Anda di halaman 1dari 19

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMPLIKASI POST PARTUM

PERDARAHAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas II

Disusun oleh :
1. Oktaviana Zulfa
2. Pradita Fajar S
3. Ricardo Rahmadika
4. Rieza Fironika
5. Sari Nur Fadilah
6. Sandy Fajar R

PSIK 4B
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAKOMPLIKASI
POST PARTUM PERDARAHAN
” dengan baik.
Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya dosen pembimbing kami yang telah membimbing kami hingga
terselesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca sangat kami perlukan dalam perbaikan makalah ini.
Dan semoga makalah ini bisa berguna bagi kami dan pembaca.

Kendal, 12 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................4
C. TUJUAN.........................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. DEFINISI........................................................................................................................................6
B. ETOLOGI........................................................................................................................................6
C. FAKTOR RESIKO..........................................................................................................................7
D. TANDA GEJALA...........................................................................................................................8
E. PATOFISIOLOGI...........................................................................................................................9
F. KOMPLIKASI................................................................................................................................9
G. PATHWAY...................................................................................................................................10
H. PENATALAKSANAAN...............................................................................................................12
I. ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................................13
BAB III......................................................................................................................................................17
PENUTUP.................................................................................................................................................17
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang masih dan berasal dari tempat
implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya juga merupakan
salah satu penyebab kematian ibu disamping perdarahan karena hamil ektopik dan
abortus (Prawiroharjo, 2012). Faktor resiko terjadinya perdarahan postpartum yaitu : usia,
paritas, janin besar, Riwayat buruk persalinan sebelumnya, anemia berat, kehamilan
ganda, hidramnion, partus lama, partus presipitarus, penanganan yang salah pada kala III,
hipertensi pada kehamilan, kelainan uterus, infeksi uterus, tindakan operatif dengan
anastesiyang terlalu dalam (Lestrina, 2012).
Angka kematian ibu (AKI) merupakan indicator utama derajat Kesehatan
masyarakat dan ditetapkan sebagai salah satu tujuan MIllenium Development Goals
(MDGs). AKI Indonesia diperkirakan tidak akan dapat mencapai target MDG yang
ditetapkan yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Pada oktober yang
lalu kita kejutkan dengan perhitungan AKI menurut SDKI 2012 yang menunjukan
peningkatan (dari 2228 per 100.00 kelahiran hidup menjadi 359 per 100.000 kelahiran
hidup).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan perdarahan post partum?
2. Apa penyebab terjadinya perdarahan post partum?
3. Apa saja faktor resiko dari perdarahan post partum?
4. Bagaimana tanda gejala terjadinya perdarahan post partum?
5. Bagaimana patofisiologi perdarahan post partum?
6. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi akibat perdarahan post partum?
7. Seperti apa pathway perdarahan post partum?
8. Bagaimana penatalaksanaan perdarahan post partum?
9. Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien dengan perdarahan post partum?
C. TUJUAN
Tujuan umum :
Makalah ini di buat untuk menjelaskan asuhan keperawatan yang harus diberikan
kepada pasien dengan perdarahan post partum.
Tujuan khusus :
1. Mahasiawa/i mampu memahami definisi dari perdarahan post partum.
2. Mahasiswa/i mampu memahami etiologi dari perdarahan post partum.
3. Mahasiswa/i mampu memahami faktor resiko dari perdarahan post partum.
4. Mahasiswa/i mampu memahami tanda gejala dari perdarahan post partum.
5. Mahasiswa/i mampu memahami patofisiologi dari perdarahan post partum.
6. Mahasiswa/i mampu memahami pathway dari perdarahan post partum.
7. Mahasiswa/i mampu memahami komplikasi dari perdarahan post partum.
8. Mahasiswa/i mampu memahami penatalaksanaan dari perdarahan post partum.
9. Mahasiswa/i mampu memahami asuhan keperawatan dari perdarahan post partum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Istilah perdarahan postpartum dalam arti luas mencangkup semua perdarahan
yang terjadi setelah kelahiran bayi: sebelum, selama dan sesudah keluarnya plasenta.
Menurut definisi, hilangnya darah lebih dari 500 ml selama 24 jam pertama merupakan
perdarahan postpartum. Setelah 24 jam, keadaan ini dinamakan perdarahan postpartum
lanjut atau late postpartum hemorrhage. Insidensi perdarahan postpartum sekitar 10
persen(Oxorin, Harry, & Forte, William R. 2010).
Pada kelahiran normal akan terjadi kehilangan darah sebanyak kurang-lebih 200
ml. Episiotomy meningkat angka ini sebesar 100 ml dan kadang-kadang lebih banyak
lagi. Wanita hamil mengalami peningkatan jumlah darah dan cairan sehingga kehilangan
500 ml darah pada wanita sehat setelah melahirkan tidak mengakibatkan efek yang
serius. Akan tetapi kehilangan darah sekalipun dengan jumlah yang lebih kecil dapat
menimbulkan akibat yang berbahaya pada wanita yang anemis.
B. ETOLOGI
Perdarahan postpartum bisa disebabkan karena :
1) Atonia Uteri
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya myometrium untuk
berkontraksi setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis fikontrol
oleh kontraksi serat-serat myometrium terutama yang berada di sekitar pembuluh
darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta (Wiknjosastro, 2006).
Kegagalan kontraksi dan retraksi dari serat myometrium dapat menyebabkan
perdarahan yang cepat dan parah serta syok hipovolemik. Kontraksi myometrium
yang lemah dapat diakibatkan oleh kelelahan karena persalinan lama atau persalinan
yang terlalu cepat, terutama jika dirangsang. Selain itu, obat-obatan seperti obat anti-
inflamasi nonsteroid, magnesium sulfat, beta-simpatpmimetik, dan nifedipine juga
dapat menghambat kontraksi myometrium. Penyebab lain adalah situs implantasi
plasenta di segmen bawah Rahim, korioamnionitis, endomiometritis, septikemia,
hipoksia pada solusio plasenta, dan hipotermia karena resusitasi masif (Ruede et al,
2013).
2) Laserasi jalan lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma.
Pertolongan persalinan yang semakin manipulative dan traumatic akan memudahkan
robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan pada saat
pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomy,
robekan spontan perineum, trauma forsep atau vakum ekstraksi, atau karena versi
ekstraksi (Prawiroharjo, 2010).
3) Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi waktu 30
menit setelah bayi baru lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta belum lepas dari
dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Retensio plasenta
merupakan etiologi tersering kedua dari perdarahan postpartum (20% - 30% kasus).
Kejadian ini harus didiagnosis secara dini karena retrensio plasenta sering dikaitkan
dengan atonia uteri untuk diagnosis utama sehingga dapat membuat kesalahan
diagnosis. Pada retrensio plasenta, resiko untuk mengalami PPP 6 kali lipat pada
persalinan normal (Ramadhani, 2011).
4) Koagulopati
Perdarahan postpartum juga dapat terjadi karena kelainan pembekuan darah.
Penyebab tersering PPP adalah atonia uteri, yang disusul dengan tertinggalnya
Sebagian plasenta. Namun, gangguan pembekuan darah dapat pula menyebabkan
PPP. Hal ini disebabkan karena defisiensi faktor pembekuan dan penghancuran fibrin
yang berlebihan. Gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit
keturunan ataupun didapat. Kelainan pembekuan darah dapat berupa
hipofibrinogemia, trombositopenia, Idiopathic, Thrombocytopenic, purpura (ITP),
HELLP syndrome (hemolysis, evalted liver enzymes, and low platet count),
Dissminated Intravaskuler Coagulation (DIC), dan Dilutional coagulopathy
(Wiknjososastro, 2006; Prawiroharjo, 2010).
C. FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor resiko yang meningkatkan kejadian perdarahan postpartum yaitu:
a. Persalinan lama
b. Bayi dalam janin lebih dari satu
c. Episiotomy (tindakan membuka janin lahir dengan memberikan potongan di sekitar
jalan lahir)
d. Bayi besar lebih dari 4000 gr
e. Riwayat perdarahan sebelumnya
f. Anemia saat hamil
g. Usia kehamilan terlalu tua (lebih dari 38 tahun)
D. TANDA GEJALA
Penyebab yang Gejala dan Tanda
Harus dipikirkan
Atonia Uteri  Perdarahan segera setelah anak lahir
 Uterus tidak berkontraksi atau lembek
Retensio Plasenta  Plasenta belum dilahirkan dalam 30 menit
setelah kelahiran bayi
Sisa Plasenta  Plasenta atau sebagai selaput tidak lengkap
 Perdarahan dapat muncul 6-10 hari pascasalin
disertai subinvolusi uterus
Robekan jalan lahir  Perdarahan segera
 Darah segar yang mengalir segera setelah bayi
lahir
Ruptura Uteri  Perdarahan segera (intraabdominal dan/atau
pervaginam)
 Nyeri perut yang hebat, Kontraksi yang hilang
Inversion uteri  Fundus uteri tidak teraba, Lumen vagina terisi
massa, Nyeri ringan atau berat
Gangguan pembekuan darah  Perdarahan tidak berhenti, encer, tidak terlihat
gumpalan darah
 Kegagalan terbentuknya gumpalan pada uji
pembekuan darah sederhana
 Terdapat faktor prediposisi : solusio plasenta,
IUFD, eklampsia, emboli air ketuban

E. PATOFISIOLOGI
Hemostasis di placenta site
Mendekati waktu persalinan, diperkirakan bahwa setidaknya 600 ml/menit darah
mengalir melalui ruang intervillous(Wahyuningsih, Sri. 2019).
Aliran ini dibawa oleh arteri spiral, yang kira-kira sebanyak 120, dan vena yang
menyertainya. Dengan pemisahan plesenta, pembuluh ini teravulasi.
 Hematosis di tempat implementasi plasenta dicapai pertama kali oleh kontraksi
dari meometrium yang memfaatkan sejumlah pembuluh darah besar. Hal ini
berikutnya diikuti oleh gumpalan dan obliterasi dari lumen tersebut. Dengan
demikian, perlekatan dari potongan plasenta atau bekuan darah besar yang
mencegah efektifitas kontraksi myometrium dapat mengganggu hemostasis di
lokasi implantasi.
 Oleh karena itu tampak jelas bahwa perdarahan postpartum yang fataldapat terjadi
karena atonia uteri meskipun koagulasi normal. Sebaliknya, jika miometriumpada
tempat implantasi berkontraksi dengan sangat baik, perdarahan yang fatal tidak
ungkin terjadi bahkan dalam keadaan ketika koagulasi mungkin terganggu parah.
F. KOMPLIKASI
Perdarahan post partum yang tidak ditangan dapat mengakibatkan :
1. Syok hemoragie
Akibat terjadinya perdarahan, ini akan mengalami syok dan menurunnya kesadaran
akibat banyaknya darah yang keluar.hal ini mengakibatkan gangguan sirkulasi darah
ke tubuh dapat hipovolemia. Apabila hal ini tidak ditangani dngan cepat dan tepat,
maka akan menyebabkan kerusakan dan selanjutnya merusak bagian korteks renal
yang dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila hal ini tidak di tangani akan menyebabkan
ibu tidak terselamatkan.
2. Anemia
Anemia terjadi akibat banyak darah yang keluar dan menyebabkan perubahan
hemostasis dalam darah, juga termasuk hematocrit darah. Anemia dapat menjadi
masalah apabila tidak segera ditangani, yaitu pusing dan juga akan berdampak juga
pada ASI bayi.

3. Sindrom Sheehan
Hal ini terjadi, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum sampai syok.
Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan nekrosisi
kelenjar hipofisi. Nekrosis kelenjar hipofisi dapat mempengaruhi sistem endokrin.
G. PATHWAY

Perdarahan postpartum

Gejala klinis :
Perdarahan lanjut Pemeriksaan penunjang :
Subinvolusi , nyeri Laboratorium
Uterus masih lembek USG vagina

Persiapan tatalaksana :
Infus-transfusi
Profilaksis AB
Pemberian albumin

Gangguan pembekuan Sisa plasenta : Perlukaan jalan lahir :


darah: Lakukan pengeluaran Perlukaan jalan lahir
Evaluasi faktor sisa plasenta di jahit
pembekuan darah
Transfuse darah baru

Komplikasi tindakan :
Trauma tindakan
Infeksi berlanjut
Syok iriversibel
Manajemen Aktif Kala III :
Pemberian Oxytocin setelah bayi lahhir
Peregangan tali pusat terkendali
Masase uterus setelah plasenta lahir

Perdarahan aktif

Penurunan tek darah

Peningkatan nadi PERDARAHAN POST PARTUM

Atonia Uterus Robekan jalan Retensio Gang.


Tonus lahir inversion plasenta Pembekuan
Resusitasi :
uteri trauma TISSUE darah Trombin
Infus 2 jalur
Oksigen sungkup
Monitor tanda vital

Balance cairan EMPAT T


Kerjasama tim
Kompres bimanual Ekxplorasi Periksa Observasi pembekuan
jalan lahir kelengka darah
Oxytocin 20 IU dlm
pan
RL/NaCL Eksplorasi Cek Hb, HI, CT, BT,
plasenta
Infus RL 500 L/10mnt uterus Gol. Darah

Misoprostol/cylotex Jahitan laterasi Manual Penggantian factor


1000 mcg perrectal jalan lahir plasenta pembekuan darah,
Methergine 0,2 mg IV Reposisi transfuse FFP
Kuretase
inversion uterus Transfuse trombos

Perdarahan > 1000- 1500 ml

Perdarahan massif

Tranfusi PRC, trombosit dan factor pembekuan darah

Peningkatan tekanan darah dengan pemberian vasopressor

Persiapan ICU untuk anastesi, hematologi dan bedah

Prosedur tamponade uterus

Embolisasi pembuluhPemeriksaan
darah, ligase,fisik
penjahitan,
: kompresi
si

Teratasi

Palpasi abdomen
ata

Histerektomi
t er
ak

Isnpekulo
d
Ti

Periksa dalam
ICU RUJUK Laborat
Pemeriksaan ketat :
Kesadaran umum
Produksi urin

Balance cairan

H. PENATALAKSANAAN
Penanganan pasien dengan PPP memiliki dua komponen utama yaitu resusitasi
dan pengelolaan perdarahan obstetri yamg mungkin disertai syok hipovolemik dan
indentifikasi serta pengelolaan penyebab dari perdarahan. Keberhasilan pengelolaan
perdarahan postpartum mengharuskan kedua komponen secara simultan dan sistematis
ditangani(Manuaba, Ida Bagus Gde. 2003)
Prinsip penatalaksanaan untuk pasien dengan perdarahan pasca persalinan yaitu :
a. Yang terbaik adalah tindakan pencegahan :
1. Sejak masa antenatal, atasi anemia dengan nutrisi/gizi yang adekua, zat besi,
vitain dan mineral.
2. Pada ibu dengan riwayat perdarahan pasca persalinan sebelumnya, persalinan
harus berlangsung di rumah sakit.
3. Tidak boleh memijat dan mendorong uterus kebawah sebelum plasenta lepas.
b. Penanganan segera setelah dilakukan perdarahan pasca persalinan :
1. Bila di jumpai adanya syok, maka segera berikan cairan infus, transfuse darah,
control perdarahan dan pemberian oksigen.
2. Bila tidak ada syok atau syok sudah teratasi, segera lakukan pemeriksaan untuk
menemukan etilogi.
3. Pemberian obat-obatan untuk memperkuat kontraksi uterus, seperti oksitosin.
4. Melakukan tindakan kuret apabila terdapat sisa jaringan plasenta yang tertinggal
di dalam uterus.
5. Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah dan lakukan pemeriksaan :
- Kadar hemoglobin ( pemeriksaan hematologi rutin ).
- Penggolongan ABO dan tipe Rh serta sampel untuk pencocokansilang.
- Profil hemostasis.
 Waktu perdarahan (Bleeding Time/BT)
 Waktu pembekuan (Clotting Time/CT)
 Prothrombin time (PT)
 Activated partial thromboplastin time (APTT)
 Hitung trombosit
 Fibrinogen
6. Lakukan pengawasan tekanan darah, nadi dan pernafasan pada ibu.
7. Periksa kondisi abdomen : kontraksi uterus, nyeri akut, perut luka, dan tinggi
fundus uteri.
8. Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi (jika
ada, misal : robekan serviks atau robekan vagina).
9. Periksa kelengkapan plasenta atau ketuban.
10. Tentukan penyebab dari perdarahan dan lakukan tatlaksana spesifik sesuai
penyebabnya.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan fisik
Pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat,
kecil, ekstermitas dingin serta tampak darah keluar melalui vagina terus menerus.
b. Pemeriksaan obstetri
Mungkin kontraksi usus lembek, uterus mebesar bila ada atonia uteri. Bila
kontraksi uterus baik, perdarahan mungkin karena luka jalan lahir.
c. Pemeriksaan ginekologi
Dilakukan dalam keadaan baik atau telah diperbaiki, dapat diketahui kontraksi
uterus, luka jalan lahir dan retensi sisa plasenta.
d. Pemeriksaan laboratrium
Pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, tes antibody, pemeriksaan faktor
koagulasi waktu perdarahan.
e. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ada atau tidaknya gumpalan darah atau retensi sisa plasenta.
(Wahyuningsih, 2019)
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b.d. nyeri persalinan. (00132)
b. Defisit volume cairan b.d. asupan cairan kurang. (00027)
c. Resiko syok b.d. devisit volume cairan. (00205)
d. Penurunan curah jantung b.d. kehilangan cairan darah akibat perdarahan. (00029)
e. Ketidakefektifan pola napas b.d. nyeri persalinan. (00032)
3. Rencana tindakan keperawatan
Diagnosa
No Kriteria hasil Intervensi
keperawatan
1. Nyeri akut b.d. NOC: NIC:
nyeri persalinan. - Nyeri akut (00132) - Nyeri akut (00132)
(00132)
Setelah dilakukan tindakan Intervensi yang dapat
keperawatan selama 3x 24 dilakukan yaitu:
jam, diharapkan nyeri - Akupresure
dapat berkurang atau - Pemberian analgesic
teratasi dengan kriteria - Pemberian anastesi
hasil: - Manajemen nyeri
- Tingkat nyeri - Pengalihan
berkurang - Terapi oksigen
- Dapat mengontrol - Terapi relaksasi
nyeri - Monitor TTV
- Kepuasan klien:
menegement nyeri
- Tingkat kenyamanan
meningkat
- TTV normal
2. Defisit volume NOC : NIC :
cairan b.d. asupan - Defisit volume cairan - Defisit volume cairan
cairan kurang. (00027) (00027)
(00027)
Setelah dilakukan tindakan Intervensi yang dapat
keperawatan selama 3x 24 dilakukan yaitu :
jam, diharapkan - Pencegahan
kebutuhancairan terpenuhi perdarahan
dengan kriteria hasil: - Penguranga
- Keseimbangan cairan perdarahan : uterus
- Hidrasi post partum
- Keparahan hipotensi - Pemberian produk
- Perfusi jaringan : darah
preifer - Manajemen alat akses
- TTV vena sentral
- Keparahan kehilangan - Manajemen
darah elektrolit/ cairan
- Monitor cairan
- Manajemen
hipovelomi
- Pemasangan infus
- Manajemen syok
- Pencegahan syok
- Monitor TTV
3. Resiko syok b.d. NOC : NIC :
devisit volume - Resiko syok (00205) - Resiko syok (00205)
cairan. (00205)
Setelah dilakukan tindakan Intervensi yang dapat
keperawatan selama 3 x 24 dilakukan yaitu :
jam, diharapkan tidak - Pencegahan
terjadi syok dengan perdarahan
kriteria hasil : - Pengurangan
- Keparahan syok : perdarahan : uterus
hipovolemik post partum
- Keparahan kehilangan - Pemberian produk
darah darah
- Reaksi tranfusi darah - Manajemen cairan
- Status sirkulasi - Monitor cairan
- Keparahan hipotensi - Resusitasi cairan
- Kontrol risiko - Manajemen
- Tanda-tanda vital hipovolemi
- Perlindungan infeksi
- Terapi oksigen
- Monitor TTV
- Manajemen alat akses
vena sentral
- Pemasangan infus
- Terapi IV
- Pemberian obat
- Monitor pernafasan
4. Penurunan curah NOC: NIC:
jantung b.d. - Penurunan curah - Penurunan curah
kehilangan cairan jantung (00029) jantung (00029)
darah akibat
perdarahan. Setelah dilakukan tindakan Intervensi yang dapat
(00029) keperawatan selama 3x 24 dilakukan yaitu:
jam, diharapkan curah - Menejemen jalan
jantung normal dengan nafas
kriteria hasil: - Manajemen energi
- Pompa jantung efektif - Manajemen cairan
- Status sirkulasi baik - Monitor cairan
- Tingkat kecemasan - Terapi oksigen
menurun - Monitor pernapasan
- Tingkat kelelahan - Pencegahan syok
berkurang - Monitor TTV
- Status pernapasan baik - Pengurangan
- TTV normal perdarahan: uterus
post partum
- Pemberian produk
darah
- Pemasangan infus
- Terapi intravena
- Manajemen nyeri
- Perlindungan
terhadap hak pasien

5. Ketidakefektifan NOC: NIC:


pola napas b.d. -ketidak efektifan pola -ketidak efektifan pola
nyeri persalinan. napas (00032) napas (00032)
(00032)
Setelah dilakukan tindakan Intervensi yang dapat
keperawatan selama 3x 24 dilakukan yaitu:
jam, diharapkan pola - Manajemen jalan
napas kembali normal nafas
dengan kriteria hasil: - Terapi oksigen
- Status pernapasan - Pengurangan
membaik kecemasan
- Status penapasan: - Monitor pernafasan
ventilasi - Monitor TTV
- Respon penyapihan - Pencegahan aspirasi
ventilasi menkanik: - Manajemenenergi
dewasa - Dukungan emosional
- Tingkat kesemasan - Monitor cairan
menurun manajemen nyeri
- Kognisi normal tingkat
kelelahan berkurang
- Tingkat nyeri
berkurang
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24
jam setelah anak lahir. Perdarahan post partum dapat dibedakan menjadi perdarahan post
partum primer dan sekunder. Perdarahan post partum dapat disebabkan oleh atonia uteri,
laserasi jalan lahir, retensio plasenta, hematoma dan kelainan pembekuan darah(Oxorin,
Harry, & Forte, William R. 2010).
Karena etiologi dari perdarahan post partum berbeda-beda oleh sebab itu untuk
penanganannya juga berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro H,dkk (ed.). 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.

KEMENKES RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta: KEMENKES RI

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi.
Jakarta : EGC.

Wahyuningsih, Sri. 2019. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum dengan Panduan
Persiapan Praktikum Mahasiswa Keperawatan. Yogyakarta : Deepublish.

Oxorin, Harry, & Forte, William R. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta: CV Andi Offset.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2003. Pengantar Kuliah Obsteri. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai