Anda di halaman 1dari 64

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan kasih-Nya Penyusun dapat menyelesaikan Makalah Laporan Kasus
Praktik Klinik Mahasiswa VI di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD 45 Kuningan
tepat pada waktunya. Laporan ini disusun berdasarkan hasil pengamatan dan
pengkajian langsung mengenai asuhan keperawatan pada pasien gawat darurat di
RSUD 45 Kuningan,

Tujuan dari Praktik ini adalah diharapkan agar mahasiswa dapat


mengaplikasikan konsep dan teori yang telah didapatkannya di akademik untuk
mencapai kompetensi pada aspek keterampilan dan psikomotor mata kuliah Blok
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Medikal Bedah III.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini dapat disusun dan diselesaikan berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penyusun ingin
menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu dr. H. Deki Saefullah, M. Kes., selaku Plt Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah 45 Kuningan
2. Bapak H. Nono Supriatna, S.Sos., M.Si selaku Kepala Bidang Keperawatan
Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan
3. Ibu Hj. Euis H. Marlyna, S.KM., M.KM selaku Kepala Sub Bagian Bidang
Kepegawaian dan Sumber Daya Kesehatan RSUD 45 Kuningan
4. Ibu Hj. Esum Sumini, S. ST selaku Kepala Instalasi Diklat Rumah Sakit Umum
Daerah 45 Kuningan
5. Seluruh Pembimbing Klinik di Rumah Sakit Umum Daerah 45 Kuningan
6. Ibu Prof. DR. Hj. Dewi Lailatul Badriah, M.Kes., AIFO selaku Ketua Yayasan
Pendidikan Bhakti Husada Kuningan
7. Bapak H. Abdal Rohim., S. Kp., MH selaku Ketua STIKes Kuningan
8. Bapak Yana Hendriana, S. Kep., Ners., M. Kep selaku Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Gawat Darurat sekaligus Koordinator PKM VI STIKes Kuningan
9. Bapak Andi Sutandi, S. Kep., Ners., selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Gawat Darurat STIKes Kuningan
10. Seluruh Pembimbing Akademik PKM VI STIKes Kuningan
11. Rekan – rekan yang telah berjuang bersama selama melaksanakan PKM VI di
RSUD’45 Kuningan.

Semoga kegiatan PKM ini dapat menjadi pengalaman yang paling berharga
bagi mahasiswa dan dapat dijadikan bahan evaluasi apabila terdapat kekurangan
dalam pelaksanaannya.

Kuningan, Agustus 2019

Penyusun

2|Keperawatan Gawat Darurat


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................... 5


1.2 Tujuan Penulisan............................................................................... 6
1.3 Rumusan Masalah.............................................................................. 7
1.4 Manfaat.............................................................................................. 7
1.5 Sistematika Penulisan........................................................................ 7
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi.............................................................................................. 8
2.2 Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan................................................ 10

2.3 Etiologi.............................................................................................. 20

2.4 Manifestasi Klinis.............................................................................. 21

2.5 Komplikasi......................................................................................... 21

2.6 Patofisiologi....................................................................................... 22

2.7 Pemeriksaan Penunjang..................................................................... 26

2.8 Penatalaksanaan................................................................................. 28

BAB III KASUS & PEMBAHASAN


3.1 Laporan Asuhan Keperawatan........................................................... 30

3.2 Asuhan Keperawatan......................................................................... 30

3.2 Analisis Pemecahan Masalah Keperawatan Berbasis Bukti.............. 47

3.3 Analisis Prinsip Legal Etis dalam Pelayanan Keperawatan.............. 50

3.4 Analisis Penerapan Fungsi Advokasi Pelayanan Keperawatan......... 55

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................ 61

4.2 Saran.................................................................................................. 62

3|Keperawatan Gawat Darurat


DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 63

LAMPIRAN

4|Keperawatan Gawat Darurat


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari
kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia. Pada saat tahun 2007 di Amerika Serikat, PPOK
merupakan penyebab utama kematian ketiga. Kebiasaan merokok merupakan
penyebab kausal yang terpenting. Gejala dan tanda klinis pada fase awal sangat
tidak khas. Pemberian terapi yang terlambat membawa dampak kematian Setiap
pengobatan harus spesifik terhadap setiap pasien, karena gejala dan keparahan
dari keterbatasan aliran udara dipengaruhi oleh banyak faktor. Pasien yang
pengobatannya terlambat angka kematiannya cukup tinggi. PPOK adalah
klasifikasi luas dari gangguan, yang mencakup bronchitis kronis, bronkiektasis,
emfisiema dan asma. PPOK merupakan kondisi irreversible yang berkaitan
dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-
paru.
Obstruksi jalan napas yang menyebabkan reduksi aliran udara beragam
tergantung pada penyakit. Pada bronchitis kronik dan bronkiolitis, penumpukan
lendir dan sekresi yang sangat banyak menyumbat jalan napas. Pada emfisema,
obstruksi pada pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi akibat kerusakan
dinding alveoli yang disebabkan oleh overekstensi ruang udara dalam paru-paru.
Pada asma, jalan napas bronchial menyempit dan membatasi jumlah udara yang
mengalir dalam paru-paru. Protocol pengobatan tertentu digunakan dalam semua
kelainan ini, meski patafisiologi dari masing-masing kelainan ini membutuhkan
pendekatan spesifik.
PPOK dianggap sebagai penyakit yang berhulubungan dengan interaksi
genetic dengan lingkungan. Merokok, polusi udara dan pemajanan ditempat kerja
(terhadap batu bara, kapas, padi-padian) merupakakn factor-faktor risiko penting

5|Keperawatan Gawat Darurat


yang menunjang pada terjadinya penyakit ini. Prosesnya dapat terjadi dalam
rentang lebih dari 20-30 tahunan. PPOK juga ditemukan terjadi pada individu
yang tidak mempunyai enzim yang normal mencegah panghancuran jaringan paru
oleh enzim tertentu. PPOK tampak timbul cukup dini dalam kehidupan dan
merupakan kelainan yang mempunyai kemajuan lambat yang timbul bertahun-
tahun sebelum awitan gejala-gejala klinis kerusakan fungsi paru.
PPOK sering menjadi simptomatik selama tahun-tahun usia baya, tetapi
insidennya meningkat sejalan dengan peningkatan usia. meskipun aspek-aspek
paru tertentu, seperti kapasitas vital dan volume ekspirasi kuat,menurun sejalan
dengan peningkatan usia, PPOK memperburuk banyak perubahan fisiologi
yangberkaitan dengan penuaan dan mengakibatkan obstruksi jalan napas (dalam
bronchitis)dan kehilangan daya kembang elastic paru (pada emfisema).
Karenanya, terdapat perubahan tambahan dalam rasio ventilasi perkusi pada
pasien lansia dengan PPOK.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui proses keperawatan pada pasien dengan PPOK.
1.2.2 Tujuan Khusus
1 Untuk mengetahui apa itu PPOK?
2 Bagaimana bagaimana anatomi fisiologis system pernafasan?
3 Untuk mengetahui apa etiologi dari PPOK?
4 Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari PPOK?
5 Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari PPOK?
6 Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari PPOK?
7 Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari PPOK?
8 Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari PPOK?
9 Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan PPOK?

6|Keperawatan Gawat Darurat


1.3 Rumusan Masalah
1 Apa definisi dari PPOK?
2 Bagaimana anatomi fisiologis system pernafasan?
3 Bagaimana etiologi dari PPOK?
4 Bagaimana manifestasi klinis dari PPOK?
5 Apa saja komplikasi dari PPOK?
6 Bagaimana patofisiologi dari PPOK?
7 Apa saja pemeriksaan penunjang dari PPOK?
8 Bagaimana penatalaksanaan dari PPOK?
9 Bagaimana Asuhan Keperawatan PPOK?

1.4 Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Memahami tentang PPOK
2. Memberikan informasi tentang PPOK
3. Memberikan informasi tentang proses asuhan keperawatan pada pasien
PPOK
4. Sebagai salah satu referensi mengenai PPOK.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistem Penulisan pada makalah ini terdiri dari :
1. KATA PENGANTAR
2. DAFTAR ISI
3. BAB I
Pendahuluan (Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan; Tujuan Umum,
Tujuan Khusus, Manfaat, Sistematika Penulisan)
4. BAB II

7|Keperawatan Gawat Darurat


Tinjauan Teori (Definisi PPOK, Anatomi Fisiologis System Pernafasan,
Etiologi, Manifestasi Klinis, Komplikasi, Patofisiologi, Pemeriksaan
Penunjang dan Penatalaksanaan)
5. BAB III
Kasus & Pembahasan (Asuhan Keperawatan dengan kasus PPOK, Analisis
Pemecahan Masalah Keperawatan Berbasis Bukti (Hasil Penelitian),
Analisis Masalah Prinsip Legal Etis dalam Pelayanan Keperawatan, Analisis
Penerapan Fungsi Advokasi dalam Pelayanan Keperawatan)
6. BAB IV
Penutup (Kesimpulan dan Saran)
7. DAFTAR PUSTAKA
8. LAMPIRAN

8|Keperawatan Gawat Darurat


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Penyakit Paru Obstruksi Kronis

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru

yang dapat dicegah dan diobati, yang ditandai dengan adanya hambatan aliran

udara pada saluran pernapasan yang tidak sepenuhnya reversibel. Gangguan

yang bersifat progresif ini terjadi karena adanya respon inflamasi paru akibat

pajanan partikel atau gas beracun yang disertai efek ekstraparu yang

berkontribusi terhadap derajat penyakit (Perhimpunan dokter paru Indoesia,

2010).

PPOK merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular

yang menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan

oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor

resiko, seperti banyaknya jumlah perokok, serta pencemaran udara didalam

ruangan maupun diluar ruangan (Persatuan Dokter Paru Indonesia, 2011).

PPOK  merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk

sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama  dan ditandai oleh

peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi

utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal

dengan COPD adalah : bronchitis kronis, emfisema paru-paru

dan asma bronchiale (S Meltzer, 2012)

9|Keperawatan Gawat Darurat


Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Penyakit Paru

Obstruksi Kronik merupakan penyakit obstruksi jalan nafas karena bronkitis

kronis, bronkietaksis dan emfisema, obstruksi tersebut bersifat progresif

disertai hiperaktif aktivitas bronkus.

2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan

1. Anatomi Sistem Pernafasan

Anatomi sistem pernafasan (Tarwoto & Ratna Ayani, 2009)

a) Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang
pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh
sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang
berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke
dalam lubang hidung.
b) Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara

10 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
jalan pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar
tengkorak, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan
ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah
ke atas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan
lubang yang bernama koana, ke depan berhubungan dengan rongga
mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah
terdapat 2 lubang (ke depan lubang laring dan ke belakang lubang
esofagus).
c) Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara
dan bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian
faring sampai ketinggian vertebra servikal dan masuk ke dalam
trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh
sebuah empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang
terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita
menelan makanan menutupi laring.
d) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari
laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari
tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C)
sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang
disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9
sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi
oleh otot polos.
e) Bronkus

11 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
Anatomi sistem pernafasan (Tarwoto & Ratna Ayani, 2009)

Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari


trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis
IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi
oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke
samping ke arah tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek
dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin,
mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping
dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.
Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut
bronkiolus (bronkioli).

Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung


bronkioli terdapat gelembung paru atau gelembung hawa atau
alveoli.
Bronkus pulmonaris, trakea terbelah menjadi dua bronkus
utama : bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk paru-paru.
Dalam perjalanannya menjelajahi paru-paru bronkus-bronkus

12 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
pulmonaris bercabang dan beranting lagi banyak sekali. Saluran
besar yang mempertahankan struktur serupa dengan yang dari
trakea mempunyai diinding fibrosa berotot yang mengandung bahan
tulang rawan dan dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil
salurannya, makin berkurang tulang rawannya dan akhirnya tinggal
dinding fibrosa berotot dan lapisan silia. Bronkus terminalis masuk
kedalam saluran yang agak lain yang disebut vestibula, dan disini
membran pelapisnya mulai berubah sifatnya: lapisan epitelium
bersilia diganti dengan sel epitelium yang pipih.
Dari vestibula berjalan beberapa infundibula dan didalam
dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu. kantong udara atau
alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan
disinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara suatu
jaringan pembuluh darah kapiler mengitari alveoli dan pertukaran
gas pun terjadi. Pembuluh darah dalam paru-paru. Arteri
pulmonaris membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen
dari ventikel kanan jantung ke paru-paru; cabangcabangnya
menyentuh saluran-saluran bronkial, bercabang-cabang lagisampai
menjadi arteriol halus; arteriol itu membelah belah dan membentuk
jaringan kapiler dan kapiler itu menyentuh dinding alveoli atau
gelembung udara.
Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit, maka praktis
dapat dikatakan sel-sel darah merah membuat garis tungggal.
Alirannnya bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam
alveoli hanya oleh dua membrane yang sangat tipis, maka
pertukaran gas berlangsung dengan difusi, yang merupakan fungsi
pernafasan. Kapiler paru-paru bersatu dan bersatu lagi sampai
menjadi pembuluh darah lebih besar dan akhirnya dua vena
pulmonaris meninggalkan setiap paru-paru membawa darah berisi

13 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
oksigen ke atrium kiri jantung untuk didistribusikan keseluruh
tubuh melalui aorta.

Pembuluh darah yang dilukiskan sebagai arteri bronkialis


membawa darah berisi oksigen langsung dari aorta toraksika ke
paru-paru guna memberi makan dan menghantarkan oksigen
kedalam jaringan paru-paru sendiri. Cabang akhir arteri-arteri ini
membentuk pleksus kapiler yang tampak jelas dan terpisah dari
yang terbentuk oleh cabang akhir arteri pulmonaris, tetapi beberapa
dari kapiler ini akhirnya bersatu dalam vena pulmonaris dan
darahnya kemudian dibawa masuk ke dalam vena pulmonaris. Sisa
darah itu dihantarkan dari setiap paru-paru oleh vena bronkialis dan
ada yang dapat mencapai vena cava superior. Maka dengan
demikian paru-paru mempunyai persendian darah ganda.
f) Paru-paru
Paru-paru ada dua, merupakan alat pernfasan utama. Paru-
paru mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan
ditengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya
dan struktur lainnya yang terletak didalam media stinum. Paru-paru
adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas
dan sedikit muncul lebih tinggi daripada clavikula didalam dasar
leher. Pangkal paru-paru duduk diatas landau rongga thoraks, diatas
diafraghma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh
iga-iga, permukaan dalam yang memutar tampuk paruparu, sisi
belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan yang
menutup sebagian sisi depan jantung. Paru-paru dibagi menjadi
beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan
mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus
tersusun atas lobula. Jaringan paru-paru elastis, berpori, dan seperti

14 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
spons.
Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian
besar terdiri dari gelembung-gelembung (gelembung hawa =
alveoli). Gelembung- gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel
dan endotel. Jika dibentukan luas permukaannya lebih kurang 90 m²
pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, O2 masuk kedalam
darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-
paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).
Pembagian paru-paru; paru-paru dibagi 2 (dua) :
1) Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru), lobus pulmo
dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus
tersusun oleh lobus.
2) Paru-paru kiri, terdiri dari, pulmo sinister lobus superior dan
lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan-belahan yang
lebih kecil bernama segment.
Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu; 5 (lima) buah
segmen pada lobus superior, dan; 5 (lima) buah segmen pada
inferior. Paru-paru kanan mempunyai segmen 10 segmen yaitu; 5
(lima) buah segmen pada lobus superior; 2 (dua) buah segmen
[pada lobus medialis, dan 3 (tiga) buah segmen pada lobus interior.
Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belah-belahan yang
bernama lobulus.
Diantara lobules satu dengan yang lainnya dibatasi oleh
jaringan ikal yang berisi pembuluh-pembuluh darah getah bening
dan saraf-saraf, dalam tiap-tiap lobules terdapat sebuah bronkiolus.
Di dalam lobules, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali,
cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus
alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3
mm.

15 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
Letak paru-paru
Pada rongga paru-paru datarannya menghadap ketengah
rongga dada/ kavum mendiastinum. Pada bagian tengah itu terdapat
lampuk paru-paru atau hilus. Pada mendiastinum depan terletak
jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
Pleura dibagi menjadi 2 (dua) :
1. Pleura viresal (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru
yang langsung membungkus paru-paru.
2. Pleura pariental yaitu selaput yang melapisi rongga dada
sebelah luar.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang
disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini
vakum/hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang kempis
dan juga terdapat sedikit cairan (eskudat) yang berguna untuk
meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara
paru-paru dan dinding dada dimana sewaktu bernapas bergerak.

Pembuluh darah pada paru-paru.


Sirkulasi pulmonar berasal dari ventrikel kanan yang tebal
dinding 1/3 dan tebal ventrikel kiri, Perbedaan ini menyebabkan
kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan jauh lebih kecil
dibandingkan dengan tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi
ventrikel kiri. Selain aliran melalui arteri pulmonal ada darah yang
langsung mengalir ke paru-paru dan aorta melalui arteri bronkialis.
Darah ini adalah darah "kaya oksigen" (oxyge-nated) dibandingkan
dengan darah pulmonal yang relatif kekurangan oksigen.
Darah ini kembali melalui vena pulmonalis ke atrium kiri.

16 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
Arteri pulmonalis membawa darah yang sedikit mengandung 02
dari ventrikel kanan ke paru-paru. Cabang-cabangnya menyentuh
saluran-saluran bronkial sampai ke alveoli halus. Alveoli itu
membelah dan membentuk jaringan kapiler, dan jaringan kapiler itu
menyentuh dinding alveoli (gelembung udara). Jadi darah dan udara
hanya dipisahkan oleh dinding kapiler.
Dari epitel alveoli, akhirnya kapiler menjadi satu sampai
menjadi vena pulmonalis dan sejajar dengan cabang tenggorok yang
keluar melalui tampuk paru-paru ke serambi jantung kiri (darah
mengandung 02), sisa dari vena pulmonalis ditentukan dari setiap
paru-paru oleh vena bronkialis dan ada yang mencapai vena kava
inferior, maka dengan demikian paru-paru mempunyai persediaan
darah ganda.
Kapasitas paru-paru merupakan kesanggupan paru-paru
dalam menampung udara didalamnya. Kapasitas paru-paru dapat
dibedakan sebagai berikut:
1) Kapasitas total
Yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada
inspirasi sedalam-dalamnya. Dalam hal ini angka yang kita
dapat tergantung pada beberapa hal: Kondisi paru-paru, umur,
sikap dan bentuk seseorang,

2) Kapasitas vital
Yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi
maksima.l Dalam keadaan yang normal kedua paru-paru dapat
menampung udara sebanyak ± 5 liter

3) Waktu ekspirasi
Di dalam paru-paru masih tertinggal 3 liter udara.
Pada waktu kita bernapas biasa udara yang masuk ke dalam

17 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
paru- paru 2.600 cm3 (2 1/2 liter)
4) Jumlah pernapasan
Dalam keadaan yang normal: Orang dewasa: 16 - 18 x/menit,
Anak-anak kira-kira: 24 x/menit, Bayi kira-kira : 30 x/menit,
Dalam keadaan tertentu keadaan tersebut akan berubah,
misalnya akibat dari suatu penyakit, pernafasan bisa bertambah
cepat dan sebaliknya.
Beberapa hal yang berhubungan dengan pernapasan; bentuk
menghembuskan napas dengan tiba-tiba yang kekuatannya luar
biasa, akibat dari salah satu rangsangan baik yang berasal dari luar
bahan-bahan kimia yang merangsang selaput lendir di jalan
pernapasan. Bersin. Pengeluaran napas dengan tiba-tiba dari
terangsangnya selaput lendir hidung, dalam hal ini udara keluar dari
hidung dan mulut.

2. Fisiologi Sistem Pernafasan


Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbondoksida.
Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen
dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas; oksigen masuk
melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat behubungan erat
dengan darah didalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapisan membran,
yaitu membran alveoli kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah.
Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin
sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam
arteri kesemua bagian tubuh. Dan meninggalkan paru-paru pada tekanan
oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh
oksigen.
Di dalam paru-paru, karbondioksida, salah satu hasil buangan
metabolisme, menembus membran alveoler kapiler darah ke alveoli, dan

18 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui
hidung dan mulut. Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan
pulmoner atau pernafasan eksterna :
1) Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara
dalam alveoli dengan udara luar.
2) Arus darah melalui paru-paru.
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam
jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.
4) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler,
CO2 lebih mudah berdifusi daripada oksigen.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang
meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada
waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di paru-paru membawa
terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak
dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah.
Hal ini merangsang pusat pernafasan dalam otak untuk memperbesar
kecepatan dan dalamnya pernafasan. Penambahan ventilasi ini
mengeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.
Pernafasan jaringan atau pernafasan interna, darah yang telah
menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin)
mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah
bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari
hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah
menerima, sebagai gantinya, hasil buangan oksidasi, yaitu
karbondioksida. Perubahan-perubahan berikut terjadi pada komposisi
udara dalam alveoli, yang disebabkan pernafasan eksterna dan
pernafasan eksterna dan pernafasan interna atau pernafasan jaringan.
Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu
yang sama dengan badan (20 persen panas badan hilang untuk

19 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
pemanasan udara yang dikeluarkan).
Daya muat udara oleh paru-paru,besar daya muat udara oleh
paru-paru ialah 4.500 ml sampai 5000 ml atau 4½ sampai 5 liter udara.
Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10-nya atau 500 ml
adalah udara pasang surut (tidal air ), yaitu yang dihirup masuk dan
diembuskan keluar pada pernafasan biasa dengan tenang.Kapasitas
vital,volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru
pada penarikan napas paling kuat disebut kapasitas paruparu.
Diukurnya dengan alat spirometer. Pada seorang laki-laki, normal 4-5
liter dan pada seorang perempuan ,3-4 liter. Kapasitas itu berkurang
pada penyakit paru-paru, penyakit jantung (yang menimbulkan
kongesti paru- paru), dan kelemahan otot pernafasan.

2.3 Etiologi

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik


menurut Arief Mansjoer (2005) adalah :

1) Kebiasaan merokok
2) Polusi Udara
3) Paparan Debu, asap
4) Gas-gas kimiawi akibat kerja
5) Riwayat infeki saluran nafas
6) Bersifat genetik yakni definisi a-l anti tripsin
Sedangkan penyebab lain Penyakit Paru Obstruksi Kronik menurut
David Ovedoff (2009) yaitu : adanya kebiasaan merokok berat dan terkena
polusi udara dari bahan kimiawi akibat pekerjaan. Mungkin infeksi juga
berkaitan dengan virus hemophilus influenza dan strepto coccus pneumonia.

20 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
2.4 Manifestasi Klinik

Tanda gejala yang umum muncul pada pasien dengan COPD atau
PPOK adalah sebagai berikut:

1) Batuk produktif, pada awalnya intermiten, dan kemudian terjadi hampir


tiap hari seiring waktu
2) Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau
mukupurulent sesak sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan
untuk bernafas Batuk dan ekspektorasi,dimana cenderung meningkat dan
maksimal pada pagi hari
3) Sesak nafas setelah beraktivitas berat terjadi seiring dengan
berkembangnya penyakit pada keadaan yang berat, sesak nafas bahkan
terjadi dengan aktivitas minimal dan bahkan pada saat istirahat akibat
semakin memburuknya abnormalitas pertukaran udara.
4) Pada penyakit yang moderat hingga berat, pemeriksaan fisik dapat
memperlihatkan penurunan suara nafas, ekspirasi yang memanjang,
ronchi, dan hiperresonansi pada perkusi
5) Anoreksia
6) Penurunan berat badan dan kelemahan
7) Takikardia, berkeringat
8) Hipoksia

2.5 Komplikasi

1) Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55
mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya

21 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
klien akan mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi dan
pelupa. Pada tahap lanjut timbul cyanosis.
2) Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang
muncul antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.
3) Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus,
peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema
mukosa. Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan
timbulnya dyspnea.
4) Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini
sering kali berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan
emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
5) Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau
asidosis respiratory.
6) Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma
bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan
seringkali tidak berespon terhadap therapi yang biasa
diberikan.Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher
seringkali terlihat.

2.6 Patofisiologi

Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu


pengambilan oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran

22 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
karbondioksida dan air sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga
tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan
keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah peristiwa pertukaran gas
antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah distribusi
darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan
restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa
perlambatan aliran udara di saluran napas.  Faktor risiko utama dari PPOK
adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok merangsang perubahan
pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus
mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-
perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem
eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam
jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi
sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi
sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema
jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia
akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang
kental dan adanya peradangan (GOLD, 2009).

Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya


peradangan kronik pada paru.Mediator-mediator peradangan secara progresif
merusak struktur-struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas
saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran
udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat
pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian,
apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru
dan saluran udara kolaps (GOLD, 2009).

Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa


eosinofil, komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK

23 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
predominan dimediasi oleh neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag
untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic Factors dan elastase, yang tidak
diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi kerusakan jaringan. Selama
eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas dengan adanya
ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan
adanya inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi
mukus.Kelainan perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada
arteriol.

24 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
Pathway

Faktor Pencetus
(Asma,Bronchitis Kronis, Emfisema) rokok dan polusi

PPOK inflamasi

Perubahan anatomis parenkim paru sputum meningkat

Pembesaran alveoli batuk

Hiperatrofi kelenjar mukosa ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

Penyempitan saluran udara

Ekspansi paru menurun gangguan pertukaran gas

Suplay oksigen tidak adekuat kompensasi tubuh untuk Infeksi


Keseluruh tubuh memenuhi kebutuhan oksigen
dengan meningkatkan frekuensi
pernafasan Leukosit meningkat
Hipoksia

Kontraksi otot pernafasan imun menurun


Sesak penggunaan energy untuk
Pernafasan meningkat kuman pathogen & endogen
difagosit makrofag
Ketidakefektifan Pola nafas

intoleransi aktifitas anoreksia

ketidakseimbangan nutrisi

25 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
kurang dari kebutuhan tubuh

2.7 Pemeriksaan Penunjang

1) Tes Faal Paru


a) Spirometri (FEV1, FEV1 prediksi, FVC, FEV1/FVC) Obstruksi
ditentukan oleh nilai FEV1 prediksi (%) dan atau FEV1/FVC (%).
FEV1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai
beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit. Apabila spirometri
tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupun
kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau
variabilitas harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%.
b) Peak Flow Meter
2) Radiologi (foto toraks)
Hasil pemeriksaan radiologis dapat ditemukan kelainan paru berupa
hiperinflasi atau hiperlusen, diafragma mendatar, corakan bronkovaskuler
meningkat, jantung pendulum, dan ruang retrosternal melebar. Meskipun
kadang-kadang hasil pemeriksaan radiologis masih normal pada PPOK
ringan tetapi pemeriksaan radiologis ini berfungsi juga untuk
menyingkirkan diagnosis penyakit paru lainnya atau menyingkirkan
diagnosis banding dari keluhan pasien.

3) Analisa gas darah


Harus dilakukan bila ada kecurigaan gagal nafas. Pada hipoksemia
kronis kadar hemoglobin dapat meningkat.

4) Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.


5) Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila

26 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
sudah terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal
pada hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih
dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.

6) Computed temography
Dapat memastikan adanya bula emfimatosa.

Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease GOLD)


2011, PPOK diklasifikasikan berdasarkan derajat berikut :

a) Derajat 0 (berisiko)
- Gejala klinis : Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis,
produksi sputum, dan dispnea. Ada paparan terhadap faktor
resiko.
- Spirometri : Normal
b) Derajat I (PPOK ringan)
- Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa
produksi sputum.
- Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1.
- Spirometri : FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80% .
c) Derajat II (PPOK sedang)
- Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa
produksi sputum.
- Sesak napas derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas).
- Spirometri :FEV1/FVC < 70%; 50% < FEV1 < 80%.
d) Derajat III (PPOK berat)
- Gejala klinis : Sesak napas derajat sesak 3 dan 4.
- Eksaserbasi lebih sering terjadi Spirometri :FEV1/FVC < 70%;
30% < FEV1 < 50%
e) Derajat IV (PPOK sangat berat)

27 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
- Gejala klinis : Pasien derajat III dengan gagal napas kronik.
- Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan.
- Spirometri :FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30% atau < 50%.

2.8 Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:

1) Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada


fase akut, tetapi juga fase kronik.
2) Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3) Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat
dideteksi lebih awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:

1) Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan


merokok, menghindari polusi udara.
2) Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3) Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat
sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas
atau pengobatan empirik.
4) Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
controversial.
5) Pengobatan simtomatik.
6) Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7) Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan
dengan aliran lambat 1 – 2 liter/menit.

Tindakan rehabilitasi yang meliputi:

28 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
1) Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret
bronkus.
2) Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernapasan yang paling efektif.
3) Latihan dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkan kesegaran jasmani.
4) Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita
dapat kembali mengerjakan pekerjaan semula.
5) Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri
penderita dengan penyakit yang dideritanya.

29 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
BAB III
KASUS & PEMBAHASAN

3.1 Laporan Asuhan Keperawatan


KASUS
Tn.K umur 63 tahun datang ke IGD RSUD 45 Kuningan diantar oleh
keluarganya pada tanggal 10 Februari 2020 dengan keluhan sesak nafas dan
batuk berdahak. Tn.G mengatakan terasa sesak bila bekerja atau melakukan
aktivitas. Tn. G mengatakan sering batuk berdahak.

Hasil pemeriksaan pasien tampak sesak nafas dan tampak lemah, Setelah di
auskultasi terdengar suara nafas tambahan wheezing. Hasil pemeriksaan
radiologi X Thorax photo menunjukan PPOK. TTV : Nadi 80 x/ menit,
Respirasi 28 x/menit, suhu 36,40 C, Tekanan Darah 140/80 mmHg.

3.2 Pembahasan Kasus


ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. K DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAPASAN: PPOK DI RUANG INSTALASI GAWAT
DARURAT RSUD ’45 KUNINGAN TAHUN 2020

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. K
Usia : 63 tahun
Alamat : Ciniru
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Tanggal MRS : 10 Februari 2020

30 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
Diagnosa Medik : PPOK
No. Medical Record : 00072956
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 30 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Ciniru
Hubungan dengan Klien : Anak

B. SURVEY PRIMER
“A” AIRWAY
1) Sesak nafas dan batuk berdahak
2) Terdapat secret pada jalan nafas
“B” BREATHING
1) Pernafasan spontan
2) Respirasi Rate 28x/menit
3) Terdapat suara nafas tambahan (wheezing)
“C” CIRCULATION
1) TD : 140/80 mmHg
2) Nadi : 80x/menit
3) Suhu : 36,4oC
4) CRT < 2 detik
5) Akral hangat
“D” DISABILITY/DRUGS
1) Kesadaran Composmentis
2) GCS 15 (Eye = 4, Motorik = 6, Verbal = 5)
3) Pupil Isokor

31 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
“E” EKG/EKSPOSURE
1) Tidak dilakukan pemeriksaan EKG
2) Pemeriksaan Eksposure : Tidak ada luka dibagian tubuh klien dari
kepala sampai kaki
“F” FLUIDS
1) Intake : 500 ml (2 gelas)
2) Output : ± 100 cc

C. SURVEY SEKUNDER
1. Keluhan Utama :
Klien mengeluh sesak nafas
2. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Klien datang ke IGD RSUD 45 Kuningan diantar oleh keluarganya
dengan keluhan sesak nafas dan batuk berdahak. Klien mengatakan sesak
nafas dan batuk berdahak sudah dirasakan sejak 3 hari yang lalu, sesak
nafas lebih sering dialami pada malam hari, sesak nafas bertambah pada
saat klien bekerja atau melakukan aktivitas dan sesak nafas berkurang
apabila klien tidak melakukan aktivitas.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Klien mengatakan pernah dirawat di RS dengan keluhan yang sama ±
sudah 6 bulan yang lalu.
DM (-), Jantung (-), HT (-), Ginjal (-), penyakit Liver (-).
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dengan
keluarganya.
5. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
a. Keadaan Umum :
1) Keadaan sakit
Tampak sakit sedang

32 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
2) Tanda-tanda Vital :
Tensi : 140/80 mmHg
Nadi : 80 X/mnt
Suhu Tubuh : 36,4 0C
Respirasi : 28 X/menit

b. Kepala
1) Inspeksi
a) Warna rambut : Beruban
b) Rontok : Tidak
c) Kesimetrisan : Simetris
d) Ketombe : Tidak
e) Penyebaran : Merata
f) Alopesia : Tidak
g) Bentuk kepala : Bulat
h) Bau : Tidak
2) Palpasi
a) Nyeri tekan : Tidak ada
b) Benjolan pada kepala : Tidak ada

c. Wajah
1) Inspeksi
a) Pergerakan wajah : Tidak ada
b) Ekspresi : lemah
c) Pigmentasi : Tidak ada
d) Acne : Tidak ada
e) Tremor : Tidak ada

d. Mata

33 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
1) Inspeksi :
a) Kelopak mata : Normal
b) Sklera : Warna Putih
c) Conjungiva : Anemis
d) Pupil dan refleks : Isokor
e) Visus : Normal
2) Palpasi
a) Tekanan bola mata : Normal

e. Hidung dan sinus


1) Inspeksi
a) Nasal septum : Tegak lurus
b) Membrane mukosa : Warna kemerahan
c) Obstruksi : Tidak ada
2) Palpasi
a) Sinus frontalis : Tidak Ada Nyeri
b) Sinus Maksilaris : Tidak Ada Nyeri

f. Telinga
1) Inspeksi
a) Bentuk : Simetris
b) Daun telinga
c) Lesi : Tidak Ada
d) Liang Telinga
e) Serumen : Tidak Ada
f) Otore : Tidak Ada
g) Peradangan : Tidak Ada
h) Fungsi pendengaran : Baik

34 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
g. Mulut
1) Inspeksi
a) Bibir
- Bentuk : Simetris
- Kondisi : kering
- Lesi : Tidak Ada
b) Mukosa Mulut
- Warna : Merah
- Tekstur : kering
- Lesi : Tidak Ada
c) Gigi
- Jumlah : Caries (+)
- Warna : Kuning
d) Lidah
- Warna : Beslag (-)
- Tekstur : Halus
2) Palpasi
a) Pipi
- Nyeri Tekan : Tidak Ada
- Pembengkakan : Tidak Ada
b) Lidah
- Nyeri Tekan : Tidak Ada
- Pembengkakan : Tidak Ada

h. Leher
1) Inspeksi
a) Warna kulit : Sawo matang
b) Pembengkakan : Tidak Ada

35 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
c) Tiroid : Tidak Ada
2) Palpasi
a) Kelenjar limfe : Tidak Ada pembengkakan
b) Kelenjar Tiroid : Tidak Ada pembengkakan
c) Letak trakea : Normal
d) Kaku Kuduk : Tidak Ada

i. Toraks dan paru


1) Inspeksi
a) Bentuk Tulang belakang : Tegak
b) Bentuk dada : Simetris
c) Kesimetrisan saat inspirasi & ekspirasi : Simetris
d) Irama pernapasan : tidak teratur
e) Jenis pernapasan : dispnea

2) Palpasi
a) Nyeri tekan : Tidak Ada
3) Perkusi
b) Suara paru paru : Sonor
4) Auskultasi
a) Bunyi suara napas : Wheezing (+)

j. Jantung
1) Palpasi : Tidak Ada Nyeri Tekan
2) Perkusi : pekak
3) Auskultasi : S1-S2 reguler (lup dup)

k. Abdomen
1) Inspeksi

36 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
a) Kulit
- warna : Sawo matang
- permukaan : Akral hangat
- Lesi : Tidak Ada
2) Palpasi
a) Keadaan Abdomen : Datar dan lemas
b) Nyeri tekan : Tidak Ada
c) Nyeri lepas : Tidak Ada
d) Hepar ( Metode satu tangan )
- Nyeri tekan : Tidak Ada
e) Limpa
- Nyeri tekan : Tidak Ada
3) Auskultasi
a) Bising Usus : normal

l. Genetalia dan anus


1) Inspeksi
a) Kateter : Tidak terpasang

m. Ekstremitas
Ekstremitas atas
1) Inspeksi
- Oedema : Tidak Ada
- Lesi : Tidak Ada
- Tremor : Tidak Ada
- Terpasang infus : RL 500 ml/ 8 jam

37 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
Ekstremitas bawah
1) Inspeksi
- Oedema : Tidak Ada
- Lesi : Tidak Ada
- Tremor : Tidak Ada

6. Pemeriksaan penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Normal
Hematologi
Hemoglobin L 12,8 g/dL 14-18
Leukosit H 14,40 10^3/µL 4,0-10,00
Hematokrit L 39,7 % 40,0-54,0
Trombosit 244 ribu/µL 150-450
Eritrosit 5,01 juta/µL 4,50-5,90
MCV L 79,2 fL 80-96
MCH L 25,6 pg/mL 28-33
MCHC L 32,3 g/dL 33-36
Kimia Klinik
Gula Darah 97 mg/dL 70-120
Sewaktu
SGOT 17 U/L 5-40
SGPT 11 U/L <=45
Ureum 26 mg/dL 10-50
Kreatinin 0,75 mg/dL 0,6-1,5
Pemeriksaan
Elektrolit
Natrium 138 mmol/L 135-145
Kalium 3,4 mmol/L 3,5-5,1
Kalsium ion (Ca++) L 1,21 mmol/L 1,13-1,32

B. Pemeriksaan Radiologi
Rontgen Thorax

38 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
D. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Faktor Pencetus Ketidakefektifan
 Klien mengatakan ↓ Bersihan Jalan
sesak nafas PPOK Nafas
 Klien mengatakan ↓
batuk berdahak Inflamasi
DO : ↓
 Klien tampak Sputum meningkat
sesak nafas ↓
 Terdengar suara Batuk
nafas tambahan ↓
wheezing Ketidakefektifan
 TD : 140/80 bersihan jalan nafas
mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 28x/menit
S : 36,4oC
2. DS : Faktor Pencetus Ketidakefektifan
 Klien mengatakan ↓ Pola Nafas
sesak nafas PPOK
DO : ↓
 Klien tampak Perubahan anatomis
sesak nafas parenkim paru
 Terdengar suara ↓
nafas tambahan Pembesaran alveoli
wheezing ↓
 TD : 140/80 Hiperatrofi kelenjar

39 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
mmHg mukosa
Nadi : 80x/menit ↓
RR : 28x/menit Penyempitan saluran
S : 36,4oC udara

Ekspansi paru menurun

Suplay oksigen tidak
adekuat keseluruh tubuh

Hipoksia

Sesak

Ketidakefektifan pola
nafas

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS


1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum ditandai dengan klien mengatakan sesak
nafas, klien mengatakan batuk berdahak, tampak sesak, terdengar
suara nafas tambahan wheezing, TD : 140/80 mmHg, nadi : 80x/
menit, respirasi : 28x/ menit, suhu 36,4 C.
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penyempitan jalan
nafas ditandai dengan klien mengatakan sesak nafas, tampak sesak,
terengar suara nafas tambahan wheezing, TD : 140/80 mmHg, nadi :
80x/ menit, respirasi : 28x/ menit, suhu 36,4 C.

F. INTERVENSI KEPERAWATAN

40 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
Tujuan Intervensi
No Dx Rasional
Keperawatan Keperawatan
1. Ketidake NOC : Airway Management : Airway Management :
fektifan 1) Respiratory status : 1) Posisikan klien untuk 1) Untuk
bersihan Ventilation memaksimalkan ventilasi mengefektifkan
jalan 2) Respiratory status : (posisi semifowler) aliran okigen
nafas Airway patency 2) Lakukan fisioterapi dada 2) Untuk mengeluarkan
jika perlu sekret
Kriteria Hasil : 3) Auskultasi suara nafas, 3) Untuk mengetahui
1) Mendemonstrasika catat adanya suara adanya suara nafas
n batuk efektif dan tambahan abnormal
suara nafas yang 4) Ajarkan klien untuk batuk 4) Agar secret keluar
bersih, tidak ada efektif dengan cepat
sianosis dan 5) Monitor respirasi dan 5) Agar oksigen masuk
dyspneu (mampu status O2 secara efektif
mengeluarkan 6) Kolaborasi pemberian 6) Untuk mengurangi
sputum, mampu nebulizer sesak
bernafas dengan 7) Kolaborasi pemberian 7) Untuk mengurangi
mudah, tidak ada terapi oksigen sesak
pursed lips)
2) Menunjukkan jalan Oxygen Therapy : Oxygen Therapy :
nafas yang paten 1) Pertahankan jalan nafas 1) Agar oksigen masuk
(klien tidak merasa yang paten secara efektif
tercekik, irama 2) Monitor ketidakefektifan 2) Dengan memonitor
nafas, frekuensi aliran oksigen aliran oksigen,
pernafasan dalam 3) Pertahankan posisi klien perawat akan selalu
rentang normal, mengetahui aliran
tidak ada suara oksigen pada tubuh
nafas abnormal) pasien.

41 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
3) Mampu 3) Agar oksigen msuk
mengidentifikasika secara efektif
n dan mencegah
factor yang dapat
menghambat jalan
nafas
2. Ketidake NOC : Airway Management Airway Management
fektifan 1) Respiratory status : 1) Buka jalan nafas, 1) Agar oksigen
pola Ventilation gunakan teknik chin lift masuk secara
nafas 2) Respiratory status : atau jaw thrust bila perlu efektif
Airway patency 2) Posisikan pasien untuk 2) Untuk
3) Vital sign Status memaksimakan ventilasi mengefektifkan
3) Identifikasi pasien aliran okigen
Kriteria Hasil : perlunya pemasangan 3) Memudahkan
1) Mendemonstrasikan alat jalan nafas buatan pasien bernapas
batuk efektif dan 4) Lakukan fisioterapi dada 4) Untuk
suara nafas yang jika perlu mengeluarkan
bersih, tidak ada 5) Keluarkan secret dengan sekret
sianosis dan batuk atau suction 5) Dengan keluarnya
dyspneu (mampu 6) Auskultasi suara nafas, secret jalan napas
mengeluarkan catat adanya suara pasien menjdi paten
sputum, mampu tambahan 6) Untuk mengetahui
bernafas dengan 7) Monitor respirasi dan adanya suara nafas
mudah, tidak ada status O2 abnormal
pursed lips) 7) Agar oksigen
2) Menunjukkan jalan Oxygen Therapy masuk secara
nafas yang paten 1) Monitor aliran oksigen efektif
(klien tidak merasa 2) Pertahankan posisi pasien Oxygen Therapy
tercekik, irama 3) Observasi adanya tanda 1) Dengan memonitor

42 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
nafas, frekuensi tanda hipoventilasi aliran oksigen,
pernafasan dalam perawat akan selalu
rentang normal, Vital sign Monitoring mengetahui aliran
tidak ada suara 1) Monitor TD, nadi, suhu, oksigen pada tubuh
nafas abnormal) dan RR pasien.
3) Tanda Tanda vital 2) Monitor VS saat pasien 2) Agar oksigen
dalam rentang berbaring, duduk atau masuk secara
normal (tekanan berdiri efektif
darah (sistole 100- 3) Monitor frekuensi dan 3) Untuk mengetahui
140mmHg dan irama pernafasan adanya
diastole 70- 4) Monitor suara paru hipoventilasi
90mmHg), nad (60- 5) Monitor pola pernafasan
100x/menit)i, abnormal Vital sign Monitoring
pernafasan (18- 6) Monitor suhu, warna, dan 1) Untuk mengetahui
24x/menit)) kelembaban kulit perkembangan
7) Monitor sianosis perifer tanda tanda vital
8) Lakukan deep breathing 2) Untuk mengetahui
exercise pengaruh VS
terhadap aktifitas
pasien
3) Sebagai dasar acuan
pada pemberian
terapi oksigen
4) Untuk mengetahui
ada atau tidaknya
suara paru abnormal
5) Pola pernapasan
yang abnormal

43 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
dapat
mengindikasikan
status gangguan
pernapasan pasien
6) Adanya perubahan
pigmentasi
mengindikasikan
adanya kerusakan
pada jaringan
tubuh.
7) Sianosis
mengindikasikan
hipoksia dan
kematian jaringan
akibat kekurangan
Oksigen dalam sel.
8) Memudahkan untuk
mematenkan jalan
napas

G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dx Hari / Jam Tindakan keperawatan Ttd perawat
tanggal Respon / hasil tidakan
1. Selasa, 10 10.00 Tindakan :
Februari  Memberi terapi
2020 nebulizer ventolin
Respon :
 Sesak nafas klien
berkurang

44 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
 RR: 24x/menit

Tindakan :
 Berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
obat
respon :
 Klien diberi obat
melalui IV (ceftriaxone
1gr dan methyl
prednisolone 62,5 mg)
2. Selasa, 10 10.00 Tindakan :
Februari  Memberi terapi oksigen
2020 nasal kanul 3 lpm
Respon :
 Sesak nafas klien
berkurang
 RR: 24x/menit

Tindakan :
 Memposisikan klien
semifowler
Respon :
 Sesak nafas klien
berkurang
 RR: 24x/menit

Tindakan :
 Memonitor TTV

45 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
Respon :
 TD : 130/80 mmHg
 Nadi : 84x/ menit
 RR : 24x/ menit
 Suhu : 36 C

Tindakan
 Melakukan teknik Deep
breathing exercise
Respon
 Pasien dapat
melakukannya dan
merasa lebih nyaman

3.3 Analisis Pemecahan Masalah Keperawatan Berbasis Bukti (Hasil Penelitian)


N ITEM
HASIL ANALISIS
O ANALISIS
1 Judul jurnal Pengaruh pemberian deep breathing exercise
terhadap saturasi oksigen pada pasien ppok
2 Penulis I Made Mertha, Putu Jana Yanti Putri, I Ketut
Suardana
3 Tahun publikasi 2018
4 Latar belakang Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau
penelitian Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)
merupakan penyakit respirasi kronis yang dapat
dicegah dan dapat diobati yang ditandai dengan
adanya hambatan aliran udara yang resisten dan
biasanya bersifat progresif serta berhubungan
dengan peningkatan respon inflamasi kronis saluran
napas yang disebebkan oleh gas atau partikel iritan
tertentu.
Saturasi oksigen adalah jumlah oksigen yang

46 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi
total oksigen yang terikat pada hemoglobin. Nilai
normal saturasi oksigen yang diukur menggunakan
oksimetri nadi berkisar antara 95-100% Saturasi
oksigen pasien PPOK bisa mengalami penurunan
hingga nilainya 85 % yang menyebahkan pasien
mengalami hipoksemia, sianosis, penurunan
konsentrasi dan perubahan mood . Hal ini di
buktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Budiono yang berjudul “The Effect of Pursed Lips
Breathing in Increasing Oxygen Saturation in
Patients With Chronic Obstructive Pulmonary
Disease” menyatakan bahwa dari 24 pasien PPOK,
sebesar 58% mengalami penurunan saturasi oksigen
di bawah normal (<95%) dan mengalami
peningkatan saturasi oksigen dengan nilai normal
(>95%) setelah diberikan intervesi berupa pursed
lips breathing .
Sebagian besar pasien PPOK mengalami
hipoksemia yaitu penurunan kadar oksigen dalam
darah dan penurunan saturasi oksigen darah arteri,
kejadian hipoksemia pada pasien PPOK
menyebabkan penurunan kualitas hidup,
berkurangnya toleransi terhadap latihan, mengurangi
fungsi otot rangka, dan akhirnya meningkatkan
risiko kematian (13). Hipoksemia jika tidak
ditangani akan bertambah buruk dan akan
mengakibatkan hipoksia. Hipoksia merupakan
penurunan tekanan oksigen di sel dan jaringan.
Tergantung pada dampak dari berat ringannya
hipoksia, sel dapat mengalami adaptasi, cedera atau
kematian.
Peningkatan saturasi oksigen dapat di pengaruhi
oleh kemampuan proses difusi. Kemampuan proses
difusi ini dipengaruhi oleh peningkatan kapasitas
vital . Kapasitas vital paru dipengaruhi oleh ventilasi
paru, saat terjadinya gangguan pada ventilasi paru
maka pengembangan paru tidak optimal dan
terjadinya penurunan kapasitas vital paru. Sehingga
dibutuhkan upaya untuk meningkatkan ventilasi paru
agar kapasitas vital paru meningkat dengan melatih
otot pernapasan. Salah satu latihan otot pernapasan

47 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas
vital sehingga dapat memaksimalkan proses difusi
adalah deep breathing exercise . Deep Breathing
Exercise yaitu dilatih bernapas tipe abdominal dan
bernapas dengan pursed lips. Latihan pernapasan ini
dapat meningkatkan efisiensi pernapasan dengan
mengurangi udara yang terperangkap dan
mengurangi kerja pernapasan . Berdasarkan
pengalaman peneliti praktik klinik di rumah sakit,
masih jarang dilakukan latihan pernapasan pada
pasien PPOK yang mengalami penurunan saturasi
oksigen. Berdasarkan permasalahan yang timbul
pada pasien PPOK, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai ada pengaruh pemberian deep
breathing excercise terhadap saturasi oksigen pada
pasien PPOK di RSUD Sanjiwani Gianyar.
5 Rumusan Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
masalah adakah pengaruh pemberian deep breathing exercise
penelitian terhadap saturasi oksigen pada pasien PPOK di IGD
RSUD Sanjiwani Gianyar tahun 2018. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
deep breathing exercise terhadap saturasi oksigen
pada pasien PPOK di IGD RSUD Sanjiwani Gianyar
tahun 2018.

6 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui


penelitian pengaruh pemberian deep breathing exercise
terhadap saturasi oksigen pada pasien PPOK di IGD
RSUD Sanjiwani Gianyar tahun 2018.

7 Metode Desain penelitian yang digunakan adalah quasy


penelitian experiment dengan rancangan pre and post test with
control group menggunakan metode purposive
sampling kepada 20 responden dan dibagi menjadi
dua kelompok, 10 responden kelompok perlakuan
dan 10 responden kontrol.
8 Hasil penelitian Hasil uji statistik Paired T-test pada kelompok
perlakuan didapatkan selisih rata-rata sebesar 5,1%
dengan ρ value 0,001, pada kelompok kontrol
didapatkan selisih rata-rata sebesar 0,5% dengan ρ
value 0,052
9 Pembahasan Deep breathing exercise dapat menyebabkan

48 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
penelitian perubahan volume intratorakal sebesar 75% selama
inspirasi. Pada saat inspirasi, terjadi penurunan otot
diafragma dan iga terangkat karena kontraksi
beberapa otot. Otot sternokleidomastoideus
mengangkat sternum keatas otot seratus, skaleus dan
interkostalis eksternus mengangakat iga . Pada saat
thorak mengembang, paru-paru akan dipaksa untuk
mengembang juga akibatnya, tekanan intrapleura
menurun dari 756 mmHg menjadi 754 mmHg. Pada
saat yang bersamaan tekanan intrapulmonal juga
mengalami penurunan dari 760 mmHg menjadi 759
mmHg sehingga, gradien tekanan transmural
meningkat menyebabkan udara masuk kedalam
alveoli(2). Deep breathing exercise merupakan salah
satu latihan otot pernapasan untuk meningkatkan
kapasitas vital paru sehingga dapat memaksimalkan
proses difusi. Peningkatan kapasitas vital paru
menyebabkan semakin meningkatnya perbedaan
tekanan parsial gas antara tekanan parsial gas dalam
alveoli dan dan tekanan parsial gas dalam darah
kapiler paru . Peningkatan tekanan parsial gas
oksigen dalam alveoli menyebabkan tidak
terganggunya proses difusi sehingga dapat
menyebabkan peningkatan saturasi oksigen
Penelitian terkait yang mendukung hasil penelitian
ini adalah penelitian Iryanita dan Afifah (2015) yang
menyatakan bahwa deep breathing exercise
menyebabkan penyerapan oksigen dan volume tidal
serta efisiensi ventilasi meningkat, sehingga
kapasital vital pzru juga akan meningkat dan akan
mempegaruhi saturasi oksigen .
Dengan melakukan deep breathing exercise dapat
membantu pasien PPOK mengurangi obstruksi jalan
napas dan sesak napas yang dirasakan. Selain itu,
pemberian deep breathing exercise juga dapat
memaksimalkan proses ventilasi/perfusi menjadi
adekuat dan dapat meningktkan saturasi oksigen. Hal
ini meminimalisir terjadinya hipoksemia hingga
hipoksia yang berkepanjangan yang dapat
menyebabkan kematian.
10 Simpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat
penelitian pengaruh yang signifikan pemberian deep breathing

49 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
exercise kepada pasien PPOK untuk meningkatkan
saturasi oksigen.

11 Aplikasi jurnal Dalam melakukan intervensi keperawatan untuk


dalam pelayanan pasien yang megidap PPOK, dengan melakukan
kesehatan deep breathing exercise dapat membantu pasien
PPOK mengurangi obstruksi jalan napas dan sesak
napas yang dirasakan. Selain itu, pemberian deep
breathing exercise juga dapat memaksimalkan proses
ventilasi/perfusi menjadi adekuat dan dapat
meningktkan saturasi oksigen. Hal ini meminimalisir
terjadinya hipoksemia hingga hipoksia yang
berkepanjangan yang dapat menyebabkan kematian.

3.4 Analisis Masalah Prinsip Legal Etis dalam Pelayanan Keperawatan


1. Prinsip – Prinsip Legal Dan Etis
a. Autonomi ( Otonomi )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang
lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu
yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi
saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.
b. Beneficience ( Berbuat Baik )
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain. Terkadang,dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara
prinsip ini dengan otonomi.

50 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
c. Justice ( Keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai inidirefleksikan dalam prkatek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapiyang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. d.
Nonmal eficience ( Tidak Merugikan ) Prinsip ini berarti tidak
menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
d. Veracity ( Kejujuran )
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip ini
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
e. Fidellity (Metepati Janji)
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien.
f. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
g. Accountability ( Akuntabilitas )
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.
h. Informed Consent
“Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti
telah mendapat penjelasan atau keterangan (informasi), dan “consent” yang
berarti persetujuan atau memberi izin. Jadi “informed consent”

51 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapat
informasi. Dengan demikian “informed consent” dapat didefinisikan
sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas
dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap
dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.

2. Legal Dalam Keperawatan


Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh
warga negara. Setiap orang yang tidak mematuhi hukun akan terikat secara
hukum untuk menanggung denda atau hukuman penjara. Beberapa situasi
yang perlu dihindari seorang perawat :
a) Kelalaian
Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien
dengan cara tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan
ataupun tidak melakukan tugas dengan hati-hati sehingga
mengakibatkan pasien jatuh dan cedera.
b) Pencurian
Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah
karena mencuri. Jika anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil
barang yang tidak berharga sekalipun dapat dianggap sebagai pencurian.
c) Fitnah
Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan
merugikan orang tersebut, anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal
ini benar jika anda menyatakan secara verbal atau tertulis.
d) False imprisonment
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan
pelanggaran hukum atau false imprisonment. Menggunakan restrein
fisik atau bahkan mengancam akan melakukannya agar pasien mau

52 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
bekerja sama bisa juga termasuk dalam false imprisonment. Penyokong
dan restrein harus digunakan sesuai dengan perintah dokter
e) Penyerangan dan pemukulan
Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh
tubuh orang lain atau bahkan mengancam untuk melakukannya.
Pemukulan berarti secara nyata menyentuh orang lain tanpa
ijin.Perawatan yang kita berikan selalu atas ijin pasien atau informed
consent. Ini berarti pasien harus mengetahui dan menyetujui apa yang
kita rencanakan dan kita lakukan.
f) Pelanggaran privasi
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan
pribadinya. Pelanggaran terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran
privasi dan itu adalah tindakan yang melawan hukum.
g) Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat
anda terikat secara hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar
etik meminta perawat untuk tidak melakukan sesuatu yang
membahayakan pasien. Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya orang
tua dan anak-anaklah yang paling rentan. Biasanya, pemberi layanan
atau keluargalah yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini.
Mungkin sulit dimengerti mengapa seseorang menganiaya ornag lain
yang lemah atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang merasa
puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan
berawal dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang
perawat perlu menjaga keamanan dan keselamatan pasiennya.

3. Aplikasi Aspek Legal Dalam Keperawatan


Hukum mengatur perilaku hubungan antar manusia sebagai subjek
hukum yang melahirkan hak dan kewajiban. Dalam kehidupan manusia, baik

53 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
secara perorangan maupun berkelompok, hukum mengatur perilaku hubungan
baik antara manusia yang satu dengan yang lain, antar kelompok manusia,
maupun antara manusia dengan kelompok manusia. Hukum dalam interaksi
manusia merupakan suatu keniscayaan (Praptianingsih, S., 2006).
Berhubungan dengan pasal 1 ayat 6 UU no 36/2009 tentang kesehatan
berbunyi : “Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.”
Begitupun dalam pasal 63 ayat 4 UU no 36/2009 berbunyi
“Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran
atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu”. Yang mana berdasarkan
pasal ini keperawatan merupakan salah satu profesi/tenaga. kesehatan yang
bertugas untuk memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan
Pelayanan keperawatan di rumah sakit meliputi : proses pemberian asuhan
keperawatan, penelitian dan pendidikan berkelanjutan. Dalam hal ini proses
pemberian asuhan keperawatan sebagai inti dari kegiatan yang dilakukan dan
dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian-penelitian yang menunjang
terhadap asuhan keperawatan, juga peningkatan pengetahuan dan
keterampilan serta sikap yang diperoleh melalui pendidikan dimana hal ini
semua bertujuan untuk keamanaan pemberian asuhan bagi pemberi pelayanan
dan juga pasien selaku penerima asuhan.
Berdasarkan undang-undang kesehatan yang diturunkan dalam
Kepmenkes 1239 dan Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010, terdapat
beberapa hal yang berhubungan dengan kegiatan keperawatan. Adapun
kegiatan yang secara langsung dapat berhubungan dengan aspek legalisasi
keperawatan :
1) Proses Keperawatan

54 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
2) Tindakan keperawatan
3) Informed Consent
Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari
klien/pasien perlu ditetapkan dengan jelas apa hak, kewajiban serta
kewenangan perawat agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tugasnya
serta memberikan suatu kepastian hukum, perlindungan tenaga perawat. Hak
dan kewajiban perawat ditentukan dalam Kepmenkes 1239/2001 dan
Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor Y.M.00.03.2.6.956.

3.5 Analisis Penerapan Fungsi Advokasi dalam Pelayanan Keperawatan


1. Pengertian
Arti advokasi menurut ANA adalah melindungi klien atau masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak
kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapa pun.
FRY mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiaap
hal yang memiliki penyebab atau dampak penting.
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara
klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien,
membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua
informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan
pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus
mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam
tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani
oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advocat (pembela klien)
perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat
dalam pelayanan keperawatan.
Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi
hak-hak klien, hak-hak klien tersebut antara lain :

55 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
a. Hak atas informasi; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata
tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan
kesehatan tempat klien menjalani perawatan. Hak mendapat informasi
yang meliputi hal-hal berikut :
1) Penyakit yang dideritanya
2) Tindakan medik apa yang hendak dilakukan
3) kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan
untuk mengatasinya
4) Alternatif terapi lain beserta resikonya
5) Prognosis penyakitnya
6) Perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang
dideritanya
b. Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur.
c. Hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu
sesuai dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi
d. Hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan
dilakukan oleh perawat/ tindakan medik sehubungan dengan penyakit
yang dideritanya (informed consent)
e. Hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.

2. Tanggung Jawab Perawat Advokat


Nelson (1988) dalam Creasia & Parker (2001) menjelaskan bahwa
tanggung jawab perawat dalam menjalankan peran advokat pasien adalah :
a. Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan
cara : memastikan informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan
berguna bagi pasien dalam pengambilan keputusan, memberikan berbagai

56 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
alternatif pilihan disertai penjelasan keuntungan dan kerugian dari setiap
keputusan, dan menerima semua keputusan pasien.
b. Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orang-orang
disekeliling pasien, dengan cara : mengatur pelayanan keperawatan yang
dibutuhkan pasien dengan tenaga kesehatan lain, mengklarifikasi
komunikasi antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain agar setiap
individu memiliki pemahaman yang sama, dan menjelaskan kepada
pasien peran tenaga kesehatan yang merawatnya.
c. Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara :
memberikan lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien, melindungi
pasien dari tindakan yang dapat merugikan pasien, dan memenuhi semua
kebutuhan pasien selama dalam perawatan.

3. Nilai-nilai Dasar yang Harus Dimiliki oleh Perawat Advokat


Menurut Kozier & Erb (2004) untuk menjalankan perannya sebagai
advokasi pasien, perawat harus memiliki nilai-nilai dasar, yaitu :
a. Pasien adalah makhluk holistik dan otonom yang mempunyai hak untuk
menentukan pilihan dan mengambil keputusan
b. Pasien berhak untuk mempunyai hubungan perawat-pasien yang
didasarkan atas dasar saling menghargai, percaya, bekerja sama dalam
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan
kebutuhan perawatan kesehatan, dan saling bebas dalam berpikir dan
berperasaan
c. Perawat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien telah
mengetahui cara memelihara kesehatannya.
d. Selain harus memiliki nilai-nilai dasar di atas, perawat harus memiliki
sikap yang baik agar perannya sebagai advokat pasien lebih efektif.
Beberapa sikap yang harus dimiliki perawat, adalah:
a) Bersikap asertif

57 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
Bersikap asertif berarti mampu memandang masalah pasien dari sudut
pandang yang positif. Asertif meliputi komunikasi yang jelas dan
langsung berhadapan dengan pasien.
b) Mengakui bahwa hak-hak dan kepentingan pasien dan keluarga lebih
utama walaupun ada konflik dengan tenaga kesehatan yang lain.
c) Sadar bahwa konflik dapat terjadi sehingga membutuhkan konsultasi,
konfrontasi atau negosiasi antara perawat dan bagian administrasi atau
antara perawat dan dokter.
d) Dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain
Perawat tidak dapat bekerja sendiri dalam memberikan perawatan yang
berkualitas bagi pasien. Perawat harus mampu berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain yang ikut serta dalam perawatan pasien.
Tahu bahwa peran advokat membutuhkan tindakan yang politis, seperti
melaporkan kebutuhan perawatan kesehatan pasien kepada pemerintah
atau pejabat terkait yang memiliki wewenang/otoritas.

4. Tujuan dan Hasil yang Diharapkan dari Peran Advokat Pasien


Tujuan dari peran advokat berhubungan dengan pemberdayaan
kemampuan pasien dan keluarga dalam mengambil keputusan. Saat berperan
sebagai advokat bagi pasien, perawat perlu meninjau kembali tujuan peran
tersebut untuk menentukan hasil yang diharapkan bagi pasien.

a. Menjamin bahwa pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain adalah


partner dalam perawatan pasien. Pasien bukanlah objek tetapi partner
perawat dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Sebagai partner,
pasien diharapkan akan bekerja sama dengan perawat dalam
perawatannya.
b. Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan

58 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
Pasien adalah makhluk yang memiliki otonomi dan berhak untuk
menentukan pilihan dalam pengobatannya. Namun, perawat berkewajiban
untuk menjelaskan semua kerugian dan keuntungan dari pilihan-pilihan
pasien.
c. Memiliki saran untuk alternatif pilihan
Saat pasien tidak memiliki pilihan, perawat perlu untuk memberikan
alternatif pilihan pada pasien dan tetap memberi kesempatan pada pasien
untuk memilih sesuai keinginannya.
d. Menerima keputusan pasien walaupun keputusan tersebut bertentangan
dengan pengobatannya. Perawat berkewajiban menghargai semua nilai-
nilai dan kepercayaan pasien.
e. Membantu pasien melakukan yang mereka ingin lakukan
Saat berada di rumah sakit, pasien memiliki banyak keterbatasan dalam
melakukan berbagai hal. Perawat berperan sebagai advokat untuk
membantu dan memenuhi kebutuhan pasien selama dirawat di rumah
sakit.

5. Hasil Yang Diharapkan


Hasil yang diharapkan dari pasien saat melakukan peran advokat
adalah pasien akan:
a. Mengerti hak-haknya sebagai pasien
b. Mendapatkan informasi tentang diagnosa, pengobatan, prognosis, dan
pilihan-pilihannya
c. Bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya
d. Memiliki otonomi, kekuatan, dan kemampuan memutuskan sendiri
e. Perasaan cemas, frustrasi, dan marah akan berkurang
f. Mendapatkan pengobatan yang optimal
g. Memiliki kesempatan yang sama dengan pasien lain

59 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
h. Mendapatkan perawatan yang berkesinambungan
i. Mendapatkan perawatan yang efektif dan efisien.

60 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

PPOK merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular

yang menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan

oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor

resiko, seperti banyaknya jumlah perokok, serta pencemaran udara didalam

ruangan maupun diluar ruangan (Persatuan Dokter Paru Indonesia, 2011).

Pemberian asuhan kegawatdaruratan pada pasien PPOK dimulai dari

pengkajian, adapun beberapa hal yang dikaji adalah Primary Survey yang

dimulai dari Airwat, Breathing, Sirculation, Disability, Eksposure dan Fluid.

Selanjutnya dilakukan secondary survey yaitu survey yang dilakukan sama

seperti asuhan keperawatan medikal bedah pada umumnya.

Pada diagnosa keperawatan yang terdapat dalam kasus tersebut adalah

ketidak efektifan bersihan jalan napas karena ditemui adanya batuk berdahak

dan penumpukan sekret serta kesulitan mengeluarkan secret pada pasien.

Selain itu diagnosa yang kedua adalah ketidakefektipan pola napas ditemui

dengan data subjektif pasien mengeluh sesak dan adanya keadaan umum

lemah serta tanda-tanda vital yang abnormal pada data objektif.

Asuhan keperawatan dilakukan selama satu hari yaitu pada hari Selasa,

11 Februari 2020. Pasien berada di IGD selama 16jam dan dipindah ke Ruang

Penyakit Dalam Cempaka Kelas III pada Rabu, 12 Februari 2020.

61 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa dapat lebih banyak membaca mengenai konsep dasar
penyakit khususnya pada pasien PPOK
2. Mahasiswa dapat lebih banyak mengaplikasikan pengkajian yang
optimal pada pasien, khusunya pasien dengan gangguan sistem
pada ABC.
4.2.2 Bagi Institusi
1. Dapat memberikan pengajaran yang optimal mengenai proses
pemberian asuhan keperawatan yang holistic sehingga seluruh
mahasiswa mampu mahir dalam melakukan asuhan keperawatan

62 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer. 2005. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media

Aesculapius FKUI

Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:

EGC

Fatma. (2015). Laporan Pendahuluan PPOK. Journal Majalah Kedokteran

Nusantara. Diakses dari: https://id.scribd.com/doc/290555850/laporan-

pendahuluan-ppok Pada Tanggal 10 Februari 2020

Nurarif, HA., Kusuma H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta:

Mediaction.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit Paru Obstruktf Kronik : Pedoman

Praktis Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta. 2010

Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan

Suddarth Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC.

63 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t
LAMPIRAN

64 | K e p e r a w a t a n G a w a t D a r u r a t

Anda mungkin juga menyukai