Disusun Oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
DAFTAR ISI
Daftar Isi........................................................................................................i
Kata Pengantar...............................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................2
D. Manfaat Penulisan..............................................................................2
BAB II Pembahasan
A. Pengertian dan Dasar Hukum Al-Rahn..............................................3
B. Rukun dan Syarat Al-Rahn................................................................5
C. Ketentuan Umum Pelaksanaan Al-Rahn dalam Islam.......................6
D. Pengambilan Manfaat Barang Gadai.................................................8
E. Risiko Kerusakan Barang yang Digadaikan......................................9
F. Masalah Riba dalam Gadai................................................................10
BAB III Penutup
A. Kesimpulan........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................13
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bias menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Figh Muamalat. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada
Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-
Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam agama yang sempurna yang meletakkan aturan atau kaidah dalam
kehidupan manusia baik dalam ibadah dan juga mu’amalah (hubungan antar
makhluk). Aturan islam dalam semua sisi kehidupan kita sehari-hari di antaranya
interaksi social dengan sesama manusia, khususnya berkenaan dengan berpindahnya
harta dari satu tangan ke tangan yang lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak
asing dengan kata gadai atau dalam Islam disebut Rahn. Ketika kita membutuhkan
dana dalam kondisi yang mendesak dan cepat, sedangkan kita tidak memiliki dana
cash atau tabungan maka pendanaan pihak ketiga menjadi alternative pemecahannya.
Di situlah kita bisa menggunakan akad rahn agar bisa mendapatkan dana untuk
kebutuhan tersebut. Pegadaian sudah ada sejak jaman Rasulullah SAW. Pengadaian
tersebut berdasarkan prinsip syariah sehingga disebut pengadaian syariah. Hukumnya
diperbolehkan dalam agama Islam jika memenuhi rukun dan syarat yang telah
ditentukan. Jika salah satu rukun dan syarat tersebut tidak terpenuhi maka rahn
tersebut tidak sah dan dilarang, karena dapat menimbulkan perselisihan antara kedua
belah pihak. Dalam Islam juga mengatur bagaimana pemanfaatan barang gadai
tersebut, namun terdapat berbagai pendapat yang sedikit berbeda dari beberapa ulama
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan hukum dasar ar-rahn/ gadai?
2. Apa rukun dan syarat syarat gadai?
3. Bagaimana ketentuan umum pelaksanaan rahn dalam islam?
4. Bagaimana pengambilan manfaat barang gadai?
5. Bagaimana resiko barang yang digadaikan?
6. Apa masalah riba dalam gadai?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memaparkan pengertian dan hukum dasar ar-rahn/ gadai.
2. Untuk mengetahui dan memaparkan rukun dan syarat syarat gadai.
3. Untuk mengetahui dan memaparkan ketentuan umum pelaksanaan rahn dalam
Islam.
4. Untuk mengetahui dan memaparkan mengenai pengambilan manfaat barang
gadai.
5. Untuk mengetahui dan memaparkan resiko barang yang digadaikan.
6. Untuk mengetahui dan memaparkan masalah riba dalam gadai.
D. Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa maupun pelajar untuk menambah
pengetahuan dan wawasan tentang gadai. Manfaat lain dari penulisan makalah ini
adalah dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan dan acuan untuk pembelajaran lebih lanjut.
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum meminta jaminan itu mubah berdasarkan petunjuk Allah dalam al-
Qur’an dan penjelasan dari hadist Nabi. Para ulama fiqh mengemukakan bahwa akad
rahn dibolehkan dalam islam berdasarkan al-Quran dan sunnah Rasul. Dalam surat al-
Baqarah ayat 283 Allah berfirman:
Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan
yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu
(para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Yang menjadi landasan hukum atau dasar daripada akad Gadai (Rahn) selain Al-
Qur’an ialah beberapa hadits yang menjelaskan tentang akad Gadai sebagai berikut:
ي طَ و ھ د ﻋﺎ ﻣﻦ ﻣﻦ ﻋﻠَ ْﯿﮫ وﺳﱠﻠَﻢ ﺻ ِﷲ َﺸَﺔ ﺷﺘ Kﻋﻦ ﻋﺎﺋ
َﻌﺎﻣﺎ َر َﻨﮫ ْر ﯾَ ُﮭﻮد ﷲ
ُ ﻰKﻠﱠ رﺳﻮل َﻗﺎَﻟﺖ ا َﺮى
ﺣ ِﺪﯾﺪ
“Rasulullah saw. pernah membeli makanan dari seorang Yahudi dengan cara
menangguhkan pembayarannya, lalu beliau menyerahkan baju besi beliau sebagai
jaminan”. (shahih muslim)
ُﻟَﮫ ﺻﺎ ﮫ اَﻟﱠ وﺳ ﱠﻠ ﻻ ﯾَ َْﻐﻠ ﻖ ھﻦ َ رﺳﻮ ﱠ ِﷲ ﺻ ُﱠﷲ ﻋﻠ:وﻋ ْﻨ ُﮫ ﻗَﺎ ل
,رھ َﻨ ُﮫ ﺣﺒِ ِﺬي اَﻟﺮ ﻣﻦ ) :َﻢ ْﯿﮫ ﻰK ﻠﱠ- ل َﻗﺎل
داو َد
ﻋ ْﻨ َﺪ إِ ﱠﻻ أَ ن اَ ﺤ ُﻔﻮ َظ.ورﺟﺎﻟ ُﮫ ﺛِﻘَﺎت ﻏ ْﻨ ﻤ ْ ﯿﮫ ﻏ ( روا ُه اَﻟﺪا َر ُﻗ ﻄﻨِ ْ ﺤﺎ
أَﺑِﻲ ْﻟﻤ , ﻟ ِﻛ ُﻢ,ﻲ ُ وﻋَﻠ ْﺮ,ُﮫ
ﻣﮫ
و
ا
ﺳﺎل
ِوﻏ ْﯿ ﺮ ِه إ
ْر
Siapa yang menanggung risiko bila terjadi kerusakan barang yang digadaikan?
Hendi Suhendi dalam bukunya Fiqh Muamalah menyatakan, bahwa menurut
Syafi’iyah bila barang gadai atau al-marhun hilang di bawah penguasaan al-murtahin,
maka al- murtahin tidak wajib menggantinya, kecuali bila rusak atau hilangnya itu
karena kelalaian al-murtahin atau karena disia-siakan. Umpamanya, al-murtahin
bermain-main api lalu barang gadai itu terbakar, atau gudangnya tidak dikunci lalu
barang gadai itu dicuri orang. Konkretnya al-murtahin diwajibkan memelihara secara
layak dan wajar. Sebab bila tidak demikian, ketika ada cacat atau kerusakan apalagi
hilang menjadi tanggung jawab al-murtahin.
Dengan mengutip pendapat Hanafi dan Ahmad Ashar Basir, Hendi Suhendi
menyatakan bahwa al-murtahin yang memegang al-marhun menanggung risiko
kerusakan atau kehilangan al-marhun, bila al-marhun itu rusak atau hilang, baik
karena kelalaian atau tidak.
PENUTUP
Kesimpulan
Sedangkan gadai (ar rahn) dalam fiqh, adalah nama barang yang dijadikan
sebagai jaminan kepercayaan. Adapun menurut syara' artinya menyandera sejumlah
harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali
sebagai tebusan. Sebagai dasar naqlinya adalah :
Perjanjian dalam gadai ( ar rahn) pada dasarnya adalah akad atau transaksi
utang piutang, hanya saja dalam gadai ada barang jaminannya ( agunan). Oleh
karena itu, harus dipenuhi rukun dan syarat gadai.
1. Syarat yang terkait dengan orang yang berakad ( ar rahn dan al murtahin).
2. Syarat yang terkait dengan sighat.
3. Syarat yang terkait dengan utang (al marhun bih).
4. Syarat yang terkait dengan barang yang dijadikan jaminan (al marhun).
http://zezameirisenthia90.blogspot.com/2016/06/makalah-fiqh-muamalah-gadai-rahn.html
https://www.academia.edu/36622608/MAKALAH_PEGADAIAN_SYARIAH
https://www.academia.edu/38357841/fiqih_rahn.docx