Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN BATU GINJAL

A. Definisi
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk dan deposit mineral,
umumnya kalsium oksalat dan kalsium fosfat serta asam urat dan kristal-
kristal lain yang ditemukan sepanjang traktus urinarius (Mutaqin, 2013)

Batu ginjal adalah adanya batu dalam sistem perkemihan sebanyak


60% kandungan batu ginjal terdiri atas kalsium oksalat, asam urat,
Magnesium, amonium, dan fosfat atau gelembung asam amino.
(dr.nursalam dkk. 2011)

B. Etiologi
Batu ginjal kebanyakan tidak diketahui penyebabnya. Namun ada
beberapa macam penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya batu
ginjal, antara lain : renal tubular acidosis dan medullary sponge kidney.
Secara epidemiologi terdapat dua factor yang mempermudah/
mempengaruhi terjadinya batu pada saluran kemih pada seseorang.
Faktor-faktor ini adalah faktor intrinsik, yang merupakan keadaan yang
berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang
berasal dan lingkungan disekitarnya.
1) Faktor intrinsik itu antara lain adalah :
a. Umur Penyakit batu saluran kemih paling sering didapatkan
pada usia 30 - 50 tahun.
b. Hereditair (keturunan). Penyakit ini diduga diturunkan dari
orang tuanya. Dilaporkan bahwa pada orang yang secara
genetika berbakat terkena penyakit batu saluran kemih,
konsumsi vitamin C yang mana dalam vitamin C tersebut
banyak mengandung kalsium oksalat yang tinggi akan
memudahkan terbentuknya batu saluran kemih, begitu pula
dengan konsumsi vitamin D dosis tinggi, karena vitamin D
menyebabkan absorbs kalsium dalam usus meningkat.
c. Jenis kelamin Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
disbanding dengan pasien perempuan.
2) Faktor ekstrinsiknya antara lain adalah:
a. Asupan air Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden
batu saluran kemih.
b. Diet Obat sitostatik untuk penderita kanker juga memudahkan
terbentuknya batu saluran kemih, karena obat sitostatik bersifat
meningkatkan asam urat dalam tubuh. Diet banyak purin,
oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu
saluran kemih.
c. Iklim dan temperatur Individu yang menetap di daerah beriklim
panas dengan paparan sinar ultraviolet tinggi akan cenderung
mengalami dehidrasi serta peningkatan produksi vitamin D3
(memicu peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat), sehingga
insiden batu saluran kemih akan meningkat.
d. Pekerjaan Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang
pekerjaanya banyak duduk atau kurang aktifitas ( sedentary life )
e. Istirahat ( bedrest ) yang terlalu lama, misalnya karena sakit juga
dapat menyebabkan terjadinya penyakit batu saluran kemih.
f. Geografi pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian
batu saluran kemih lebih tinggi daripada daerah lain sehingga
dikenal sebagai daerah ston belt (sabuk batu).
C. Patofisiologi
Uroliasis merupakan kristalisasi dari mineral dari matrik seputar,
seperti: pus, darah, jaringan yang tidak viral, tumor atau urat.
Peningkatan konsentrasi di larutan urine akibat intake cairan rendah dan
juga peningkatan bahan-bahan organik akibat ISK atau utine statis,
mensajikan sarang untuk pembentukan batu.
1) Proses perjalanan panyakit:
Proses terbentuknya batu terdiri dari beberapa teori, antara lain:
a. Teori Intimatriks
Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya
substansi organik Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari
mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah
kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.
b. Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti
sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah
terbentuknya batu.
c. Teori Presipitasi-Kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi
dalam urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin,
santin dan garam urat, urine alkali akan mengendap garam-
garam fosfat.
d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat
Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat,
pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida
akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran Kencing.

D. Manifestasi Klinis
Manifestai klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung
pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat
aliran urine, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dan system piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi
(pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam, dan disuria)
dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada,
menyebabkan sedikit gejala umum secara perlahan merusak unit
fungsional (nefron) ginjal: sedangkan yang lain menyebabkan nyeri yang
luar biasa dan ketidak nyamanan.
Batu di piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam
dan terus menerus diarea kostovertebral. Hemeturia dan piuria dapat
dijumpai. Nyeri yang berasal dari area renal menyebar secara anterior
dan pada wanita mendekati kandung kemih sedangkan pada pria
mendekati testis. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan
ke seluruh area kostovertebral, dan muncul mual dan muntah, maka
pasien mengalami episode kolik renal. Diare dan ketidak nyamanan
abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat dari reflex
renointestinal dan proktimitas anatomik ginjal ke lambung, pankreas dan
usus besar.
Batu yang terjebak di ureter menyebabkan gelombang nyeri yang
luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien
merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan
biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu. Kolompok gejala
ini disebut kolik ureteral. Umumnya pasien akan mengeluarkan batu
dengan diameter 0,5 sampai 1 cm secara spontan. Batu dengan diameter
lebih dari 1 cm biasanya harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat
diangkat atau dikeluarkan secara spontan.
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan
gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan
hematuria. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih,
akan terjadi retnsi urin.Jika infeksi berhubungan dengan adanya batu,
maka kondisi ini jauh lebih serius, disertai sepsis yang mengancam
kehidupan pasien ( Brunner&Suddarth 2011).
F. Komplikasi
1) Sumbatan atau obstruksi akibat adanya pecahan batu
2) Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat
obstruksi
3) Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum
pengobatan atau pengangkatan batu ginjal.
4) Obstruksi
5) Hidronephrosis

G. Pencegahan
1) Minum banyak air putih sehingga produksi urin dapat menjadi 2-2,5
liter per hari
2) Diet rendah protein, nitrogen, dan garam
3) Hindari vitamin C berlebih, terutama yang berasal dari suplemen
4) Hindari mengonsumsi kalsium secara berlebihan
5) Konsumsi obat seperti thiazides, potasium sitrat, magnesium sitrat,
dan allopurinol tergantung dari jenis batunya.

H. Penatalaksanaan
Sekitar 90 % dari batu ginjal yang berukuran 4 mm dapat keluar
dengan sendirinya melalui urin. Namun, kebanyakan batu berukuran
lebih dari 6 mm memerlukan intervensi. Pada beberapa kasus, batu yang
berukuran kecil yang tidak menimbulkan gejala, dapat diobservasi
selama 30 hari untuk melihat apakah dapat keluar dengan sendirinya
sebelum diputuskan untuk dilakukan intervensi bedah. Tindakan bedah
yang cepat, perlu dilakukan pada pasien yang hanya mempunyai satu
ginjal, nyeri yang sangat hebat, atau adanya ginjal yang terinfeksi yang
pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Penghilang rasa sakit
Obat penghilang rasa sakit yang paling cocok untuk nyeri karena
batu ginjal adalah golongan narkotika seperti morfin, demerol, atau
dilaudid. Namun standar saat ini untuk menghilangkan nyeri akut karena
batu ginjal adalah penyuntikan ketorolak melalui pembuluh darah.

Intervensi bedah
a) Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), tehnik ini
menggunakan getaran gelombang untuk memecahkan batu dari luar
sehingga batu menjadi serpihan kecil yang pada akhirnya dapat
keluar dengan sendirinya.
b) Percutaneus nephrolithotomy atau pembedahan terbuka dapat
dilakukan pada batu ginjal yang besar atau yang mengalami
komplikasi atau untuk batu yang tidak berhasil dikeluarkan dengan
cara ESWL.

I. Pengkajian
 Akivitas/ istirahat
Gejala: Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana klien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi, keterbatasan aktivitas/ mobilisasi
sehubungan dengan kondisi sebelumnya (contoh penyakit tak sembuh,
cedera medulla spinalis)
 Sirkulasi
Tanda: peningkatan TD/ nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal), kulit
hangat dan kemerahan.
 Eliminasi
Gejala: riwayat adanya/ ISK kronis: obstruksi sebelumnya (kalkulus),
penurunaan haluan urine, kandung kemih penuh, rasa terbakar,
dorongan berkemih, diare.
Tanda: Oliguria, hemeturia, piuria, perubahan pola berkemih.
 Makanan/ cairan
Gejala: Mual/ muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purine,
kalsium oksalat, dan / fosfat, ketidak cukupan pemasukan cairan: tidak
minum air yang cukup.
Tanda: Diestensi abdominal: penurunan/ tak ada bising usus, muntah.
 Nyeri/ kenyamanan
Gejala:
a) Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada
lokasi batu, contoh pada panggul di region sudut kostovetebrel:
dapat menyebar kapanggul, abdomen, dan turun ke lipatan
paha/ genetalia.
b) Nyeri dangkal konstan menunjukan kalkulus ada dipelvis atau
kalkulus ginjal.
c) Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat dengan posisi
atau tindakan lain.
Tanda: Melindungi: perilaku distraksi, nyeri tekan pada daerah
ginjal pada palpasi.
 Keamanan
Gejala: Penggunaan alkohol: demam menggigil.
 Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala: Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,
gout, ISK kronis. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen
sebelumnya, hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotik anti
hipertensi, natrium bikarbonat aluporinol, fosfat, tiazid, pemasukan
berlebihan kalsium/ vitamin.

J. Diagnosis keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah data data yang didapatkan pada pengkajian
keperawatan kemudian disusunlah diagnosa yang umum timbul pada batu
saluran kemih. Menurut Marliynn E, Doengoes diagnose keperawatan pada
klien dengan Post Operasi Ureter Resection Sitoscopy adalah:
a) Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi bedah, tekanan
dan mitasi kateter/ badan
b) Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih, reflek spasme
otot: presedur bedah atau tekanan dari balon kandung kemih.
c) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
d) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan
pengetahuan atau informasi.
e) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kesulitan mengontrol perdarahan, pembatasan pra- operasi
f) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
sekunder terhadap: presedur bedah, presedur alat invasive, alat selama
pembedahan kateter, irigasi kandung kemih.
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN BATU GINJAL

DISUSUN OLEH :
DIAN ARI WINURJATI
18008

AKADEMI KEPERAWATAN
GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI
2019 / 2020
E. Pathway

Faktor etiologi:

1. Teori nukleasi Teori matriks Penghambatan kristalisasi

Batu Ginjal (Urolitiasis)

obstruksi Pembedahan

Post operasi Kurang informasi


Aliran balik urin

Invasi kuman Hydronefrosis


Kesalahan
Ansietas interpretasi
Resiko infeksi Mendesak lambung

Defisit
Reflek pengetahuan
renointestinal

Mual muntah Tirah baring Terputusnya


kontinuitas jaringan

Resiko kurang Nyeri akut


volume cairan

Fungsi muskuloskeletal Defisit


belum pulih perawatan diri

Pembatasan gerak

Hambatan
mobilitas fisik
K. Rencana tindakan keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi dan Rasional
keperawatan
1. Perubahan eliminasi NOC : urinary elimination NIC : urinary retention care
urine berhubungan Urinary continence 1. monitor intake dan output
dengan obstruksi Rasional: mengetahui keseimbangan cairan
bedah, tekanan dan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2. instruksikan pada keluarga pasien untuk
mitasi kateter/ badan selama 3X24 jam perubahan eliminasi memonitor output urin
urin dapat teratasi Rasional : sebagai acuan pemberian terapi cairan
selanjutnya
Kriteria Hasil : 3. sediakan privacy untuk elimasi
- kandung kemih kosong secara Rasional : memberikan privasi pada pasien
penuh 4. kateterisasi jika perlu
- tidak ada residu urin > 100-200cc Rasional : memudahkan pasien untuk eliminasi
- bebas dari ISK 5. stimulasi refleks bladder dengan kompres dingin
- tidak ada spasme bladder pada abdomen
- balance cairan seimbang Rasional : merangsang pasien untuk berkemih

2. Nyeri berhubungan NIC:Pain Managament


dengan iritasi lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
mukosa kandung (P=penyebab, Q=kualitas dan kuantitas, R=daerah dan
kemih, reflek spasme penyebarannya, S=seberapa kuat nyeri yang dirasakan,
otot: presedur bedah T=waktu terjadinya nyeri)
atau tekanan dari Rasional : mengetahui skala nyeri yang dirasakan
balon kandung pasien
kemih. kontrol lingkungan pasien yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan
kebisingan
Rasional : memberikan kenyamanan bagi pasien
ajarkan tentang teknik non farmakologi seperti teknik
relaksasi nafas dalam
Rasional : mengalihkan rasa nyeri yang dirasakan pasien
tingkatkan istirahat
Rasional : manajemen energi pasien
evaluasi keefektifan control nyeri
Rasional : mengevaluasi hasil tindakan dan menentukan
intervensi lanjutan
Pertahankan patensi kateter dan sistem drainase.
Pertahankan selang bebas dari lekukan dan bekuan.
Rasional : Mempertahankan fungsi kateter dan drainase
sistem, menurunkan resiko distensi / spasme buli-buli
Kolaborasi dalam pemberian antispasmodic
Rasional : Menghilangkan spasme

3.

4. Nyeri berhubungan NOC: pain level dan pain control NIC:Pain Managament
dengan iritasi 1. lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
mukosa kandung Setelah dilakukan asuhan keperawatan (P=penyebab, Q=kualitas dan kuantitas,
kemih, reflek spasme selama 3X24 jam nyeri berkurang R=daerah dan penyebarannya, S=seberapa kuat
otot: presedur bedah Kriteria Hasil: nyeri yang dirasakan, T=waktu terjadinya nyeri)
atau tekanan dari - Pasien mampu mengontrol nyeri (tahu Rasional : mengetahui skala nyeri yang
balon kandung penyebab nyeri dan mampu dirasakan pasien
kemih. menggunakan teknik nonfarmakologi 2. kontrol lingkungan pasien yang dapat
untuk mengurangi nyeri) mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
- Mampu mengenali nyeri (skala, pencahayaan, dan kebisingan
intensitas, frekuensi) Rasional : memberikan kenyamanan bagi pasien
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri 3. ajarkan tentang teknik non farmakologi seperti
berkurang teknik relaksasi nafas dalam
Rasional : mengalihkan rasa nyeri yang
dirasakan pasien
4. tingkatkan istirahat
Rasional : manajemen energi pasien
5. evaluasi keefektifan control nyeri
Rasional : mengevaluasi hasil tindakan dan
menentukan intervensi lanjutan
6. Pertahankan patensi kateter dan sistem drainase.
Pertahankan selang bebas dari lekukan dan
bekuan.
Rasional : Mempertahankan fungsi kateter dan
drainase sistem, menurunkan resiko distensi /
spasme buli-buli
7. Kolaborasi dalam pemberian antispasmodic
Rasional : Menghilangkan spasme

5. Ansietas NOC: Anxiety self control, coping NIC: anxiety reduction


berhubungan dengan 1. gunakan pendekatan yang menenangkan
perubahan status Setelah dilakukan asuhan keperawatan Rasional : memberikan rasa nyaman pada pasien
kesehatan selama 1X24 jam ansietas dapat teratasi 2. jelaskan semua prosedur dan apa yang yang
dirasakan selama prosedur
Kriteria Hasil: Rasional : menurunkan rasa cemas pasien
- Pasien mampu mengidentifikasi dan 3. dengarkan dengan penuh perhatian
mengungkapkan gejala cemas Rasional : memberikan penghargaan pada pasien
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan 4. identifikasi tingkat kecemasan
menunjukkan tekhnik untuk mengontrol Rasional : mengetahui tingkat cemas yang
cemas dirasakan pasien
- Vital sign dalam batas normal 5. instruksikan pasien menggunakan teknik
relaksasi
Rasional : mengurangi rasa cemas pasien
6. Defisiensi NOC : NIC : teaching : disease proses
pengetahuan Knowledge : disease proses 1. berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
berhubungan dengan Knowledge : health behavior pasien tentang proses penyakit yang spesifik
kurangnya pajanan Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan
pengetahuan atau Setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien
informasi. selama 1X24 jam klien mengetahui 2. gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
informasi tetntang penyakitnya. pada penyakit
Rasional : Pasien dan keluarga mengetahui
Kriteria Hasil : tentang tanda dan gejala dari penyakit yang
- pasien dan keluarga menyatakan dialami
pemahaman tentang penyakit, 3. gambarkan proses penyakit dengan cara yang
kondisi, prognosis, dan program tepat
pengobatan Rasional : pasien dan keluarga mengetahui
- pasien dan keluarga mampu tentang kondisinya
melaksanakan prosedur yang telah 4. sediakan informasi tentang kondisi
dijelaskan Rasional : mengetahui perkembangan kondisi
pasien
5. diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan
Rasional : untuk mencegah komplikasi di masa
mendatang
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:


EGC.

Djoerban. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.IV jilid II. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Gale, Daniele. 1996. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat R, Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta:
EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari


Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 7.


Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai