Anda di halaman 1dari 3

“Forum Doktor dan Intelektual Muslimah Indonesia: Beijing +25 dan Ide Kesetaraan Gender adalah

Agenda Penjajahan dan Penghancuran Islam”

Pandemic covid19 tidak menghalangi pertemuan para Profesor, Doktor dan intelektual muslimah untuk
bertemu dan bersuara melalui aplikasi webinar. Pertengahan April 2020 menjadi saksi para intelektual
muslimah berbagai Universitas di Indonesia bertemu untuk mengupas apa yang disebut sebagai
Beijing Platform for Action (BPfA). Mengusung tema perbincangan “Beijing +25: Terbongkarnya Kedok
Kesetaraan Gender Sebagai Alat Penjajahan Global dan Penghalang Kebangkitan Islam".

Tema perbincangan yang sekaligus menjadi kesimpulan yang disepakati oleh para intelektual ini bukan
tanpa bukti dan kesimpulan yang serampangan. Di awali dengan pemaparan materi pengantar dan
diskusi yang menunjukkan bahwa dibalik gencarnya program kesetaraaan gender, ada pertarungan 2
ideologi yaitu kapitalisme dan Islam. Kapitalisme yang digawangi negara-negara adidaya dan lembaga
internasional menjadikan program ini sebagai jalan untuk menghegemoni negeri Islam sekaligus
menyerang bahkan menghina berbagai hukum Syariah Islam yang mulia.

Serangan terhadap Islam ini dilakukan dengan cara-cara yang terbungkus indah bahkan terkesan ingin
membela dan memperjuangkan perempuan. Namun inilah racun berbalut madu. Ide ini pada
hakikatnya mensekulerkan muslimah dan menggiring muslimah berada pada barisan yang
menyudutkan dan menyerang identitas dan kunci kemuliannya sendiri yaitu Islam. Ide kesetaraan
gender menjadikan Muslimah menjadi sosok yang tetap muslim tetapi pola pikir dan pola sikapnya jauh
dari menjadikan islam sebagai pemandunya.

Keadaan muslimah yang terpuruk saat ini jelas bukan bersumber dari ajaran Islam itu sendiri.
Keterpurukan dunia Islam justru terjadi ketika umat Islam meninggalkan ajaran Islam yang kaafah dan
berlangsungnya penjajahan oleh negara barat kapitalis. Negara-negara yang saat ini menjadi negara
yang menggawangi ide kesetaraan gender ini.

Ajaran Islam justru menjadi ajaran dan hukum yang mengangkat derajat perempuan, memuliakan dan
memberikan hak-haknya sebagai manusia dengan derajat yang tinggi. Hal ini menjadi sesuatu hal yang
tidak bisa dipungkiri. Tidak ada agama yang mewajibkan untuk menuntut ilmu bagi laki-laki dan
perempuan kecuali Islam, tidak ada agama yang mengapresiasi kepandaian seorang perempuan
kecuali Islam, tidak ada agama yang menjamin terpenuhinya hak-hak perempuan kecuali Islam. Misal
perempuan mendapat hak nafkah yang merupakan ketetapan yang diberikan oleh Allah SWT
kepadanya selamanya, sehingga perempuan tidak harus bekerja. Dalam Islam perempuan juga
memiliki hak politik terkait dengan amar ma’ruf nahi munkar dengan disertai jaminan perlindungan
keamanan dan kehormatannya. Sementara dalam BPfA yang juga membahas topik perempuan dan
politik, akan tetapi ketika perempuan bicara politik maka dapat saja terjadi penangkapan dan
pelecehan. Sehingga disini terlihat tidak sejalannya antara yang dikampanyekan dan dengan
realisasinya.

Sungguh muslimah saat ini lahir di saat era hilangnya kekuasaan Islam dan tegaknya kekuasaan
sekuler yang memusuhi Islam. Hal ini menjadikan muslimah terlebih intelektual muslimah yang memiliki
peran sebagai pionir kepemimpinan dalam melakukan perubahan, opinion maker juga opinion leader
untuk bertanggung jawab besar dalam mengembalikan kekuasaan Islam ini. Para muslimah harus
memprioritaskan dan mencurahkan energi terbesarnya pada proses pencerdasan dan membangun
kesadaran umat akan bahaya ide-ide sekuler liberal termasuk ide kesetaraan gender serta
berpartisipasi aktif dalam perjuangan mengembalikan kekuasaan Islam. Di akhir diskusi, para Profesor,
Doktor dan intelektual muslimah bersepakat untuk menjadikan kesimpulan diskusi menjadi pernyataan
sikap dan menyebarluaskannya ke berbagai kalangan. Diskusi ditutup dengan do’a dan harapan agar
ujian pandemic Covid19 ini segera berakhir dan kaum muslimin bisa segera menyaksikan syariah
kaafah tegak di muka bumi ini.

Berikut pernyataan sikap Forum Doktor dan Intelektual Muslimah Indonesia, semoga bermanfaat dan
setiap anda yang membacanya bisa ikut menyebarluaskannya.

PERNYATAAN SIKAP FORUM DOKTOR DAN INTELEKTUAL MUSLIMAH INDONESIA


“ Tolak Beijing +25: Tolak Agenda Kesetaraan Gender,
Dukung Penerapan Syariah Kaafah untuk Kemuliaan Perempuan”

Bismillaahi Arrahmani ArRahiim

Beijing 25+ merupakan peringatan 25 tahun Beijing Platform for Action (BPfA). BPfA dianggap
sebaagai cetak biru paling progressif untuk memajukan hak-hak perempuan oleh berbagai kalangan
secara global. Deklarasi ini diadopsi dan harus di promosikan oleh 189 negara yang sebagian
besarnya adalah pemerintahan Muslim. Deklarasi dengan ide pokok tentang kesetaraan gender ini
terus di gulirkan hingga Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menargetkan terwujudnya “ Generasi
Kesetaraan" pada tahun 2030.

Namun kenyataan menunjukkan bahwa perempuan di negeri-negeri di belahan dunia ini, khususnya
negeri-negeri muslim termasuk Indonesia tidak memerlukan apa yang diamanatkan dan
dipropagandakan melalui BPFA ini. 25 tahun pelaksanaan BPFA tidak kunjung membuat perempuan
terlepas dari berbagai masalah dan mengangkat perempuan menuju kehormatan dan kemuliaan.
Kesetaraan gender dan sekulerisme-kapitalisme yang menjadi ruh dari BPFA justru melanggengkan
penderitaan dan merendahkan perempuan secara umum. Inilah fakta, agenda, mitos, kelemahan,
masalah dan kegagalan dari propaganda "Kesetaraan Gender". Isu-isu perempuan justru dipolitisasi
untuk mempromosikan kedok palsu hak-hak perempuan, modernisasi dan kemajuan, namun pada
kenyataannya tidak ada hubungannya dengan perbaikan kehidupan muslimah bahkan perempuan
seca umum.

Penelaahan lebih dalampun menunjukkan bahwa dibalik gencarnya program kesetaraaan gender, ada
pertarungan 2 ideologi yaitu kapitalisme dan Islam. Termasuk target untuk mensekulerkan dan
meliberalisasi budaya dan hukum ijtimaiy (sosial) Islam, khususnya hukum-hukum keluarga Islam.
Padahal mayoritas muslimah dan perempuan secara umum justru akan menemukan jalan keluar dan
harapan untuk teraihnya kehormatan dan kemuliaan melalui hukum Islam. Pandangan, nilai-nilai,
syariat dan sistem Islam sajalah yang mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi
perempuan. Islam memberi kesempatan perempuan untuk berperan aktif dan produktif dalam semua
bidang, tanpa mengorbankan kehormatan dan keamanan bagi perempuan.
Oleh karena itu, kami para intelektual muslimah yang tergabung dalam Forum Doktor dan Intelektual
Muslimah Indonesia, menyatakan:
1. Menyeru agar rakyat dan bangsa Indonesia mewaspadai serta menolak konsepsi dan program
kesetaraan gender yang tidak lebih sebagai bagian dari agenda penjajahan dan penghancuran
Islam;
2. Menyeru agar seluruh intelektual muslimah selaku pemilik ilmu, pemimpin perubahan, opinion
maker juga opinion leader untuk melakukan penyadaran secara massif di tengah masyarakat
mengenai bahaya konsepsi dan program kesetaraan gender;
3. Menyeru agar seluruh intelektual muslimah ikut mendukung dan terlibat aktif dalam
memperjuangkan penerapan Syariah Kaafah untuk kemuliaan perempuan dan solusi untuk
berbagai permasalahan sistemik yang terjadi;
4. Menyeru kepada seluruh intelektual dari berbagai perguruan tinggi, lembaga penelitian
maupun institusi lainnya untuk bergerak bersama melakukan penolakan atas konsepsi dan
program gender sebagai bentuk tanggung jawab intelektual dan moral kepada bangsa dan
umat;
5. Khusus kepada Pemerintah, hendaknya menghentikan dan menolak gagasan serta program
gender karena berpotensi menimbulkan ancaman serius bagi ketahanan dan masa depan
keluarga, perempuan dan generasi.

Demikian pernyataan sikap ini kami sampaikan. Seruan kebenaran dan kebaikan yang semoga
menjadi bukti tanggungjawab dan kepedulian kami sebagai intelektual kepada bangsa ini dan
khususnya kepada perempuan. Dan seruan ini juga menjadi bukti amar ma’ruf nahyi munkar kepada
pihak-pihak terkait.

Alhamdulillahi Rabb Al Alamiin


Jakarta, April 2020
Forum Doktor dan Intelektual Muslimah Indonesia

Anda mungkin juga menyukai