Anda di halaman 1dari 6

Tagar Sebagai Akar (Upaya Pelestarian Budaya

Menggunakan Sosial Media)

Sub Tema : Sosial Budaya


Tagar Sebagai Akar ( Upaya Pelestarian Budaya Menggunakan Media
Sosial)

Teknologi yang katanya bisa membuat manusia menjadi maju, nyatanya


menjadi candu. Yang katanya memudahkan, nyatanya bisa jadi sebagai suatu bencana
yang tidak direncanakan. Katanya, teknologi memudahkan siapapun untuk
menggenggam dunia, tapi nyatanya banyak yang terlena sehingga mencengkram dan
bisa menghancurkan sebuah bangsa. Tidak usah dihitung berapa banyak tindak
kejahatan karena kemajuan teknologi, juga tidak usah dihitung seberapa banyak kasus
menurunnya moral yang terjadi karena kurang bijaknya dalam menggunakan
teknologi. Lalu apa yang harus kita lakukan? Apakah berdiam diri saja? Sedang
teknologi, robot-robot, dan internet terus berusaha menguasai kita secara perlahan.
Tidak! Jangan diam saja!

Umumnya, masyarakat kini menggunakan media untuk mengakses informasi.


Presiden, Menteri, Pekerja, bahkan sampai Tukang Ojek dan Pedagang Kaki Lima saja
memiliki ponsel yang setidaknya dapat mengakses informasi yang dimudahkan oleh
adanya internet. Kini semua orang diberi kebebasan untuk memberikan opininya di
berbagai situs media online yang memang tersedia (facebook, Twitter, Instagram, dll)
dan mudah untuk diakses. Bahkan karena kemudahan dan banyaknya orang yang dapat
mengakses situs tersebut, media online kini digunakan oleh aktor politik, influencer,
ataupun motivator untuk menyampaikan pendapat atau pernyataannya yang dapat
mempengaruhi pemikiran khalayak pada umumnya.

Salah satunya adalah Twitter, platform media sosial ini rasanya sekarang
digunakan untuk wadah banyak orang untuk menggerakan massa. Hal itu bisa dilatar
belakangi oleh Twitter yang memang berbasis tulisan, juga banyak penggunanya yang
menunjukkan bahwa platform ini memang mudah untuk digunakan dan diakses. Selain
itu platform Twitter memiliki fitur hashtag atau tagar yang dapat mempermudahkan
seseorang dalam mencari sebuah informasi. Tapi fitur tersebut kini digunakan untuk
mempermudah seseorang dalam penggiringan suatu opini atau suatu pergerakan.

Mari kita lihat yang terjadi dekat-dekat ini fenomena hashtag atau tagar
#2019GantiPresiden. Itu adalah suatu keyword dimana siapapun dengan mudah
mendapatkan informasi mengenai apa yang terjadi dibalik fenomena tersebut. Dalam
tagar#2019GantiPresiden kita bisa melihat fenomena politik dimana banyak para
pengguna menuliskan opininya, atau dalam artian tagar tersebut bisa dijadikan contoh
sebagai kampanye dalam media digital. Bukan hanya itu akhir-akhir ini juga banyak
tagar #SpeakUp yang digunakan untuk pergerakan aksi untuk para korban pelecehan
seksual berani mengungkapkan kebenaran. Hal ini menunjukan bahwa tagar yang
digunakan bisa dijadikan sebagai pergerakan aksi atau ladang bagi aktivis
menyuarakan suaranya melalui digital masa. Itu merepresentasikan bahwa media
digital mampu membawa suatu pergerakan yang baik untuk isu-isu sosial yang kini
sedang hangat diperbincangkan masyarakat.

Melihat fenomena tersebut, penulis merasa bahwa penggunaaan tagar untuk


mengkampanyekan atau menyampaikan suatu pergerakan untuk suatu hal yang positif
terutama isu-isu sosial merupakan suatu langkah yang baik dalam penggunaan media
sosial. Terlebih untuk membangkitkan kembali budaya-budaya yang kini hampir
terlupakan dan tergerus oleh zaman. Dengan menggunakan tagar semacam
#AyoCintaiBudayaSendiri misalnya. Tujuan dari tagar tersebut adalah untuk
mendorong siapapun pengguna Twitter bisa memberikan gambaran budaya apa saja
yang kita, Indonesia punya. Dengan mengkampanyekan tagar tersebut berarti sudah
membuat diri kita berpartisipasi dalam menjaga budaya dalam masa kemajuan
teknologi. Kita bisa mendorong siapapun untuk melakukan sesuatu hal yang sama
seperti yang kita lakukan. Sehingga semakin banyak orang tahu mengenai budaya yang
Indonesia punya, maka harapannya semakin banyak pula orang yang dapat menyayangi
dan menjaga warisan yang memang sudah diberikan oleh para leluhur kita sebelumnya.
Menjaga atau melestarikan budaya adalah sesuatu hal yang sudah seharusnya
kita lakukan. Tapi memang sulit sekali diterapkan oleh banyak orang karena sudah
bergesernya ‘nilai’ atau arti dari budaya itu sendiri. Selama ini banyak yang salah
mengartikan budaya hanya sebatas pada benda-benda kuno, tari-tarian atau segala
sesuatu yang dianggap ketinggalan zaman dan tidak relevan sama sekali untuk
kehidupan masa modern saat ini. Anggapan itulah yang harus kita luruskan dan
kembalikan makna budaya yang sebenarnya dengan melalui media digital dan
menggunakan tagar, salah satunya.

Kekuatan tagar bisa dibilang cukup berpengaruh untuk sebuah pergerakan.


Karena tagar dalam Twitter bisa dilihat dari masyarakat belahan dunia manapun, dan
semakin banyak orang membicarakan hal tersebut melalui tulisan yang diunggah, maka
akan semakin sering pula orang-orang melihatnya. Artinya, semakin banyak orang
yang akan penasaran dan mencari tahu ada apa dibalik penggunaan tagar tersebut. Saat
orang sudah mengetahui maksud dari tagar tersebut maka akan semakin banyak pula
orang yang akan terdorong untuk melakukan hal yang serupa.

Indonesia ditempatkan diposisi ke-lima sebagai negara yang paling sering


menggunakan media sosial Twitter. Pengguna platform ini beragam dari berbagai
banyak kalangan. Dan umumnya penulis mengatakan bahwa mereka merupakan para
remaja SMP bahkan mahasiswa. Penulis katakan juga bahwa Twitter adalah tempat
yang paling disukai kalangan anak muda untuk mengakses atau mencari tahu berbagai
macam informasi. Oleh karena itulah, penggunaan tagar untuk aksi dalam rangka
pelestarian budaya rasanya sangat tepat dilakukan. Tepat karena pergerakan ini
dilakukan dari kalangan anak muda untuk anak muda juga. Rasa akan saling
menghargai dan menjaga budaya seharusnya akan lebih mudah terjalin karena para
pemuda lah yang kini terlibat langsung sebagai aktor penggerak dari pergerekan
tersebut. Basisnya pergerakan ini bertujuan untuk mengajak dan menularkan semangat
positif, bukan saling menggurui satu sama lain. Dengan begitu harapannya, banyak dari
kita, kalangan anak muda bisa memahami apa saja yang kita punya dan juga bisa saling
menghargai satu sama lain karena kita akan memperkenalkan budaya dari satu daerah
dan derah lainnya.

Jadi, sebenarnya tidak ada yang tidak bisa kita lakukan untuk menjaga budaya
yang kita punya. Kehadiran dan kemajuan teknologi bukanlah alasan kenapa akhirnya
budaya kita akan terlupakan dan tinggal terkenang nantinya. Kehadiran dan kemajuan
teknologi adalah adalah sebuah tantangan yang harus dihadapi sama-sama. Berbagai
cara sebenarnya ada, tinggal niat dari sanubari yang ingin melakukannya atau tidak.
Jika satu langkah mudah saja bisa dilakukan untuk menjaga bangsa ini, kenapa lebih
memilih untuk diam saja dan terbodohi oleh teknologi?
Nama Lengkap : Sukma Nur Fitriana

Alamat : Jalan Manggis, No 8, 002/001, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta

Email : Sukmanurelf@gmail.com

No Telp Aktif : 085782154245

No Whatsapp : 085782154245

Instagram : @sukmanurf

Anda mungkin juga menyukai