Anda di halaman 1dari 8

Simpulan Review Lima Journal

PENGARUH TINGKAT EFISIENSI PERBANKAN INDONESIA PASCA


KRISIS KEUANGAN GLOBAL

Oleh:

Nama : Yohanes Paul Erikson Riba


NIM : 19071000026
Program Studi : Magister manajemen
Konsentrasi : Manajemen Keuangan

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


2020
ABSTRAK

Krisis Keuangan yang terjadi di Amerika Serikat berimbas secara  global terhadap berbagai
Negara khususnya lembaga keuangan. Pengukuran kinerja efisiensi perbankan berguna untuk
dasar perhitungan kesehatan dan pertumbuhan perbankan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengukur Kinerja Efisiensi Perbankan Indonesia Pasca Krisis Keuangan Global. Dalam
menganalis Tujuh Jurnal menggunakan metode meta analisis, Sebagian Besar Melalui
purposive sampling diperoleh sampel 9-26 Bank dan Data yang dianalisis berdasarkan
metode Data Envelopment Analysis (DEA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)Tingkat
rata-rata tingkat bunga Bank Umum  Konvensional  lebih tinggi dibanding dengan tingkat
margin di Bank Umum  Syariah. (2) Kenaikan pendapatan Bank Umum  Syariah lebih tinggi
dibandingkan dengan Bank Umum  Konvensional . (3) Nilai Aset Bank Umum Konvensional
lebih tinggi dibandingkan dengan Bank Umum Syariah (4) Tingkat resiko
pinjaman/pembiayaan bermasalah di Bank Umum  Syariah  lebih rendah dibandingkan Bank
Umum Konvensional. Sehingga disimpulkan bahwa sistem perbankan syariah lebih stabil dan
lebih efisien dibandingkan dengan bank konvensional dalam menghadapi krisis keuangan
global.

1. Pendahuluan

    Amerika Serikat merupakan Negara Katanya  Nomor 1 di Dunia sehingga tidaklah


mengherankan Negara ini mendapatkan julukan “Super Power”. Namun pada tahun 2008,
sepertinya julukan dalam negeri Paman Sam sempat diragukan sebab Negara tersebut
mengalami kelumpuhan ekonomi, yakni Krisis Keuangan yang dilansir disebabkan dari
“perilaku nakal” warganya  sendiri.

    Singkat cerita,Ketika itu kemudahan pemberian kredit terjadi karena harga properti naik di
AS. Kegairahan pasar properti membuat spekulasi di sektor ini meningkat. Para penyedia
kredit properti memberikan suku bunga tetap selama tiga tahun. Hal itu membuat banyak
orang membeli rumah dan berharap bisa menjual dalam tiga tahun sebelum suku bunga
disesuaikan.

       Permasalahannya, banyak lembaga keuangan pemberi kredit properti di Amerika Serikat


menyalurkan kredit kepada penduduk yang sebenarnya tidak layak mendapatkan pembiayaan.
Mereka adalah orang dengan latar belakang non-income non-job non-activity (NINJA) yang
tidak mempunyai kekuatan ekonomi untuk menyelesaikan tanggungan kredit yang mereka
pinjam.

      Situasi tersebut memicu terjadinya kredit macet di sektor properti (subprime mortgage).
Pasalnya, lembaga pembiayaan sektor properti tersebut meminjam dana jangka pendek dari
pihak lain yakni lembaga keuangan. Dan memberikan jaminan dalam meminjam dana
yakni surat utang subprime mortgage securities, kepada lembaga-lembaga investasi dan
investor di berbagai Negara. Bukan sekadar itu, lebih parahnya lagi hal ini menyebabkan
Domino Effect yang pastinya bukan hanya Negara Paman Sam yang harus menelan pahit
dalam-dalam namun Negara-Negara lain pun juga terkena cipratan dari krisis Keuangan ini
yakni Eropa, Asia Pasifik (terdapat Indonesia disini), Asia Selatan bahkan hingga sampai ke
Timur tengah. 

       Hal ini mendukung dengan apa yang dikatakan Dr. Budi Hermana,  menurut Beliau
dalam bukunya Perbankan Indonesia: Geliat dan Siasat Pasca Krisis Finansial Global,  “
Jeratan kredit macet di tangan kiri—atau sisi penggunaan dana bank (use of fund)—
membuat bank akhirnya tidak bisa membayar kewajibannya melalui tangan kanan—atau
sumber dana bank (source of fund). Ketika tangan kanan bank yang sedang sakit tersebut
bergandengan dengan tangan kiri kreditur atau yang memasok dana ke bank, maka para
kreditur bank pun terkontaminasi penyakit pula. Akhirnya institusi keuangan yang saling
bergandengan tangan tersebut sama-sama lumpuh. Itulah fenomena efek domino yang
akhirnya membuat krisis keuangan pun “go international” atau mengglobal.”

      Atas dasar itulah, saya tertarik ingin mengetahui bagaimana keadaan efisiensi perbankan
Indonesia pasca krisis financial global. Dan hal ini pun didukung lagi dengan pernyataan
Dr.Budi Hermana dalam bukunya Perbankan Indonesia: Geliat dan Siasat Pasca Krisis
Finansial Global, “Inefisiensi perbankan di Indonesia terlihat dari tingginya rasio biaya
operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). BI mencatat, rasio BOPO
perbankan Indonesia 88,6 persen. Bandingkan dengan BOPO bank di Malaysia yang hanya
40 persen dan Filipina 74 persen. Dan terdapat sebuah berita yang mengabarkan “BI:
Bunga Kredit Tinggi, Bank RI Belum Efisien” (Kompas. com, 17/03/2011) “  Informasi ini
semakin mendukung bahwa ternyata, Krisis Keuangan Global memiliki pengaruh terhadap
efisiensi lembaga keuangan khususnya Perbankan Indonesia.

2. Metode Penelitian

Penelitian meta-analisis ini menggunakan sebanyak tujuh macam jurnal ilmiah dimana
bertemakan mengenai “Pengaruh Tingkat Efisiensi Perbankan Indonesia Pasca Krisis
Keuangan Global.”

Sumber Data

Sebagian besar dari ketujuh jurnal ini menggunakan data sekunder yakni laporan keuangan
berupa neraca serta laporan L/R  periode 2008-2011 yang telah dipublikasi oleh Bank
Indonesia dan dapat diakses melalui situs web resmi Bank Indonesia.

Serta Populasi  yang sering digunakan dalam penelitian 5 (Tujuh) Jurnal ini adalah Bank
Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, dimana dibuat secara kelompok dan  dibedakan
berdasarkan  Prinsip usahanya.
Teknik Pengambilan Sampel

Dengan menggunakan teknik purposive sampling didapatkan Sample terbesar yang


digunakan dari 5 macam jurnal ini adalah sebesar 26 Bank dan Sample terkecil  yang
digunakan dari tujuh macam jurnal ini adalah sebesar 9 Bank.

Uji Statistik  yang sering digunakan dalam menguji Hipotesis yakni Uji t atau Paired One-
tailed test for lower side, sebab kuantitas sampel yang dari tujuh  jurnal tersebut ≤ 30 sampel.

Metode Pengukuran

Untuk mengukur efisiensi pada usaha-usaha perbankan seluruhnya menggunakan metode


DEA yakni  Data Envelopment Analysis  terdiri atas variable input dan output serta
diformulasikan dalam dua asumsi yaitu CRS (Constant Return to Scale ) dan VRS ( Variabel
Return to Scale ).

Metode DEA ini digunakan karena keunggulannya yang dapat menangani banyak input dan
banyak output dengan menggunakan alat ukur yang berbeda tanpa membutuhkan asumsi
mengenai hubungan fungsional antara kedua variable. Oleh sebab itu DEA bisa
memungkinkan peneliti untuk menyertakan semua variable aktivitas/ input yang berhubungan
erat dengan dihasilkannya output.

Variable

Variable yang sering muncul dalam penelitian 5-(Lima)  Jurnal ini adalah Variable Input,
yang terdiri dari : Total Simpanan, Aktiva Tetap, Biaya Tenaga Kerja  dan  Variable Output,
yang terdiri dari : Pembiayaan/ total kredit, laba operasional/pendapatan operasional.

3. Hasil Penelitian

Hasil Penelitian Jurnal Ilmiah Pertama yakni Efisiensi Kinerja Perbankan di


Indonesia * Studi Perbandingan Bank Pemerintah dan Bank Swasta oleh Izza Mafruhah
(2010) adalah  Bank Umum pemerintah mempunyai tingkat efisiensi tehnis yang lebih rendah
dibandingkan dengan bank swasta nasional dan asing. Dari 13 jumlah sample bank yang
diteliti ternyata terdapat 3 bank yang belum mempunyai efisiensi penuh yaitu Bank BNI 46
dengan tingkat efisiensi sebesar 84,58 %. Kemudian Bank BTN yang mempunyai tingkat
efisiensi sebesar 97,01. Sedangkan di sisi bank swasta ABN AMRO belum mencapai nilai
maksimal dengan tingkat efisiensi sebesar 99,82% dan Sumber inefisiensi terbesar pada
masing  masing bank adalah dari sisi input.

Hasil Penelitian Jurnal Ilmiah Kedua yakni Technical Efficiency of Indonesian


Commercial Banks:  An Application of Two-Stage DEA oleh Tessa Vanina Soetanto and
Ricky (2011) adalah The results of DEA show that Indonesian commercial banks could
improve their technical efficiency by 10.5% on average and the scale inefficiency is
dominating over pure technical inefficiency. The commercial state-owned banks are showing
perfect efficiency during the period of study, and proven to be more efficient compared to the
commercial private banks. Finally Tobit regression is revealing that higher asset scale and
liquidity risk increase the efficiency of the bank, while the profitability is on the contrary.

Hasil Penelitian Jurnal Ilmiah Ketiga  yakni Kinerja Efisiensi Teknis Bank


Pembangunan Daerah:  Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) oleh Zaenal
Abidin dan Endri (2009) adalah kinerja efisiensi teknis bank BPD belum mencapai tingkat
efisiensi optimal 100 persen. Secara rata-rata, bank BPD beraset lebih besar lebih efisien
daripada bank BPD beraset menengah dan kecil. Penelitian ini memiliki implikasi penting
dalam rangka mengoptimalkan kinerja efisiensi maka bank kecil dan menengah harus
melakukan merger dan meningkat fungsi intermediasi perbankan. kinerja efisiensi teknis
bank BPD belum mencapai tingkat efisiensi optimal 100 persen. Secara rata-rata, bank BPD
beraset lebih besar lebih efisien daripada bank BPD beraset menengah dan kecil. Penelitian
ini memiliki implikasi penting dalam rangka mengoptimalkan kinerja efisiensi maka bank
kecil dan menengah harus melakukan merger dan meningkat fungsi intermediasi perbankan.

Hasil Penelitian Jurnal Ilmiah Keempat  yakni Pengaruh Merger dan Akuisisi


Terhadap Efisiensi Perbankan di Indonesia (Tahun 1998-2009)  oleh Ruddy Tri Santoso
(2010) adalah merger dan akusisi tidak signifikan untuk meningkatkan efisiensi dan
tergantung dengan faktor-faktor kualitatif dari bank seperti efektivitas organisasi dan
kemampuan managerial. Hasil riset menunjukkan bahwa Bank Mandiri rasio efisiensinya
stabil sesudah merger dan akusisi sampai tahun 2009 dan tidak terpengaruh oleh krisis tetapi
mempengaruhi secara signifikan efisiensi di peer groupsnya pada saat merger dan akusisi
tersebut. Krisis financial global hanya mempengaruhi Bank Century seperti fakta yang
terjadi. Riset juga menunjukkan bahwa bank dengan modal di atas Rp. 10 Trilyun (+/-
USD/Billions) mempunyai pengaruh terhadap variabel-variabel didalam peer group mereka.
Dengan kata lain, merger dan akusisi di bank level menengah tidak akan berpengaruh
terhadap peer groups mereka

Hasil Penelitian Jurnal Ilmiah Kelima  yakni Dampak Krisis Keuangan Global


terhadap Perbankan di Indonesia: Perbandingan antara Bank Konvensional dan Bank
Syariah oleh Heri Sudarsono (2009) adalah tingkat rasio bank syairah dan bank
konvensional menunjukkan nilai yang berbeda. Tingkat ROA, ROE, NPF, dan BOPO bank
konvensional lebih tinggi dibanding bank syariah. Rata-rata rasio laba terhadap asset dan
modal bank syariah lebih rendah dibanding dengan bank konvensional. Di lain pihak, tingkat
rasio pembiayaan terhadap deposit atau FDR bank syariah dan bank konvensional meningkat
di akhir 2008. Tingkat FDR bank syariah lebih tinggi dibanding dengan konvensional.                                     

                                                                 

4. Penutup

Dari hasil penelitian dalam 5 (Lima)  Jurnal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
Krisis keuangan global mempengaruhi kondisi perbankan di Indonesia. Krisis keuangan
mempengaruhi kenaikan tingkat bunga simpanan dan pinjaman di bank konvensional dan
bank syariah. Tingkat rata-rata tingkat bunga bank konvensional lebih tinggi dibanding
dengan tingkat margin di bank syariah. Sementara itu kinerja keuangan kedua bank ini
berbeda. Krisis keuangan 2008 menjadikan  tingkat pendapatan yang diperoleh berkurang.
Secara umum kenaikan pendapatan bank syairah lebih tinggi dibandingkan dengan bank
konvensional. Sebaliknya, nilai pendapatan dibandingkan aset menunjukkan bank
konvensional lebih tinggi. Tingkat kemampuan nasabah membayar kewajiban yang diperlihat
dari NPF dalam kondisi krisis menunjukkan penurunan di bank syariah, artinya tingkat resiko
pinjaman/pembiayaan bermasalah di bank syariah menurun di saat krisis keuangan. Di saat
yang sama jumlah FDR bank syariah meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa di saat
krisis pembiayaan bank syariah lebih murah dibandingkan dengan bank konvensional.
(Dalam Heri Sudarsono : Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Perbankan di
Indonesia: Perbandingan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah)

Secara umum bisa disimpulkan bahwa sistem perbankan syariah lebih stabil dana lebih
efisien dibandingkan dengan bank konvensional dalam menghadapi krisis keuangan
global.Sistem keuangan syariah yang tidak mengenal bunga sebab mengunakan sistem jual
beli dan bagi hasil  menjadikan bank syariah mampu bertahan dari fluktuasi tingkat bunga
yang disebabkan oleh turunnya nilai rupiah yang disebabkan langkanya dolar di pasar. Selain
itu, kinerja keuangan bank syariah dibandingkan dengan bank konvensional menunjukkan
kondisi keuangan yang konsisten dan efisien.

Hal ini didukung dengan adanya informasi yang saya dapatkan dari Dr. Budi Hermana, 
menurut Beliau dalam bukunya Perbankan Indonesia: Geliat dan Siasat Pasca Krisis
Finansial Global, “Perbankan Indonesia secara umum masih sangat mengandalkan Interest
Margin, NIM (Net Interest Margin) perbankan nasional tergolong tinggi, yaitu mencapai 5,8
persen per Desember 2010,”  Jadi tidaklah mengherankan  perbankan saat periode tersebut
sebagian besar belum efisien.

Dari hasil Kesimpulan dalam 5 Jurnal  diatas dapat ditarik sebuah saran yakni :
1.   Bagi Bank yang  telah efisien hendaknya terus untuk mempertahankan efisiensinya, namun
bukan hanya dengan membiarkan kedua input dan output tersebut, namun dengan
meningkatkan input dan output dengan ukuran yang sama. Sebab semakin baik kemampuan
bank yang telah efisien dalam mengelola input yang telah mereka miliki untuk mengubahnya
kedalam output yang optimal guna meningkatkan keuntungan.

2.    Bagi Bank yang  belum  efisien, harus memperhatikan input atau output yang menjadi
sumber inefisiensi untuk terus diperbaiki. Acuan peningkatan efisiensi adalah dengan melihat
benchmark dari masing – masing bank. Misalnya saja dengan mengalokasikan kelebihan
penggunaan input simpanan ke bagian input aset sehingga bisa menjadi aset yang lebih
produktif. Bisa juga dengan memperbaiki  pengelolaan porsi aset produktif baik kredit atau
pembiayaan untuk disalurkan ke masyarakat, sehingga fungsi intermediasi bank menjadi
lebih lancar.

3.   Untuk penelitian yang akan datang disarankan untuk menggunakan jumlah sampel yang lebih
banyak dengan harapan untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih optimal dan mampu
menggambarkan efisiensi perbankan nasional secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

Mafruhah, Izza. 2010. Efisiensi Kinerja Perbankan di Indonesia * Studi Perbandingan Bank


Pemerintah dan Bank Swasta. Universitas Negeri
Solo. http://www.scribd.com/doc/137722717/Jurnal-Efisiensi-Bank ., diakses 5 April  2014.

 [2]       Soetanto Vanina Tessa, Ricky .2011. Technical Efficiency of Indonesian Commercial
Banks:  An Application of Two-Stage DEA . JURNAL MANAJEMEN DAN
KEWIRAUSAHAAN, VOL.13, NO. 2, SEPTEMBER 2011: 107-
116. http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/viewFile/18327/18172 , diakses
5 April  2014.

[3]        Zaenal, Abidin., Endri. 2009. Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan
Daerah: Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). JURNAL AKUNTANSI DAN
KEUANGAN, VOL. 11, NO. 1, MEI 2009: 21-
29. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/aku/article/view/17863/17781 , diakses 5
April  2014.

[4]        Santoso, Tri Ruddy.2010. Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Efisiensi Perbankan di
Indonesia (Tahun 1998-2009). JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 12, NO.
2. http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/aku/article/view/18187/18074 , diakses 5 April 
2014.
[5]        Sudarsono, Heri.2009.Dampak Krisis Keuangan Global terhadap  Perbankan di Indonesia:
Perbandingan antara  Bank Konvensional dan Bank Syariah. Jurnal Ekonomi Islam Volume
III, No. 1. http://journal.uii.ac.id/index.php/jei/article/view/2551  , diakses 5 April  2014.

[6]        Hermana, Budi.2012.Perbankan Indonesia: Geliat dan Siasat Pasca Krisis Finansial
Global.Leutika Prio http://www.leutikaprio.com/main/media/sample/Perbankkan
%20Indonesia%20PDF%20SAMPLE.pdf, diakses 23 April  2014.

[7]        http://www.docstoc.com/docs/67561468/krisis-global , diakses 23 April  2014.

[8]      http://www.bi.go.id/id/publikasi/artikel-kertas
kerja/artikel/Documents/691e8d904ce8451ca4dff0e97b1b22afkrisisglobaldanpenyelamatansi
stemperbankanindonesia.pdf , diakses 23 April  2014.

[9]http://www.bi.go.id/id/perbankan/edukasi/Documents/63380176a54443dc8a0e557ef74554
cbPerbankan_Syariah_Lebih_Tahan_Krisis_Global.pdf , diakses 23 April  2014.

Anda mungkin juga menyukai