Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
DICKY SAPUTRA
E10018030
C.2
P2U3
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
nikmat dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Semester
Praktikum Produksi dan Nutrisi Ternak Unggas ini tepat waktu dan sebagaimana
mestinya. Shalawat beriring salam senantiasa tercurahkan atas keharibaan Nabi
Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk dari alam kejahilan menuju alam
kemahiran seperti apa yang kita rasakan sekarang ini, Alhamdulillah tidak lupa pula
saya ucapkan terima kasih sebesar-besar nya kepada seluruh asisten dosen praktikum
Produksi dan Nutrisi Ternak Unggas beserta jajarannya karena telah mendedikasikan
diri dengan sabar, tulus dan tidak kenal lelah dalam membimbing dan mengajari kami
demi kelancaran praktikum yang kami laksanakan.
Penulis menyadari akan keterbatasan, kekurangan, dan kelemahan dalam
penyusunan Laporan Semester Pratikum Produksi dan Nutisi Ternak Unggas ini.
Oleh karena itu, saran dan masukkan yang membangun sangat diharapkan, demi
menyempurnakan laporan berikutnya. Semoga Laporan Semester Pratikum Produksi
dan Nutrisi Ternak Unggas ini dapat bermanfaat bagi diri saya khususnya dan bagi
kita semua pada umumnya.
Dicky Saputra
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sapu lidi, sapu ijuk, sabit,
cangkul, golok, gayung, ember, sikat baju, sikat wc, kain lap, kuas cat tembok, alat
semprot, terpal, koran, kandang koloni (cage kapasitas 10 ekor), neraca analitik, buku
catatan, wadah pakan starter dan layer, wadah air minum starter dan layer, alat
pemanas (lampu bohlam), plastic, kabel, gunting, piting lampu, thermometer.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air bersih, sabun,
desinfektan yaitu formaldehyde, kapur (Tohor), pasir, larutan air gula merah, therapy,
ransum komersil BR 1, dan ransum BR2.
Pemeliharaan dimulai pada tanggal 22 februari 2020. Dua ratus ekor DOC
ditempatkan kedalam kandang koloni berukuran 70 x 60 x 50 cm yang berjumlah 20
buah. Kandang dilengkapi dengan lampu sebagai alat penerangan, tempat pakan dan
tempat air minum.. Selain itu juga digunakan timbangan, dan tempat ransum.
Penimbangan bobot badan ayam dan ransum menggunakan timbangan kapasitas 2 kg
dengan skala terkecil 0,01 gram. Ayam yang baru datang diberi air minum yang
mengandung gula sebagai pengganti energi yang hilang selama di perjalanan karena
anak ayam didatangkan dari Lampung dan obat anti stress seperti vita stress.
Penempatan ayam dan penempatan ransum perlakuan di dalam kandang dilakukan
secara acak.
Pembatasan ransum ini hanya berlaku sampai ayam berumur 3 minggu (fase
awal) saat pemberian ransum BR1. Saat pemberian ransum BR2 maka ransum
disediakan 100%. Untuk pemberian pakan minggu keempat, pakan diberikan secara
adlibitum (terus menerus) ketika pakan akan habis maka praktikan harus mengisi
pakan lagi pada tempat pakan yang mana minggu keempat pakan diberikan untuk P1
sebanyak 1500 gr/koloni/hari, P2 sebanyak 1500 gr/koloni/hari, P3 sebanyak 1500
gr/koloni/hari dan P4 sebanyak 1500 gr/koloni/hari dan ketika pakan tersebut habis
dari jumlah pemberian pakan sebelumnya maka ditambahkan sebanyak 500
gr/koloni/hari dan seterusnya.
Untuk pemberian air minum tetap secara adlibitum. Pada saat ingin
menghitung PBB darin ayam, ayam tersebut dipuasakan terlebih dahulu selama 8 jam
untuk mendapat bobot badan sesungguhnya. Pemuasaan ayam dilakukan pada jam 10
malam setiap jumat malam yang mana pakan diangkat sehingga ayam akan
dipuasakan. Setiap minggunya ayam akan dilakukan perhitungan bobot badan setelah
sebelumnya ayam dipuasakan.
Pengembalian kandang dan Peralatan dilakukan pada pukul 09.00 WIB
tanggal 28 Maret 2020. Pasca praktikum Setelah kegiatan praktikum berakhir maka
kandang beserta peralatannya wajib dibersihkan dari semua limbah dan kotoran.
Kandang harus sudah bersih dalam 3 hari pasca praktikum berakhir. Kandang dan
peralatannya yang sudah bersih dikembalikan kepada pengurus Farm dan Unit Bisnis.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi ransum dihitung dari selisih antara ransum yang diberikan dengan
sisa ransum pada waktu yang sama yang dinyatakan dalam g/ekor/minggu.
Konsumsi ransum dihitung berdasarkan rumus berikut:
Konsumsi Ransum (gram/ekor/minggu) =
Ransum yang diberikan(gram/minggu)−Ransum sisa( gram/ minggu)
jumlah ternak
Dari data tabel diatas tampak terlihat bahwa konsumsi ransum ayam terus
meningkat setiap minggunya mengikuti laju pertumbuhan ayam tersebut. Namun
dapat dilihat perbedaan perbandingan konsumsi ransum yang sangat signifikan
Antara pemberian pakan secara pembatasan pakan dan adlibitum . Pembatasan pakan
dengan mematokkan atau menentukan persentase pakan yang akan diberikan tiap
harinyan. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Sari et al (2004) yang menyatakan
bahwa pemberian makanan terbatas yaitu suatu sistem pemberian makanan dengan
mengurangi jumlah ransum yang diberikan dalam persentase tertentu dari jumlah
konsumsi ransum yang diberikan secara adlibitum. Diperkuat dengan pendapat Azis
et al (2011) yang menyatakan Penurunan konsumsi tersebut wajar terjadi karena
terbatasnya waktu untuk mengakses ransum sehingga aktivitas makan menjadi
terbatas. Aktivitas makan pada ayam dipengaruhi oleh ketersediaan ransum dan
apabila disediakan ad libitum ransum akan dikonsumsi lebih banyak.
Pada minggu 1,2 dan 3 konsumsi ransum ayam jauh dibawah konsumsi
ransum minggu 4 yang diberikan secara adlibitum. Ternak unggas lebih cenderung
menyukai pakan yang memiliki kadar serat rendah dibandingkan pakan yang
mengandung serat tinggi. Kandungan Nutrisi dalam pakan ternak juga akan
berpengaruh dalam konsumsi ransum ayam. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat
Handoko et al (2013) yang menyatakan Kandungan serat yang tinggi pada pakan
menyebabkan ayam pedaging (unggas) cenderung untuk mengkonsumsi pakan yang
relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah konsumsi pakan dengan
kandungan serat yang lebih rendah.
3.2. Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan (PBB) dihitung dari selisih antara bobot badan
saat penimbangan dengan bobot badan penimbangan sebelumnya yang dinyatakan
dalam g/ekor/minggu. Pertambahan bobot badan dihitung berdasarkan rumus berikut:
Dari tabel diatas terlihat tingkat PBB yang sangat pesat pada minggu keempat
dibandingkan minggu minggu sebelumnya. Pemberian pakan secara Adlibitum sangat
mempengaruhi laju pertumbuhan ayam. Pakan yang diberikan secara adlibitum
membuat ayam terus mengkonsumsi ransum dibandingkan pembatasan pakan yang
membatasi konsumsi ransum ayam tiap harinya. PBB sangat erat kaitannya dengan
pemberian pakan pada ternak. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Yulma et al
(2014) yang menyatakan Rendahnya bobot badan disebabkan oleh konsumsi ransum
yang rendah/sedikit sehingga kebutuhan nutrisi bagi tubuh ayam belum tercukupi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu pemberian dan jumlah
konsumsi ransum. Diperkuat dengan pendapat Rodiallah et al (2018) yang
menyatakan Apabila kebutuhan tubuh telah terpenuhi baik pertumbuhan,
pembentukan sel-sel jaringan tubuh, maka pertambahan berat badan pun akan
meningkat sesuai dengan pertambahan umur dan tingkat konsumsi per harinya.
Σ konsumsi ransum(gram/ekor )
Konversi Ransum (gram) =
Σ PBB(gram/ekor )
Tabel 3. Konversi Ransum
MINGGU
PERLAKUAN TOTAL RATAAN
1 2 3 4
P1U3 1,60 2,30 2,30 2,70 8,90 2,23
P2U3 1,80 2,60 3,30 2,90 10,60 2,65
P3U3 1,42 2,20 2,52 2,74 8,88 2,22
P4U3 1,32 2,69 2,12 3,11 9,24 2,31
TOTAL 6,14 9,79 10,24 11,45 37,62 9,41
RATAAN 1,54 2,45 2,56 2,86 9,41 2,35
Sumber : Data Kelas C Angkatan 2018 Fakultas Peternakan, Universitas Jambi
Dari tabel diatas tampak terjadi peningkatan koversi ransum setiap minggunya
. Hal tersebut menandakan tidak efesiennya penggunaan pakan yang diberikan kepada
ayam. Angka normal konversi ransum yaitu dibawah 2. Pernyataan ini sesuai dengan
pendapat Nurhayati (2013) yang menyatakan Sebagaimana diketahui bahwa konversi
ransum merupakan nilai untuk menentukan efisiensi penggunaan ransum yang
dipengaruhi oleh konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan. Semakin tinggi
angka konversi ransum semakin rendah efisiensi penggunaan ransum
3.4. Mortalitas
Dari hasil perhitungan mortalitas ayam yang dipelihara selama 4 minggu oleh
mahasiswa peternakan, Fakultas Peternakan Universita Jambi, Mortalitasnya sebesar
5%. Angka tersebut normal didalam pemeliharaan ayam. Pernyataan ini sesuai
dengan pendapat Nurmi et al (2018) yang menyatakan Pemeliharaan broiler
dinyatakan berhasil jika angka kematian secara keseluruhan kurang dari 5%.
Diperkuat dengan pendapat Silondae et al (2018) yang menyatakan Angka mortalitas
3-5% masih dianggap wajar dalam usaha pemeliharaan ayam pedaging (broiler).
Tentu saja dibutuhkan strategi yang dapat menekan angka mortalitas tersebut seperti
sistem manajemen dan tata kelola yang baik, bibit unggul, memberikan ransum yang
berkualitas dan dalam jumlah yang memadai, hingga pemberian vaksin dan obat-
obatan sesuai dosis yang dibutuhkan.
Faktor faktor yang menyebab kematian pada ayam disaat pemeliharaan, yaitu
perawatan ayam, lingkungan dan iklim. Dimana pada perawatan ayam terjadi
tumpahnya air minum yang membuat lembab lantai kandang dan iklim pada saat
pemeliharaan yang ekstrem. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Risa et al (2014)
yang menyatakan Faktor faktor yang dapat mempengaruhi mortalitas antara lain
bobot badan, bangsa, tipe ayam, iklim, kebersihan, lingkungan, sanitasi, peralatan,
dan kandang serta suhu lingkungan.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Ada baiknya lantai kandang yang dialaskan pasir digantikan dengan bahan
seperti sekam atau serbuk gergaji yang mana bahan tersebut tidak terlalu lama
menahan air yang dapat menimbulkan kelembaban pada lantai. Seperti pasir yang
permukaanya tampak kering namun dasarnya lembab menimbulkan pertumbuhan
belatung yang dapat beresiko pada kesehatan ayam.
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI KEGIATAN
1.Pembersihan lingkungan Kandang 2. Pebersihan kandang
4. Khaerani Kiramang
5. Muharlien, Achmanu dan R.Rachmawati.
6. Nurhayati
7. Ernita Risa, Rahmawati Semaun dan Intan Dwi Novita