Anda di halaman 1dari 13

Clinical Science Session

METODE KONTRASEPSI

Oleh:
Yundzir Furqan bin Yurnalis 1840312662
Nadhirah binti Sa’an 1840312661

Preseptor:
Dr. Hudila Rifa Karmia, Sp.OG(K)

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia.

Menurut data Badan Pusat Statistik proyeksi jumlah penduduk Indonesia tahun 2010

mencapai 238.518 jiwa dengan laju pertumbuhan 1,49% pertahun. Pemerintah berupaya

untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dengan salah satu program yang dikenal

dengan Keluarga Berencana (KB).1 Sebagaimana diketahui, tujuan keluarga berencana

adalah (1) memberikan kebebasan kepada pasangan dan individu secara bertanggung

jawab untuk menentukan jumlah dan jarak anak yang akan dimiliki, (2) memperoleh

informasi yang memadai mengenai pilihan-pilihan metode KB yang ada, serta (3)

menyediakan secara lengkap metode yang efektif dan aman untuk pasangan atau individu

yang menginginkan KB.2

Kontrasepsi adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami

isteri untuk mendapatkan objektif tertentu,menghindari kelahiran yang tidak diinginka

mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,

mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri dan

menentukan jumlah anak dalam keluarga. Metode kontrasepsi yang ada dalam program

KB di Indonesia terbagi menjadi lima yaitu, metode kontrasepsi sederhana, metode

kontrasepsi hormonal, metode kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

(AKDR) atau IUD (Intra Uterine Device), metode kontrasepsi mantap dan metode

darurat. Tersedianya akses informasi dan pelayanan KB, dapat mencegah kehamilan yang

tidak diinginkan.3

2
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pemilihan metode

kontrasepsi yang digunakan. Purba (2009) menemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap pemilihan metode kontrasepsi yang digunakan yaitu faktor

prediposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendukung

(ketersediaan alat kontrasepsi, jarak rumah ke puskesmas, waktu tempuh dan biaya),

faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan).4

1.2 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan meningkatkan pengetahuan

tentang metode kontasepsi.

1.3 Metode Penulisan

Makalah ini ditulis berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk pada berbagai

literatur.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Keluarga Berencana (KB)

Definisi KB

Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran anak

yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah

dan menunda kehamilan.5

Menurut WHO (World Health Organisation) (1970) keluarga berencana adalah

tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek tertentu,

yaitu menghindarkan kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang

diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Keluarga berencana adalah suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan

jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.6

Tujuan Program KB

Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan

kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh

suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.5 Keluarga

berencana merupakan suatu upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan

untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Keluarga berencana memiliki peranan dalam

menurunkan resiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, menunda kehamilan atau

membatasi kehamilan. Pelayanan keluarga berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan

preventif yang dasar dan utama.1

4
Dalam ICPD (Internationale Conference on Population and development) Kairo 1994,

disebutkan bahwa salah satu tujuan program keluarga berencana yaitu membantu pasangan dan

individu untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab tentang jumlah dan jarak

antara satu anak dengan anak lainnya dan untuk mendapatkan informasi dan sarana dalam

melakukannya, juga untuk memberi kebebasan serta ketersediaan berbagai macam alat

kontrasepsi yang aman dan sehat.7 Menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional), tujuan kelurga berencana adalah : a) Meningkatkan derajat kesehatan dan

kesejahteraan ibu dan anak serta keluarga dan bangsa pada umumnya. b) Meningkatkan

martabat kehidupan rakyat dengan cara menurunkan angka kelahiran sehingga pertambahan

penduduk tidak melebihi kemampuan untuk meningkatkan reproduksi.

Manfaat lain pengendalian kelahiran, antara lain, adalah sebagai berikut:2

a. Penggunaan kondom yang lebih besar untuk kontrasepsi akan mengurangi penularan HIV

dan penyakit infeksi menular seksual lainnya sehingga membantu mengekang

perkembangan AIDS.

b. Mengurangi kelahiran yang tidak direncanakan dan ukuran keluarga akan menghemat

pengeluaran sektor publik untuk pelayanan sosial, kesehatan, air, sanitasi, dan mengurangi

tekanan pada sumber daya alami yang semakin langka. Dengan demikian, tujuan

pembangunan sosial dan ekonomi akan lebih mudah dicapai.

c. Mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan, khususnya di kalangan remaja, akan

meningkatkan kesempatan pendidikan dan pekerjaan bagi wanita. Hal ini pada gilirannya

memberikan kontribusi untuk meningkatkan status wanita, meningkatkan tabungan

keluarga, mengurangi kemiskinan, dan memacu pertumbuhan ekonomi.

5
d. Menunda kehamilan pertama sering membantu wanita yang menikah pada usia dini untuk

menyelesaikan pendidikannya. Hal ini meningkatkan kesejahteraan keluarga dan anak-

anaknya.

e. Selain itu, pembatasan jumlah anak memungkinkan orang tua untuk berinvestasi lebih

banyak pada anak yang ada, meningkatkan status pendidikan, dan kesehatan mereka.

2. Kontrasepsi

Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-

usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen.8 Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya

sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang

telah dibuahi ke dinding rahim.9

Efektivitas (Daya Guna) Kontrasepsi8

Menurut Wiknjosastro, efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2

tingkat, yakni:

a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi untuk

mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, apabila kontrasepsi tersebut

digunakan dengan mengikuti aturan yang benar.

b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsi dalam keadaan

sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pemakaian yang tidak

hati-hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan sebagainya.

Secara umum syarat metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut:10

6
1. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan.

2. Berdaya guna, dalam arti bila digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah

terjadinya kehamilan.

3. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus.

4. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di

masyarakat.

5. Terjangkau harganya oleh masyarakat

6. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali kesuburannya,

kecuali kontrasepsi mantap.

Memilih Metode Kontrasepsi11

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi

yang baik ialah kontrasepsi yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

a. Aman atau tidak berbahaya

b. Dapat diandalkan

c. Sederhana

d. Murah

e. Dapat diterima oleh orang banyak

f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).

Faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi yaitu:11

a. Faktor pasangan

1) Umur

2) Gaya hidup

3) Frekuensi senggama

7
4) Jumlah keluarga yang diinginkan

5) Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu

6) Sikap kewanitaan

7) Sikap kepriaan.

b. Faktor kesehatan

1) Status kesehatan

2) Riwayat haid

3) Riwayat keluarga

4) Pemeriksaan fisik

5) Pemeriksaan panggul.

Berbagai jenis metode atau alat kontrasepsi dibagi menjadi:12

1. Kontrasepsi Sterilisasi

Yaitu pencegahan kehamilan dengan mengikat sel indung telur pada wanita (tubektomi) atau

testis pada pria (vasektomi). Proses Sterilisasi ini harus dilakukan oleh ginekolog (dokter

kandungan). Efektif bila memang ingin melakukan pencegahan kehamilan secara permanen.

a) Kontrasepsi Teknik, dibagi menjadi :

(1) Coitus Interuptus (senggama terputus) : ejakulasi dilakukan di luar vagina. Faktor

kegagalan biasanya terjadi karena ada sperma yang sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme

berulang atau terlambat menarik penis keluar.

(2) Sistem Kalender (pantang berkala) : tidak melakukan senggama pada masa subur, perlu

kedisiplinan dan pengertian antara suami istri karena sperma maupun sel telur (ovum) mampu

bertahan hidup sampai dengan 48 jam setelah ejakulasi. Faktor kegagalan karena salah

8
menghitung masa subur (saat ovulasi) atau siklus haid tidak teratur sehingga perhitungan tidak

akurat.

(3) Prolonged lactation atau menyusui, selama tiga bulan setelah melahirkan saat bayi hanya

minum ASI (Air Susu Ibu) dan menstruasi belum terjadi, otomatis tidak akan terjadi kehamilan.

Tapi jika ibu hanya menyusui kurang dari enam jam per hari, kemungkinan terjadi kehamilan

cukup besar.

b) Kontrasepsi Mekanik, terdiri dari :

(1) Kondom : terbuat dari latex. Terdapat kondom untuk pria maupun wanita serta berfungsi

sebagai pemblokir sperma. Kegagalan pada umumnya karena kondom tidak dipasang sejak

permulaan senggama atau terlambat menarik penis setelah ejakulasi sehingga kondom terlepas

dan cairan sperma tumpah di dalam vagina.

(2) Spermatisida : bahan kimia aktif untuk membunuh sperma, berbentuk cairan, krim atau tisu

vagina yang harus dimasukkan ke dalam vagina lima menit sebelum senggama. Kegagalan

sering terjadi karena waktu larut yang belum cukup, jumlah spermatisida yang digunakan

terlalu sedikit atau vagina sudah dibilas dalam waktu kurang dari enam jam setelah senggama.

(3) Vaginal diafragma : lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup mulut rahim

bila dipasang dalam liang vagina enam jam sebelum senggama. Efektifitasnya sangat kecil,

karena itu harus digunakan bersama Spermatisida untuk mencapai efektivitas 80%.

(4) IUD (Intra Uterina Device) atau spiral : terbuat dari bahan polyethylene yang diberi lilitan

logam, umumnya tembaga (Cu) dan dipasang di mulut rahim. Kelemahan alat ini yaitu bisa

menimbulkan rasa nyeri di perut, infeksi panggul, pendarahan di luar masa menstruasi atau

darah menstruasi lebih banyak dari biasanya.

c) Kontrasepsi Hormonal

9
Kontrasepsi hormonal bisa berupa pil KB yang diminum sesuai petunjuk hitungan hari yang

ada pada setiap blisternya, suntikan, susuk, (Implant) yang ditanam untuk periode tertentu,

koyo KB atau spiral berhormon. Kontrasepsi hormonal terdiri dari :

(1) Pil Kombinasi Oral Contraception (OC) : Pil kombinasi merupakan kombinasi dosis rendah

estrogen dan progesteron. Penggunaan kontrasepsi pil kombinasi estrogen dan progesteron atau

yang hanya terdiri dari progesteron saja merupakan penggunaan kontrasepsi terbanyak.

(2) Suntik KB : Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik. Cara pemakaiannya

dengan menyuntikan zat hormonal ke dalam tubuh. Zat hormonal yang terkandung dalam

cairan suntikan dapat mencegah kehamilan dalam waktu tertentu. Biasanya penyuntikan ini

dilakukan 2-3 kali dalam sebulan.

(3) Susuk KB (Implant) : Implant terdiri dari 6 kapsul silastik, setiap kapsulnya berisi

levomorgestrel sebanyak 36 miligram dengan panjang 3,4 cm dan diameter 2,4 cm. Kemasan

Implant dirancang agar isinya tetap steril selama masa yang ditetapkan asalkan kemasannya

tidak rusak atau terbuka. Kapsul yang dipasang harus dicabut menjelang akhir masa 5 tahun.

Pemasangan implant hanya dilakukan petugas klinik yang terlatih secara khusus (dokter, bidan

dan paramedik) yang dapat melakukan pemasangan dan pencabutan Implant. Terdapat dua

jenis implant yaitu Norplant dan Implanon. Koyo KB digunakan dengan ditempelkan di kulit

setiap minggu. Kekurangannya adalah dapat menimbulkan reaksi alergi bagi yang memiliki

kulit sensitive dan kurang cocok untuk digunakan pada daerah beriklim tropis.

Kontrasepsi Hormonal

Definisi Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan

reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi.13 Kontrasepsi hormonal merupakan

10
kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar

hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi.14

Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal

Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap kelenjar

hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan folikel dan

proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran

Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga perkembanagan dan kematangan Folicle De

Graaf tidak terjadi. Di samping itu progesteron dapat menghambat pengeluaran Hormone

Luteinizing (LH). Estrogen mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai

uterus endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi.14

Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesterone bervariasi dari hari ke

hari. Bila salah satu hormon mencapai puncaknya, suatu mekanisme umpan balik (feedback)

menyebabkan mula-mula hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan isyarat-

isyarat kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut danmenambah sekresi

dari hormon lainnya. Bila terjadi kehamilan, maka estrogen dan progesteron akan tetap dibuat

bahkan dalam jumlah lebih banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak siklus, sehingga akan

mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen bekerja secara primer untuk membantu pengaturan

hormon realising factors of hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum

di dalam ovarium dan merangsang perkembangan endometrium. Progesteron bekerja secara

primer menekan atau depresi dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah

pelepasan ovum yang terlalu dini atau prematur dari ovarium, serta juga merangsang

perkembangan dari endometrium.11

11
BAB III

KESIMPULAN

Kontrasepsi adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk

mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan

kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu

saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri dan menentukan jumlah anak dalam

keluarga. Metode kontrasepsi yang ada dalam program KB di Indonesia terbagi menjadi

lima yaitu, metode kontrasepsi sederhana, metode kontrasepsi hormonal, metode kontrasepsi

dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau IUD (Intra Uterine Device), metode

kontrasepsi mantap dan metode darurat.

Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Suatu metode kontrasepsi

sebaiknya haruslah aman, berdaya guna, dapat diterima bukan hanya oleh klien tetapi juga

oleh lingkungan budaya dimasyarakat dan bila metode tersebut dihentikan penggunaannya,

klien akan segera kembali kesuburannya, dipercaya, murah dan terakhir dapat diterima

penggunaannya oleh pasangan.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Jurisman A, Ariadi, Kurniati R. Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pemilihan


Kontrasepsi di Puskesmas Padang Pasir Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(1)
2. Kiswanto E. Dinmika Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Wanita Pernah Kawin di
Indonesia: Analisis Data IFLS 1997,2000, dan 2007. Volume 23 Nomor 2 2015
Halaman 17-37.
3. Sinyal MP, Rompas S, Bataha Y. Penggunaan Alat Kontrasepsi Oleh Akseptor di
Rumah Sakit Manado Medical Center Periode Juli-Desember 2018. e-journal
Keperawatan (e-Kp) Volume 7 Nomor 1, Februari 2019.
4. Fienalia RA. Hartanto, H. 2004. KB dan Kontrasepsi, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.
[skripsi] Universitas Indonesia. 2012.
5. Sulistyawati, A. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.
6. Zainuddin, E. 2012. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi
Efektif Terpilih (MKET) Pada Akseptor KB Di Kelurahan Tonasa Kecamatan Balocci
Kab. Pangkep Tahun 2012.
7. Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihama.
8. Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
9. Nugroho, T dan Utama I.B. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta:
Nuha Medika.
10. Saifuddin 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta, Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
11. Hartanto, H. 2002. Keluarga Berencana Dan Alat Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
12. Hartanto, H. 2004. KB dan Kontrasepsi, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.
13. Baziad, A. 2008. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
14. Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta: EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai