Anda di halaman 1dari 13

Space Occupying Lesion (SOL)

Dosen pengampu : Rosalina, S.Kp., M.Kes.

DibuatuntukmemenuhitugasKeperawatanMedikalBedahIII

Disusunoleh:

Alfin Nurul Khikmah (010118A008)

AnnisaChelseaListya (010118A016)

DhanangEfendi (010118A035)

FebriyantiDwiPrakasiwi (010118A054)

Nadhea DindaKurnaiSari (010118A089)

PROGRAMSTUDIS1KEPERAWATAN

FAKULTASKEPERAWATAN

UNIVERSITASNGUDIWALUYO

TAHUN2020
KATAPENGANTAR

PujisyukurkamipanjatkankehadiratTuhanYangMahaEsa,karenaatasrahmatdankarunia-
Nyakamiberadadalamkeadaansehatwalafiatdanmendapatkesempatanuntukmenyusunmakalah
yangmembahastentangkonsepStrok,SOL,danceder,kepalaDiversitasdanUniversalitasBudaya’
gunamemenuhitugaskeperawatan medikal bedah IIIsemester4.

Ucapanterimakasihkamisampaikankepadadosenpengampuyangtelahmemberikanbimbinganke
padakamisehinggamakalahinidapatterselesaikan,ucapanterimakasihjugakamisampaikankepad
ateman–temanyangselalumemberikanmotivasidandorongandalampembuatanmakalahini.

Akhirnya,kamisebagaipenulismenyadaribahwamakalahinimemilikiberbagaikekurangan,untuk
itusegalakritikdansarankiranyadapatdisampaikankepadapenulisgunapenyempurnaanmasalahb
erikutnya.Semogamakalahinidapatbermanfaatdanmenambahpengetahuansertawawasanbagipa
rapembacapadaumumnyadankhususnyabagiseluruhmahasiswakeperawatan.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sefalgia atau nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak nyaman di daerah
kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke belakang kepala. Berdasarkan
penyebabnya nyeri kepala digolongkan menjadi nyeri kepala primer dan nyeri kepala
sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang tidak jelas terdapat kelainan
anatomi atau kelainan struktur atau sejenisnya.Nyeri kepala sekunder adalah nyeri
kepala yang jelas terdapat kelainan anatomi atau kelainan struktur atau sejenisnya,
bersifat kronik progresif, meliputi kelainan non vaskuler. Bedasarkan The
International Classification of Headache Disorders tahun 2013, nyeri kepala dibagi ke
dalam tiga kategori menurut penyebabnya: nyeri kepala primer, nyeri kepala sekunder
dan neuralgia kranial.

Sefalgia kronik adalah nyeri kepala yang terjadi lebih dari tiga bulan, yang
mengalami pertambahan dalam derajat berat, frekuensi,dan durasinya serta dapat
disertai munculnya defisit neurologis yang lain selain nyeri kepala. Sefalgia kronik
bersifat progresif, berdenyut, dan memberat terutama pada pagi hari, pada seluruh
kepala terutama bagian depan dan dapat bertambah nyeri saat mengejan atau batuk
ataupun dengan perubahan posisi. Sefalgia dapat merupakan tanda dari proses
penyakit tertentu baik ekstrakranial maupun intrakranial. Tumor dan abses serebral
merupakan contoh dari space occupying lesion yang menimbulkan nyeri kepala oleh
karena terjadinya kompresi jaringan otak terhadap tengkorak sehingga meningkatkan
tekanan intrakranial. Mual dengan atau tanpa muntah dapat menyertai nyeri kepala
yang disebabkan oleh migrain, glaukoma, space occupying lesion,dan meningitis.

Sefalgia kronik adalah nyeri kepala yang terjadi lebih dari tiga bulan, yang
mengalami pertambahan dalam derajat berat, frekuensi dan durasinya serta dapat
disertai munculnya defisit neurologis yang lain selain nyeri kepala. Space occupied
lession (SOL) ialah lesi fisik substansial, seperti neoplasma, perdarahan, atau
granuloma, yang menempati ruang. SOL intrakranial didefinisikan sebagai
neoplasma, jinak atau ganas, primer atau sekunder, serta hematoma atau malformasi
vaskular yang terletak di dalam rongga tengkorak.Tumor intrakranial menyebabkan
timbulnya gangguan neurologik progresif.Gangguan neurologik pada tumor otak
disebabkan oleh gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial
(TIK).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang menjadi konsep dasar dari penyakit selfagia atau nyeri
berkepanjangan pada kepala ?
2. Apa yang perlu diidentifikasi dalam konsep keperawatan pada pasien dengan
nyeri pada kepala ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami hal-hal yang menjadi konsep dasar dari penyakit
selfagia.
2. Untuk mengetahui identifikasi dalam konsep keperawatan pada pasien dengan
penyakit selfagia atau nyeri berkepanjangan pada kepala.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Sefalgia atau nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak nyaman di
daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke belakang kepala.
Berdasarkan penyebabnya nyeri kepala digolongkan menjadi nyeri kepala
primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala
yang tidak jelas terdapat kelainan anatomi atau kelainan struktur atau
sejenisnya. Nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala yang jelas terdapat
kelainan anatomi atau kelainan struktur atau sejenisnya, bersifat kronik
progresif, meliputi kelainan non vaskuler. Bedasarkan The International
Classification of Headache Disorders tahun 2013, nyeri kepala dibagi ke
dalam tiga kategori menurut penyebabnya: nyeri kepala primer, nyeri kepala
sekunder dan neuralgia kranial.

Sefalgia dapat merupakan tanda dari proses penyakit tertentu baik


ekstrakranial maupun intrakranial. Tumor dan abses serebral merupakan
contoh dari space occupying lesion yang menimbulkan nyeri kepala oleh
karena terjadinya kompresi jaringan otak terhadap tengkorak sehingga
meningkatkan tekanan intrakranial. Mual dengan atau tanpa muntah dapat
menyertai nyeri kepala yang disebabkan oleh migrain, glaukoma, space
occupying lesion,dan meningitis. Tumor intrakranial atau yang juga dikenal
dengan tumor otak, ialah massa abnormal dari jaringan di dalam kranium,
dimana sel-sel tumbuh dan membelah dengan tidak dapat dikendalikan oleh
mekanisme yang mengontrol sel-sel normal.

Menurut National Cancer Institute USA, berdasarkan data tahun 2006 s.d.
2010, jumlah kasus baru kanker otak dan sistem saraf lainnya adalah 6,5 per
100.000 pria dan wanita per tahun. Jumlah kematian diperkirakan 4,3 per
100.000 pria dan wanita per tahun. Tumor metastasis ke otak terdapat pada
sekitar satu dari empat pasien dengan kanker, atau sekitar 150.000 orang per
tahun.
2. Penyebab/etiologi

Penyebab sakit kepala primer


Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa sakit kepala primer adalah
penyakit yang berdiri sendiri dan tidak dipicu oleh penyakit lain. Penyebab
sakit kepala primer adalah seperti akibat aktivitas berlebihan atau akibat daru
masalah pada struktur atau bagian kepala yang sensitif terhadap rasa sakit.
Bagian kepala yang sensitif meliputin pembuluh darah, otot, dan saraf di
kepala dan leher. Penyebab lainnya adalah karena adanya aktivitas kimia di
otak.

Penyebab sakit kepala sekunder

Secondary headache atau sakit kepala sekunder adalah sakit kepala yang


disebabkan oleh penyakit lain. Sebelumnya sudah disebutkan beberapa tipe
sakit kepala ini berdasarkan penyebabnya seperti sakit kepala darah tinggi,
sakit kepala akibat kafein, sakit kepala karena perubahan hormon, dan
seterusnya.

Dilansir dari Medical News Today, penyebab sakit kepala sekunder lainnya
adalah sebagai berikut ini:

 Mabuk akibat alkohol


 Tumor orak
 Pendarahan di otak atau sekitarnya
 Brain freeze
 Gegar otak
 Dehidrasi
 Glaukoma
 Influenza
 Penggunaan obat penghilang rasa sakit berlebihan
 Serangan panik
 Pukulan
Sakit kepala dapat menjadi indikasi penyakit serius. Maka dari itu, sangat
penting untuk mengetahui penyebab sakit kepala yang Anda alami untuk
mengetahui langkah medis apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi
penyakit cephalgia atau sakit kepala tersebut.

3. PATOFISIOLOGI

Nyeri (sakit) merupakan mekanisme protektif yang dapat terjadi setiap saat
bila ada jaringan manapun yang mengalami kerusakan, dan melalui nyeri inilah,
seorang individu akan bereaksi dengan cara menjauhi stimulus nyeri
tersebut. Rasa nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri oleh
stimulus nyeri. Stimulus nyeri dapat dibagi tiga yaitu mekanik, termal, dan kimia.
Mekanik, spasme otot merupakan penyebab nyeri yang umum karena dapat
mengakibatkan terhentinya aliran darah ke jaringan ( iskemia jaringan),
meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga perangsangan langsung ke
reseptor nyeri sensitif mekanik. Termal, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh suhu
yang tinggi tidak berkorelasi dengan jumlah kerusakan yang telah terjadi
melainkan berkorelasi dengan kecepatan kerusakan jaringan yang timbul. Hal ini
juga berlaku untuk penyebab nyeri lainnya yang bukan termal seperti infeksi,
iskemia jaringan, memar jaringan, dll.

Pada suhu 45 C, jaringan ± jaringan dalam tubuh akan mengalami kerusakan yang
didapati pada sebagian besar populasi. Kimia, ada beberapa zat kimia yang dapat
merangsang nyeri seperti bradikinin, serotonin, histamin, ion kalium, asam,
asetilkolin, dan enzim proteolitik. Dua zat lainnya yang diidentifikasi adalah
prostaglandin dan substansi P yang bekerja dengan meningkatkan sensitivitas dari
free nerve endings. Prostaglandin dan substansi P tidak langsung merangsang
nyeri tersebut. Dari berbagai zat yang telah dikemukakan, bradikinin telah dikenal
sebagai penyebabutama yang menimbulkan nyeri yang hebat dibandingkan
dengan zat lain. Kadar ion kalium yang meningkat dan enzim proteolitik lokal
yang meningkat sebanding dengan intensitas nyeri yang sirasakan karena kedua
zat ini dapat mengakibatkan membran plasma lebih permeabel terhadap ion.
Iskemia jaringan juga termasuk stimulus kimia karena pada keadaan iskemia
terdapat penumpukan asam laktat, bradikinin, dan enzim proteolitik. Semua jenis
reseptor nyeri pada manusia merupakan free nerve endings. Reseptor nyeri banyak
tersebar pada lapisan superfisial kulit dan juga pada jaringan internal tertentu,
seperti periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, falx, dan tentorium.
Kebanyakan jaringan internal lainnya hanya diinervasi oleh free nerve endings
yang letaknya berjauhan sehingga nyeri pada organ internal umumnya timbul
akibat penjumlahan perangsangan berbagai nerve endings dan dirasakan sebagaisl
ow ± chronic- aching type pain. Nyeri dapat dibagi atas dua yaitu fast pain dan
slow pain. Fast pain, nyeri akut, merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu 0,1
s setelah stimulus diberikan. Nyeri ini disebabkan oleh adanya stimulus mekanik
dan termal. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda spinalis
melalui serat A dengan kecepatan mencapai 6 ± 30 m/s. Neurotransmitter yang
mungkin digunakan adalah glutamat yang juga merupakan neurotransmitter
eksitatorik yang banyak digunakan pada CNS. 

4. TANDA DAN GEJALA/ MANIFESTASI KLINIS


SOL memberikan tanda dan gejala akibat tekanan intrakranial,
intracranial shift, atau herniasi otak, sehingga dapat mengakibatkan ‘brain
death’. Tumor intrakranial menyebabkan timbulnya gangguan neurologik
progresif.Gangguan neurologik pada tumor otak disebabkan oleh gangguan
fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK).Gangguan
fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau
invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neural.Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor menyebabkan nekrosis
jaringan otak dan bermanifestasi sebagai hilangnya fungsi secara akut.
Serangan kejang merupakan manifestasi aktivitas listrik abnormal yang
dihubungkan dengan kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan
otak. Beberapa tumor juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan TIK dapat disebabkan oleh beberapa faktor: bertambahnya
massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor, dan perubahan
cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor akan mendesak ruang yang relatif
tetap pada tengkorak.Mekanisme terbentuknya oedema pada kanker diduga
karena selisih osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan otak.
5. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan

 Nyeri kepala dirasakan pada bagian depan ditepi dahi pada


kedua sisi seperti berdenyut.
 Nyeri kepala dirasakan hampir setiap hari dan dirasakan selama
±satu jam setiap harinya terutama pada pagi hari.
 Nyeri kepala disertai muntah (+), muntah berupa makanan, dan
cairan, keluhan adanya demam disangkal.
 Sekitar ±enam bulan yang lalu nyeri kepala dirasakan semakin
sering dan semakin memberat, muntah (+) tanpa didahului
adanya mual, kejang (-).

b. Pemeriksaan fisik

 Sejak ±satu bulan sebelum masuk rumah sakit (SMRS), pasien


mengeluhkan pandangan mata kabur dan terasa gelap, keluhan
tersebut dirasakan pasien secara perlahan.
 Nyeri kepala bagian depan (+), hilang timbul, dan tidak
berkurang setiap harinya, keluhan lainnya yaitu muntah (+),
demam (-), dan kejang (-).

c. Psikososial
 Usia
 Jenis kelamin
 Sistem dukungan
 Gaya hidup
 Strategis koping yang dilakukan
 Pekerjaan
 Peran dan tanggung jawab selama ini

d. Pengetahuan klien dan keluarga tentang :


 Penyebab selfagia
 Faktor resiko
 Prognosa
 Tingkat pengetahuan
 Kemampuan membaca dan belajar

6. KOMPLIKASI

Reseptor nyeri banyak tersebar pada lapisan superfisial kulit dan juga pada
jaringan internal tertentu, seperti :

 Periosteum
 Arteri
 Permukaan sendi
 Falx
 Tentorium

Sakit kepala dapat diklasifikasikan menjadi :

 Sakit kepala primer


 Sakit kepala sekunder
 Neuralgia kranial
 Nyeri fasial
 Headache
 Cluster

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 CT-Scan : Gambaran CT-scan merupakan alat diagnostik yang penting
dalam evaluasi pasien yang diduga menderita tumor otak. Gambaran
CT-scan pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi abnormal
berupa massa yang mendorong struktur otak sekitarnya
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Telah ditegakkan diagnosis sefalgia kronik(+)hemiparese dekstra (+) parese N. II & N.


VII UMN central e.c space occupying lesion pada pasien wanita usia 45 tahun
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang serta telah diberi
penatalaksanaan yang sesuai dengan evidence based medicine. Prognosis untuk pasien
ini baik. Karena pada pasien telah dilakukan diagnosis dini dan penanganan yang tepat
melaluipembedahan.

B. SARAN

Penatalaksanaan untuk pasien ini adalah pengobatan medikamentosa dan


pembedahan.Pengobatan medikamentosa diberikan deksametason yang dapat
menurunkan oedem serebral. Kortikosteroid untuk mengurangi oedema peritumoral
dan mengurangi tekanan intracranial.Pada pasien ini diberikan terapi suportif, yaitu
IVFD RL XX tetes/menit (makro), ranitidin ampul 1 gram/12 jam, dexamethasone1
ampul/6 jam. Terapi pembedahan dapat dilakukan untuk mengurangi tumor pokok,
memberikan jalan untuk CSF mengalir dan mencapai potensial penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA

Ropper AH, Brown RH, Adams RDI, Victor M. Adams and Victor's principles of neurology.
Edisi ke-8. New York: McGrawHill; 2014

Lo BM, Talavera F, Arnold JF, Brenner BE, Hooker EA, Huff JS. Brain Neoplasms
[Internet]. New York: Medsape; 2015 [disitasi 22 August 2016]. Tersedia dari:
http://emedicine.medscape.com/article/7 79664-overview#a6

Dogar T, Imran AA, Hasan M, Jaffar R, Bajwa R, Qureshi ID. Space occupying lesions of
central nervous system: A radiological and histopathological correlation. Biomedica. 2015;
31(1): 1520.

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 1|Januari 2017 |68 Siska dan Zam | Space Occupying
Lesion (SOL)

Anda mungkin juga menyukai