Anda di halaman 1dari 3

Nama : Felicia Samantha

NIM : 03012622024002
“Teknologi Lingkungan”

Isu Lingkungan Petambangan Batubara di Kalimantan Timur

Aktifitas pertambangan dianggap seperti uang logam yang memiliki dua sisi yang
saling berlawanan, yaitu sebagai sumber kemakmuran sekaligus perusak lingkungan yang
sangat potensial. Sebagai sumber kemakmuran, sektor ini menyokong pendapatan negara
selama bertahun-tahun dan penyediaan lapangan kerja. Sebagai perusak lingkungan,
pertambangan terbuka dapat mengubah secara total baik iklim dan tanah akibat seluruh
lapisan tanah di atas deposit bahan tambang disingkirkan. Hilangnya vegetasi secara tidak
langsung ikut menghilangkan fungsi hutan sebagai pengatur tata air, pengendalian erosi,
banjir, penyerap karbon, pemasok oksigen dan pengatur suhu.
Tambang batubara merupakan produk andalan yang berasal dari Kalimantan Timur
sekarang ini. Namun, batubara adalah suatu kategori sumber daya alam yang tak terbaharui,
sehingga keberadaannya harus dijaga. Sehingga pembangunan nasional dapat bergulir terus-
menerus dengan mengedepankan sumber daya alam yang dikelola secara baik. Salah satu
tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
berkeadilan dan berprikemanusiaan. Ketersediaan sumberdaya alam dalam meningkatkan
pembangunan sangat terbatas dan tidak merata, sedangkan permintaan sumberdaya alam
terus meningkat, akibat peningkatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan penduduk.
Namun, dalam tahap pembangunan nasional, beberapa masyarakat kini dianggap
berkesan acuh secara minor terutama akan ”aturan main” dalam menanggapi lingkungan,
dikhawatirkan akan terjadi ekploitasi lahan usaha yang pada akhirnya gangguan
kesetimbangan lingkungan tidak dapat dihindarkan. Dalam rangka upaya mengendalikan
pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat pembangunan maka, perlu dilakukan
perencanaan pembangunan yang dilandasi prinsip pembangunan berkelanjutan. Prinsip
pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan memadukan kemampuan lingkungan, sumber
daya alam dan teknologi ke dalam proses pembangunan untuk menjamin generasi masa ini
dan generasi masa mendatang.
Hal–hal yang dikaji dalam proses AMDAL adalah aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-
ekonomi, sosial budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup di satu sisi
merupakan bagian studi kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan, di sisi lain merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin
melakukan usaha dan/atau kegiatan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui secara lebih
jelas dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, baik dampak negatif maupun
dampak positif yang akan timbul dari usaha dan/atau kegiatan sehingga dapat dipersiapkan
langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif.
Berdasarkan penjelasan diatas, AMDAL pada Perusahan Tambang Batu Bara di
Kalimantan Timur dapat dikatakan belum efektif sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa setiap
kegiatan yang diperkirakan akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan, perlu
disertai dengan dasar pertimbangan sebagai berikut :
a. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan berkaitan secara relatif
dengan besar kecilnya rencana atau usaha atau kegiatan, hasil guna dan daya gunanya,
bila rencana usaha atau kegiatan tersebut dilaksanakan.
b. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan dapat pula didasarkan pada
dampak usaha atau kegiatan tersebut terhadap salah satu aspek lingkungan saja, atau
dapat juga terhadap kesatuan dan tata kaitannya dengan aspek-aspek lingkungan
lainnya dalam batas wilayah studi yang telah ditentukan.
c. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan atas dasar kemungkinan
timbulnya dampak positif atau negatif tidak boleh dipandang sebagai faktor yang
masing-masing berdiri sendiri, melainkan harus diperhitungkan bobotnya guna
dipertimbangkan hubungan timbal baliknya untuk mengambil keputusan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa dampak itu terbagi menjadi dua
yaitu dampak positif dan dampak negatif. Bila membicarakan tentang dampak, tentunya
banyak sekali dampak yang ditimbulkan dari perusahan tambang batu bara di Kalimantan
Timur. Salah satunya yaitu dampak negatifnya adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan persawahan dan perkebunan
Selama 20 tahun sejumlah petani hidup berdampingan dengan tambang batu bara
di pinggir Kota Samarinda. Awalnya daerah yang digunakan untuk tambang batu bara itu
adalah gunung yang berfungsi sebagai mata air untuk sawah dan kebun petani yang
merupakan transmigran dari Jawa. Namun kini mereka hanya bisa mengandalkan air
hujan atau air bekas tambang yang terkontaminasi endapan lumpur. Hal ini membuat para
petani kesulitan untuk mendapatkan air bersih apabila sedang musim kemarau. Beberapa
sawah petani juga rusak karena tercemar oleh lumpur bekas pertambangan batu bara yang
membuat hasil panen padi menjadi kurang bagus.
2. Lingkungan pemukiman warga
Pemukiman warga terdiri dari banyak rumah yang ditempati oleh beberapa kepala
keluarga. Keluarga dapat terdiri dari ibu, ayah dan juga anak. Tentunya bermain adalah
kegiatan yang sangat disukai saat usia anak-anak, tak terkecuali anak-anak yang tinggal
bertetangga dengan tambang batu bara di Kalimantan Timur ini. Namun, karena
ketidaktertiban perusahaan tambang batu bara untuk segera membenahi bekas galian
tambang batu bara tersebut, banyak anak yang wafat dalam usia muda karena tenggelam
ketika bermain di sekitar bekas galian tambang batu bara yang seharusnya direklamasi
atau ditimbun kembali. Antara tahun 2011-2018 tercatat setidaknya 32 jiwa melayang
akibat tenggelam di lubang bekas tambang di Provinsi Kalimantan Timur.
Pemerintah dan perusahaan menggangap kasus ini sebagai kemalangan biasa.
Padahal penyebab utamanya adalah lokasi penambangan yang berdekatan dengan
pemukiman warga bahkan persis berada di belakang sekolah. Salah satu warga
mengatakan bahwa pemerintah berjanji akan menutup daerah bekas lubang galian
tersebut, namun ternyata pemerintah hanya menutup daerah lubang galian dengan seng
bekas beberapa lembar. Hal ini sungguh tidak aman dan sebanding dengan dampak yang
ditimbulkan dari adanya bekas lubang galian tersebut.
Hingga saat ini diperkirakan terdapat 3500 lubang bekas tambang yang menurut
aturan lubang ini harusnya diuruk kembali atau direklamasi, perusahaan bahkan telah
diminta menyetor sejumlah uang jaminan untuk biaya reklamasi, namun ini bukan
masalah perusahaan yang melanggar aturan atau korupsi melainkan aturan pasca
penambangan sendiri yang juga bermasalah.
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Perda Kutai Kartanegara jarak
minimal antara aktifitas pertambangan dan pemukiman atau fasilitas umum adalah 500
meter, namun aturan ini tak sesuai dengan apa yang berlaku di lapangan.

Kesimpulan : Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pertambangan batu bara di
Kalimantan Timur memberikan dampak kerusakan yang cukup serius terhadap lingkungan
sekitar. Hal ini pun membawa dampak ke dalam aspek kehidupan lainnya. Tentunya yang
dirugikan adalah warga yang bertetangga dengan tambang batu bata tersebut. Sebenarnya
permasalahan ini dapat diatasi dengan AMDAL, namun nampaknya AMDAL itu sendiri
belum dilakukan secara efektif. Faktor yang membuat AMDAL pertambangan batu bara di
Kalimantan Timur menjadi kurang efektif adalah lemahnya supremasi hukum dan ulah
beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai