Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN SUAMI DENGAN PEMAKAIAN ALAT

KONTRASEPSI KONDOM DI DUSUN TEKIK BANGUNHARJO


BANGUNKERTO TURI SLEMAN

Devita Hesti Nurliana1, Sri Subiyatun2

Abstract

This study aims to determine the correlation between husband education


and contraceptive usage of condoms. The sample used is 30 husbands who
use condoms and who didn’t use condoms. They were asked to interviews.
The result is no correlation between husband education with the use of
contraceptives condom (ρ = 0,185).

Key words : education, condom

PENDAHULUAN regional, bahkan dapat menimbulkan perang


Indonesia merupakan negara yang dunia terbuka. Indonesia dengan jumlah
memiliki penduduk terbesar di dunia penduduk keempat terbesar di dunia, sangat
setelah Republik Rakyat Cina, India, dan merasakan dampak pertumbuhan penduduk
Amerika Serikat (Broto, 2007). Pada yang tidak terkendali, sehingga dengan
tahun 2008, jumlah penduduk Indonesia tegas Pemerintah melaksanakan program
mencapai 225 juta jiwa, yang Keluarga Berencana untuk mendorong
menempatkan Indonesia pada posisi masyarakat agar dapat menerima
keempat negara dengan jumlah penduduk pembentukan Keluarga Berkualitas. Selain
terbesar di dunia. Angka tersebut itu, Pemerintah juga memberikan
cenderung akan mengalami peningkatan, informasi kepada pria untuk membantu
dan diperkirakan dapat mencapai 270 juta istri dalam mewujudkan Keluarga
jiwa pada tahun 2015 (BKKBN, 2010). Berkualitas dengan berperan serta dalam
Pesatnya pertumbuhan penduduk dapat menggunakan alat kontrasepsi, seperti
menimbulkan kegoncangan perdamaian, dengan menggunakan kondom (BKKBN,
kesulitan hidup berdampingan, perselisihan 2010).

1
Mahasiswa DIII Prodi Kebidanan STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
2
Dosen STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
Program Keluarga Berencana merupakan akseptor KB (26,9 juta PUS).
adalah suatu program yang dimaksudkan PUS di Jawa sebagai akseptor KB tertinggi
untuk membantu para pasangan dan dibanding pulau lainnya (72,9%). Propinsi
perorangan dalam mencapai tujuan dengan PUS sebagai akseptor KB yang
reproduksi mereka, mencegah kehamilan tertinggi adalah Bali (80%) dan Yogyakarta
yang tidak diinginkan dan mengurangi (79%), sedangkan yang terendah adalah
kejadian kehamilan beresiko tinggi, Papua (18 %) (BKKBN, 2008).
kesakitan dan kematian, membuat Keikutsertaan suami dalam program
pelayanan yang bermutu, terjangkau, KB di Yogyakarta relatif rendah, hal
diterima dan mudah diperoleh bagi semua diketahui dari data BKKBN tingkat propinsi
orang yang membutuhkan, meningkatkan tahun 2009, dari 31.845 orang, pengguna
mutu nasehat, komunikasi, informasi, IUD (Intra Uterine Device) sebanyak 5950
edukasi, konseling, dan pelayanan orang, tubektomi 1141 orang, vasektomi
meningkatkan partisipasi dan tanggung 357 orang, implant sebanyak 2416 orang,
jawab pria dalam praktek KB (BKKBN, suntik KB sebanyak 17.363 orang, pil KB
2010). sebanyak 3983 orang, dan pengguna
Berdasarkan Survey Demografi kondom adalah 1535 orang (BKKBN,
Kesehatan Indonesia tahun 2007 2010). Berdasarkan laporan penggunaan
penggunaan kontrasepsi (CPR) mencapai alat kontrasepsi bulan Januari 2010, jumlah
61,4%. Angka ini meningkat sedikit yaitu akseptor baru kontrasepsi kondom di
0,9 % dari data SDKI 2002. Rata-rata Yogyakarta adalah 446 orang (BKKBN,
jumlah anak yang dimiliki seorang wanita 2010).
(TFR) menurut SDKI 2002 dan 2007 tetap Jumlah peserta KB di Sleman tahun
pada angka 2,6. Hasil ini masih jauh dan 2008 sebanyak 9422 orang, yang terdiri dari
sasaran Rencana Pembangunan Jangka 1286 (13,65%) sebagai aksepstor IUD,
Menengah Nasional yang ditetapkan untuk MOW sebanyak 1428 orang (15,15%),
tahun 2004 - 2009, yaitu TFR 2,2 dan CPR MOP sebanyak 36 orang (0,38%), implant
67%. Sementara, pria yang tertarik sebanyak 224 orang (2,38%), suntik
mengikuti KB hanya 1,5 persen atau 800 sebanyak 5070 (53,81%), pil KB sebanyak
ribu jiwa (BKKBN, 2010). 987 orang (10,47 %), kondom sebanyak 379
Indonesia, pada tahun 2008 terdapat (4,02%), dan tisu KB sebanyak 12 orang
sekitar 38,9 juta PUS yaitu sekitar 69,1% (0,13%) (Slemankab,2010).
Partisipasi pria dalam program itu, masyarakat dan keluarga yang masih
Keluarga Berencana antara lain adalah menganggap partisipasi pria tidak penting
sebagai peserta KB aktif, sebagai dilakukan serta pandangan yang
motivator, edukator, dan fasilitator cenderung menyerahkan tanggung jawab
(Martaadisoebrata, 2009). Partisipasi pelaksanaan KB dan Kesehatan
yang rendah dari pria terhadap program Reproduksi sepenuhnya kepada para
Keluarga Berencana dipengaruhi oleh wanita (BKKBN, 2010).
keterbatasan alat kontrasepsi untuk pria. Berdasarkan fenomena yang terjadi
Selain itu, juga karena keterbatasan yaitu rendahnya partisipasi suami dalam
pengetahuan serta informasi pria dan program KB sehingga dapat mengakibatkan
wanita akan hak dan kesehatan reproduksi ledakan penduduk yang memberikan
khususnya Keluarga Berencana serta dampak pada perekonomian dan
keadilan gender (Alkaff, 2001). kesejahteraan hidup, bidan mempunyai
Tingkat pendidikan berpengaruh suatu kewajiban untuk memikirkan upaya
terhadap pengetahuan seseorang. untuk meningkatkan partisipsi suami dalam
Pengetahuan memberi dampak terhadap program KB karena pria dapat memberikan
pergeseran pemahaman terhadap nilai kontribusi besar untuk pengendalian
anak. Di beberapa daerah masih ada pertumbuhan penduduk di Indonesia. Salah
masyarakat yang akrab dengan budaya satu upaya agar kesertaan KB pria di
“banyak anak, banyak rejeki”. Pada Indonesia terus meningkat adalah
masyarakat ini slogan “dua anak cukup, melakukan sosialisasi lebih luas lagi tentang
laki atau perempuan sama saja” masih KB pria, disertai dengan memberikan
agak sulit diterima, sehingga upaya informasi yang benar dan akurat ke berbagai
program KB untuk mewujudkan Keluarga lapisan masyarakat tentang KB pria. Tidak
Berkualitas juga belum sepenuhnya dapat kalah pentingnya adalah program
diterima oleh semua lapisan masyarakat peningkatan kualitas pelayanan (BKKBN,
(Wahyuni dan Sabirin, 2006). Masyarakat 2010).
terutama kaum laki–laki sering Berdasarkan data yang diperoleh di
menganggap bahwa melakukan hubungan dusun Tekik Bangunharjo Bangunkerto Turi
seksual menggunakan kondom Sleman dari 30 pasangan, diperoleh 5 suami
menjadikan tidak nyaman, sehingga yang menggunakan kontrasepsi kondom
mereka enggan menggunakannya. Selain dan yang lainnya adalah metode kontrasepsi
yang digunakan oleh istri, yaitu pil KB Pendekatan waktu yang digunakan
sebanyak 4 orang, suntik KB sebanyak 10 pada penelitian ini adalah cross sectional,
orang, IUD (Intra Uterine Device) sebanyak yaitu melakukan penelitian untuk
5 orang, implant 1 orang, tubektomi 2 mengetahui hubungan antara variabel
orang, dan sisanya atau sebanyak 3 orang terikat dan variabel bebas dilakukan
tidak menggunakan alat kontrasepsi. sekaligus pada saat yang sama.
Berdasarkan latar belakang diatas, Tingkat pendidikan suami adalah
yaitu adanya partisipasi suami yang masih segala latihan agar seseorang mempunyai
rendah dalam menggunakan kontrasepsi, ilmu pengetahuan yang diperoleh seorang
khususnya kondom, peneliti tertarik untuk pria yang menjadi pasangan hidup resmi
meneliti keterkaitan antara pendidikan seorang wanita atau istri di dusun Tekik
suami dengan pemakaian kontrasepsi Bangunharjo Bangunkerto Turi Sleman
kondom. pada lembaga pendidikan formal,
Tujuan penelitian adalah tingkatan pendidikan meliputi SD, SMP,
diketahuinya hubungan antara pendidikan SMA, dan Perguruan Tinggi. Data
suami dengan pemakaian alat kontrasepsi diperoleh dari hasil wawancara dan diukur
kondom pada pasangan suami istri di dengan menggunakan skala ordinal.
dusun Tekik Bangunharjo Bangunkerto Pemakaian alat kontrasepsi kondom
Turi Sleman. adalah suatu alat berbentuk selubung karet
yang berguna untuk melindungi sperma
METODE PENELITIAN agar tidak masuk ke dalam vagina yang
Penelitian ini bersifat survey analitik. digunakan oleh pasangan hidup resmi
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan seorang wanita saat melakukan hubungan
besarnya variasi – variasi pada satu faktor seksual yang bertujuan untuk mengatur
berkaitan dengan faktor lain berdasarkan kehamilan istri di dusun Tekik
koefisien korelasi. Pada penelitian yang Bangunharjo Bangunkerto Turi Sleman.
akan dilakukan bertujuan untuk Data diperoleh dari wawancara. Skala data
mengetahui hubungan antara pendidikan yang digunakan adalah skala nominal,
suami dengan pemakaian alat kontrasepsi dengan kategori memakai alat kontrasepsi
kondom di dusun Tekik Bangunharjo kondom dan tidak memakai alat
Bangunkerto Turi Sleman tahun 2010. kontrasepsi kondom.
Populasi yang digunakan dalam Berdasarkan gambar 4.1 sebagian
penelitian ini adalah seluruh suami yang besar responden tidak memakai alat
berusia antara 20 sampai 49 tahun yang kontrasepsi kondom sebanyak 20 responden
terdapat di dusun Tekik Bangunharjo (66,67%), dan responden yang memakai alat
Bangunkerto Turi Sleman, baik yang kontrasepsi kondom sebanyak 10 responden
memakai kontrasepsi kondom maupun (33,33%).
yang tidak memakai kontrasepsi kondom Hasil penelitian menunjukkan bahwa
yang berjumlah 30 orang. Teknik sebagian besar responden tidak memakai alat
sampling yang digunakan pada penelitian kontrasepsi kondom, hal ini dapat
ini adalah menggunakan sampel jenuh, disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
yaitu semua populasi dijadikan sebagai responden sebagai akibat dari tingkat
sampel. Sampel yang digunakan pendidikan responden yang kurang
berjumlah 30 orang suami, baik yang memadai. Selain itu, keengganan pria untuk
memakai kontrasepsi kondom maupun memakai kontrasepsi kondom dapat pula,
yang tidak memakai kondom di dusun dipengaruhi oleh pertimbangan-
Tekik Bangunharjo Bangunkerto Turi pertimbangan tertentu seperti tentang
Sleman. kepuasan dalam berhubungan suami istri,
kenyamanan pasangan, alergi terhadap bahan
HASIL DAN PEMBAHASAN yang digunakan untuk membuat kondom
Dusun Tekik terletak kurang lebih di 27 serta kondom dapat menyebabkan hubungan
km dari kota Yogyakarta dengan batas – seksual menjadi kurang nikmat (Saifuddin,
batas wilayah yaitu utara adalah dusun 2006:18) menjadikan para suami enggan
Bayeman, barat adalah dusun Ngablak, untuk menggunakan kondom sebagai
timur adalah dusun Gading, selatan adalah alternatif untuk mencegah terjadinya
dusun Karangwuni. kehamilan pada istri.
a. Pemakaian Alat Kontrasepsi Kondom b. Tingkat Pendidikan

Gambar 4.1. Diagram Pie Pemakaian Gambar 4.2 Diagram Pie Tingkat
Kondom Responden Pendidikan Suami yang Memakai Kondom
Berdasarkan gambar 4.2 diketahui yang tinggi. Seseorang akan lebih memilih
bahwa sebagian besar responden yang untuk menggunakan uang yang
memakai kondom adalah responden yang dimilikinya untuk membiayai kebutuhan
berpendidikan terakhir SMA yaitu makannya daripada untuk melanjutkan
sebanyak 50 % dari total responden yang pendidikannya. Selain itu, hal yang dapat
memakai kondom, sedangkan tidak ada mempengaruhi pemakaian kondom adalah
responden berpendidikan terakhir SMP adalah usia, jumlah anak, pekerjaan,
yang memakai kondom. informasi yang diperoleh tentang ragam
alat kontrasepsi yang dapat digunakan
oleh pria, pengetahuan suami tentang
metode kontrasepsi kondom, faktor sosial
budaya, ketersediaan pilihan alat
kontrasepsi bagi pria, serta keterbukaan,
interaksi, dankomunikasi pasangan suami
Gambar 4.3 Diagram Pie Tingkat istri terkait dengan pemakaian alat
Pendidikan Suami yang Tidak Memakai konrasepsi.
Kondom c. Hubungan Tingkat Pendidikan suami
Berdasarkan gambar 4.3 diketahui dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi
bahwa responden yang tidak memakai Kondom
kondom paling banyak berpendidikan Tingkat
SD SMP SMA PT
terakhir SMA yaitu sebanyak 55% dari Pendidikan

total responden yang tidak memakai Pema


Kaian
kondom, sedangkan yang paling sedikit
Kontra f % f % f % f %
adalah responden yang berpendidikan
sepsi
terakhir SD yaitu sebanyak 5%. Kondom
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, hal Memakai
1 2 6,67 0 0 5 16,67 3 10
Kondom
yang dapat mempengaruhi tingkat Tidak
2 Memakai 1 3,33 4 13,33 11 36,67 4 13,33
pendidikan suami menurut Nurhayati
Kondom
(2004) dapat dipengaruhi oleh status Total 3 10 4 13,33 16 53,34 7 23,33

ekonominya. Biaya sekolah yang relatif


Tabel 4.1 Hubungan Tingkat Pendidikan
mahal, sehingga tidak semua orang dapat
Suami dengan Pemakaian alat Kontrasepsi
menjangkau semua jenjang pendidikan
Kondom
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa diantara kondom walaupun sebagian responden
semua responden paling banyak adalah mempunyai tingkat pendidikan SMA.
responden dengan tingkat pendidikan Dengan demikian terdapat faktor lain di
SMA dan tidak memakai kondom luar tingkat pendidikan seperti
sebanyak 11 responden serta yang pengetahuan yang diperoleh baik dari
memakai kondom juga berpendidikan pengalaman, media massa maupun
terakhir SMA yaitu sebanyak 5 responden. lingkungan tempat tinggal, budaya di
Responden paling sedikit dengan tingkat masyarakat yang dapat menyebabkan
pendidikan SD dan tidak memakai kesenjangan gender yang menyatakan
kondom sebanyak 1 responden, sedangkan bahwa kontrasepsi merupakan urusan dari
yang memakai kondom sebanyak 2 istri saja serta anggapan bahwa pria yang
responden. Sisanya adalah responden memakai kondom dikaitkan dengan pria
dengan tingkat pendidikan SMP dan tidak yang suka berganti – ganti pasangan dapat
memakai kondom sebanyak 4 responden. mempengaruhi partisipasi pria dalam
Selanjutnya untuk menguji signifikasi menggunakan metode kontrasepsi,
hubungan tingkat pendidikan suami termasuk kondom. Selain itu, ada juga
dengan pemakaian alat kontrasepsi faktor yang dapat mempengaruhi
kondom dilakukan pengujian hipotesis partisipasi pria dalam memakai
dengan rumus Kendall’s Tau dengan ρ = kontrasepsi kondom, seperti berkurangnya
0,185 (ρ > 0,05) dan z hitung 0,362778 sensasi kenikmatan saat melakukan
lebih kecil dari z tabel 2,58. Hal ini hubungan seksual dengan istri, kondom
menunjukkan tidak adanya hubungan menjadikan hubungan seksual kurang
antara pendidikan suami dengan nyaman, serta alergi terhadap bahan
pemakaian alat kontrasepsi kondom di pembuat kondom dapat pula
dusun Tekik Bangunharjo Bangunkerto menyebabkan keengganan pria dalam
Turi Sleman. menggunakan kondom.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Hasil penelitian ini mendukung
pemakaian alat kontrasepsi kondom tidak penelitian yang telah dilakukan oleh
hanya dipengaruhi oleh salah satu faktor Budisantoso (2008) di Kecamatan Jetis
saja seperti tingkat pendidikan suami. Kabupaten Bantul yang menyatakan
Berdasarkan penelitian, sebagian besar bahwa tidak adanya hubungan antara
responden tidak memakai alat kontrasepsi pendidikan dengan partisipasi pria dalam
KB dikarenakan di dalam pendidikan Saran
formal tidak ada materi khusus yang 1. Suami
membahas tentang kesehatan reproduksi Suami diharapkan lebih memahami
khususnya tentang Keluarga Berencana, bahwa pencegahan kehamilan bukan
sehingga seseorang mengetahui partisipasi hanya tanggung jawab istri, tetapi
suami dalam Keluarga Berencana bukan tanggung jawab bersama antara suami
dari sektor pendidikan formal melainkan dan istri, sehingga dapat membantu
dari teman maupun dari media massa. terwujudnya Keluarga Berkualitas.
2. Bidan
KESIMPULAN DAN SARAN Bidan diharapkan lebih meningkatkan
Kesimpulan sosialisasi dan informasi, baik melalui
Berdasarkan hasil penelitian dan penyuluhan maupun media informasi
pembahasan dapat diambil kesimpulan lainnya terkait dengan kontrasepsi
sebagai berikut : yang dapat digunakan oleh pria,
1. Suami Pasangan Usia Subur yang sehingga dapat meningkatkan
memakai kontrasepsi kondom pemahaman para suami tentang
sebanyak 10 orang (33,33%). kontrasepsi yang dapat digunakannya.
2. Tingkat pendidikan suami yang 3. Peneliti Selanjutnya
memakai kondom, SD sebanyak 2 Peneliti selanjutnya dapat melakukan
orang (6,67%), SMP tidak ada, SMA penelitian lebih lanjut dengan lebih
sebanyak 5 orang (16,67%), Perguruan menggali informasi dari responden
Tinggi sebanyak 3 orang (10%). terkait dengan faktor – faktor selain
3. Tingkat pendidikan suami yang tidak pendidikan yang mempengaruhi
memakai kondom SD sebanyak 1 pemakaian kontrasepsi kondom pada
orang (3,33%), SMP sebanyak 4 orang pria, terutama faktor sosial yang ada
(13,33%), SMA sebanyak 11 orang pada masyarakat.
(36,67%), Perguruan Tinggi sebanyak
4 orang (13,33%).
4. Tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan suami dengan pemakaian
alat kontraspsi kondom di dusun Tekik
Bangunharjo Bangunkerto Turi.
DAFTAR PUSTAKA Burns, A. August. 2009. Kesehatan
Reproduksi Perempuan Dan
Al Qur’an Surat An Nisa’: 9. Metode KB Yang Tepat Untuk
Anda. Yogyakarta: INSISTPress.
Al Qur’an Surat Al Baqarah: 195.
Damayanti. 2007. Ledakan Jumlah
Alkaff, Z. 2001. Paradigma Baru Penduduk Indonesia (online).
Pelayanan Kesehatan Reproduksi (www.bkkbn.go.id), diakses 17
Bagi Ibu. Jogjakarta: Fakultas April 2010.
Kedokteran UGM.
Faridah, Umi. 2009. Hubungan Antara
Andi. 2008. Pasangan Usia Subur Dukungan Suami Dengan
Akseptor KB Masih Rendah Pemilihan Metode Kontrasepsi
(online).(www.jabar.bkkbn.go.id), Pasca Persalinan Di RS PKU
diakses 6 April 2010. Muhammadiyah Yogyakarta
Anonim. 2009. Angka Partisipasi KB di Tahun 2008. Jurnal Kebidanan dan
Sleman Cukup Tinggi (online). Keperawatan Volume 5, 1 Juni
(www.slemankab.go.id), diakses 2009. Yogyakarta: STIKES
10 April 2010. ’Aisyiyah.

_______. 2010. Manfaat dan Penggunaan Glasier, Anna dan Ailsa Gebbie. 2006.
Kondom (online). Keluarga Berencana dan
(www.acehforum.or.id), diakses Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
10 Mei 2010. EGC.

Anwar, Mochammad. 2005. Paradigma Hamdanah. 2005. Musim Kawin di Musim


Baru Partisipasi Laki – laki dalam Kemarau: Studi Atas Pandangan
Kesehatan Reproduksi. Jurnal Ulama Perempuan Jember
Kebidanan dan Keperawatan Tentang Hak – hak Reproduksi
Aisyiyah Volume 1, Nomor 1, Juni Perempuan. Bigraf Publishing:
2005. Yogyakarta: STIKES Yogyakarta.
’Aisyiyah.
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar
Arum, Dyah Noviawati Setya dan Pelayanan Keluarga Berencana.
Sujiyatini. 2009. Panduan Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Lengkap Pelayanan KB Terkini.
Jogjakarta: Mitra Cendikia Press. Hartanto, Hanafi. 2003. Keluarga
Berencana dan Kontrasepsi.
Broto. 2007. Laju Pertumbuhan Penduduk Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
(online). (www. bkkbn.go.id),
diakses 6 April 2010. Hawari, Dadang. Penggunaan Kondom
Bukan Jaminan Bebas HIV
Budisantoso, Saptono Iman. 2008. Faktor (online). (www.bkkbn.go.id),
– Faktor yang Berhubungan diakses 15 April 2010.
Dengan Partisipasi Pria Dalam
Keluarga Berencana di Kecamatan Jamaludin, Syakir. 2009. Program KB
Jetis Kabupaten Bantul Tahun dalam Islam. LPPI UMY.
2008 (online). Jurnal Riset Daerah
Volume VIII, Nomor 2, Agustus
2009.
Kusuma, Safita Adhi. 2008. Partisipasi Pendit, Brahm. 2003. Ragam Metode
Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi. Jakarta: EGC.
Kontrasepsi Pada Akseptor
Keluarga Berencana Di Bidan Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu
Praktek Swasta Supriyati Berbah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Sleman Yogyakarta Tahun 2008. Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
KTI tidak diterbitkan.Yogyakarta:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Kebidanan STIKes ‘Aisyiyah . Nasional. 2002. Kamus Besar
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2002. Konsep Bahasa Indonesia Edisi 3. Jakarta:
Obstetri dan Ginekologi Sosial Balai Pustaka.
Indonesia. Jakarta: EGC.
Riyanto, Agus. 2009. Pengolahan dan
Martaadisoebrata, Djamhoer. 2009. Analisis Data Kesehatan.
Peranan Program Keluarga Yogyakarta: Nuha Medika.
Berencana dalam Kesehatan
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku
Reproduksi, Khususnya Kesehatan
Panduan Praktis Pelayanan
Ibu dan Anak (online).
Kontrasepsi Edisi 2. Jakarta:
(www.repository.usu.ac.id),
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
diakses 29 Oktober 2010.
Prawirohardjo.
Muharsini. 2002. Pengertian Suami
Saryono. 2008. Metodologi Penelitian
(online). (www.unsrat.ac.id),
Kesehatan. Jogjakarta: Mitra
diakses 29 Juli 2010.
Cendikia Press.\
Nanik, Winarti. 2005. Hubungan Tingkat
Speroff, Leon dan Philip Darney. 2005.
Pengetahuan dengan Sikap Suami
Pedoman Klinis Kontrasepsi.
Tentang Metode Kontrasepsi Pria
Jakarta: EGC.
di Dusun Banyudono Desa Canden
Kecamatan Jetis Bantul DIY Sugiyono. 2007. Statistika untuk
Tahun 2005. KTI tidak diterbitkan. Penelitian. Bandung: CV.Alfa
Yogyakarta: Kebidanan STIKes Beta.
’Aisyiyah.
Suliatyaningsih. 2010. Buku Ajar dan
Nugraha, Boyke Dian. 2010. It’s All Panduan Praktikum Metodologi
About A-Z Tentang Sex. Jakarta : Penelitian Kebidanan.
PT Bumi Aksara. Yogyakarta: STIKes ‘Aisyiyah.
Nurhayati. 2004. Ekonomi dan Pendidikan Syarief, Sugiri. 2009. Dengan Semangat
(online). (www.wikisource.org), Harganas Kita Bangkitkan
diakses 23 Juni 2010. Pembangunan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (online).
Pasha, Musthafa Kamal, MS. Chalil,
(www.yogya.bkkbn.go.id), diakses
Wahardjani. 2003. Fikih Islam.
6 April 2010.
Yogyakarta: Citra Karsa
Mandiri. Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan.
Pinem, Sarcha. 2009. Kesehatan
Reproduksi dan Kontrasepsi.
Jakarta: Trans Info Media.
Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 Widrayani, Niken. 2010. Partisipasi Pria
Tentang Sistem Pendidikan dalam ber–KB (online).
Nasional. (www.bkkbn.go.id), diakses 25
Mei 2010.
Utami, Petik Sudaryani Nur. 2007.
Hubungan Antara Informasi Yasyin, Sulchan. 2010. Kamus Pintar
Tentang KB Terhadap Bahasa Indonesia. Surabaya:
Keikutsertaan Suami Dalam KB di Amanah.
RT 06 dan RT 07 Ngampilan
Serangan Yogyakarta. KTI tidak Zakariyah, Zahrah. 2006. Keikutsertaan
diterbitkan. Yogyakarta: Suami Dalam Program Keluarga
Kebidanan STIKes ’Aisyiyah. Berencana Di Dusun
Potrowangsan Desa Tirtorahayu
Wahyuni, Sri dan Iwan J. Sabirin. 2006. Kecamatan Galur Kabupaten
Keluarga Berencana, Kesehatan Kulon Progo Yogyakarta Tahun
Reproduksi, Gender, dan 2006. KTI tidak
Pembangunan Kependudukan. diterbitkan.Yogyakarta: Kebidanan
Jakarta: BKKBN. STIKes ’Aisyiyah.

Anda mungkin juga menyukai