Anda di halaman 1dari 19

“HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA

WANITA UMUR 30-60 TAHUN DI KELURAHAN PARUPUK TABING


KOTA PADANG”

Proposal Mini
Dikumpulkan untuk memenuhi Ujian Tengah Semester

Disusun Oleh:

Utari Luxmonisa
1710105018

Dosen Pembimbing :
Desi Sarli S.Sit, M.Keb

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG


TAHUN 2020
BAB I
PROPOSAL PENELITIAN
A. Latar Belakang
Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami triple burden
disease, yaitu adanya kembali penyakit menular lama, munculnya penyakit
menular baru, dan adanya peningkatan penyakit degeneratif. Terdapat
berbagai macam faktor risiko penyakit degeneratif, salah satunya adalah
hipertensi. Saat ini terdapat 600 juta penduduk dunia yang mengalami
hipertensi, 3 juta diantaranya meninggal setiap tahunnya dan 7 dari 10 pasien
belum mendapatkan pengobatan yang layak (Mafaza, Wirjatmadi and Adriani,
2018).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling
umum dan paling banyak disandang masyarakat dan akan menjadi masalah
yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini. Hipertensi menjadi
penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya.
Global Status Report (GSR) on non-communicable diseases 2010,
World Health Organization (WHO) menunjukan Penyakit Tidak Menular
(PTM) merupakan penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Hipertensi
merupakan Penyebab kematian terbesa dari kelompok penyakit kardiovaskuler
yaitu sebesar 13% (Rohkuswara and Syarif, 2017).
Menurut WHO (World Health Organization), sekitar 30% penduduk
dunia tidak terdiagnosa adanya hipertensi. Hal ini disebabkan tidak adanya
gejala yang pasti bagi penderita hipertensi. Gejala seperti sakit kepala,
tengkuk nyeri, dan lain-lain, itu tidak pasti menunjukkan penderitanya terkena
hipertensi. Walaupun hipertensi jelas merusak organ tubuh, seperti jantung
(70% penderita hipertensi akan mengalami kerusakan jantung), ginjal, otak,
mata, serta organ tubuh lainnya (Sundari and Bangsawan, 2015).
Jumlah penderita hipertensi terus bertambah dari tahun ke tahun. Data
penelitian terakhir, ditemukan bahwa sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa di
Amerika menderita hipertensi.Thailand sebesar 17% dari total penduduk,
Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%, dan Indonesia memilik

1
angka yang cukup tinggi, yaitu 15%. 15% dari 230 juta penduduk Indonesia,
berarti hampir 35 juta penduduk Indonesia terkena hipertensi (Sundari and
Bangsawan, 2015).
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di
Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%).
Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54
tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%) (Hipertensi Penyakit Paling
Banyak Diidap Masyarakat, 2019).
Gubernur Sumatra Barat, Prof. Dr. Irwan Praitno, Psi, Msc
menyebutkan bahwa kasus hipertensi dan penderita jantung di Sumatra Barat
(Sumbar) meningkat setiap tahunnya (Syarifah, 2014)
Faktor risiko hipertensi menurut WHO (2015) dibedakan menjadi 2
(dua) faktor yaitu faktor yang tidak dapat diubah seperti keturunan, ras, jenis
kelamin, dan umur. Faktor yang dapat diubah meliputi diet tidak sehat,
obesitas, stress, merokok, kurang aktifitas fisik, konsumsi alkohol berlebih,
konsumsi garam berlebih, kolesterol dan diabetes mellitus (Rahma and
Gusrianti, 2018)
Dari beberapa faktor risiko hipertensi salah satunya faktor risiko
hipertensi yang dapat diubah dan sering ditemukan adalah obesitas. Setiap
kenaikan berat badan sekitar 0,5 kg meningkatkan tekanan sistolik 1 mmHg
dan Diastolik 0,5 mmHg, ini menandakan risiko terserang hipertensi juga
semakin tinggi. Selain itu, kelebihan lemak tubuh akibat berat badan naik
diduga akan meningkatkan volume plasma, menyempitkan pembuluh darah,
dan memacu jantung untuk bekerja lebih berat (Julianti, Nurjanah and
Soetrisno, 2008)
Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena
jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbullkan komplikasi yang
berbahaya. Akibatnya bisa fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya
stroke (pendarahan di otak), penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal.

2
Berdasarkan persoalan-persoalan hipertensi di atas maka dari itu
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Obesitas
Dengan Kejadian Hipertensi Sekunder Pada Wanita Umur 30-60 Tahun Di
Kelurahan Parupuk Tabing Kota Padang”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi sekunder pada
wanita umur 30-60 tahun di kelurahan parupuk tabing kota padang ?

C. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi
pada wanita umur 30-60 tahun di kelurahan parupuk tabing kota padang.
2) Tujuan Khusus
a) Mengkaji karakteristik responden meliputi umur dan riwayat keluarga
yang mempunyai penyakit hipertensi.
b) Mengkaji status obesitas pada pada wanita umur 30-60 tahun di
kelurahan parupuk tabing kota padang.
c) Mengkaji status Hipertensi pada pada wanita umur 30-60 tahun di
kelurahan parupuk tabing kota padang.
d) Menganalisis hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi pada
wanita umur 30-60 tahun di kelurahan parupuk tabing kota padang.

D. Manfaat Penelitian
Adanya latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka
permasalahan dan tujuan yang dicapai dalam penelitian ini, yaitu manfaat
yang bisa diambil yaitu sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan teori hubungan
anatara obesitas dengan kejadian hipertensi di masyarakat.

3
2. Manfaat Praktis
a) Manfaat bagi peneliti
Bahan pengetahuan dan wawasan serta pengalaman untuk
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dan mampu
menangani gaya hidup pada pasien hipertensi.
b) Bagi Masyarakat penderita hipertensi
Informasi bagi penderita untuk dapat meningkatkan kesadaran
terhadap penyakit hipertensi dan melakukan pencegahan dini dalam
mengendalikan gaya hidup dengan menjaga BB yang normal.
c) Bagi Peneliti selanjutnya
Informasi dasar bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan
penelitian mengenai hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi
d) Bagi Pelayanan kesehatan
Untuk kebijakan selanjutnya, seperti memberikan penyuluhan dan
informasi yang terkait dengan gaya hidup pasien hipertensi dalam
rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, sehingga dapat
menurunkan prevarensi hipertensi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori dari Variabel Penelitian

I. Obesitas
a) Definisi Obesitas
Obesitas adalah akumulasi lemak yang berlebihan di dalam tubuh.
Obesitas adalah kadar lemak tubuh yang berlebihan dan dapat
menyebabkab terjadinya penyakit (Irwanto, Widjaja and Prihaningtyas,
2018).
Menurut Sani (2008), Obesitas (kegemukan) yaitu ketidak
seimbangan antara jumlah makanan yang masuk dibandingkan dengan
pengeluaran energy oleh tubuh atau suatu keadaan dari akumulasi lemak
tubuh yang berlebihan di jaringan lemak suatu organ tertentu (Yanti,
Fitrianingsih and Hidayati, 2018)
Semakin besar massa tubuh seseorang maka akan semakin banyak
darah yang dibutuhkan untuk menyuplai oksigen dari nutrisi ke otot dan
jaringan lain. Obesitsa bisa meningkatkan jumlah panjangnya pembuluh
darah sehingga dapat meningkatkan resistensi darah yang seharusnya
mampu menempuh jarak lebih jauh dan tekanan darah akan menjadi
tinggi (Yanti, Fitrianingsih and Hidayati, 2018)

b) Klasifikasi Obesitas
Obesitas dibagi menjadi dua berdasarkan tempat
penumpukan lemaknya yaitu obesitas tipe pir dan
obesitas tipe apel. Obesitas tipe pir terjadi apabila
penumpukan lemak lebih banyak terdapat di daerah
pinggul, obesitas tipe pir lebih banyak dialami oleh wanita
(Sudargo et al., 2014).
Obesitas tipe apel terjadi apabila penumpukan lemak
lebih banyak terdapat di daerah perut, dan lebih berisiko
mengalami gangguan kesehatan terutama yang

5
berhubungan dengan penyakit kardioveskuler. Hal ini
terjadi karena lokasi perut lebih dekat dengan jantung
dari pada pinggul.Obesitas tipe apel lebih banyak dialami
oleh laki – laki (Sudargo et al., 2014).

c) Indikator Obesitas berdasarkan Pengukuran Antropometri


IMT merupakan indicator untuk menentukan kelebihan
berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi dengan
kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2)). Interpretasi IMT ini
bergantung pada umur dan jenis kelamin anak karena terdapat perbedaan
lemak tubuh pada laki-laki dan perempuan (Astuti and Dwi, 2016).
Rumus IMT:
BB
IMT =
TB2

Keterangan:
IMT = Indeks Massa Tubuh (kg/m2)
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)

KATEGORI IMT
Berat Badan Kurang (Underweight) <18,5
Normal 18,5 – 22,9
Berat Badan Dengan Risiko Overweight) 23-24,9
Obesitas I 25-29,9
Obesitas II ≥ 30
Sumber : (RI, 2018)

Lingkar pinggang merupakan salah satu indicator antropometri


yang banyak digunakan untuk mengukur obesitas. Lingkar pinggang
diukur melalui lingkar pertengahan garis antara tepi inferior costa
(tulang iga) terbawah dan crista iliaca (bagian lateral sebelah atas tulang
panggul) (Astuti and Dwi, 2016).

6
d) Faktor Terjadinya Obesitas
Terdapat beberapa faktor penyebab obesitas bersifat multifaktorial.
Peningkatan konsumsi makanan cepat saji (fast food), rendahnya
aktivitas fisik, faktor genetik, pengaruh iklan, faktor psikologis, status
sosial ekonomi, program diet, usia, dan jenis kelamin merupakan faktor-
faktor yang berkontribusi pada perubahan keseimbangan energi dan
berujung pada kejadian obesitas (Kurdanti et al., 2015)

II. Hipertensi
a) Pengertian
Perubahan pola hidup dan pola makan akibat adanya perbaikan
tingkat penghidupan membawa konsekuensi terhadap berkembangnya
penyakit degeneratif, diantaranya penyakit hipertensi (Agustina and
Raharjo, 2015)
Hipertensi adalah penyakit dengan tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90 mmHg
(Munawaroh, 2013).

Hipertensi adalah penyakit yang sering dibarengi oleh masalah


kesehatan lain sehingga membutuhan pengobatan yang lebih agresif.
Hipertensi dapat memperbesar resiko terserang penyakit gagal jantung,
terkena serangan jantung, resiko tinggi penyakit arteri koroner,
pembesaran vertikel kiri jantung, diabetes dan penyakit ginjal kronis
(Julianti et al., 2016).

b) Faktor Risiko Hipertensi


1. Faktor yang tidak dapat dikendalikan
Genetik Seseorang dengan riwayat keluarga mengalami hipertensi
memiliki resiko lebih besar mengalami hipertensi dibanding dengan
keluarga tanpa riwayat hipertensi. Apabila kedua orang tua

7
mengalami hipertensi, angka kejadian hipertensi pada anaknya
meningkat 4 sampai 15 kali dibanding orang tua normotensi.
Sedangkan jika kedua orang tua menderita hipertensi esensial maka
resiko anaknya mengalami hipertensi sebesar 44,8% dan jika hanya
salah satu saja yang mengalami hipertensi maka keturunannya
beresiko 12,8% mengalami hipertensi.
Usia berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
mengemukakan bahwa semakin tinggi usia seseorang maka semakin
tinggi tekanan darahnya. Usia lebih dari 60 tahun baik pria maupun
wanita diketahui dapat mengalami hipertensi sekitar 50%. Hal ini
disebabkan karena penurunan elastisitas dari pembuluh darah saat
usia seseorang semakin menua, namun kondisi ini mulai bergeser
seiring dengan perkembangan penyakit dimana anak dan remaja juga
diketahui dapat mengalami hipertensi.
Jenis Kelamin resiko mengalami hipertensi dapat meningkat pada
wanita yang sudah mengalami manepouse, hal ini disebabkan karena
terjadi penurunan kadar hormon estrogen yang mengakibatkan
vasokontriksi pembuluh darah dan tekanan darah menjadi
meningkat. Wanita yang mengalami kelebihan berat badan atau
obesitas, prevalensi yang mengalami hipertensi sebesar 15-38% dan
meningkat dua kali liat pada wanita yang telah mengalami
manepause
2. Faktor yang dapat dikendalikan
Aktivitas fisik
Dalam taraf tertentu dibutuhkan tubuh untuk menjaga mekanisme
pengaturan tekanan darah agar tetap normal. Aktivitas fisik rendah
dapat menyebabkan arteri kecil menjadi mengerut. Orang dengan
aktivitas fisik rendah cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung lebih tinggi sehingga otot jantung harus memompa dan
mengakibatkan tekanan yang dibebankan pada arteri semakin besar
sehingga tekanan darah menjadi meningkat. Aktivitas fisik rendah

8
juga dikaitkan dengan terjadinya obesitas. Penelitian di Swiss pada
anak pre pubertas dengan obesitas menyatakan bahwa olahraga
aerobik selama 3 bulan dengan frekuensi 3x60 menit/minggu
ditambah 135 menit pelajaran olahraga efektif dalam menurunkan
Indeks Massa Tubuh (IMT), tekanan darah sistolik dan diastolik
serta penanda atherosclerosis yang lain.
Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat gizi.26 Status gizi yang berkaitan dengan
kejadian peningkatan tekanan darah adalah status gizi lebih atau
dikenal dengan overweight (kelebihan berat badan) dan obesitas.
Obesitas terjadi akibat dari jumlah asupan energy lebih tinggi dari
jumlah energi yang dikeluarkan atau secara sederhana didefinisikan
juga sebagai suatu keadaan dari akumulasi lemak tubuh yang
berlebihan. Peningkatan tekanan darah pada penderita obesitas
disebabkan karena terjadinya peningkatan denyut jantung, resistensi
insulin, dan peningkatan volume aliran darah. Kondisi obesitas
menyebabkan terjadinya hiperaktivitas saraf simpatis sehingga
terjadi vasokonstriksi sistemik dan meningkatkan denyut jantung, hal
ini mengakibatkan tekanan darah meningkat.Orang yang mengalami
obesitas juga dikaitkan dengan kejadian resistensi insulin. Resistensi
insulin menyebabkan terjadinya penurunan ekskresi garam oleh
ginjal, mengakibatkan terjadinya peningkatan volume darah dan
jantung harus memompa lebih keras untuk mendorong volume darah
melalui ruang yang semakin sempit, kondisi ini menyebabkan
terjadinya hipertensi.
Asupan
Asupan dapat mempengaruhi tekanan darah. Asupan makronutrien
yang berpengaruh secara signifikan terhadap tekanan darah adalah
asupan energi, karbohidrat, dan lemak. Asupan mikronutrien yang

9
berpengaruh secara signifikan terhadap tekanan darah adalah
natrium, kalium, dan kalsium.
Stres
Stres tidak menyebabkan hipertensi yang bersifatmenetap, namun
kondisi stres berat dapat mengakibatkan terjadi peningkatan tekanan
darah sementara. Jika kondisi stres ini terus berulang maka akan
terjadi kerusakan pembuluh darah. Saat kondisi stres akan terjadi
peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis secara berlebihan
sehingga denyut jantung meningkat dan terjadi vasokonstriksi, hal ini
akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Penyakit
Penyakit yang menyebabkan hipertensi umumnya terjadi pada anak
diantaranya berkaitan dengan glumrulonefritis pada hipertensi akut.
Sedangkan pada hipertensi kronis berhubungan dengan penyakit
parenkim ginjal (70-80%), hipertensi renovaskular (10-15%),
koartasio aorta (5-10%), feokromositoma dan penyebab endokrin
lainnya (1-5%). Anak dengan usia lebih muda (<6 tahun) hipertensi
seringkali sebagai akibat penyakit parenkim ginjal, obstruksi arteri
renalis, atau koartasio aorta. Sementara anak yang lebih besar bisa
mengalami hipertensi dari penyakit bawaan yang baru menunjukkan
gejala dan penyakit dapatan seperti refluks nefropati
atau glumerulonefritis kronis (Astuti and Dwi, 2016).

c) Batasan Tekanan Darah


Tujuh panduan dalam klasifikasi dan jenis terapi hipertensi
(dikenal sebagai pedoman JNC7) yang dirumuskan memberikan
petunjuk revolusioner yang mengulas pentingnya pengendalian tekanan
darah disetiap tahapan (Kowalski, 2010).

10
Kategori Sistolik Diastolik
Optimal 115 atau kurang 75 atau kurang
Normal Kurang dari 120 Kurang dari 80
Prehipertensi 120 - 139 80 - 89
Hipertensi 1 140 - 159 90 - 99
Hipertensi 2 Lebih dari 160 Lebih dari 100

d) Klasifikasi

Hipertensi terdiri dari 2 (dua) derajat yaitu :


- Hipertensi derajat 1 (sistolik 140-159 mmHg dan atau diastolik 90-
99 mmHg) dan
- Hipertensi derajat 2 (sistolik >160 dan atau diastolik >100).
Sebagian besar penderita hipertensi termasuk dalam kelompok
hipertensi derajat I. Terdapat 50% penderita tidak menyadari sebagai
penderita, sehingga penyakitnya lebih berat karena tidak merubah dan
menghindari faktor risiko (Rohkuswara and Syarif, 2017).

e) Komplikasi dan penyakit penyerta

Terdapat beberapa komplikasi atau penyakit penyerta dari hipertensi


yaitu (Susanti, 2015):

1) Penyakit jantung koroner


Penyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat
terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung.
Penyempitan lubang pembuluh darah jantung menyebabkan
berkurangnya aliran darah pada beberapa bagian otot jantung. Hal ini
menyebabkan rasa nyeri di dada dan dapat berakibat gangguan pada
otot jantung. Bahkan dapat menyebabkan timbulnya serangan jantung.
2) Gagal ginjal

11
Gagal ginjal merupakan peristiwa di mana ginjal tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Tekanan darah di atas normal mengakibatkan
rusaknya pembuluh darah pada ginjal dan menyebabkan gagal ginjal.
Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi, yaitu nefrosklerosis
benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna terjadi
pada hipertensi yang berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan
fraksi-fraksi plasma pada pembuluh darah akibat proses menua. Hal
itu akan menyebabkan daya permeabilitas dinding pembuluh darah
berkurang. Adapun nefrosklerosis maligna merupakan kelainan ginjal
yang ditandai dengan naiknya tekanan diastole di atas 130 mmHg
yang disebabkan terganggunya fungsi ginjal.
3) Kencing manis (diabetes mellitus)
Kekurangan insulin atau insulin tidak berfungsi efektif merupakan
keadaan paling umum yang dialami penderita hipertensi. Insulin
berperan dalam metabolisme gula. Kekurangan insulin umumnya
terjadi karena produksi insulin berkurang akibat kerusakan pada
pankreas. Semakin tinggi larutan gula dalam darah maka kepekatan
darah juga semakin tinggi. Naiknya kepekatan menyebabkan tekanan
osmosis darah meningkat, serta kerja jantung untuk memompa darah
juga semakin berat. Gula darah yang tinggi memicu perapuhan
dinding pembuluh darah.
4) Gout/hiperuricemid/asam urat
Kelebihan asam urat dalam darah menyebabkan pengkristalan pada
persendian dan pembuluh kapiler darah sehingga jika persendian
digerakkan terjadi gesekan kristal-kristal yang menimbulkan rasa
nyeri. Pada saat bergerak, kristal-kristal asam urat tertekan ke dinding
pembuluh darah kapiler sehingga ujung kristal yang runcing menusuk
dinding pembuluh darah kapiler yang dapat menimbulkan rasa nyeri.
Kondisi ini diduga menghambat sirkulasi darah yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat (hipertensi). Penumpukan kristal asam urat
yang kronis menyebabkan persendian tidak dapat bergerak.

12
5) Stroke
Tekanan darah tinggi menekan dinding-dinding pembuluh darah di
semua jaringan tubuh, tidak terkecuali pembuluh darah di otak yang
sangat halus dan rumit. Kondisi ini diperburuk oleh perapuhan
pembuluh darah yang terjadi secara alamiah seiring bertambahnya
umur seseorang. Jika terjadi pecahnya pembuluh darah diotak maka
otak akan kekurangan oksigen. Terganggunya suplai oksigen ke otak
dikenal dengan nama stroke, apabila tidak mendapat oksigen dalam
waktu beberapa menit maka bisa menimbulkan kematian. Risiko
stroke meningkat 3-4 kali pada penderita hipertensi dibandingkan
dengan orang yang tidak menderita hipertensi. Risiko ini semakin
besar pada penderita hipertensi yang merokok dan kolesterol tinggi.

B. Kerangka Teori

13
C. Kerangka Konsep

VARIABEL
DEPENDEN
VARIABEL
INDEPENDEN
Kejadian hipertensi
Obesitas sekunder pada
wanita umur 30-60
tahun

D. Tabel Defenisi Operasional

DEFINISI ALAT
NO VARIABEL SKALA KRITERIA HASIL
OPERASIONAL UKUR
(Menentukan 1) Underweight : <18,5
IMT) 2) Normal : 18,5 – 22,9
Obesitas adalah kadar
Mengukur BB 3) Overweight : 23-24,9
Variabel lemak tubuh yang
dengan 4) Obesitas I : 25-29,9
1 Independen berlebihan dan dapat Ordinal
timbangan 5) Obesitas II : ≥ 30
Obesitas menyebabkan
(Kg) dan TB
terjadinya penyakit
dengan pita
ukur (cm)
1) Optimal :
115 atau < / 75 atau <
Hipertensi adalah 2) Normal :
Mengukur < 120/ 80 mmHg
Variabel penyakit dengan
Tekanan 3) Prehipertensi :
dependen tekanan darah persisten
Darah dengan 120-139/80-89 mmHg
Hipertensi dimana tekanan
2 spigmomano Ordinal 4) Hipertensi Tahap I :
pada wanita sistoliknya di atas 140
meter dan 140-159/90-99 mmHg
umur 30-60 mmHg dan
stetoskop 5) Hipertensi Tahap II :
tahun diastoliknya di atas 90
(mmHg) > 160/100 mmHg
mmHg.

E. Hipotesis

14
Ada hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi sekunder pada wanita umur
30-60 tahun di kelurahan parupuk tabing kota padang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan


penelitian kuantitatif dengan dengan jenis analitik korelasi yaitu penelitian
hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau kelompok subjek (Lapau
and Birwin, 2017).

B. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan terhitung mulai dari bulan April sampai bulan
September dan dilakukan di wilayah kerja puskesmas kelurahan parupuk tabing
kota padang.

C. Cara pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cross


sectional /insidentil yaitu data yang dikumpulkan hanya pada suatu waktu
tertentu (Yanti, Fitrianingsih and Hidayati, 2018).

D. Analisis Data

Menurut Notoatmodjo (2012) analisis data bertujuan untuk memperoleh


gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian
(Susanti, 2015).
Tekik analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu :
1) Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan
persentase dari masing-masing variabel yang diteliti baik variabel bebas
maupun terikat.
2) Analisis Bivariat

15
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan yang
bermakna antara variabel bebas dan variabel terikat (Susanti, 2015).

16
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, R. and Raharjo, B. B. (2015) ‘Faktor Risiko Yang Berhubungan


Dengan Kejadian Hipertensi Usia Produktif (25-54 Tahun)’, Unnes Journal of
Public Health, 4(4), pp. 146–158.

Astuti, A. A. and Dwi, A. F. (2016) ‘Indeks Massa Tubuh ( Imt ), Lingkar


Pinggang Dan a Body Shape Index ( Absi ) Sebagai Prediktor Hipertensi Remaja
Usia 18-21 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedung Mundu’, Universitas
Diponegoro.

Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat (2019) Kemkes.go.id.


Available at: https://www.kemkes.go.id/article/view/19051700002/hipertensi-
penyakit-paling-banyak-diidap-masyarakat.html.

Irwanto, Widjaja, N. A. and Prihaningtyas, R. A. (2018) Anak Obesitas : Dampak


Pada Kesehatan Dan Perkembangan. Edited by Irwanto, N. A. Widjaja, and R. A.
Prihaningtyas. Jakarta: PT Elex MediaKomputindo.

Julianti, A. et al. (2016) ‘Hubungan Antara Obesitas dan Aktivitas Fisik dengan
Tekanan Darah Pasien Hipertensi’, Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, 5(2), pp.
8–12.

Julianti, E. D., Nurjanah, N. and Soetrisno, U. S. . (2008) Bebas hipertensi


dengan terapi jus. 4th edn. Jakarta: Puspa Swara.

Kowalski, R. E. (2010) Terapi Hipertensi : Program 8 Minggu menurunkan


Tekanan Darah Tinggi dan Mengurangi Risiko Serangan Jantung Dan Stroke
Secara Alami. 1st edn. Bandung: Qanita.

Kurdanti, W. et al. (2015) ‘Jurnal Gizi Klinik Indonesia Faktor-faktor yang


mempengaruhi kejadian obesitas pada remaja’, Jurnal Gizi Klinik Indonesia,
11(04), pp. 179–190.

Lapau, B. and Birwin, A. (2017) Prinsip dsn Metode Epidemiologi. 1st edn.
Depok: Kancana.

Mafaza, R. L., Wirjatmadi, B. and Adriani, M. (2018) ‘Analisis Hubungan Antara


Lingkar Perut, Asupan Lemak, Dan Rasio Asupan Kalsium Magnesium Dengan
Hipertensi’, Media Gizi Indonesia, 11(2), p. 127. doi: 10.20473/mgi.v11i2.127-
134.

17
Munawaroh, A. (2013) ‘Hubungan Obesitas Dengan Penyakit Hipertensi Di Rs
Wates Husada Balongpanggang Gresik’, Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.

Rahma, G. and Gusrianti (2018) ‘Hubungan Obesitas Sentral Dengan Hipertensi


Pada Penduduk Usia 25-65 Tahun’, Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2), pp. 118–122.

RI, P. K. (2018) Klasifikasi Obesitas setelah pengukuran IMT,


http://p2ptm.kemkes.go.id.

Rohkuswara, T. D. and Syarif, S. (2017) ‘Hubungan Obesitas dengan Kejadian


Hipertensi Derajat 1 di Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
(Posbindu PTM) Kantor Kesehatan Pelabuhan Bandung Tahun 2016’, Jurnal
Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 1(2), pp. 13–18.

Sudargo, T. et al. (2014) Pola Makan Dan Obesitas. 1st edn. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

Sundari, L. and Bangsawan, M. (2015) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Kejadian Hipertensi’, Jurnal Keperawatan, 9(1), p. 217.

Susanti, D. C. A. (2015) Konsumsi Makanan, Obesitas Sentral dan Kejadian


Hipertensi di Puskesmas Patrang Kabupaten Jember, Bagian Gizi Kesmas
Universitas Jember. Jember: http://repository.unej.ac.id/.

Syarifah, F. (2014) Kasus Hipertensi & Jantung di Sumbar Tiap Tahun


Meningkat, Health Liputan6.com.

Yanti, T., Fitrianingsih, N. and Hidayati, A. (2018) ‘Hubungan Obesitas Dengan


Kejadian Hipertensi Pada Usia Dewasa’, Jurnal Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (JPPNI), 3(1), p. 8.

18

Anda mungkin juga menyukai