Anda di halaman 1dari 21

TUTORIAL II BLOK 3.

1
KELOMPOK VIII A

Tutor : dr. Rit

DEVY AFRIYANTI G1A118054


SHOLAHUDDIN TUMANGGOR G1A118063
M. HANZEN WILLIAM SIHITE G1A118076
AMELDA MUTIA SABRINI G1A118080
QURROTA A’YUNI G1A118090
ASSYIFA QALBIYAH G1A118106
SALSABILLA AULIA RAHMA G1A118108
MUTIARA HASANAH AQSA G1A118109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS JAMBI
2019/2020
Skenario:
Tn.V berusia 25 tahun datang ke IGD rumah sakit diantar keluarga dengan
keluhan utama nyeri perut sebelah kanan bawah. Memberat sejak 2 hari yang lalu.
Nyeri dirasakan pertama kali sekitar 3 hari yang lalu, dirasakan pertama kali
didaerah sekitar umbilical dan dirasakan hilang timbul. Nyeri kemudian menetap
didaerah perut kanan bawahdan dirasakan terus-menerus dan semakin bertambah
nyeri terutama saat pasien bergerak. Keluhan juga disertai dengan demam, mual,
danm muntah. Tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal yang sama. Tn.V
sudah meminum obat analgetik dan antipiretik tapi keluhan belum hilang.
Dokter IGD melakukan pemeriksaan fisik dan merencanakan pemeriksaan
penunjang yang akan dilakukan serta memberikan terapi yang adekuat untuk tn.V.
I. KLASIFIKASI ISTILAH 1
1. Umbilical : berkenaan dengan umbilikus/pusar
2. Demam : kondisi ketika suhu tubuh diatas normal (>38 ̊ C)
3. Mual : Kecendrungan ingin muntah
4. Muntah : Keluar kembali makanan dari perutdaerah perut
5. Analgetik : meredakan nyeri
6. Antipiretik : meredakan demam
7. Adekuat : Memenuhi syarat
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Jelaskan anatomi, histologi, dan fisiologi regio abdomen kuadran kanan
bawah!
2. Jelaskan macam-macam nyeri!
3. Bagaimana mekanisme nyeri umbilicus yang dirasakan tn.V dan
mekanisme perpindahn nyeri ke perut kanan bawah?
4. Mengapa rasa nyeri tn.V bertambah berat jika ia bergerak ?
5. Apa hubungan mual,muntah, dan demam terhadap sakit yang diderita tn.V
dan bagaimana mekanismenya?
6. Bagaimana pengaruh obat analgetik dan antipiretik terhadap kesembuhan
tn.V?
7. Sebutkan contoh obat analgetik dan antipiretik!
8. Bagaimana diagnosis banding penyakit tn.V?
9. Apa saja pemeriksaan fisik dan penunjang yang dapat diberikan terhadap
tn.V?
10. Diagnosis apa yang bisa ditegakkan berdasarkan gejala ?
11. Bagaimana epidemiologi penyakit tn.V ?
12. Bagaimana etiologi penyakit tn.V ?
13. Bagaimana patogenesis dan patofisiologis penyakit tn.V ?
14. Bagaimana gejala klinis penyakit tn.V ?
15. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada tn.V ?
16. Bagaimana penatalaksanaan penyakit tn.V ?
17. Bagaimana prognosis penyakit tn.V ?
18. Edukasi apa saja yang dapat diberikan pada tn.V ?
III. CURAH PENDAPAT

1. Jelaskan anatomi, histologi, dan fisiologi regio abdomen kuadran kanan


bawah!
Anatomi: ileum, apendix, colon ascendens
Histologi: Tunika mukosa, tunika muskularis, tunika adventitia
Fisiologi: mukus oleh

2. Jelaskan macam-macam nyeri!


Nyeri visceral, nyeri somatik, nyeri kolik, referred pain.

3. Bagaimana mekanisme nyeri umbilicus yang dirasakan tn.V dan


mekanisme perpindahn nyeri ke perut kanan bawah?
Nyeri visceral (umbilicus) yang awalnya dirasakan tn.V merupakan
rangsangan dari serabut sara t10. Selanjutnya, kerena sakitnya makin parah

4. Mengapa rasa nyeri tn.V bertambah berat jika ia bergerak ?

5. Apa hubungan mual,muntah, dan demam terhadap sakit yang diderita tn.V
dan bagaimana mekanismenya?
Stadium:
-mual (terjadi perasaan tidak enak di belakang epigastrium dan
tenggorokan)
-retching (usaha involunter untuk muntah)
-muntah (suatu reflex yang menyebabkan dorongan isi usus keluar dari
mulut)
Mekanisme muntah:
Dipacu oleh sinyal efferens > kontraksi diafragma > penekanan
intraabdomen >relaksasi spingter > isi keluar
6. Bagaimana pengaruh obat analgetik dan antipiretik terhadap kesembuhan
tn.V?
Obat analgetik dan antipiretik dapat menghilangkan gejala yang diderita
tn.V. akan tetapi tidak dapat menyembuhkan penyakitnya

7. Sebutkan contoh obat analgetik dan antipiretik!


Aspirin, paracetamol, ibuprofen.

8. Bagaimana diagnosis banding penyakit tn.V?


Apendisitis akut, kehamilan ektopik,

9. Apa saja pemeriksaan fisik dan penunjang yang dapat diberikan terhadap
tn.V?
Pemeriksaan head to toe, vital sign, pemeriksaan regio abdomen, rectal
toucher, pemeriksaan laboratorium, dan radiology

10. Diagnosis apa yang bisa ditegakkan berdasarkan gejala ?


Apendisitis

11. Bagaimana epidemiologi penyakit tn.V ?

12. Bagaimana etiologi penyakit tn.V ?

13. Bagaimana patogenesis dan patofisiologis penyakit tn.V ?

14. Bagaimana gejala klinis penyakit tn.V ?


Nyeri kuadran kanan bawah, akan bertambah sakit jika bergerak

15. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada tn.V ?


Perforasi

16. Bagaimana penatalaksanaan penyakit tn.V ?

17. Bagaimana prognosis penyakit tn.V ?


tn.V akan sembuh sempurna apabila tidak terjadi

18. Edukasi apa saja yang dapat diberikan pada tn.V ?


IV. ANALISIS MASALAH

1. Jelaskan anatomi, histologi, dan fisiologi regio abdomen kuadran kanan


bawah!
Jawaban :

ANATOMI
HISTOLOGI
FISIOLOGI
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya
dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan
aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis
apendisitis. Imunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT (gut
associated lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna
termasuk apendiks, ialah IgA. Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai
pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks
tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfe di
sini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan
di seluruh tubuh.2

2. Jelaskan macam-macam nyeri!


Berdasarkan letak nyeri :
Nyeri viseral dari suatu organ sesuai letaknya dengan asal organ tersebut pada
masa embrional, sedangkan letaknya nyeri somatik biasanya dekat dengan
organ sumber nyeri sehingga relatif mudah menentukan penyebabnya.
A. Nyeri Viseral
Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam
rongga perut, misalnya karena cedera atau radang. Peritoneum viserale yang
menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka
terhadap rabaan, atau pemotongan. Dengan demikian, sayatan atau penjahitan
pada usus dapat dilakukan tanpa terasa oleh pasien. Akan tetapi, bila dilakukan
tarikan atau regangan organ, atau terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot
yang menyebabkan iskemia, misalnya kolik atau radang, seperti apendisitis,
akan timbul nyeri. Pasien yang merasakan nyeri viseral biasanya tak dapat
menunjukkan secara tepat letak nyeri sehingga biasanya ia menggunakan
seluruh telapak tangannya untuk menunjuk daerah yang yang nyeri. Nyeri
viseral kadang disebut nyeri sentral.
Penderita memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan embrional
organ yang terlibat. Saluran cerna yang berasal dari usus depan (foregut), yaitu
lambung, duodenum, sistem hepatobilier, dan pankreas menyebabkan nyeri di
ulu hati atau epigastrium. Bagian saluran cerna yang berasal dari usus tengah
(midgut), yaitu usus halus dan usus besar sampai pertengahan kolon
transversum menyebabkan nyeri di sekitar umbilikus. Bagian saluran cerna
lainnya, yaitu pertengahan kolon transversum sampai dengan kolon sigmoid
yang berasal dari usus belakang (hindgut) menimbulkan nyeri di perut bagian
bawah. Demikian juga nyeri dari buli-buli dan rekstosigmoid. Karena tidak
disertai rangsang peritoneum, nyeri ini tidak dipengaruhi oleh gerakan
sehingga penderita biasanya dapat aktif bergerak.
B. Nyeri Somatik
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh
saraf tepi, misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada
dinding perut. Nyeri dirasakan seperti ditusuk atau disayat, dan pasien dapat
menunjukkan secara tepat letaknya dengan jari. Rangsang yang menimbulkan
nyeri ini dapat berupa rabaan, tekanan, rangsang kimiawi, atau proses radang.
Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsangan
peritoneum dan menyebabkan nyeri. Peradangannya sendiri maupun gesekan
antara kedua peritoneum dapat menyebabkan perubahan intensitas nyeri.
Gesekan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral pada apendisitis akut.
Setiap gerakan penderita, baik berupa gerak tubuh maupun gerak napas yang
dalam atau batuk, juga akan menambah rasa nyeri sehingga penderita gawat
perut yang disertai rangsang peritoneum berusaha untuk tidak bergerak,
bernapas dangkal, dan menahan batuk.
Berdasarkan sifat nyeri:
1. Nyeri Alih
Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah.
Misalnya, diafragma yang berasal dari regio leher C3-C5 pindah ke bawah
pada masa embrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh perdarahan
atau peradangan akan dirasakan di bahu.
2. Nyeri Proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensorik
akibat cedera atau peradangan saraf. Contoh yang terkenal ialah nyeri fantom
setelah amputasi atau nyeri perifer setempat pada herpes zoster. Radang saraf
ini pada herpes zoster dapat menyebabkan nyeri hebat di dinding perut sebelum
gejala atau tanda herpes zoster menjadi jelas.
3. Hiperestesia
Hiperestesi atau hiperalgesi sering ditemukan di kulit jlka ada peradangan pada
rongga di bawahnya. Pada gawat perut, tanda ini sering ditemukan pada
peritonitis setempat maupun peritonitis umum. Nyeri peritoneum parietalis
dirasakan tepat pada tempat terangsangnya peritoneum sehingga penderita
dapat menunjuk dengan tepat dan pada tempat itu terdapat nyeri tekan, nyeri
gerak, nyeri batuk, nyeri lepas, serta tanda rangsang peritoneum lain dan defans
muskuler yang sering disertai hiperestesi kulit setempat.
Nyeri yang timbul pada pasien dengan gawat abdomen dapat berupa nyeri yang
terus-menerus (kontinu) atau nyeri yang bersifat kolik.
4. Nyeri Kontinyu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietale akan dirasakan terus-
menerus karena berlangsung terus, misalnya pada reaksi radang. Pada saat
pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot
dinding perut menunjukkan defans muskuler secara refleks untuk melindungi
bagian yang meradang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat.
5. Nyeri Kolik
Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan
biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi
usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Nyeri ini
timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena
kontraksi berbeda maka kolik dirasakan hilang timbul. Fase awal gangguan
pendarahan dinding usus juga berupa nyeri kolik. Serangan kolik biasanya
disertai perasaan mual bahkan sampai muntah. Dalam serangan, penderita
sangat gelisah kadang sampai berguling-guling di tempat tidur atau di jalan.
Yang khas Ialah trias kolik yang terdiri atas serangan nyeri perut yang kumatan
disertai mual atau muntah dan gerak paksa.
6. Nyeri Iskemik
Nyeri perut dapat juga berupa nyeri iskemik yang sangat hebat. menetap, dan
tidak menyurut. Nyeri ini merupakan tanda adanya jaringan yang terancam
nekrosis. Lebih lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum, seperti takikardia,
keadaan umum yang jelek dan syok karena resorbsi toksin dari Jaringan
nekrosis.
7. Nyeri Pindah
Nyeri berubah sesuai dengan perkembangan patologi. Misalnya pada tahap
awal apendisitis. sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri
viseral dirasakan di sekitar pusat disertai rasa mual karena apendiks termasuk
usus tengah. Setelah radang terjadi di seluruh dinding termasuk peritoneum
viserale, terjadi nyeri akibat rangsangan peritoneum yang merupakan nyeri
somatik. Pada saat ini, nyeri dirasakan tepat pada letak peritoneum yang
meradang, yaitu di perut kanan bawah. Jika apendiks kemudian mengalami
nekrosis dan gangren (apendisitis gangrenosa) nyeri berubah lagi menjadi nyeri
iskemik yang hebat, menetap dan tidak menyurut, kemudian penderita dapat
jatuh dalam keadaan toksis.
Pada perforasi tukak peptik duodenum, isi duodenum yang terdiri atas cairan
asam garam dan empedu masuk di rongga abdomen yang sangat merangsang
peritoneum setempat. Si sakit merasa sangat nyeri di tempat rangsangan itu
yaitu di perut bagian atas. Setelah beberapa waktu cairan isi duodenum
mengalir ke kanan bawah melalul jalan di sebelah lateral kolon ascendens
sampai ke tempat kedua, yaitu rongga perut kanan bawah sekitar sekum. Nyeri
itu kurang tajam dan kurang hebat dibandingkan nyeri pertama karena terjadi
pengenceran. Pasien sering mengeluh bahwa nyeri yang mulai di ulu hati
pindah ke kanan bawah. Proses ini berbeda sekali dengan proses nyeri pada
apendisitis akut. Akan tetapi kedua keadaan ini, apendisitis akut maupun
perforasi lambung atau duodenum, akan mengakibatkan peritonitis purulenta
umum jika tidak segera ditanggulangi dengan tindak bedah.2

3. Bagaimana mekanisme nyeri umbilicus yang dirasakan tn.V dan


mekanisme perpindahn nyeri ke perut kanan bawah?

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti


a.mesenterika superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis
berasal dari n.torakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada apendisitis
bermula di sekitar umbilicus. 2

4. Mengapa rasa nyeri tn.V bertambah berat jika ia bergerak ?


5. Apa hubungan mual,muntah, dan demam terhadap sakit yang diderita tn.V
dan bagaimana mekanismenya?
Jawaban : 3

Mual
 Perasaan yang tidak enak di belakang
tenggorokan dan epigastrium
 Gejala dan tandanya biasanya pucat,
 salivasi, berkeringat dan taikardia.

Retching
Usaha involunter untuk muntah
Muntah
 Suatu refleks yang menyebabkan
dorongan ekspulsi isi lambung atau usus
atau keduanya ke mulut.
 Berpusat pada derah postrema medula
oblongata di dasar ventrikel keempat.

6. Bagaimana pengaruh obat analgetik dan antipiretik terhadap kesembuhan


tn.V?
Jawaban :
INFLAMASI. Gejala proses inflamasi yang sudah dikenal ialah kalor,
rubor, tumor, dolor dan functio /aesa. Selama berlangsungnya fenomen
inllamasi banyak mediator kimiawi yang dilepaskan secara lokal antara
lain histamin, 5-hidroksitriptamin (5HT), laktor kemotaktik, bradikinin,
leukotrien dan PG. Dengan migrasi sel fagosit ke daerah ini, terjadi lisis
membran lisozim dan lepasnya enzim pemecah. Obat mirip-aspirin dapat
dikatakan tidak berefek terhadap mediator-mediator kimiawi tersebut
kecuali PG. Secara in vitro terbukti bahwa prostaglandin menimbulkan
eritem, vasodilatasi dan peningkatan aliran darah lokal. Histamin dan
bradikinin dapat meningkatkan permeabilitas vaskular, tetapi efek
vasodilatasinya tidak besar. Dengan penambahan sedikit PG, efek eksudasi
histamin plasma dan bradikinin meniadi lebih jelas. Migrasi leukosit ke
jaringan radang merupakan aspek penting dalam proses inflamasi. PG
sendiri tidak bersilat kemotaktik, tetapi produk lain dari asam arakidonat
yakni leukotrien Bn merupakan zat kemotaktik yang sangat poten. Obat
mirip aspirin tidak menghambat sistem hipoksigenase yang menghasilkan
leukotriene. Sehingga golongan obat ini tidak menekan migrasi sel. Obat
yang menghambat biosintesis PG maupun leukotrien tentu akan lebih
poten menekan proses inflamasi.
RASA NYERI. PG hanya berperan pada nyeri yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan atau inflamasi. Penelitian telah membuktikan bahwa
PG menyebabkan sensifitas reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan
kimiawi. Jadi PG menimbulkan keadaan hiperalgesia, kemudian mediator
kimiawi seperti bradikinin dan histamin merangsangnya dan menimbulkan
nyeri yang nyata. Obat mirip-aspirin tidak mempengaruhi hiperalgesia atau
nyeri yang ditimbulkan oleh efek langsung PG. lni menunjukkan bahwa
sintesis PG yang dihambat oleh golongan obat ini, dan bukannya blokade
langsung.
DEMAM. Suhu badan diatur oleh keseimbangan antara produksi dan
hilangnya panas. Alat pengatur suhu tubuh berada di hipotalamus. Pada
keadaan demam keseimbangan ini terganggu tetapi dapat dikembalikan ke
normal oleh obat mirip-aspirin. Ada bukti bahwa peningkatan suhu tubuh
pada keadaan patologik diawali penlepasan suatu zat pirogen
endogen atau sitokin seperti interleukin-1 (lL- 1) yang memacu pelepasan
PG yang berlebihan di daerah preoptik hipotalamus. Selain itu PG terbukti
menimbulkan demam setelah diinfuskan ke ventrikel serebral atau
disuntikkan ke daerah hipotalamus. obat mirip-aspirin menekan efek zat
pirogen endogen dengan menghambat sintesis PG.Tetapi demam yang
timbul akibat pemberian PG tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan
suhu oleh sebab lain seperti latihan fisik.
EFEK FARMAKODINAMIK
EFEK ANALGESIK. Sebagai analgesik, obat miripaspirin
hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas
rendah sampai sedang misalnya sakit kepala,
mialgia, artralgia dan nyeri lain yang berasal dari
integumen, juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan
dengan inllamasi. Elek analgesiknya jauh
lebih lemah daripada efek analgesik opiat. Tetapi
berbeda dengan opiat, obat mirip-aspirin tidak menimbulkan
ketagihan dan tidak menimbulkan efek
samping sentral yang merugikan. Obat mirip-aspirin
hanya mengubah persepsi modalitas sensorik
nyeri, tidak mempengaruhi sensorik lain. Nyeri akibat
terpotongnya saraf aferen, tidak teratasi dengan
obat m,irip-aspirin. Sebaliknya nyeri kronis pasca
bedah dapat diatasi oleh obat mirip-aspirin.
EFEK ANTIPIRET|K. Sebagai antipiretik, obat
mirip-aspirin akan menurunkan suhu badan hanya
pada keadaan demam, Walaupun kebanyakan obat
ini memperlihatkan efek antipiretik in vitro, tidak
semuanya berguna sebagai antipiretik karena ber_
silat toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu
lama. Fenilbutazon dan antireumatik lainnya tidak
dibenarkan digunakan sebagai antipiretik.
EFEK ANTI-INFLAMASI. Kebanyakan obat mirip_
aspirin, terutama yang baru, lebih dimanfaatkan
sebagai anti-inflamasi pada pengobatan kelainan
muskuloskeletal, seperti artritis reumatoid, osteo_
arlritis dan spondililis ankilosa. Tetapi harus diingat
bahwa obat mirip-aspirin ini hanya meringankan
ge.jala nyeri dan inllamasi yang berkaitan dengan
penyakitnya secara simtomatik, tidak menghenti_
kan, memperbaiki atau mencegah kerusakan jaringan
pada kelainan muskuloskeletal ini,
2.3. EFEK SAMPING
Selain menimbulkan elek terapi yang sama
obat mirip-aspirin juga memiliki elek samping serupa,
karena didasari oleh hambatan pada sistem
biosintesis PG. Selain itu kebanyakan obat bersifat
asam sehingga lebih banyak lerkumpul dalam sel
yang bersifat asam seperti di lambung, ginjal dan
jaringan inflamasi. Jelas bahwa efek obat maupun
efek sampingnya akan lebih nyata ditempat dengan
kadar yang lebih tinggi.
Elek samping yang paling sering terjadi adalah
induksi tukak lambung atau tukak peptik yang
kadang-kadang disertai anemia sekunder akibat
perdarahan saluran cerna. Beratnya efek samping
ini berbeda pada masing-masing obat. Dua mekanisme
terjadinya iritasi lambung ialah : (1) iritasi
yang bersifat lokal yang menimbulkan dilusi kembali
asam lambung ke mukosa dan menyebabkan kerusakan
jaringan; dan (2) iritasi atau perdarahan lambung
yang bersifat sistemik melalui hambatan biosintesis
PGEz dan PGlz. Kedua pG ini banyak dite
mukan di mukosa lambung dengan lungsi menghambat
sekresi asam lambung dan merangsang
sekresi mukus usus halus yang bersilat sitoprotektit.
Mekanisme kedua ini terjadi pada pemberian
parenteral.
Elek samping lain ialah gangguan fungsi trom_
bosit akibat penghambatan biosintesis tromboksan
Az (TXAz) dengan akibat perpanjangan waktu perdarahan.
Elek ini telah dimanfaatkan untuk terapi
prof ilaksis trombo-emboli.
Penghambatan biosintesis pG di ginjal, ter_
utama PGEe, berperan dalam gangguan homeostasis
ginjal yang ditimbulkan oleh obat mirip-aspirin
ini. Pada orang normal gangguan ini tidak banyak
mempengaruhi fungsi ginjal. Tetapi pada penderita
hipovolemia, sirosis hepatis yang disertai asites dan
penderita gagal jantung, alir darah ginjal dan kece_
patan liltrasi glomeruli akan berkurang, bahkan
dapat terjadi gagal ginjal.
Pada beberapa orang dapat terjadi reaksi
hipersensitivitas terhadap aspirin dan obat miripaspirin.
Beaksi ini bisa berupa rinitis vasomotor,
udem angioneurotik, urtikaria luas, asma bronkial,
hipotensi sampai keadaan presyok dan syok. Diantara
aspirin dan obat mirip-aspirin dapat terjadi reaksi
hipersensitil silang. Menurut hipotesis terakhir,
mekanisme reaksi ini bukan suatu reaksi imunologik
tetapi akibat tergesernya metabolisme asam arakidonat
ke arah jalur hipoksigenase yang menghasilkan
leukotrien. Kelebihan produksi leukotrien inilah
yang mendasari terjadinya gejala tersebut. 4

7. Sebutkan contoh obat analgetik dan antipiretik!


8. Bagaimana diagnosis banding penyakit tn.V?

Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai


diagnosis banding, seperti:
• Gastroenteritis
Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit. Sakit
perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltis sering
ditemukan. Panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan dengan
apendisitis akut.
• Demam Dengue
Dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan hasil
tes positif untuk Rumpel Leede, trombositopenia, dan hematokrit
meningkat.
• Kelainan ovulasi
Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri perut
kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi.
• Infeksi panggul
Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu
biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah
perut lebih difus.
• Kehamilan di luar kandungan
Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak
menentu. Jika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan
pendarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan
mungkin terjadi syok hipovolemik.
Universitas Sumatera Utara
• Kista ovarium terpuntir
Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa
dalam rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal, atau colok
rektal.
• Endometriosis ovarium eksterna
Endometrium di luar rahim akan memberikan keluhan nyeri di tempat
endometriosis berada, dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu
karena tidak ada jalan keluar.
• Urolitiasis pielum/ ureter kanan
Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan
merupakan gambaran yang khas. Eritrosituria sering ditemukan.
• Penyakit saluran cerna lainnya
Penyakit lain yang perlu diperhatikan adalah peradangan di perut, seperti
divertikulitis Meckel, perforasi tukak duodenum atau lambung, kolesistitis
akut, pankreatitis, divertikulitis kolon, obstruksi usus awal, perforasi
kolon, demam tifoid abdominalis, karsinoid, dan mukokel apendiks. 2

9. Apa saja pemeriksaan fisik dan penunjang yang dapat diberikan terhadap
tn.V?
10. Diagnosis apa yang bisa ditegakkan berdasarkan gejala ?
11. Bagaimana epidemiologi penyakit tn.V ?
12. Bagaimana etiologi penyakit tn.V ?
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan
sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor
yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan
limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan
sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis
adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis.
Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya
sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman
flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya apendisitis
akut.2

13. Bagaimana patogenesis dan patofisiologis penyakit tn.V ?


14. Bagaimana gejala klinis penyakit tn.V ?
Jawaban:
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh
radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai
maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal. Gejala klasik apendisitis
ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di
daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual
dan kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam
beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik Mc. Burney.
Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga
merupakan nyeri somatik setempat. Kadang tidak ada nyeri epigastrium,
tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat
pencahar. Tindakan itu dianggap berbahaya karena bisa mempermudah
terjadinya perforasi.
Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, karena letaknya terlindung
oleh sekum, tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak
tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih ke arah perut sisi kanan atau
nyeri timbul pada saat berjalan karena kontraksi m.psoas mayor yang
menegang dari dorsal.
Apendiks yang terletak di rongga pelvis, bila meradang, dapat
menimbulkan gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rektum sehingga
peristaltis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan
berulang-ulang. Jika apendiks tadi menempel ke kandung kemih, dapat
terjadi peningkatan frekuensi kencing karena rangsangan dindingnya. 2

15. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada tn.V ?


Jawaban :
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa
perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami
perdindingan sehingga berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks,
sekum, dan letak usus halus. 2

16. Bagaimana penatalaksanaan penyakit tn.V ?


17. Bagaimana prognosis penyakit tn.V ?
18. Edukasi apa saja yang dapat diberikan pada tn.V ?

DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland.2012. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 28.Jakarta: EGC
2. Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong . 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi
3.Jakarta : EGC
3. Price, SA, Wilson, LM. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Volume 2 Ed/6. Hartanto H, Susi N, Wulansari P, Mahanani DA,
editor. Jakarta: EGC; 2005
4. Ganiswarman , Sulistia G. 2001. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta :
Gaya Baru.

Anda mungkin juga menyukai