Anda di halaman 1dari 19

SATU TINJAUAN DISKRIPSI TENTANG

MODALITAS BAHASA INGGRIS DAN BAHASA INDONESIA


Eryon

Foreign Language School of Yunisla, Bandar Lampung 35142


Indonesia

Abstrak

Modalitas adalah sikap pembicara atas keterlibatannya terhadap kebenaran proposisi


tuturannya. Sikap ini bisa dimarkahi dengan pemarkah leksikal yang berbeda yaitu dalam bentuk kata,
frasa, atau klausa. Modalitas ada dalam tataran semantik yang berarti bisa muncul dalam semua bahasa
dengan bentuk pengungkapnya masing masing. Modalitas bisa dinilai dan diukur berdasarkan perangkat
prinsipyang dikemukakan oleh Perkins. Dengan perangkat prinsip inilah subkategori modalitas semua
bahasa bisa diamati, dinilai, dan diukur. Melalui perangkat prinsip ini, serta ditambah teori-teori lain
dari Perkins, Palmer, Coates, dan Quirk et al dan Alwi subkategori modalitas Bahasa Inggris dan
Bahasa Indonesia didiskripsikan.

Kata Kunci: modalitas, subkategori, modalitas epistemik, modalitas dinamik, modalitas


deontik

1. LATAR BELAKANG kementakan (likelihood), intensional,


Modalitas aletik adalah modalitas dimana
Modalitas adalah suatu ungkapan si pembicara tidak melibatkan
yang sering kita temukan dalam bahasa pemikirannya dalam menilai kebenaran
Inggris yang diungkapkan dengan proposisi tuturannya karena proposisinya
pengungkap modalitas seperti can, could, memang sudah pasti benar dengan
may, might, must, have to, had to, will dsb. sendirinya. Modalitas epistemik adalah
Ungkapan ungkapan ini sering tidak modalitas dimana si pembicara melibatkan
menjadi perhatian kita secara semantik, penilaiannya terhadap kebenaran proposisi
tetapi lebih sering kita membahasnya dari tuturannya, misalnya meragukan (Bahasa
segi pandangan grammatikal. Jarang kita Inggris: may, maybe, Bahasa Indonesia :
temukan buku atau artikel yang secara mungkin, barangkali).
khusus membahas pengungkap modalitas Modalitas deontik adalah
ini dari sudut pandang semantik yang lebih modalitas dimana si pembicara terlibat
mendalam. Yang sering kita temukan dalam hal perintah, larangan dan izin.
bahwa can bisa berarti ‘bisa’ atau’ mampu’ Modalitas dinamik adalah modalitas
serta ‘izin’, may mempunyai arti ‘boleh’ dimana aktualisasi peristiwa dalam
atau ‘mungkin’, must mempunyai arti proposisi tergantung pada subjek kalimat.
‘harus’ dsb. Modalitas aletik adalah modalitas yang
Begitu juga dalam bahasa menunjukkan keterlibatan penilaian si
Indonesia jarang kita temukan buku atau pembicara dalam kebolehjadian suatu
artikel yang membahas secara utuh proposisi benar atau tak benar. Modalitas
tentang pengungkap modalitas. Sejauh ini ini tidak dibahas dalam tulisan ini karena
yang penulis ketahui baru Alwi yang menurut Alwi (1992) modalitas ini bisa
membahas pengungkap modalitas Bahasa masuk kategori modalitas epistemik. Yang
Indonesia secara utuh dalam disertasinya. terakhir adalah modalitas intensional
Dalam artikel ini saya mencoba membahas menunjukkan kemauan, keinginan dan
secara utuh namun singkat pengungkap
modalitas Bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia dari sudut pandang semantik.
Modalitas dapat dibagi menjadi
subkategori modalitas seperti modalitas
aletik, epistemik, deontik, dinamik,
Eryon, Satu Tinjauan Diskripsi ...

harapan si pembicara. Modalitas ini tidak peristiwa yang digambarkan proposisi


dibahas dalam artikel ini. bersangkutan. Pengungkap prinsip mencakup
kaidah penalaran atau rasional (rational laws
2. KERANGKA TEORI atau laws of reason). Dengan kaidah rasional
2.1 Modalitas seseorang bisa melakukan interpretasi dan
Modalitas berhubungan dengan sikap penilaiannya terhadap sesuatu yang dihadapinya
pembicara/penulis atas keterlibatannya dalam apakah di dunia nyata atau kemungkinan melalui
proposisi tuturan. Misalnya suatu proposisi (1) daya nalarnya sendiri. Dengan kaidah sosial
He is ill yang dituturkan seseorang, maka penafsiran dan penilaian seseorang terhadap
proposisi ini bisa disikapi bermacam-macam. sesuatu yang dihadapinya itu didasarkan pada
Jika ia tidak mempunyai penilaian maka ia ketentuan atau peraturan yang secara eksplisit
berkata (1a) He is ill. Tetapi jika ia digariskan oleh penguasa atau lembaga
menilai/menyikapi proposisi ini seperti perikehidupan, anggota masyarakat yang
meragukan maka ia akan berkata (1b) He may be bersangkutan. Dengan hukum lain, alam
ill. JIka ia memastikan maka ia akan berkata (1c) hubungan antara perikeadaan (circumstance) dan
He must be ill. Sikap atau penilaian pembicara peristiwa yang tidak diaktualisasi (unactualized
terhadap proposisi tuturannya ini dimarkahi events) dapat ditafsirkan dan dinilai.
dengan pemarkah leksikal may dan must. Sikap Dengan ketiga perangkat prinsip
pembicara dengan perangkat leksikal ini yang tersebut, menurut Perkins kita bisa
disebut modalitas. mengaitkannya dengan semua subkategori
Contoh di atas memperlihatkan modalitas. Dengan perangkat prinsip tersebut, ia
perbedaan berikut. Pada (1a) tidak terlihat mengaitkannya dengan subkategori modalitas
keterlibatan pembicara. Sementara itu pada (1b) Reacher dan pada akhirnya ia membagi
dan (1c) terlihat keterlibatan pembicara. Jika ada subkategori modalitas menjadi modalitas aletik,
tuturan yang tidak menyangkut pandangan epistemik, deontik, dan dinamik. Dikemukannya
subjektif pembicara, maka tuturan itu sekedar bahwa kaidah rasional berkaitan dengan
pernyataan faktual seperti pada (1a) di atas. modalitas aletik dan epistemik, kaidah sosial
Menurut Lyons (1968) kalimat yang tidak dengas modalitas deontik, dan kaidah hukum
mengandung maksud tersebut disebut kalimat dengan modalitas dinamik
deklaratif. Quirk et al. (1986:) memberikan contoh
Pengungkap sikap pembicara secara penggunaan could, might dan would seperti
leksikal berarti bentuk bahasa yang digunakan berikut. Could dan might digunakan untuk
bisa berupa kata, frasa atau klausa. Perkins tentative permission ‘izin yang tentatif’ (dalam
(1983) maupun Lyons (1995) mengatakan permohonan yang sopan) seperti pada (2) dan
bahwa dalam bahasa Inggris leksikalisasi bisa (3) dan tentative possibility ‘kemungkinan
melalui verba pewatas (auxiliary verbs), tentatif’seperti pada (4) atau dalam petunjuk dan
adverbia, dan adjektiva. Bahkan menurut permohonan yang sopan seperti (5a) dan (5b).
Perkins (1983) pengungkap modalitas bisa Would digunakan untuk tentative volition
berupa partisipial (be adviced to, be proposed ‘kemauan yang tentatif’ (dalam permohonan
to), nomina (It’s a certain that, It’s a suggestion yang sopan) seperti pada (5c)
that) dan verba (declare, conclude). Dalam (2) Could I see your driving licence ?
bahasa Indonesia pengungkap modalitas dapat (3) I wonder if I might borrow some coffee?
berupa adverbial seperti: harus, barangkali, (4) Of course I might be wrong.
Perkins (1983, 10-12) menempatkan (5a) You could answer these letters for me.
modalitas sebagai dunia kemungkinan sehingga (5b) Could you (please) answer these letters for
baik kebenaran peristiwa maupun proposisi me?
dapat dilihat, diamati, dinilai, dan diukur.Untuk (5c) Would you lend me a dollar (lebih sopan
itu ia mengajukan set of principles ‘perangkat dari penggunaan will)
prinsip’ yang sesuai dengan proposisi atau

44
Jurnal Linguistika, Oktober 2011, Volume 2, Nomor 2

2.2. Subkategori Modalitas epistemik ;kemungkinan. Contoh ini dapat


Seperti telah dinyatakan bahwa diparafrasa menjadi, ‘Saya berasumsi bahwa
subkategori modalitas bahasa Inggris dan bahasa berdasarkan waktu berangkat, waktu sekarang
Indonesia disamakan melalui perangkat prinsip: dan keadaan sarana angkutan umum, Paul
kaidah rasio, sosial dan hukum alam. Untuk sekarang berada di Liverpool.’
mengetahui subkategori dan pengungkap Perkins (1983: 4) merumuskan
modalitas beserta ciri masing-masing modalitas epistemik sebagai penilaian pembicara
pengungkap modalitas bahasa Inggris dan terhadap kemungkinan (possibility) dengan
bahasa Indonesia diperlukan suatu teori. Dalam pengungkap may dan keperluan (necessity)
tulisan ini, teori yang digunakan adalah teori dengan pengungkap must bahwa sesuatu itu
Perkins (1983) dan Coates (1983) untuk demikian atau tidak demikian. Keduanya dapat
pengungkap modalitas epistemik beserta ciri dihubungkan melalui penegasan. Ia dan Coates
masing-masing pengungkapnya dalam bahasa (1983: 20) mempunyai pendapat yang sama
Inggirs. Untuk pengungkap modalitas deontik yaitu bahwa hubungan antara kemungkinan dan
digunakan pendapat Perkins (1983) dan Coates keperluan melalui penegasian menghasilkan
(1983) serta ciri masing-masing pengungkapnya empat pasang makna.
dalam bahasa Inggris dari Palmer (1979), serta Coates memberikan contoh untuk tiap pasang
Quirk et al, (1985). Untuk pengungkap makna seperti berikut.
modalitas dinamik diperlukan pendapat Perkins (7) necessary to be = not impossible not to be
(1983) dan ciri-ciri pengungkap modalitas (Paul must be in Liverpool)
dinamik bahasa Inggris dari Coates (1983). (8) necessary not to be = not possible to be
Untuk ciri-ciri pengungkap modalitas bahasa ( Paula can’t be in Liverpool)
Indonesia digunakan pendapat Alwi (1992). (9) possible to be = not necessary not to be
(Paul may be in Liverpool)
(10) possible not to be = not necessary to be
2.2.1 Modalitas Epistemik ( Paul may not be in Liverpool)
Istilah epistemik berasal dari bahasa
Yunani yaitu episteme ‘pengetahuan’. Coates 2.2.2 Modalitas Deontik
(1983: 18) mengartikannya sebagai Modalitas deontik berkaitan dengan
kekurangyakinan (lack of confidence) dan pandangan pembicara terhadap peristiwa seperti
Perkins (1983: 10) sebagai kekurangtahuan mengizinkan, perintah, atau melarang. Sikap ini
(lack of knowledge). Menurut Perkins seseorang dilandasi pada kaidah sosial yang bisa berupa
yang mengetahui kebenaran proposisi memiliki kewenangan pribadi yang ditimbulkan adanya
praanggapan tentang kebenaran proposisi yang perbedaan jabatan, usia atau status sosial antara
diungkapkannya. Sementara itu seseorang yang seseorang dan orang lain atau berupa
meyakini kebenaran proposisi tidak memiliki kewenangan resmi yang berasal dari ketentuan
praanggapan. Oleh karena itu, sikap pembicara atau peraturan yang telah disepakati bersama
dalam modalitas epistemik ialah meyakini atau untuk mengatur perikepribadian kelompok
kurang meyakini kebenaran proposisi. masyarakat (Baca Perkins, 1983, dan Coates,
Dalam modalitas epistemik terdapat 1983). Kedua kewenangan itu (sumber deontik)
asumsi atau penilaian pembicara terhadap bisa berupa kewenangan memberi izin, perintah,
kemungkinan yang menggambarkan keyakinan atau larangan pada seseorang untuk
atau kekurangyakinan pembicara terhadap mengaktualisasi suatu peristiwa.
kebenaran proposisi. Yang berhubungan dengan Meunier (1981: 131) seperti dikutip Alwi
asumsi adalah must, should, dan ought todan (1992) menemukakan bahwa sumber deontik
yang berhubungan dengan kemungkinan adalah dapat dinyatakan secara implisit seperti (11a)
may, might, dan will (Coates, 1983: 18). Contoh atau eksplisit seperti (11b).
yang diberikannya ialah bahwa must pada (6) (11a) It it doit rentrer (Dia harus pulang)
He must be in Liverpool mempunyai makna

45
Eryon, Satu Tinjauan Diskripsi ...

mengatakan penegasian terhadap izin dapat


(11b)J’exige ga ‘il rentre (saya desak dia pula dinyatakan dengan melarang seperti
supaya segera pulang). Sumber deontik pada (12c)
pada (11b) ialah saya, sedangkan pada (12) You may/must/should/can not smoke
(11a) tidak dinyatakan secara in this room
eksplisit sehingga bisa diparafrasa menjadi (12a) Kamu tidak boleh/dapat/bisa
‘Keinginan X ialah supaya dia pulang, dan merokok di ruangan ini.
ini juga dapat ditafsirkan secara epistemik (12b) Kau boleh/dapat/bisa tidak merokok
‘Saya kira dia pulang.’ di ruangan ini.
Dalam modalitas deontik yang (12c) Saya melarang kamu merokok di
bersifat subjektif, pembicaralah yang ruangan ini.
menjadi sumber perintah atau larangan.
(Lyons, 1977: 832). Oleh karena itu 2.2.3 Modalitas Dinamik
modalitas ini berkaitan dengan ciri Modalitas deontik juga
performatif. Palmer (1979: 58-59) mempersoalkan sikap pembicara terhadap
mengatakan bahwa pada dasarnya aktualisasi peristiwa. Perkins (1983:10-11)
modalitas deontik adalah performatif. mengatakan bahwa yang dijadikan sebagai
Dengan menuturkan sebuah modal, tolak ukur pembicara ialah hukum alam,
seorang pembicara sebenarnya memberi sedangkan pada modalitas deontik adalah
izin (may, can) dan memerintah (must). kaidah sosial. Berdasarkan perbedaan tolak
Alwi menambahkan bahwa tidak hanya ukur ini maka modalitas dinamik berciri
mengatakan sesuatu, tetapi juga melakukan objektif dan deontik bersifat subjektif.
sesuatu yang dapat diamati pada perbuatan Palmer (1979: 197) menyebut modalitas
yang menyatakan izin, perintah, dan dinamik sebagai modalitas deontik yang
larangan. objektif dan modalitas deontik sebagai
Perintah keperluan deontik deontik yang subjektif.
dibedakan dari keperluan epistemik. Alwi Keterlibatan pembicara sebagai
(1992) membedakannya berdasarkan ciri sumber deontik izin atau perintah
ketransitifan. Perintah merupakan merupakan ciri kesubjektifan modalitas
keperluan deontik yang bercirikan transitif. deontik. Pembicara terlibat dalam
Yang dimaksud dengan transitif ialah aktualisasi peristiwa. Pada modalitas
adanya sumber yaitu si pembicara yang dinamik keterlibatan pembicara seperti itu
memberikan perintah untuk merealisasikan tidak ada karena karakteristik atau ciri
peristiwa. Sementara itu keperluan keinherenan subjek yang menentukan
epistemik yang bermakna keharusan berciri aktualisasi peristiwa dan perbedaan yang
intransitif karena tak ada sumber deontik, memungkinkan subjek berperan sebagai
tetapi merupakan suatu pengetahuan pelaku aktualisasi peristiwa.
pembicara terhadapat proposisi. Hubungan antara pembicara,
Perintah tidak hanya ‘perintah perikeadaan, dan peristiwa itu
melakukan sesuatu’, tetapi bisa juga dikemukakan oleh Perkins (1983:33-34)
‘perintah untuk tidak melakukan sesuatu’. melalui bentuk (13a dan 14a) yang masing-
Perintah yang kedua ini disebut larangan. masing memperlihatkan hubungan seperti
Larangan dalam bahasa Inggris yang digambarkan (13b dan 14b). Pada
diungkapkan dengan negasi not sesudah (13a) pembicara hanya menyatakan sesuatu
pengungkap modalitas seperti pada (12). hubungan dengan peristiwa yang
Dalam bahasa Indonesia diungkapkan dikemukakannya, sementara itu pada (14a)
dengan menambahkan negasi tidak yang dinyatakan pembicara itu tidak secara
sebelum pengungkap modalitas seperti langsung berhubungan dengan peristiwa
pada (12a) yang berarti penegasian pada karena dipisahkan atau dijauhkan oleh
pengungkap modalitas atau dengan keadaan tertentu yang tidak merintangi
pengungkap lain. Bila negasi tidak ada terjadinya peristiwa yang bersangkutan.
sesudah pengungkap modalitas seperti 13a) Jhon swims.
pada (12b), maka akan berarti izin karena (13b) Pembicara menyatakan
penegasian terhadap predikasi kalimat. John swims.
Oleh karena itu, Alwi (1992: 174)

46
Jurnal Linguistika, Oktober 2011, Volume 2, Nomor 2

(14a) John can swim

Keadaan yang muncul tidak merintangi

(14b) Pembicara menyatakan John swims


Faktor yang memisahkan perikeadaan dari tiga hal yaitu: (i) subjek bernyawa dan
peristiwa itulah yang menentukan kadar berfungsi agentif, (ii) verba utamanya
keinherenan subjek perilaku (Alwi, 1992) . perbuatan atau aktivitas, dan (iii)
Perikeadaan seringkali tidak dimunculkan kemungkinan perbuatan ditentukan oleh
(15a). Perikeadaan bisa dimunculkan atau ciri inheren subjek. Subjek kadang-kadang
diekplisitkan, misalnya dalam bahasa bisa tak bernyawa bila can jelas mengacu
Indonesia kalau diberi kesempatan yang pada ciri inheren subjek. Satu
merupakan bagian kalimat (15b) subkelompok verba persepsi seperti see,
(15a) Saya bisa melakukan hal itu. hear, feel, taste, smell, dan verba
(15b) Saya bisa melakukan hal itu kalau remember, understand merupakan verba
diberi kesempatan. yang merupakan perangkat inheren
manusia. Oleh karena itu verba-verba ini
3. DISKUSI mempunyai makna ‘kemampuan’. Bentuk
interogatif can ‘kemampuan’ menanyakan
3.1 Modalitas Epistemik Kemungkinan kemampuan bawaan (innate capability).
Bahasa Inggris Sementara itu bila tidak ada indikasi jelas
Coates (1983: 170) mengatakan ciri restriksi dan inheren subjek, maka can
bahwa selain menyatakan kemauan dan akan bermakna ‘kemungkinan.’ Tuturan
maksud (makna muasal), will dan shall bisa diparafrasa dengan possible, dan
juga digunakan untuk menyatakan ramalan bentuk interogatif can ‘kemungkinan’
dan keteramalan. Ramalan adalah menanyakan eksistensi keadaan mampu
epistemik lemah dan keteramalan adalah atau tak mampu yang jawabannya yes atau
epistemik kuat. Oleh karena verba pewatas no.
will dan shall tidak masuk pada cakupan Ditambahkannya bahwa kadar
pembahasan tulisan ini, maka will dan inheren dan restriksi dapat membedakan
shall tidak akan dibahas lebih lanjut. izin, kemampuan, dan kemungkinan.
Kemungkinan dalam bahasa Kadar inheren rendah menandai
Inggris lebih sering diungkapkan dengan kemungkinan, dan inheren tinggi
can, could, may dan might. Menurut menandai kemampuan. Sementara itu
Perkins (1983) ada lagi bentuk pengungkap kadar restriksi rendah menandai
lain yaitu : be possible to, be possible that, kemungkinan, dan yang tinggi menandai
be possible that,; adverbial : possibly, izin. Restriksi yang dimaksud ialah
probably, perhaps, dan maybe dan seberapa jauh sumber deontik yang berupa
beberapa verba dan nomina (tetapi tidak kewenangan resmi atau individu
dibahas di sini). berpengaruh dan memberikan dorongan
Coates (1983: 10-11) mengatakan pada subjek untuk berperan sebagai pelaku
bahwa can mengandung makna muasal aktualisasi peristiwa.
;kemampuan’ dan ‘izin’, dan makna Disamping ciri-ciri di atas, Coates
epistemik ‘kemungkinan.’ Makna muasal juga menghubungkan pemakaian can
kemampuan merupakan modalitas dinamik dengan aspek predikasi kalimat.
dan makna muasal izin merupakan Dikatakannya semua modal adalah statif,
modalitas deontik. tetapi predikasi kalimat atau predikasi
Coates (1983: 87-93) menguraikan utamanya bisa memiliki salah satu aspek
ciri masing-masing makna can. Can akan statif, dinamik, atau iteratif. Predikasi
bermakna ‘izin’ bila ditemui tiga hal yaitu kalimat bisa mengacu pada suatu peristiwa
(i) subjek bernyawa, (ii) verba utama atau kejadian (aspek dinamik), keadaan
agentif, dan (iii) bisa diparafrasa dengan (aspek statif), dan kebiasaan atau kejadian
permitted atau allowed. Can akan yang bisa terjadi berulang-ulang (aspek
bermakna ‘kemampuan’ bila ditemukakan iteratif).

47
Eryon, Satu Tinjauan Diskripsi ...

Semua can yang bermakna ‘izin’ dan banyak mampu mengaktualisasi peristiwa
can yang bermakna ‘kemungkinan’ memiliki sebagaimana yang digambarkan proposisi
predikasi dengan aspek statif yang mengacu karena lebih besar dari crocodile dan
pada suatu peristiwa yang akan datang pada mempunyai belalai.
(16) dan (17) X : aktualisasi peristiwa dari proposisi di bawah
(16) You can leave the room – (You are allowed interpretasi deontik.
[you leave the room]) Jadi, K (C [keadaan empiris] tidak menghalangi
(17) I can change it (It is possible for me [I X [kebenaran peristiwa])
change it]) Can pada Elephants can kill crocodile
Semua can yang bermakna akan bermakna ‘kemungkinan’ karena :
‘kemampuan’ memiliki predikasi kalimat K : (C tidak menghalangi X)
dengan aspek iteratif, seperti pada (18). K : menggambarkan kaidah sosial
Predikasi kalimatnya mengimplikasikan suatu C : keadaan empiris sesuai dengan kaidah yang
kepotensialan terhadap tindakan yang berulang- digunakan seperti : (i) kadar inheren rendah
ulang atau kebiasaan. : subjek tidak mampu mengaktualisasi
(18) She can swim = (She is able [she swim]) peritiwa (kill crodcodile) sebagaimana
Perkins (1983: 35) mengajukan suatu digambarkan proposisi karena misalnya
rumusan untuk mengetahui apakah can memiliki gajahnya kecil , tidak berani, dan (ii) kadar
makna ‘izin’, ‘kemampuan’ atau ‘kemungkinan’. restriksi rendah.
Adapun rumusnnya adalah: X : mencerminkan kebenaran proposisi dibawah
Can : K (C tidak menghalangi X) interpretasi epistemik.
K kaidah yang digunakan pembicara Jadi K (C [keadaan empiris] tidak menghalangi
(kaidah rasional, kaidah sosial, atau K [kebenaran proposisi])
hukum alam) dalam memandang Perkins 1983) dan Coates (1983)
sesuatu. mengatakan bahwa may juga mempunyai makna
C keadaan empiris yang sesuai dengan epistemik ‘kemungkinan’ dan muasal ‘izin’.
kaidah yan digunakan. Menurut Perkins, may mempunyai makna
X konsekuensi yang ditimbulkan oleh muasal yang sama dengan can. Perbedaannya
penerapan kaidah terhadap hukum alam. ialah can paling pas berhubungan dengan hukum
Rumusan Perkins ini tidak bisa alam dan kaidah sosial, sedangkan may paling
sepenuhnya diterapkan. Misalnya untuk pas berhubungan dengan kaidah rasional dan
mengetahui makna can pada proposisi (19) kaidah sosial. Coates membedakan makna may
Elephants can kill crocodile. Ketika kita sebagai ‘izin’ dan ‘kemungkinan’. Sebaliknya
menggambarkan keadaan empiris yang sesuai bila tidak ada keterlibatan kekuasaan manusia,
dengan kaidah yang digunakan, kita akan hukum aturan yang mencegah X melakukan
mengalami kesulitan karena kita tidak bisa sesuatu, maka may akan bermakna
membuktikannya. Untuk mengatasi kesulitan ini ‘kemungkinan’.
kita bisa menerapkan ciri-ciri yang dikemukakan Dari paparan di atas terlihat bahwa may
Coates. bisa bermakna ‘izin’ dan ‘kemungkinan’, tetapi
Can pada Elephants can kill crocodile tidak ada yang bermakna ‘kemampuan.’ Untuk
akan bermakna ‘kemampuan’ karena membedakannya, kita bisa menggunakan
K : (C tidak menghalangi X) rumusan may dari Perkins yaitu :
K : menggambarkan hukum alam My : K (tidak menghalangi X)
C : keadaan empiris sesuai dengan hukum alam K : kaidah yang digunakan (rasional dan sosial)
seperti (i) subjek bernyawa dan berfungsi dalam memandang sesuatu
agentif, (ii( verba utamanya menggambarkan C : sumber deontik atau evidensi yang relevan
perbuatan dan kegiatan fisik, (iii) predikasi dengan kaidah yang digunakan
kalimat beraspek iteratif karena kemampuan
membunuh buaya (kill crocodile) berpotensi
terjadi berulang-ulang, dan (iv) terdapat
kadar inheren yang tinggi: subjek elephants

48
Jurnal Linguistika, Oktober 2011, Volume 2, Nomor 2

X : kemunculan peristiwa atau kebenaran dengan could yang bisa merupakan bentuk past
proposisi. atau bukan dari can seperti pada (25) dan (26).
Selain can dan may, pengungkap Happer (1980: ) mengatakan bahwa can
modalitas epistemik kemungkinan yang lain mempunyai makna ‘kemungkinan’ tentatif.
ialah be possible to, be possible that, possibly, Palmer (1979: 48) berpendapat might
probably, perhaps dan maybe. Fungsi utama menunjukkan sikap sedikit kurang pasti tentang
kata-kata ini adalah pengungkap modalitas. ‘kemungkinan’ dan juga merupakan
(Perkins, 1983). kemungkinan tentatif.
Dalam bahasa Inggris tidak ada dua (23) We didn’t seem to know the answer and we
verba pewatas bisa muncul dalam satu thought to perhaps you might.
klausa. Akan tetapi sebagaimana dinyatakan (24) If I go I might get into Saintbury before
Lyons (1977: 807) verba pewatas modal bisa they close.
muncul dengan adverbial modal. Kemunculan (25) I couldn’t get back last night what with my
verba pewatas dengan adverbial akan mother in law and the back end of the
menimbulkan kombinasi harmonic dan non- party and no baby sitter.
harmonik. Misalnya bila possibly dan may (26) A general election could well be with as
muncul bersama maka merupakan kombinasi before the shape of local government in
harmonik, dan may dan certainly merupakan Greater London is seatled.
kombinasi non-harmonik. Dalam kombinasi May ‘kemungkinan’ seperti dikatakan
harmonik, verba pewatas modal may dan Leech (1971{ 90} tidak mempunyai bentuk
adverbia modal possibly saling memperkuat interogatif. Bentuk seperti (27) They may be lost
sebagaimana pada tidak berkorespodensi dengan (28)*May they be
(20) He may possibly have forgotten. lost?. Bentuk interrogative may yang bermakna
Coates (1983) memberikan contoh ‘kemungkinan’ diganti dengan can atau could
kombinasi harmonik yang lain yaitu antara may- yaitu (29) Can/Could they be lost?
perhaps dan might-perhaps serta maybe- Dari paparan di atas, bentuk pengungkap
probably. Lyons menambahkan bahwa modalitas epistemik kemungkinan bahasa
sebaliknya dalam kombinasi non-harmonik Inggris bisa berupa kata seperti verba pewatas:
mereka tidak bisa saling berdiri sendiri yang satu can, could, may, might; adverbial: perhaps,
dalam lingkup yang lain seperti : maybe, possibly, probably; dan adjektiva: yang
(21) Certainly he may have forgotten. bisa berbentuk klausa seperti “It’s possible
May pada (21) ada dalam lingkup that…, It is probable that’.
certainly karena bisa diparafrasa menjadi “It is
certainly the case that he may have gone’, bukan 3.2 Modalitas Epistemik Kemungkinan
‘It may be the case that he has certainly gone’. Bahasa Indonesia
Satu kalimat non-harmonik lain seperti (22) He Alwi (1992: 86) mengatakan bahwa
may certainly have gone tidak bisa diinterpretasi bentuk pengungkap modalitas epistemik
dengan jelas apakah ‘It is certainly that case that kemungkinan bahasa Indonesia bisa berupa kata
he has gone’, atau ‘It may be the case that he has seperti: dapat, bisa, boleh, bisa-bisa, mungkin,
gone. Oleh karena itu, kombinasi (21) lebih tepat barangkali, dan bentuk frasa : dapat saja, bisa
digunakan daripada kombinasi (22). saja, boleh saja, bisa jadi, dan boleh jadi. Inilah
Negasi may dan can ialah may not dan yang menjadi padanan dari modalitas epistemik
cannot/can’t. (Coates, 1983:134) berkata bahwa kemungkinan bahasa Inggris. Sementara itu
cannot yang dinegasikan ialah pengungkap bentuk pengungkap modalitas epistemik
modalitas bukan predikasi kalimat, dan bisa keteramalan dalam bahasa Indoneisa bisa berupa
diparafrasa ‘It’s not possible that..’ May not kata : akan, agaknya, rupanya dan
yang dinegasikan ialah predikasi kalimat, bukan
pengungkap modalitas dan bisa diparafrasa ‘It’s
possible that…not’. Begitu juga could dan might
Might bisa merupakan bentuk past dari may atau
bukan seperti pada (23) dan (24), Begitu juga

49
Eryon, Satu Tinjauan Diskripsi ...

tampaknya; bentuk frasa proposisi : menurut mengaktualisasi peristiwa itu, dan (iv)
saya, pendapat saya, dan pada hemat saya; dan predikasi kallimat menggambarkan peristiwa
bentuk klausa: kalau saya tidak salah/keliru, yang akan datang,
saya kira, saya piker saya duga. Bentuk inilah X : aktualisasi peristiwa dari proposisi di bawah
yang menjadi padanan dari modalitas epistemik interpretasi deontik.
keteramalan bahasa Inggris. Jadi K : (C [keadaan empiris] tidak menghalangi
Alwi (1992) melanjutkan bahwa kata X [aktualisasi peristiwa])
pengungkap modalitas epistemik kemungkinan Contoh (54a), kecuali boleh, akan
bahasa Indonesia di atas hanya mempunyai satu bermakna ‘kemampuan’ jika
makna yaitu kemungkinan kecuali kata dapat, K : ( C tidak menghalangi X )
bisa dan boleh dapat bermakna epistemik K : menggambarkan kaidah sosial
kemungkinan dan muasal deontik izin, dan C : keadaan empiris sesuai dengan hukum alam,
dapat dan bisa dapat bermakna muasal dinamik seperti : (i) subjek bernyawa dan berfungsi
kemampuan. Ketiga kata ini selalu digunakan agentif; (ii) terdapat kadar inheren yang
sebagai verba pewatas (30a), tidak dapat tinggi: subjek mempunyai kemampuan
digunakan sebagai verba utama (30b) kecuali mengaktualisasi peristiwa karena dia adalah
dalam ragam tertentu dapat yang bermakna mahasiswa yang pandai dan mempunyai
mendapat yang menyatakan memperoleh. waktu yang luang untuk mengerjakannya;
(30a) Dia dapat/bisa/boleh menyelesaikan tugas dan (iii) predikasi kalimat beraspek iteratif
itu dalam dua hari. karena kemampuan menyelesaikan tugas
(30b) *Dia dapat/bisa/boleh tugas itu dalam dalam dua malam berpotensi terjadi
dua hari. berulang-ulang.
(30c) Dia dapat tugas dari dosennya. X: aktualisasi peristiwa sebagaimana yang
Untuk membedakan makna ketiganya, dimaksudkan proposisi di bawah interpretasi
kita bisa menggunakan pandangan Coates dan dinamik.
Perkins (Alwi,1992). Dengan pandangan Jadi: K: ( C [keadaan empiris] tidak
mereka, contoh (30a) di atas dapat dibeberkan menghalangi X [kebenaran proposisi])
maknanya. Dapat/bisa/boleh akan bermakna Selain menggunakan pandangan Coates
‘kemungkinan’bila : atau Perkins, menurut Alwi (1992: 97) makna
K (C tidak menghalangi X) dapat, bisa dan boleh dapat ditelusuri dengan
K : menggambarkan kaidah sosial menggunakan keaspekan pada predikasi
C : keadaan empiris yang sesuai dengan kaidah kalimatnya. Bila predikasi kalimat tidak
rasional seperti (i) kadar inheren rendah: memperlihatkan keaspekan perfektif, ketiga kata
subjek diragukan mampu mengaktualisasi tersebut dapat bermakna epistemik kemungkinan
peristiwa karena, misalnya dia sibuk, dan (ii) dan makna muasal izin dan kemampuan (boleh
kadar restriksi rendah: tidak ada sumber hanya bermakna ‘kemungkinan’ dan ‘izin’)
deontik yang memberikan dorongan atau seperti pada (31a). Sebaliknya bila predikasi
izin untuk mengaktualisasi peristiwa. kalimat beraspek perfektif, maka ketiga kata
X : mencerminkan kebenaran proposisi di bawah tersebut hanya bermakna muasal seperti pada
interpretasi epistemik. (31b) dan (31c)
Jadi, K (C [keadaan empiris] tidak menghalangi (31a) Dia dapat/bisa/boleh bekerja sampai jauh
X [kebenaran proposisi]) malam.
Contoh (30) akan bermakna ‘izin’ bila : (31b) Dia sudah dapat/bisa/boleh bekerja
K ( C tidak menghalangi X) sampai jauh malam.
K : menggambarkan kaidah sosial (31c) Kemarin dia dapat/bisa/boleh bekerja
C : keadaan empiris sesuai dengan kaidah sosial sampai jauh malam.
seperti (i) subjek bernyawa, (ii) verba Dengan memperhatikan golongan verba yang
menyelesaikan adalah verba agentif, (iii) mengikuti kata tersebut, Alwi menyimpulkan
terdapat kadar restriksi tinggi : sumber sebagai berikut : (i) dapat
deontik pembicara memberi izin subjek

50
Jurnal Linguistika, Oktober 2011, Volume 2, Nomor 2

dan bisa bila diikuti verba pewatas akan (35) Pelaksanaan pelebaran jalan ini mulai
bermaknaepistemik kemungkinan dan muasal tahun ini merupakan sesuatu yang
kemampuan dan izin; (ii) dapat dan bisa bila mungkin.
diikuti verba proses akan bermakna epistemik Pengungkap ekstrakalusal di atas tidak
kemungkinan dan muasal kemampuan; (iii) bisa dapat dinegasikan kecuali mungkin dan
dan boleh bila diikuti verba statif akan bermakna barangkali. Mungkin dapat digunakan secara
epistemik kemungkinan; dan (iv) boleh bila predikatif, barangkali tidak dapat. Penegasian
diikuti verba perbuatan akan bermakna muasal pengungkap modalitas hanya terjadi pada
izin. mungkin karena barangkali tidak dapat
Penegasian ketiga kata itu perlu didahului oleh tidak (36a). Selain dengan tidak
mendapat perhatian karena negasi tidak yang ada mungkin, penegasian dapat juga dinyatakan
sebelum dan sesudah pengungkap modalitas dengan mustahil (36b). Sebenarnya negasi tidak
mempunyai arti yang berbeda. Alwi berpedapat bisa muncul sesudah mungkin dan barangkali.
bahwa negasi tidak sesudah dapat/bisa/boleh Ini yang dinegasikan adalah predikasi
berarti penegasian pada predikasi yang kalimatnya (36c)
bermakna epistemik seperti pada (32a)
Sebaliknya bila tidak sebelum dapat/bisa/boleh (36a) Tidak mungkin dia mencuri jam dinding
berarti penegasian pada pengungkap modalitas itu (barangkali).
yang bermakna muasal kemampuan dan izin (36b) Barangkali dia mencari jam dinding itu.
seperti pada (32b) (36c) Ali mungkin tidak mencari jam dinding
(32a) Ali dapat/bisa/boleh tidak datang nanti itu (barangkali).
malam. Pengungkap modalitas epistemik
(32b) Ali tidak dapat/bisa/boleh datang nanti kemungkinan bahasa Indonesia selengkapnya
malam. adalah: barangkali, bisa, boleh, dapat, mungkin,
Berdasarkan posisi sintaksisnya bisa-bisa, bisa jadi, bisa saja, boleh saja, dan
pengungkap modalitas epistemik kemungkinan dapat saja.
bisa dalam posisi intraklausal dan ekstraklausal.
Kata seperti dapat/bisa/boleh selalu dalam posisi 3.3.1.3 Modalitas Epistemik Keteramalan
intraklausal, sedangkan adverbial seperti Bahasa Indonesia
mungkin, bisa-bisa, barangkali, dan frasa dapat Modalitas keteramalan merupakan
saja, bisa saja, boleh saja, bisa jadi, dan boleh kemungkinan inferensial dan kemungkinan
jadi bisa intraklausal dan ekstraklausal (33) merupakan kemungkinan yang non-inferensial.
(Alwi,1992 103). Pengungkap epistemik Berdasarkan gradasi makna maka keteramalan
kemungkinan selain dapat, bisa, dan.boleh memiliki gradasi keteramalan yang lebih tinggi
tidak menjadi masalah karena tidak mempunyai dari kemungkinan. Dengan kata lain,
kemungkinan makna yang lain kecuali keteramalan mencerminkan sikap pembicara
kemungkinan. Ia menambahkan bahwa hanya yang lebih yakin terhadap kebenaran proposisi
mungkin dan barangkali yang bisa diletakkan di daripada kemungkinan (Alwi, 1992, 105-106).
belakang seperti pada (34). Mungkin yang ada di Pengungkap modalitas epistemik
belakang kalimat, selain berkategori sintaktis keteramalan bisa diungkapkan dengan akan,
adverbial seperti pada (34) bisa juga berkategori saya kira, agaknya, dan lain-lain. Selain akan,
adjektiva seperti pada (35) karena berfungsi pengungkap modalitas epistemik keteramalan
menjelaskan nomina sesuatu. yang lain tidak menimbulkan permasalahan
karena tidak menimbulkan intepretasi makna
(33) Mungkin/barangkali/dapat saja/boleh lain; hanya mempunyai satu kemungkinan
saja/bisa-bisa/bisajadi/boleh jadi rencana makna. Selain sebagai pengungkap modalitas
pelebaran jalan ini dilaksanakan tahun ini epistemik kemungkinan akan
juga.
(34) Rencana pelebaran jalan ini dilaksanakan
tahun ini juga mungkin/barangkali.

51
Eryon, Satu Tinjauan Diskripsi ...

bisa juga mempunyai makna lain yaitu modalitas K : kaidah yang digunakan (kaidah sosial atau
intensional keinginan yang mempunyai kadar rasional) dalam memandang sesuatu.
kemauan, maksud, dan keakanan. Menurut Alwi C : sumber deontik atau evidensi yang relevan
(1992: ) kalimat yang mengandung akan sebagai dengan kaidah yang digunakan.
pengungkap modalitas episemik keteramalan X : kemunculan peristiwa atau kebenaran
memperlihatkan ciri “Saya (pembicara) proposisi.
menduga bahwa (…). Misalnya (37) Indonesia Misalnya pada (38) “Gonzales must
akan mampu mengalahkan Malaysia , dapat speak Spanish” akan bermakna ‘keperluan’ bila
diparafrasa dengan “Saya menduga bahwa K ( C mengikutsertakan X)
Indonesia mampu mengalahkan Malaysia: K : menggambarkan kaidah rasional.
Alwi (1992) mengatakan keteramalan C : evidensi yang relevan dengan kaidah rasional
yang dinyatakan oleh akan, predikasi seperti Gonzales berasal dari Meksiko dan
pengungkap modalitasnya dapat dinegasikan. tinggal di Meksiko.
Dalam hal ini yang disangkal bukan X : menggambarkan kebenaran proposisi di
keteramalannya, tetapi predikasi kalimatnya. bawah interpretasi epistemik
Konstruksi tidak akan bisa dinyatakan bukan Jadi K ( C [evidensi] mengikutsertakan X
keteramalannya, tetapi predikasi kalimatnya. [kebenaran proposisi])
Konstruksi tidak akan bisa dinyatakan dengan Must pada (38) akan bermakna
akan tidak karena kedua-duanya dapat ‘perintah’ bila :
diparafrasa dengan ‘X (pembicara) meramalkan K ( C mengikutsertakan X)
Y tidak …”. Pada kira, duga, pikir atau rasa K : menggambarkan kaidah sosial
yang lazim dikenal penengasian ialah predikasi C : sumber deontik yang sesuai dengan kaidah
kalimatnya. sosial : institusi dimana Gonzales
Pengungkap modalitas keteramalan tinggal/belajar memerintahkan Gonzales
bahasa Indonesia selengkapnya ialah : akan, mengaktualisasi peristiwa (speak Spanish)
diduga, dikira, agaknya, kabarnya, sebagaimana yang digambarkan proposisi.
kelihatannya, layaknya, rasanya, rasa-rasanya, X : mencerminkan kemunculan peristiwa di
sepertinya, tampaknya, diperkirakan, saya pikir, bawah interpretasi deontik.
saya rasa, saya kira, dan menurut pendapat Jadi K ( C [evidensi] mengikutsertakan X
saya. [kemunculan peristiwa]):
Epistemik keperluan mempunyai dua
3.3.1.4 Modalitas Epistemik Keperluan makna yaitu ‘keharusan’ epistemik keperluan
Bahasa Inggris non-inferensial dan kepastian epistemik
Keperluan epistemik berbeda dari keperluan inferensial. Epistemik keperluan
keperluan deontik. Epistemik keperluan selain diungkapkan dengan must, bisa juga
menggambarkan sikap pembicara terhadap dengan should, dan ought to to. Coates (1983:64
kebenaran proposisi yang bermakna kepastian ) dan Quirk et al (1985: 227) mengatakan bahwa
dan keharusan, sedangkan deontik keperluan epistemik keperluan should mengungkapkan
menggambarkan sikap pembicara terhadap suatu asumsi atau inferensi tentatif suatu
kemunculan peristiwa yang digambarkan pengukuran kemungkinan berdasarkan fakta
proposisi yang bermakna perintah. Epistemik yang diketahui pembicara. Menurut Coates
keperluan (‘kepastian’ dan ‘keharusan’) dan epistemik keperluan should mempunyai posisi
epistemik keperluan (‘perintah’) bisa yang sama dengan epistemik keperluan must
diungkapkan dengan must. Untuk sebagaimana makna muasal should dengan
membedakannya kita bisa menggunakan makna muasal. Mereka berpendapat bahwa
rumusan Perkins (1983) dengan perangkat should kurang menggambarkan kepercayaan
prinsip yang sesuai yaitu kaidah rasional untuk atau keyakinan terhadap kemunculan peristiwa.
epistemik keperluan dan kaidah sosial untuk Oleh karena itu, Coates mengatakan bahwa must
deontik keperluan. Rumusannya adalah: bisa diparafrasa menjadi “I’m sure’,
Must : K ( C mengikutsertakan X )

52
Jurnal Linguistika, Oktober 2011, Volume 2, Nomor 2

dan should diparafrasa menjadi ‘I think it’s negatif yang bermakna deontik perintah, yang
probably’ atau ‘I assume that’. dinegasikan adalah predikasi kalimatnya, maka
Must sebagai modalitas epistemik pada need + negative yang dinegasikan adalah
keperluan (necessity) membawa keyakinan pengungkap modalitasnya. Need + negasi paralel
pembicara terhadap kebenaran dari apa yang dengan have + to negasi. Needn’t seperti pada
dikatakannya berdasarkan atas proses deduksi (45) diparafrasa menjadi ‘It’s necessarily the
yang logis dari fakta yang diketahuinya case that you are telling lies.’
(Coates,1983, 41). Contohnya adalah : Quirk et al. (1985: 124-125) mengatakan
(39) There must be a lot more to it than that. bahwa must bisa diinterpretasi menjadi logical
I’ve it wasn’t just that because they necessity. Pembicara menilai bahwa proposisi
appear to (…) get on very well. yang diungkapkan dalam klausa pasti benar, atau
(40) His teeth were still chattering but his paling tidak memiliki kecenderungan benar yang
foreword, when I felt it was lost and tinggi. Must dalam pengertian ini bisa dilihat
clammy. He said I must have a pada contoh (40) dan (41). Selain itu juga bisa
temperature. diinterpretasikan sebagai root necessity seperti
Pada (39) keyakinan pembicara pada contoh berikut :
diungkapkan dengan jelas dan alasan (46) To be healthy, a plant must receive a good
keyakinannya diuraikan secara eksplisit supply of both sunshine and moisture. Must
(because…) Pada (40) gejala dari mana disini bisa diparafrasa menjadi ‘It’s essential
pembicara mereduksi bahwa ia sakit terurai. for…” atau ‘It’s necessary for…’.Pada implikasi
Dari uraian di atas, ia mempunyai keyakinan ini tidak ada kontrol manusia.
bahwa ia sakit (have temperature) Pengungkap modalitas epistemik keperluan
Coates dan Quirk et all (1985) bahasa Inggris selengkapnya adalah :
mengatakan bahwa must yang bermakna keteramalan : must, should, need, have to, ought
epistemik keperluan tidak mempunyai bentuk to to; dan kepastian : must, should.
negatif dan interogatif. Penegasan pengungkap
epistemik keperluan must bisa dicapai dengan 3.1.5 Modalitas Epistemik Keperluan Bahasa
menggunakan can;t. Jadi bentuk (41) They must Indonesia
be telling lies (It’s certain that they are telling Sebagaimna dijelaskan di atas bahwa
lies) dinegasikan menjadi (42) They can’t be dalam bahasa Inggris kata-kata tertentu seperti
telling lies (It’s not possible that they are telling must bisa bermakna epistemik keperluan
lies). Must bisa dinegasikan bila bermakna (‘kepastian’ dan ‘keharusan;), dan deontik
muasal deontik perintah, maka yang dinegasikan keperluan (perintah). Dalam bahasa Indonesia
adalah predikasi kalimatnya. Jadi mustn’t pada pun terdapat kata yang bisa berfungsi sebagai
(43) You mustn’t keep us waiting. (It’s essential pengungkap modalitas epistemik keperluan dan
that you don’t keep us waiting) mempunyai deontik keperluan. Alwi (1992: 112-113)
makna larangan. Kalimat (44) di atas bisa mengatakan bahwa keharusan dapat dibedakan
diparafrasa menjadi ‘I obligate you not to keep dari perintah berdasarkan ciri ketransitifan
us waiting’. pengungkapnya. Atas dasar itu harus pada (47)
Coates (1985) mengatakan bahwa selain Dia harus pergi menyatakan ‘keharusan’ bila
can’t kita dapat juga menggunakan needn’t memperllihatkan ciri keintransitifan (47a) atau
seperti pada (45) They mustn’t telling lies. Need ‘perintah’ bila memperlihatkan ciri ketransitifan
mempunyai fungsi utama membentuk kalimat (47b)

53
Eryon, Satu Tinjauan Diskripsi ...

(47a) K
FN FV
K V

Dia pergi harus


(47b) K

FN FV

V FN

Sumber deontik (mengharuskan) Dia pergi

Disamping ciri ketransitifan dan performatif setelah harus atau mesti


keinherenan, harus juga dapat dibedakan merupakan klausa utama, seperti (48). Aku
dengan rumusan must dari Perkins dengan pada (49)yang juga didahului harus bukan
menambahkan ciri keinherenan dari Coates merupakan klausa yang berciri performatif
karena harus adalah padanan dari must. karena pada konstruksi itu merupakan
Rumusannya adalah : klausa subordinatif.
Harus : K ) C mengikutsertakan X ) (48) (…) segi komersial dunia buku,
K : kaidah yang digunakan (kaidah sosial khususnya susastra, harus saya akui,
atau rasional) dalam memandang sesuatu. bukan bidang keahlian atau bakat
C : sumber deontik atau evidensi yang saya.
sesuai dengan kaidah yang digunakan (49) Aku tak berdosa, tak ada dosa yang
X : kemunculan peristiwa atau kebenaran harus aku akui, pikir Sanip
proposisi. Pengungkap ekstraklausal yang
Alwi (1992: 116) mengatakan menyatakan keharusan dijelaskan oleh
bahwa harus, mesti, dan wajib lebih Alwi (1993) sebagai berikut. Pada
berpeluang untuk digunakan secara deontik seharusnya atau semestinya ada
daripada perlu dan patut. Hal itu berkaitan kecenderungan pembicara untuk
dengan kemungkinan penonjolan menyatakan bahwa keharusan yang
pembicara sebagai sumber deontik. Pada diungkapkan berasal dari dirinya sendiri
pemakaian harus, mesti, dan wajib bukan orang lain. Oleh karena itu,
pembicara dapat diwujudkan sebagai pembicara diidentifikasikan sebagai
sumber deontik, sedangkan pada sumber deontik. Kecenderungan ini tidak
pemakaian perlu dan patut tidak dapat. terlihat secara jelas pada pemakaian
Alwi (1992: 116-117) mengatakan sebaiknya, seyogyanya, selayaknya,
bahwa harus dan mesti bila diikuti klausa sepatutnya, dan sepantasnya. Selain itu,
yang mengandung verba performatif akan seharusnya atau semestinya cenderung
menyatakan keharusan yang lemah karena digunakan dengan proposisi yang berkaitan
pembicara mengungkapkan keharusan itu dengan sesuatu yang telah terjadi.
bagi dirinya sendiri padahal apa yang Sebaliknya sebaiknya, seyogyanya,
diharuskannya itu dilakukan pembicara sepatutnya atau sepantasnya cenderung
yang bersangkutan pada saat mengacu pada proposisi yang berkaitan
menuturkannya. Klausa dengan verba dengan sesuatu yang belum terjadi.

54
Jurnal Linguistika, Oktober 2011, Volume 2, Nomor 2

Perbedaan lain yaitu berdasarkan jenis yang digambarkan oleh klausa yang
verba utama yang digunakan pada klausa mengandung verba perbuatan, verba statif,
yang menggambarkan proposisi yang maupun verba proses
bersangkutan. Seharusnya dan semestinya Pengungkap keharusan yang
hanya dapat digunakan dengan verba statif berbentuk adverbia dapat digunakan
atau verba proses. Bila didahului sudah sebelum subjek (50a) atau antara subjek
hanya sebaiknya dan seyogyanya yang dan predikat (50b)/ Untuk menyatakan
tidak dapat digunakan. Bentuk sudah pikiran kemudian, adverbial digunakan
seharusnya, sudah semestinya, sudah sesudah predikat (50c) pada akhir kalimat
selayaknya, sudah sepatutnya, atau sudah (50d)
sepantasnya itu mengacu pada proposisi
(50a) Seharusnya
Semestinya masalah tunanetra ditangani secara antar departemen.
Sebaiknya
seharusnya
(50b) Masalah tunanetra semestinya ditangani secara antar departemen.
sebaiknya
seharusnya
(50c) Masalah tunanetra ditangani semestinya secara antar departemen.
sebaiknya
seharusnya
(50d) Masalah tunanetra ditangani secara antar department semestinya.
sebaiknya
Kecuali seyogyanya, menurut Alwi (1992) Dalam kepastian yang dinyatakan
adverbial pengungkap keharusan itu dalam oleh pengungkap ekstrakausal pasti, tentu,
ragam lisan digunakan dalam bentuk dan niscaya, proposisi yang diacunya
rapatan (constructive form) yaitu baiknya, diungkapkan oleh klausa yang
seharusnya, mestinya, layaknya, patutnya, mengandung adverbia ini atau oleh klausa
dan pantasnya. Kedua bentuk terakhir yang menempati posisi sintaksis setelah
bahkan sering digunakan secara ideolek adverbia ini.
menjadi patut-patutnya, pantas-pantasnya. Bila dalam sebuah kalimat terdapat
Untuk pengungkap modalitas lebih dari sebuah pengungkap modalitas
epistemik keteramalan bahasa Indonesia, dengan.makna epistemik berbeda, maka
Alwi (1993 : 123-131) menjelaskan sikap pembicara terhadap proposisi hanya
sebagai berikut. Kepastian dinyatakan oleh digambarkan oleh pengungkap modalitas
pengungkap modalitas yakin, dan percaya yang memperlihatkan gradasi
atau oleh pengungkap ekstraklausal pasti, keepistemikan yang paling atau lebih
tentu, dan niscaya. Sebagai pengungkap tinggi. Oleh karena itu, tidak dapat
intraklausal, yakin atau percaya dan pesona digunakan pengungkap modalitas yang
pertama yang mendahuluinya secara menyatakan kemungkinan, keteramalan,
sintaktis merupakan klausa utama, atau keharusan dalam kalimat yang sama.
sedangkan proposisi yang diacu oleh Kalau hal ini terjadi, pengungkap
kepastian merupakan klausa subordinatif modalitas yang bersangkutan tidak lagi
seperti pada (51). digunakan dengan makna epistemiknya,
(51) Saya percaya kamu berdua tetapi dengan makna muasalnya. Misalnya
menginginkan hal yang sama. akan pada (52) tidak digunakan dengan
Selain yakin dan percaya, makna epistemik keteramalan, tetapi
pengungkap kepastian intraklausal yaitu dengan makna muasalnya. Demikian juga
merasa pasti, memastikan dan dipastikan. halnya dengan bisa pada (74) yang
Merasa pasti dan memastikan digunakan digunakan dengan makna muasal
sebelum pesona pertama. Dipastikan lebih kemampuan, bukan dengan makna
mengungkapkan sikap orang lain daripada epistemik keteramalan.
pembicara.

55
Eryon, Satu Tinjauan Diskripsi ...

(52) Dalam pertandingan melawan Misbun, 3.3.2.1 Modalitas Deontik Izin Bahasa Inggris
pasti/tentu/niscaya Icuk akan bisa menang Izin memperlihatkan ciri makna yang
Pengungkap kepastian, tentunya dan menggambarkan bahwa teman bicara sebagai
tentu saja tidak dapat digunakan pada kalimat pelaku. Coates (1983: 95) menyebutkan ciri
yang predikasinya menggambarkan sesuatu yang makna yang demikian sebagai ciri kelakuan
sudah diketahui oleh pembicara seperti pada (53) (agentivity). Izin sukar dibedakan dari
Pada konteks yang demikian yang dapat kemampuan dan kemungkinan. Berdasarkan
digunakan ialah tentu dan tentu saja seperti pada kadar restriksi bisa dibedakan antara izin dan
(54). Tentunya atau semua adverbial dapat kemungkinan, dan berdasarkan kadar restriksi
digunakan bila kalimat tanya mengandung bisa dibedakan antara izin dan kemampuan.
pertanyaan ekor bukan seperti pada (55) Izin dalam bahasa Inggris menggunakan
(53) *Saya tentunya suka masakan ini pengungkap may, might, can, dan could seperti
(54) T : Bolehkan saya bertanya pada (58a,b), (59), (60) dan (61a,b). Could pada
J : Tentu (61a) menunjukkan izin yang mengacu pada
*Tentunya waktu lalu dan could pada (61b) tidak mengacu
Tentu saja pada waktu lalu, tetapi lebih menunjukkan izin
(55) Kalau kita undang pasti/niscaya/tentu, yang tentatif atau permohonan yang sopan. Lain
tentu saja, tentunya dia datang bukan? halnya dengan might yang hanya menunjukkan
Pada kepastian dengan pengungkap izin pada waktu lalu.
berbentuk verba, menurut Alwi (1992: 140) (58a) You may use my car
penegasian dapat dilakukan baik terhadap (58b) May I use your car ?
predikasi kalimat (56a) maupun terhadap (59) You might ask if you might draw
predikasi pengungkap modalitasnya (56b). Pada (60) You can leave now.
kepastian yang dinyatakan oleh pengungkap (61a) In those days only men could vote in an
ekstraklausal tentunya, tentu saja, dan sudah election
barang tentu, predikasi kalimatnya dapat (61b) Could I see you for a moment?
dinegasikan (56a), sedangkan predikasi
pengungkap modalitasnya tidak (56b). Untuk Palmer (1979), Quirk et al (1985), dan
kepastian yang dinyatakan oleh pasti, dan tentu Leech (1971) berpendapat bahwa may lebih
dapat dinegasikan dengan tidak (57a), formal dari can, tetapi can lebih umum dalam
sedangkan niscaya tidak dapat (57b). percakapan. Quirk et al mengatakan bahwa may
(56a) Saya yakin/percaya (bahwa) Ali tidak menandai izin yang dilakukan pembicara dan
sombong. Leech menambahkan bahwa may juga menandai
(546b) Saya tidak yakin/percaya (bahwa) Ali izin yang diberikan oleh pendengar seperti pada
tidak sombong (62)
(57a) Tentunya/tentu saja/sudah barang tentu (62) I’ll pay you tomorrow if I may.
mereka tidak akan menerima usul
saudara. Palmer (1979:63 & 64) mengatakan
(57b) *Tidak tentunya/tentu saja/ sudah bahwa may dan can sebagai pengungkap izin
barang tentu mereka menerima usul saudara. mempunyai bentuk negatif dengan
Pengungkap modalitas keperluan bahasa menambahkan negasi not. Pada may not dan
Indonesia selengkapnya adalah sebagai berikut. cannot yang bermakna izin yang dinegasikan
Keharusan : harus, mesti, perlu, wajib, adalah predikasi pengungkap modalitas.seperti
seharusnya, semestinya, pada (63) dan (64). Akan tetapi bila may
selayaknya, sepatutnya, pantas- bermakna
pantasnya, dan patut-patutnya.
Kepastian : niscaya, pasti, tentu, seharusnya,
dipastikan, sudah barang tentu, tentu saja, saya
percaya, saya merasa pasti, saya memastikan,
saya yakin.

56
Jurnal Linguistika, Oktober 2011, Volume 2, Nomor 2

(67c) Peraturan mengizinkan kamu/dia tinggal


‘kemungkinan’ yang dinegasikan adalah di asrama.
predikasi kalimat seperti pada (65) dan bila can
bermakna ‘kemungkinan’ yang dinegasikan (68) Saya boleh/dapat/bisa tinggal di asrama.
adalah pengungkap modalitasnya seperti pada (68a) *Saya (pembicara) mengizinkan saya
(66), Penegasian pada izin bisa berarti larangan tinggal di asrama’
seperti pada (64) (68b) * ‘Seseorang mengizinkan saya tinggal di
(63) You may not go until you’ve finished your asrama
work (68c) Peraturan mengizinkan saya tinggal di
(‘I do not permit you to go’) asrama
(64) You cannot smoke here
(‘You are not permitted to smoke here’) Ketiga kata di atas mengimplikasikan
(65) She may not be serious. sumber deontik. Sumber deontik bisa
(‘It’s possible that she’s not serious) dieksplisitkan dengan bentuk pasif diizinkan,
(66) You cannot be serious. diperbolehkan, diperkenankan, seperti pada (69)
(‘It’s not possible that she’s serious) dan bentuk aktif izinkan, perbolehkan, dan
Perkins (1983: 82-83) menyatakan bahwa perkenankan, dengan persona pertama seperti
be doubtful, be legal to, be legitimate dan be pada (70) yang dalam bahasa Inggris dengan
permissible to adalah pengungkap modalitas verba allow, dan permit
deontik.Oleh karena itu, pengungkap modalitas (69) Saya
deontik izin bahasa Inggris bisa berbentuk verba diizinkan/diperbolehkan/diperkenankan
pewatas can, could, may dan might; dan meminjam mobilnya.
berbentuk adjektiva : be legal to, be legitimate (70) Saya izinkan/perbolehkan/perkenankan
to, dan be permissible to. Ada bentuk lain seperti kamu meminjam mobil saya.
bentuk verba. nomina, dan partisipial yang tidak Pemakaian dapat atau bisa sebagai
masuk dalam penelitian ini. pengungkap izin ditentukan oleh kadar restriksi
dari pembicara sebagai sumber deontik kepada
3.3.2.2 Modalitas Deontik Izin Bahasa teman bicara sebagai pelaku aktualisasi
Indoneisa peristiwa. Selain kadar restriksi itu dapat
Modalitas deontik izin bahasa Indonesia diungkapkan, pemakaian kedua kata itu
bisa diungkapkan dengan boleh, bisa, dapat, berkaitan dengan izin. Sebaliknya bila kadar
izinkan, mengizinkan, diizinkan, restriksi tidak ada atau tidak dapat diungkapkan
memperbolehkan, diperbolehkan, perkenankan, berdasarkan hubungan pembicara baik dengan
memperkenankan, dan diperkenankan. Untuk teman bicara maupun dengan jenis aktualisasi
kata-kata ini dijelaskan oleh Alwi sebagai peristiwanya dinyatakan Alwi di atas untuk
berikut. membedakan makna dapat. Bisa dan boleh dapat
Pada pemakaian, boleh, dapat, bisa digunakan pandangan Perkins dan Coates.
sebagai pengungkap izin dapat menimbulkan Sebagaimana dalam bahasa Inggris, terdapat
permasalahan pada sumber deontik. Dengan perbedaan daya pragmatis antara may dan can.
subjek persona kedua dan ketiga, sumber Dalam bahasa Indonesia digambarkan oleh
deontik dapat berupa pembicara (67a), seseorang pemakaian boleh dan dapat atau bisa. Alwi
(67b), atau peraturan (67c). Akan tetapi kalau (1992) mengatakan bahwa kepotensialan izin
ketiga pengungkap izin itu didahului subjek yang bergantung pada pembicara digambarkan
persona pertama, pembicara tidak dapat oleh pemakaian boleh, sedangkan kepotensialan
digolongkan sebagai sumber deontik (68) karena izin yang inheren tercermin pada pemakaian
ada kejanggalan penafsiran: pembicara dapat atau bisa. Ini berarti pembicara akan
memberikan izin kepada dirinya sendiri. menggunakan boleh untuk
(67a) Kamu/Dia boleh/dapat/bisa tinggal di
asrama.
(67b) ‘Saya (pembicara) mengizinkan kamu/dia
tinggal di asrama’.

57
Eryon, Satu Tinjauan Diskripsi ...

mengatakan kesantunan atau keakraban (73a) You must save money to buy a house (‘I’m
hubungannya dengan teman bicara. Pemakaian telling you’)
dapat atau bisa mencerminkan sikap pembicara (73b) You have to save money to buy a house
yang kurang akrab atau kurang santun terhadap (‘merupakan keharusan yang lemah’)
teman bicara. (74) You must back by ten o’clock (‘You are
Hubungan antara negasi dan izin dapat obligated (by me) to be back by 10
dirumuskan sebagai ‘sumber deontik o’clock)
mengizinkan X tidak melakukan sesuatu’, atau (74) You have to be back by ten o’clock (‘It’s
‘sumber deontik tidak mengizinkan X obligatory that you are back by ten
melakukan sesuatu’. Rumusan pertama o’clock)
menggambarkan negasi yang dikaitkan dengan Coates (1983) mengatakan should sebagai
aktualisasi peritiwa oleh pelaku, sedangkan deontik perintah dengan lebih lengkap dan
rumusan kedua dengan pemberian izin oleh terperinci. Dalam should ada elemen makna
sumber deontik. yang independen yaitu subjektif-objektif dan
Negasi tidak bila posisinya setelah keras-lemah. Secara subjektif must merupakan
boleh, dapat atau bisa berarti penegasian pada tindakan yang diminta (demanded action)
predikasi kalimat seperti pada (71a) dan negasi pembicara berharap untuk dipatuhi, sedangkan
tidak bila posisinya sebelumnya berarti should hanya merupakan anjuran atau nasehat,
penegasian pada predikasi pengungkap tidak ada harapan dari pembicara. Pada elemen
modalitas seperti pada (71b). Penegasian keras-lemah akan terlihat perbedaan yaitu bila
terhadap predikasi pengungkap modalitas berarti bermakna deontik yang keras, should
penegasian terhadap izin dapat disamakan mempunyai makna perintah, dan bila bermakna
dengan larangan sehingga dapat digunakan deontik lemah, should mempunyai kewajiban
verba melarang seperti (72) moral; Should hanya merupakan nasehat atau
(71a) Kamu boleh/dapat/bisa tidak bermain anjuran jika subjektif atau menggambarkan
disini.. prosedur yang benar jika objektif.
(71b) Kamu tidak boleh/dapat/bisa bermain Coates (1983) juga mengatakan bahwa
disini. should+have-en mengungkapkan suatu anjuran
(72) Saya melarang kamu bermain disini.. waktu lalu. Konstruksi ini hampir selalu
digunakan konstruktif yaitu dalam konteks
2.3.2.3 Modalitas Perintah Bahasa Inggris dimana sangat jelas bahwa subjek tidak
Perintah dalam bahasa Inggris sering melaksanakan apa yang dianjurkan si pembicara
diungkapkan dengan must, have (got) t0, dan seperti tampak (75). Sebaliknya bila should tidak
should. Quirk et al. (1985) dan Leech (1971) dalam konstruksi should+have+en, maka akan
berpendapat biasanya must lebih mempunyai kemungkinan makna epistemik
mengimplikasikan bahwa si pembicara kepastian atau deontik perintah.
memaksakan kekuasaannya terhadap orang (75) You should/ought to to have met her on the
yang disebutkan dalam suatu klausa (73a). station.
Sementara itu have (got) to kurang Untuk membedakan apakah should
mengimpliksikan kekuasaan pembicara dan bermakna epistemik kepastian atau deontik
lebih impersonal serta tidak melibatkan perintah, kita gunakan perangkat prinsip Perkins.
pembicara atau lebih bersifat objektif yaitu Bila berhubungan dengan kaidah rasional maka
kewajiban cenderung datang dari sumber di luar should akan bermakna kepastian, sedangkan bila
pembicara (73b). Must bisa diparafrasa menjadi berhubungan dengan kaidah sosial maka akan
‘be obligated (by me) to…’, sedangkan have bermakna perintah. Perkins menganjurkan suatu
(got) to bisa diparafrasa menjadi ‘It’s obligatory rumusan :
that…’ yang berupa bentuk klausa seperti pada Should : K : ( Z (C cenderung ke X))
(74) dan (75), Menurut Coates (1983: 3) should K : Kaidah yang digunakan (kaidah sosial atau
lebih merupakan perintah yang lemah, rasional) dalam memandang sesuatu.
sedangkan must merupakan perintah yang kuat Z : kondisi

58
Jurnal Linguistika, Oktober 2011, Volume 2, Nomor 2

(78) a. Don’t open the door!


C : sumber deontik atau evidensi yang relevan b. You must not open the door.
sesuai dengan kaidah yang digunakan c. You should not open the door.
X : kemunculan peristiwa atau kebenaran d. You may not open the door.
peristiwa e. You cannot open the door.
Misalnya should pada contoh (76) The Selain pengungkap di atas ada bentuk
letter should be signed by Mr.Collins pengungkap modalitas deontik perintah bahasa
bermakna ‘perintah’ karena : Inggris yang lain. Perkins (1983: 81-82)
K : (Z ( C cenderung ke X )) mengatakan bahwa be compulsory to/that, be
K : menggambarkan kaidah sosial. imperative to/that, be mandatory to/that dan be
Z : kondisi dimana surat ini belum obligatory to/that adalah bentuk pengungkap
ditandatangani dan segera dikirim; modalitas deontik perintah bahasa Inggris.
C : ada sumber deontik yaitu institusi formal
sebuah perusahaan mempunyai peraturan 2.3.2.4 Modalitas Deontik Perintah Bahasa
resmi bahwa setiap surat harus Indonesia
ditandatangani oleh Mr. Collins. Perintah memperlihatkan persamaan
X : mencerminkan kebenaran proposisi dari dengan izin dalam hal kedudukan pembicara
peristiwa di bawah interpretasi deontik. sebagai sumber deontik dan teman bicara
Should pada (76) bermakna ‘kepastian’ sebagai pelaku aktualisasi peristiwa. Dalam
karena : bahasa Indonesia pengungkapnya berbeda
K : (Z (C cenderung ke X) ) karena perintah dapat dinyatakan dengan kalimat
K : menggambarkan kaidah rasional. imperatif (79a) atau deklaratif (79b), sedangkan
Z : kondisi dimana surat sudah ditandatangani izin hanya dengan kalimat deklaratif (80) (Alwi,
C : evidensi dimana bentuk tandatangan yang 1992: 189).
tertera adalah tandatangan Mr. Collins dan (79a) Kembalikan buku itu minggu depan !
tandatangan itu sudah dipahami oleh pembicara. (79b) Kamu harus mengembalikan buku itu
X : mencerminkan kebenaran proposisi di bawah minggu depan..
interpretasi epistemik. (80) Kamu harus/dapat/bisa mengembalikan
Jadi K (Z [keadaan] (C cenderung ke X buku itu minggu depan.
[kebenaran proposisi]) ) ‘Perintah’ bisa berarti ‘perintah untuk
Perintah dapat dinyatakan dalam kalimat melakukan sesuatu’ atau ‘perintah untuk tidak
imperatif seperti pada (77a) atau deklaratif melakukan sesuatu’ yang lazim disebut larangan.
seperti pada (77b). Bila dalam bentuk imperatif, Perintah untuk melakukan sesuatu bisa
tidak terdapat pengungkap modalitas dan oleh diungkapkan dengan wajib, mesti, harus,
karena itu tidak termasuk kalimat modal. haruskan, mengharuskan, diharuskan,
Sebaliknya bila dalam bentuk deklaratif, terdapat perintahkan, memerintahkan, diperintahkan.
pengungkap modalitas. Larangan bisa diungkapkan dengan negasi tidak
(77a) Open the door! atau dengan jangan, larang, melarang, dilarang,
(77b) You must/have to open the door! tidak boleh (Alwi, 1992: 261). Larangan dalam
Perintah tidak hanya diartikan ‘perintah bahasa Indonesia dijelaskan sebagai berikut.
untuk melakukan sesuatu’, seperti pada contoh Negasi pengungkap perintah dapat ditinjau dari
di atas, tetapi juga bisa diartikan ‘perintah untuk segi sintaktis dan semantis. Dari segi sintaktis,
tidak melakukan sesuatu’ yang lazim disebut penegasian ini menggambarkan bahwa sumber
larangan. Larangan ini muncul dalam bentuk deontik tidak memerintahkan pelaku untuk
must/should + negasi not. Sebagaimana perintah, mengaktualisasi peristiwa seperti pada
maka larangan juga bisa diungkapkan dalam
bentuk imperatif seperti pada (78a) dan atas
bentuk deklaratif seperti pada (78b, c, dan d).
Larangan dalam bentuk imperatif tidak
menggunakan pengungkap modalitas dan oleh
karena itu tidak termasuk kalimat modal

59
Eryon, Satu Tinjauan Diskripsi ...

(81a). Penegasian dari segi semantik telah menyatakan bahwa can akan bermakna
mengisyaratkan bahwa sumber deontik melarang ‘kemampuan’ bila ditemukan tiga hal : (1)
pelaku mengaktualisasi peristiwa seperti pada subjek bernyawa dan berfungsi agentif, (2) verba
(81b). utamanya menggambarkan perbuatan atau
(81a) Saya tidak aktivitas dan (3) kemungkinan perbuatan itu
memerintahkan/mengharuskan kamu ditentukan oleh ciri inheren subjek. Coates
untuk membaca buku ini. seperti Palmer menyatakan bahwa subjek dalam
(81b) Kamu tidak boleh/jangan/ dilarang bentuk nomina tidak bernyawa pun dapat
membaca buku itu. memiliki kemampuan kalau nomina
Dengan memperhatikan posisi sintaktis bersangkutan dianggap memiliki kekuatan yang
tidak/tak boleh/jangan dan dilarang serta bentuk dapat mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa.
verba yang dapat digunakan setelah ketiga Dicontohkannya pada (86) frasa a built-in stereo
pengungkap perintah itu apa yang diungkapkan tape recorder adalah nomina tak bernyawa yang
pada (81b) dapat diungkapkan sebagai berikut. merupakan subjek yang memiliki kemampuan
(82a) Tidak boleh/jangan/dilarang kau untuk menjadi pelaku aktualisasi peristiwa play
baca/membaca buku itu. for the whole four hours.
a. Buku itu tidak boleh/jangan kamu (87) The plane has been built-in stereo tape
baca recorder which can play for the whole
b. Buku itu tidak boleh/jangan/dilarang four hours, it will take to fly to Majorova.
dibaca Quirk et al (1985: 22) mengatakan
Kalau diikuti verba tidak boleh, jangan bahwa can dan could ‘kemampuan’ bisa
dan dilarang; ketiganya dapat digunakan. Akan diparafrasa menjadi be able to atau dalam
tetapi bila ketiganya diikuti bukan verba maka beberapa hal bisa be able to atau know how to.
akan menunjukkan pemakaian yang berbeda. Perkins (88) mengatakan bahwa be able to dan
Jangan bisa diikuti oleh adverbial, adjektiva, be capable of adalah pengungkap modalitas
nomina, promina, dan numeralia. Sedangakan yang juga menyatakan kemampuan. Menurut
dilarang dan tidak boleh tidak bisa diikuti oleh Palmer be able to mempunyai makna yang sama
adjektiva, adverbial, nomina, pronomina, dan dengan be capable of dimana makna muasal dari
numeralia. be able to dapat diwakili sebagai K (C tidak
Alwi juga mengatakan bahwa jangan menghalangi X) dimana K adalah hukum alam
tidak selamanya merupakan larangan atau yang merupakan rumusan untuk mengukur can
perintah untuk melakukan sesuatu. Yang yang bermakna ‘kemampuan.’
menentukan adalah kadar restriksi dari sumber
deontik terhadap pelaku aktualisasi peristiwa. 2.3.3.2 Modalitas Dinamik Bahasa Indonesia
Dengan kadar restriksi berbeda akan Sebagaimana dikatakan Alwi
menyebabkan gradasi makna yang berbeda sebelumnya bahwa pemisahan pembicara dari
karena kata itu dapat digunakan untuk perikeadaan merupakan faktor yang menentukan
menyatakan perintah (83), harapan (84), atau keinherenan subjek sebagai pelaku. Perikeadaan
permintaan (85) bisa dimunculkan (explicit) seperti pada (89b)
(83) *Jangan main-main dimana kamu atau tidak dimunculkan (implicit) seperti pada
menyembunyikan itu emas? Sergah (89a). Alwi (1992:257) mengatakan bahwa
pemeriksa. dapat, bisa, mampu, dan sanggup digunakan
(84) Untuk menjadi pemimpin itu, jangan untuk menyatakan kemampuan kalau
menyusahkan orang lain, tetapi perikeadaan yang dieksplisitkan itu menentukan
melindungi. keinherenan subjek sebagai pelaku aktualisasi
(85) Kasus dokter Simon sudah ditutup, jangan peristiwa (89a). Sebaliknya kalau
dibangktikan lagi. pengeksplisitan perikeadaan tidak berkaitan
dengan ciri
2.3.3.1 Modalitas Dinamik Bahasa Inggris
Modalitas deontik bahasa Inggris sering
dinyatakan dengan can dan could. Coates (1983)

60
Jurnal Linguistika, Oktober 2011, Volume 2, Nomor 2

keinherenan subjek sebagai pelaku Setiap subkategori modalitas dalam suatu


aktualisasi peristiwa, dapat atau bisa tidak bahasa dalam hal ini Bahasa Inggris pasti
digunakan untuk menyatakan kemampuan, juga terdapat dalam bahasa lain, Bahasa
tetapi untuk menyatakan izin atau Indonesia. Sudah pasti pengungkap
kemungkinan. modalitas antara Bahasa Inggris dan
(89) a. Dia dapat/bisa/mampu/sanggup Bahasa Indonesia terdapat perbedaan dan
mengerjakan soal-soal ujian itu persamaan. Misalnya dalam Bahasa Inggris
kalau dia belajar sungguh- dimarkahi dengan kata bisa dimarkahi
sungguh. dengan bentuk frasa atau klausa dalam
b) Dia dapat/bisa menonton televisi Bahasa Indonesia, dan begitu juga
kalau dia sudah selesai mencuci sebaliknya. Pengungkap modalitas dalam
piring-piring itu. Bahasa Inggris.
Dalam tuturan yang Modalitas sebagai dunia
menggambarkan suatu tuturan yang sudah kemungkinan sehingga baik keberanan
terjadi dapat atau bisa tetap dapat peristiwa maupun kebenaran proposisi
digunakan sebagai pengungkap dapat dilihat, diamati, dinilai, dan diukur.
kemampuan meskipun perikeadaan yang Untuk melakukan ini semua diperlukan
dieksplisitkan tidak menentukan perangkat prinsip dari Perkins yang sesuai
keinherenan subjek sebagai pelaku dengan proposisi atau peristiwa yang
aktualisasi peristiwa (90, 91) digambarkan proposisi bersangkutan.
(90) Seharusnya dia Perangkat perinsip ini bisa diterapkan pada
dapat/bisa/mampu/sanggup semua bahasa di dunia. Oleh karena itu
mengerjakan soal-soal ujian itu dengan perangkat prinsip ini kita bisa
kalau dia belajar sungguh- mengamati apakah suatu pengungkap
sungguh dan ingin cepat selesai. modalitas Bahasa Inggris yang
(91) Ternyata dia diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
dapat/bisa/mampu/sanggup mempunyai persamaan subkategori, unit
mengerjakan soal-soal ujian itu atau bentuk bahasa, dan kelas katanya atau
meskipun persiapan belajarnya terdapat perbedaan (dalam penerjemahan
sangat terbatas. disebut pergeseran). Untuk mengetahui ini
. Pemakaian pengungkap modalitas perlu penelitian tersendiri .
intensional sebelum dapat, bisa, mampu,
atau sanggup juga menggambarkan bahwa 5. DAFTAR PUSTAKA
pembicara secara tidak langsung
mengungkapkan ciri keinherenan subjek Alwi, Hassan, (1992). Modalitas Dalam
sebagai pelaku aktualisasi peristiwa. Hal Bahasa Indonesia. Seri ILDEP Yogyakarta.
ini dapat diamati pada pemakaian Penerbit Kanisius.
kemampuan sesudah ingin, mau, hendak, Coates, J. (1983). The Semantics of Modal
dan akan dapat seperti yang dicontohkan Auxiliaries. London: Croom Helm.
Lyons, John. (1977). Semantics I & 2.
berikut.
Cambridge: Cambridge University
(92) a.) Ali ingin dapat/akan Press.
dapat/bisa/mampu/sanggup Lyons, John (1995). Linguistic Semantics: An
merobohkan lawannya Introduction. Cambridge: Cambridge
pada babak-babak awal. University Press.
b) Pelatihnya ingin/mau/akan agar Palmer, F.R. (1979). Modality and the English
Ali dapat/bisa//mampu/sanggup Modal. London: Longman.
merobohkan lawannya pada Perkins, Michael R.(1983). Modal Expression
ronde-ronde awal. in English. Norwood: Ablex
Publishing Corporation.
Quirk, Randolph, Sydney Greenbaum,
4. KESIMPULAN Geofrrey Leech, and Jan Stervick.
Dari diskusi di atas kita bisa (1985). Comprehensive English
melihat bahwa modalitas adalah konsep Grammar of the English Language.
semantik yang universal. Oleh karena itu London: Longman.
modalitas bisa muncul di semua bahasa.

61

Anda mungkin juga menyukai