunan bertingkat menengah, strukturnya mempunyai sedikit fleksibilitas sehingga biasanya gaya
gempaF < m x a. Sedangkan untuk bangunan bertingkat tinggi, strukturnya biasanya mempunya
periode alaminya yang besar. Sehingga jika dikenai gelombang gempa yang berkepanjangan, akan
terjadi kemungkinan terkena gempa dengan periode gelombang yang hampir sama dengan periode
alami dari struktur. Jika hal ini terjadi maka akan terjadi resonansi yang akan mengakibat
goncangan yang besar pada struktur. Dalam hal ini maka beban gempa yang terjadi F > m x a. Jadi
terlihat disini beban gempa yang terjadi di struktur suatu bangunan sangat bergantung pada
konfigurasi dari strukturnya.

Seperti disinggung sebelumnya, tingkat penurunan intensitas dari gempa yang mempunyai periode
gelombang besar adalah rendah. Ini berarti bahwa gelombang gempa dengan periode tinggi akan
mampu mencapai jarak yang jauh dari pusat gempa. Jika pada jarak yang jauh tersebut kita
membangun gedung bertingkat tinggi (periode alami tinggi), maka efek dari gempa dengan pusat
gempa yang jauh tersebut bisa menjadi besar karena terjadi resonansi. Gedung bertingkat tinggi
biasanya mempunyai periode alami antara 1.0 sampai 5.0 detik. Beberapa saat setelah gempa terjadi,
periodenya biasanya berkisar antar 0 sampai 0.5 detik, yang tidak berpengaruh terhadap gedung
tinggi. Akan tetapi di saat-saat terakhir sebelum gempa berhenti, biasanya periodenya panjang dan
ini bisa menyebabkan resonansi dengan gedung tinggi. Sebaliknya gedung-gedung rendah akan
merasakan pengaruh yang besar akibat gempa jika terletak dekat dengan lokasi gempa.

Jadi dari uraian diatas kita bisa simpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi beban gempa:

 Lokasi pusat gempa (jauh atau dekat)


 Kondisi tanah di lokasi bangunan yang ditinjau
 Karakteristik gempanya (intensitas, periodenya, lamanya

Anda mungkin juga menyukai