Abstract
1
Mahasiswa DIII Prodi Kebidanan STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
2
Dosen STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta
Program Keluarga Berencana merupakan akseptor KB (26,9 juta PUS).
adalah suatu program yang dimaksudkan PUS di Jawa sebagai akseptor KB tertinggi
untuk membantu para pasangan dan dibanding pulau lainnya (72,9%). Propinsi
perorangan dalam mencapai tujuan dengan PUS sebagai akseptor KB yang
reproduksi mereka, mencegah kehamilan tertinggi adalah Bali (80%) dan Yogyakarta
yang tidak diinginkan dan mengurangi (79%), sedangkan yang terendah adalah
kejadian kehamilan beresiko tinggi, Papua (18 %) (BKKBN, 2008).
kesakitan dan kematian, membuat Keikutsertaan suami dalam program
pelayanan yang bermutu, terjangkau, KB di Yogyakarta relatif rendah, hal
diterima dan mudah diperoleh bagi semua diketahui dari data BKKBN tingkat propinsi
orang yang membutuhkan, meningkatkan tahun 2009, dari 31.845 orang, pengguna
mutu nasehat, komunikasi, informasi, IUD (Intra Uterine Device) sebanyak 5950
edukasi, konseling, dan pelayanan orang, tubektomi 1141 orang, vasektomi
meningkatkan partisipasi dan tanggung 357 orang, implant sebanyak 2416 orang,
jawab pria dalam praktek KB (BKKBN, suntik KB sebanyak 17.363 orang, pil KB
2010). sebanyak 3983 orang, dan pengguna
Berdasarkan Survey Demografi kondom adalah 1535 orang (BKKBN,
Kesehatan Indonesia tahun 2007 2010). Berdasarkan laporan penggunaan
penggunaan kontrasepsi (CPR) mencapai alat kontrasepsi bulan Januari 2010, jumlah
61,4%. Angka ini meningkat sedikit yaitu akseptor baru kontrasepsi kondom di
0,9 % dari data SDKI 2002. Rata-rata Yogyakarta adalah 446 orang (BKKBN,
jumlah anak yang dimiliki seorang wanita 2010).
(TFR) menurut SDKI 2002 dan 2007 tetap Jumlah peserta KB di Sleman tahun
pada angka 2,6. Hasil ini masih jauh dan 2008 sebanyak 9422 orang, yang terdiri dari
sasaran Rencana Pembangunan Jangka 1286 (13,65%) sebagai aksepstor IUD,
Menengah Nasional yang ditetapkan untuk MOW sebanyak 1428 orang (15,15%),
tahun 2004 - 2009, yaitu TFR 2,2 dan CPR MOP sebanyak 36 orang (0,38%), implant
67%. Sementara, pria yang tertarik sebanyak 224 orang (2,38%), suntik
mengikuti KB hanya 1,5 persen atau 800 sebanyak 5070 (53,81%), pil KB sebanyak
ribu jiwa (BKKBN, 2010). 987 orang (10,47 %), kondom sebanyak 379
Indonesia, pada tahun 2008 terdapat (4,02%), dan tisu KB sebanyak 12 orang
sekitar 38,9 juta PUS yaitu sekitar 69,1% (0,13%) (Slemankab,2010).
Partisipasi pria dalam program itu, masyarakat dan keluarga yang masih
Keluarga Berencana antara lain adalah menganggap partisipasi pria tidak penting
sebagai peserta KB aktif, sebagai dilakukan serta pandangan yang
motivator, edukator, dan fasilitator cenderung menyerahkan tanggung jawab
(Martaadisoebrata, 2009). Partisipasi pelaksanaan KB dan Kesehatan
yang rendah dari pria terhadap program Reproduksi sepenuhnya kepada para
Keluarga Berencana dipengaruhi oleh wanita (BKKBN, 2010).
keterbatasan alat kontrasepsi untuk pria. Berdasarkan fenomena yang terjadi
Selain itu, juga karena keterbatasan yaitu rendahnya partisipasi suami dalam
pengetahuan serta informasi pria dan program KB sehingga dapat mengakibatkan
wanita akan hak dan kesehatan reproduksi ledakan penduduk yang memberikan
khususnya Keluarga Berencana serta dampak pada perekonomian dan
keadilan gender (Alkaff, 2001). kesejahteraan hidup, bidan mempunyai
Tingkat pendidikan berpengaruh suatu kewajiban untuk memikirkan upaya
terhadap pengetahuan seseorang. untuk meningkatkan partisipsi suami dalam
Pengetahuan memberi dampak terhadap program KB karena pria dapat memberikan
pergeseran pemahaman terhadap nilai kontribusi besar untuk pengendalian
anak. Di beberapa daerah masih ada pertumbuhan penduduk di Indonesia. Salah
masyarakat yang akrab dengan budaya satu upaya agar kesertaan KB pria di
“banyak anak, banyak rejeki”. Pada Indonesia terus meningkat adalah
masyarakat ini slogan “dua anak cukup, melakukan sosialisasi lebih luas lagi tentang
laki atau perempuan sama saja” masih KB pria, disertai dengan memberikan
agak sulit diterima, sehingga upaya informasi yang benar dan akurat ke berbagai
program KB untuk mewujudkan Keluarga lapisan masyarakat tentang KB pria. Tidak
Berkualitas juga belum sepenuhnya dapat kalah pentingnya adalah program
diterima oleh semua lapisan masyarakat peningkatan kualitas pelayanan (BKKBN,
(Wahyuni dan Sabirin, 2006). Masyarakat 2010).
terutama kaum laki–laki sering Berdasarkan data yang diperoleh di
menganggap bahwa melakukan hubungan dusun Tekik Bangunharjo Bangunkerto Turi
seksual menggunakan kondom Sleman dari 30 pasangan, diperoleh 5 suami
menjadikan tidak nyaman, sehingga yang menggunakan kontrasepsi kondom
mereka enggan menggunakannya. Selain dan yang lainnya adalah metode kontrasepsi
yang digunakan oleh istri, yaitu pil KB Pendekatan waktu yang digunakan
sebanyak 4 orang, suntik KB sebanyak 10 pada penelitian ini adalah cross sectional,
orang, IUD (Intra Uterine Device) sebanyak yaitu melakukan penelitian untuk
5 orang, implant 1 orang, tubektomi 2 mengetahui hubungan antara variabel
orang, dan sisanya atau sebanyak 3 orang terikat dan variabel bebas dilakukan
tidak menggunakan alat kontrasepsi. sekaligus pada saat yang sama.
Berdasarkan latar belakang diatas, Tingkat pendidikan suami adalah
yaitu adanya partisipasi suami yang masih segala latihan agar seseorang mempunyai
rendah dalam menggunakan kontrasepsi, ilmu pengetahuan yang diperoleh seorang
khususnya kondom, peneliti tertarik untuk pria yang menjadi pasangan hidup resmi
meneliti keterkaitan antara pendidikan seorang wanita atau istri di dusun Tekik
suami dengan pemakaian kontrasepsi Bangunharjo Bangunkerto Turi Sleman
kondom. pada lembaga pendidikan formal,
Tujuan penelitian adalah tingkatan pendidikan meliputi SD, SMP,
diketahuinya hubungan antara pendidikan SMA, dan Perguruan Tinggi. Data
suami dengan pemakaian alat kontrasepsi diperoleh dari hasil wawancara dan diukur
kondom pada pasangan suami istri di dengan menggunakan skala ordinal.
dusun Tekik Bangunharjo Bangunkerto Pemakaian alat kontrasepsi kondom
Turi Sleman. adalah suatu alat berbentuk selubung karet
yang berguna untuk melindungi sperma
METODE PENELITIAN agar tidak masuk ke dalam vagina yang
Penelitian ini bersifat survey analitik. digunakan oleh pasangan hidup resmi
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan seorang wanita saat melakukan hubungan
besarnya variasi – variasi pada satu faktor seksual yang bertujuan untuk mengatur
berkaitan dengan faktor lain berdasarkan kehamilan istri di dusun Tekik
koefisien korelasi. Pada penelitian yang Bangunharjo Bangunkerto Turi Sleman.
akan dilakukan bertujuan untuk Data diperoleh dari wawancara. Skala data
mengetahui hubungan antara pendidikan yang digunakan adalah skala nominal,
suami dengan pemakaian alat kontrasepsi dengan kategori memakai alat kontrasepsi
kondom di dusun Tekik Bangunharjo kondom dan tidak memakai alat
Bangunkerto Turi Sleman tahun 2010. kontrasepsi kondom.
Populasi yang digunakan dalam Berdasarkan gambar 4.1 sebagian
penelitian ini adalah seluruh suami yang besar responden tidak memakai alat
berusia antara 20 sampai 49 tahun yang kontrasepsi kondom sebanyak 20 responden
terdapat di dusun Tekik Bangunharjo (66,67%), dan responden yang memakai alat
Bangunkerto Turi Sleman, baik yang kontrasepsi kondom sebanyak 10 responden
memakai kontrasepsi kondom maupun (33,33%).
yang tidak memakai kontrasepsi kondom Hasil penelitian menunjukkan bahwa
yang berjumlah 30 orang. Teknik sebagian besar responden tidak memakai alat
sampling yang digunakan pada penelitian kontrasepsi kondom, hal ini dapat
ini adalah menggunakan sampel jenuh, disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
yaitu semua populasi dijadikan sebagai responden sebagai akibat dari tingkat
sampel. Sampel yang digunakan pendidikan responden yang kurang
berjumlah 30 orang suami, baik yang memadai. Selain itu, keengganan pria untuk
memakai kontrasepsi kondom maupun memakai kontrasepsi kondom dapat pula,
yang tidak memakai kondom di dusun dipengaruhi oleh pertimbangan-
Tekik Bangunharjo Bangunkerto Turi pertimbangan tertentu seperti tentang
Sleman. kepuasan dalam berhubungan suami istri,
kenyamanan pasangan, alergi terhadap bahan
HASIL DAN PEMBAHASAN yang digunakan untuk membuat kondom
Dusun Tekik terletak kurang lebih di 27 serta kondom dapat menyebabkan hubungan
km dari kota Yogyakarta dengan batas – seksual menjadi kurang nikmat (Saifuddin,
batas wilayah yaitu utara adalah dusun 2006:18) menjadikan para suami enggan
Bayeman, barat adalah dusun Ngablak, untuk menggunakan kondom sebagai
timur adalah dusun Gading, selatan adalah alternatif untuk mencegah terjadinya
dusun Karangwuni. kehamilan pada istri.
a. Pemakaian Alat Kontrasepsi Kondom b. Tingkat Pendidikan
Gambar 4.1. Diagram Pie Pemakaian Gambar 4.2 Diagram Pie Tingkat
Kondom Responden Pendidikan Suami yang Memakai Kondom
Berdasarkan gambar 4.2 diketahui yang tinggi. Seseorang akan lebih memilih
bahwa sebagian besar responden yang untuk menggunakan uang yang
memakai kondom adalah responden yang dimilikinya untuk membiayai kebutuhan
berpendidikan terakhir SMA yaitu makannya daripada untuk melanjutkan
sebanyak 50 % dari total responden yang pendidikannya. Selain itu, hal yang dapat
memakai kondom, sedangkan tidak ada mempengaruhi pemakaian kondom adalah
responden berpendidikan terakhir SMP adalah usia, jumlah anak, pekerjaan,
yang memakai kondom. informasi yang diperoleh tentang ragam
alat kontrasepsi yang dapat digunakan
oleh pria, pengetahuan suami tentang
metode kontrasepsi kondom, faktor sosial
budaya, ketersediaan pilihan alat
kontrasepsi bagi pria, serta keterbukaan,
interaksi, dankomunikasi pasangan suami
Gambar 4.3 Diagram Pie Tingkat istri terkait dengan pemakaian alat
Pendidikan Suami yang Tidak Memakai konrasepsi.
Kondom c. Hubungan Tingkat Pendidikan suami
Berdasarkan gambar 4.3 diketahui dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi
bahwa responden yang tidak memakai Kondom
kondom paling banyak berpendidikan Tingkat
SD SMP SMA PT
terakhir SMA yaitu sebanyak 55% dari Pendidikan
_______. 2010. Manfaat dan Penggunaan Glasier, Anna dan Ailsa Gebbie. 2006.
Kondom (online). Keluarga Berencana dan
(www.acehforum.or.id), diakses Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
10 Mei 2010. EGC.