Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.
Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata,
atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapang pandang. Glaukoma adalah suatu
penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi
kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi
penglihatan1
Di Indonesia glaucoma kurang dikenal oleh masyarakat, padahal cukup
banyak yang menjadi buta karenanya. Pada glaukoma kronik dengan sudut
bilik mata depan terbuka misalnya, kerusakan pada saraf optik terjadi
perlahan-perlahan hampir tanpa keluhan subyektif. Hal ini menyebabkan
penderita datang terlambat pada dokter2.
Glaukoma merupakan penyebab paling umum kebutaan irreversible di
dunia, yang menyerang 2% orang berusia lebih dari 40 tahun, dan 4% orang
berusia lebih dari 70 tahun.3 Sekitar 40% dari penderita glaukoma di
Indonesia mengalami kebutaan. Penyakit ini menjadi penyebab ketiga
terjadinya kebutaan di Indonesia dan penyebab kebutaan nomor dua di seluruh
dunia dengan jumlah penderita diperkirakan mencapai 50 juta orang.1
Bila sudah dibuat diagnosis glaucoma dimana tekanan mata diatas 21
mmHg dan terdapat kelainan pada lapang pandang dan papil makan berikan
pilokarpin 2% 3 kali sehari. Bila pada control tidak terdapat perbaikan,
ditambahkan timolol 0,25% 1-2 dd sampai 0,5%, asetazolamida 3 kali 2500
mg atau epingefrin 1-2 % 2 dd. Obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi
untuk mendapatkan hasil yang efektif. Bila pengobatan tidak berhasil maka
dilakukan trabekulektomi laser atau pembedahan trabekulektomi.4

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI

Struktur dasar mata yang berhubungan dengan humor aquos adalah korpus
siliaris, sudut kamera okuli anterior, dan sistem aliran humor aquos5
a.Korpus siliaris

Gambar 1 Korpus Siliaris5


Berfungsi sebagai pembentuk humor aquos, memiliki panjang 6 mm,
membentuk segitiga pada potongan melintang, membentang ke depan dari
ujung anterior koroid ke pangkal iris. Terdiri dari dua bagian yaitu : anterior:
pars plicata (2mm), posterior: pars plana (4 mm). Tersusun dari 2 lapisan sel
epitel siliaris:
1. Non pigmented ciliary epithelium (NPE)
2. Pigmented ciliary epithelium (PE)
Humor aquos disekresikan secara aktif oleh epitel yang tidak berpigmen.
Sebagai hasil proses metabolik yang tergantung pada beberapa sistem enzim,
terutama pompa Na+/K+ - ATP ase, yang mensekresikan ion Na+ ke ruang
posterior5.
b.Sudut kamera okuli anterior

2
Memegang peranan penting dalam proses aliran humor aquos. Dibentuk
oleh akar iris, bagian paling anterior korpus siliaris, sklera spur, trabecular
meshwork dan garis schwalbe (bagian akhir dari membran descemet
kornea)5
c.Sistem Aliran Humor Aquos

Gambar 2 Sistem aliran humor aquos yang normal Aqueous humor mengalir dari sel
non-pigmentasi dari ciliary epithelia (A) di bawah konjungtiva (D). Aqueous humor
mengatasi resistensi fisiologis dari dua sumber: resistensi dari pupil (B) dan resistensi
dari trabecular meshwork (C) 6

Melibatkan trabecular meshwork, kanalis schlemm, saluran kolektor,


vena aqueous, dan vena episklera .
1. Trabecular meshwork
Suatu struktur yang mirip saringan yang dilewati humor aquos,
90 % humor aquos melewati bagian ini. Terdiri dari 3 bagian:
a. Uvea meshwork
b. Corneoscleral meshwork
c. Juxtacanalicular meshwork

3
Gambar 3 Trabecular Meshwork5.
2. Kanalis schlemm
Merupakan saluran pada perilimbal sklera, dihubungkan oleh
septa. Dinding bagian dalam kanalis schlemm dibatasi oleh sel
endotel yang ireguler yang memiliki vakuola yang besar. Dinding
terluar dari kanal dibatasi oleh sel gepeng yang halus dan mencakup
pembukaan saluran pengumpul yang meninggalkan kanalis schlemm
pada sudut miring dan berhubungan secara langsung atau tidak
langsung dengan vena episklera5.
3. Saluran kolektor
Disebut juga pembuluh aquos intrasklera, berjumlah 25-35,
meninggalkan kanalis schlemm pada sudut lingkaran ke arah tepi ke
dalam vena sclera5.

B. HISTOLOGI

a. Limbus
Limbus merupakan tempat pertemuan antara tepian kornea dengan
sklera. Pada tempat ini terdapat lekukan atau sudut akibat perbedaan
kelengkungan kornea dan sklera. Bagian luarnya diliputi epitel
konjungtiva bulbi yang merupakan epitel berlapis silindris dengan lamina

4
propria di bawahnya. Stromanya merupakan tepian sklera yang menyatu
dengan kornea. Stroma ini tersusun dari jaringan ikat fibrosa. Di bagian
dalam stroma ini membentuk taji sklera (scleral spur). Pada bagian
anterior taji ini terdapat jaringan trabekula (trabecula sheet) dengan
jalinan ruang-ruang di antaranya dikenal sebagai ruang trabekula
(trabecular spaces/ space of Fontana). Di atas trabekula terdapat suatu
saluran lebar dan panjang disebut kanal Schlemm7.

Gambar 4 korneaskleral junction8

b. Kanal Schlemm
Merupakan suatu pembuluh berbentuk cincin yang melingkari mata
tepat anterior dan eksternal skleral spur. Di sebelah luar dibatasi oleh
jaringan sklera dan di dalam oleh lapisan jaringan trabekula yang lebih
dalam. Lumen kanal ini di batasi oleh selapis sel endotel. Kanal ini akan
meneruskan diri ke dalam pleksus sklera dan akhirnya bermuara pada
pleksus vena sklera. Di bagian posterior taji sklera, pada korpus siliaris
terdapat otot polos, muskulus siliaris yang berfungsi untuk mengatur
akomodasi mata7.

5
c. Khoroid (choroid)

Khoroid merupakan lapisan yang banyak mengandung pembuluh


darah dan sel-sel pigmen sehingga tampak bewarna hitam. Lapisan ini
tersusun dari jaringan penyambung jarang yang mengandung serat-serat
kolagen dan elastin, sel-sel fibroblas, pembuluh darah dan melanosit.
Khoroid terdiri atas 4 lapisan yaitu7:

1. Epikhoroid merupakan lapisan khoroid terluar tersusun dari serat-serat


kolagen dan elastin.
2. Lapisan pembuluh merupakan lapisan yang paling tebal tersusun dari
pembuluh darah dan melanosit.
3. Lapisan koriokapiler, merupakan lapisan yang terdiri atas pleksus
kapiler, jaring-jaring halus serat elastin dan kolagen, fibroblas dan
melanosit. Kapiler-kapiler ini berasal dari arteri khoroidalis Pleksus ini
mensuplai nutrisi untuk bagian luar retina.
4. Lamina elastika, merupakan lapisan khoroid yang berbatasan dengan
epitel pigmen retina. Lapisan ini tersusun dari jarring-jaring elastik
padat dan suatu lapisan dalam lamina basal yang homogen7.

d. Badan Siliaris (Korpus siliaris)

Korpus siliaris (badan siliaris) adalah struktur melingkar yang


menonjol ke dalam mata terletak di antara ora serrata dan limbus. Struktur
ini merupakan perluasan lapisan khoroid ke arah depan. Korpus siliar
disusun oleh jaringan penyambung jarang yang mengandung serat-serat
elastin, pembuluh darah dan melanosit7.
Badan siliaris membentuk tonjolan-tonjolan pendek seperti jari yang
dikenal sebagai prosessus siliaris. Dari prosessus siliaris muncul benang-

6
benang fibrillin yang akan berinsersi pada kapsula lensa yang dikenal
sebagai zonula zinii.

Gambar 4 korpus siliaris dan prosesus siliaris8

Korpus siliaris dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid Lapisan luar kaya
akan pigmen dan merupakan lanjutan lapisan epitel pigmen retina. Lapisan
dalam yang tidak berpigmen merupakan lanjutan lapisan reseptor retina,
tetapi tidak sensitif terhadap cahaya. Sel-sel di lapisan ini akan
mengeluarkan cairan filtrasi plasma yang rendah protein ke dalam bilik mata
belakang (kamera okuli posterior)7.
Humor akweus mengalir dari bilik mata belakang (kamera okuli
posterior) ke bilik mata depan (kamera okuli anterior) melewati celah pupil
(celah di antara iris dan lensa), lalu masuk ke dalam jaringan trabekula di
dekat limbus dan akhirnya masuk ke dalam kanal Schlemm. Dari kanal
Schlemm humor akweus masuk ke pleksus sklera dan akhirnya bermuara ke
sistem vena7.

Korpus siliar mengandung 3 berkas otot polos yang dikenal sebagai


muskulus siliaris. Satu berkas karena orientasinya akan menarik khoroid
sehingga membuka kanal Schlemm untuk aliran humor akweus. Dua berkas

7
lain yang menempel pada skleral spur berfungsi untuk mengurangi tekanan
pada zonula Zinii sehingga lensa menjadi lebih tebal dan konveks. Fungsi
ini disebut akomodasi7.

e. Iris (Iris, pelangi)


Iris merupakan bagian yang paling depan dari lapisan uvea. Struktur
ini muncul dari badan siliar dan membentuk sebuah diafragma di depan
lensa. Iris juga memisahkan bilik mata depan dan belakang. Celah di antara
iris kiri dan kanan dikenal sebagai pupil.

Gambar 6 Iris8

Iris disusun oleh jaringan ikat longgar yang mengandung pigmen dan
kaya akan pembuluh darah. Permukaan depan iris yang menghadap bilik
mata depan (kamera okuli anterior) berbentuk tak teratur dengan lapisan
pigmen yang tak lengkap dan sel-sel fibroblas. Permukaan posterior iris
tampak halus dan ditutupi oleh lanjutan 2 lapisan epitel yang menutupi
permukaan korpus siliaris. Permukaan yang menghadap ke arah lensa
mengandung banyak sel-sel pigmen yang akan mencegah cahaya melintas
melewati iris. Dengan demikian cahaya akan terfokus masuk melalui pupil7.
Pada iris terdapat 2 jenis otot polos yaitu otot dilatator pupil dan
otot sfingter/konstriktor pupil. Kedua otot ini akan merubah diameter pupil.
Otot dilatator pupil yang dipersarafi oleh persarafan simpatis akan

8
melebarkan pupil, sementara otot sfingter pupil yang dipersarafi oleh
persarafan parasimpatis (N. III) akan memperkecil diameter pupil7

Jumlah sel-sel melanosit yang terdapat pada epitel dan stroma iris akan
mempengaruhi warna mata. Bila jumlah melanosit banyak mata tampak
hitam, sebaliknya bila melanosit sedikit mata tampak bewarna biru.7

C. FISIOLOGI
Aqueous humor disekresi oleh epitel badan siliaris dengan kecepatan 2-
3µL/menit mengisi kamera okuli posterior 0,06 mL dan kamera okuli anterior
0,25 mL9.

Gambar 7 Anterior Chamber dan Posterior Chamber8

Pembentukan aqueous humor adalah suatu proses biologis yang mengikuti


irama sirkardian. Aquous humor dibentuk oleh korpus siliaris yang masing-masing
dibentuk oleh 2 lapis epitel diatas stroma dan dialiri oleh kapiler-kapiler fenestrate,
yang berisi pembuluh kapiler yang sangat banyak, yang terutama difasilitasi oleh
cabang lingkar arteri utama dari iris.9
Aqueous humor diproduksi melalui 3 mekanisme fisiologi, yaitu:
1. Difusi
Adalah pergerakan pasif ion-ion melalui membrane karena perbedaan
konsentrasi. Sewaktu aqueous humor lewat dari kamera okuli posterior sampai

9
ke kanalis schlemm, mengalami kontak dengan korpus siliaris, iris, lensa,
vitreus, kornea, dan trabecular meshwork.
2. Ultrafiltrasi
Adalah suatu proses dimana cairan dan bahan terlarut melewati membran semi
permeabel dibawah gradient tekanan. Setiap menitnya ± 150 ml darah mengalir
melalui kapiler prosessus siliaris. Selama darah melewati kapiler prosessus
siliaris, sekitar 4% filter plasma mengalami penetrasi dalam dinding kapiler ke
dalam rongga intertisial antara kapiler dan epitel siliaris.
3. Transport Aktif
Merupakan proses yang membutuhkan energy yang mnggerakkan subtansi
secara selektif melawan gradient eletrokimia menyebrangi membrane sel.
Proses ini diperankan oleh berjuta sel epitel tidak berpigmen yang
mensekresikan aqueous humor, setara dengan 1/3 volume intraselnya per
menit.9

10
Gambar 8. Pembentukan aqueous humor9

Aqueous humor mengalir dari kamera okuli posterior melalui pupil ke kamera
okuli anterior, kelur ke aliran sistemik melalui 2 rute berbeda.
1. Trabecular Outflow/Pressure Dependent Outflow/konvensional
Merupakan aliran utama aqueous humor dari sudut kamera okuli
anterior. Kira-kira 90% aqueous dialirkan dari melalui aliran ini. Aqueous
humor dialirkan dari sudut kamera okuli anterior ke trabecular meshwork
kemudian ke kanalis schlemm menuju ke vena episklera.
Jaringan trabecular dibentuk oleh beberapa lapisan yang masing-masing
memiliki inti jaringan ikat berkolagen dilapisi lapisan endotel. Ini merupakan
tempat aliran bergantung tekanan. Jaringan trabecular berfungsi sebagai katup
satu arah yang melewtkan aqueous humor meninggalkan mata tetapi
membatasi aliran dari arah lain tanpa menggunakan energi.

11
2. Uveoscleral Outflow/ Pressure Independent Outflow
Pada mekanisme aliran ini, aqueous humor mengalir dari sudut kamera
okuli anterior menuju ke otot siliar dan kemudian ke rongga suprasiliar dan
suprakorodial. Cairan ini kemudian meninggalkan mata melalui sclera atau
mengikuti dan pembuluh darah yang ada. Aliran ini meningkat pada
penggunaan sikloplegik dan obat-obatan adrenergic serta operasi seperti
cyclodialisis serta menurun pada pengunaan miotikum 6

Gambar 9. aliran aqueous humor9

D. DEFENISI

Glaucoma Fakolitik adalah glaukoma sudut terbuka yang disebabkan


oleh kebocoran katarak matur atau hipermatur (jarang disebabkan katarak
immatur) dan biasanya terjadi pada pasien usia lanjut.10,11

E. EPIDEMIOLOGI

a. Internasional

12
Glaukoma Fakolitik terjadi lebih sering di negara-negara berkembang
b. Ras
Tidak ada kecenderungan rasial.
c. Seks
Tidak ada kecenderungan seksual.
d. Usia
Glaukoma Fakolitik biasanya terjadi pada orang dewasa yang lebih
tua. Pasien termuda yang dilaporkan adalah usia 35 tahun10

F. ETIOLOGI
Protein lensa dengan berat molekul yang besar bocor melalui kapsula
lensa yang intak dan menyumbat jala trapekular. Menyebabkan inflamasi
sekunder dan makrofag yang telah menelan protein lensa menyebabkan
obstruksi lebih besar pada jala trabecular.11

G. PATOGENESIS
Berbeda dengan beberapa bentuk glaukoma yang diinduksi lensa
(misalnya, glaukoma partikel lensa, glaukoma phacoanaphylactic), glaukoma
Fakolitik terjadi pada lensa katarak dengan kapsul lensa utuh. Bukti yang ada
berimplikasi pada obstruksi langsung jalur keluar oleh protein lensa yang
dilepaskan dari defek mikroskopis dalam kapsul lensa yang masih utuh secara
klinis. Protein dengan berat molekul tinggi yang ditemukan pada lensa katarak
menghasilkan obstruksi aliran keluar dalam studi perfusi eksperimental yang
serupa dengan yang ditemukan pada glaukoma fakolitik. Meskipun biasanya
terdapat respons makrofagik, makrofag diyakini sebagai respons alami
terhadap protein lensa di ruang anterior daripada penyebab obstruksi aliran
keluar. 10,9
Katarak hipermatur merupakan stadium terakhir dari katarak senile.
Pada katarak hipermatur telah terjadi proses degenerasi lanjut lensa sehingga

13
korteks lensa mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa. Lensa mengkerut
dan berwarna kuning. Akibat pengkeriputan lensa dan mencairnya korteks,
nukleus tenggelam ke arah bawah (katarak Morgagni). Lensa yang mengecil
menyebabkan bilik lensa menjadi dalam. Akibat masa lensa yang keluar
melalui kapsul lensa menyebabkan terjadinya reaksi peradangan di bilik mata
depan, anyaman trabekular menjadi edemaa dan tersumbat oleh protein-
protein lensa sehingga menimbulkan penyulit berupa glaukoma fakolitik dan
uveitis fakotoksik1
Kemungkinan 2 bentuk glaukoma fakolitik diusulkan dalam laporan
baru-baru ini: (1) presentasi yang lebih akut yang disebabkan oleh kebocoran
cepat protein lensa yang menyumbat kerja trabecular meshwork dan (2)
presentasi yang lebih bertahap dengan makrofag yang dihasilkan dari respons
imunologis terhadap protein lensa di ruang anterior. 10

H. MANIFESTASI KLINIK
Secara klinis glaukoma terjadi secara akut dengan edema kornea, pasien
khususnya mengalami nyeri onset akut, penurunan penglihatan, keluar air
mata, dan fotofobia. Pada pemeriksaan ditemukan edema kornea, eksudat
seluler dalam bilik anterior sering dengan hipopion, partikel kristalina pada
bilik anterior, semi dilatasi pupil dengan sudut bilik mata terbuka lebar dan
lensa dengan katarak hipermatur disertai masa seperti susu di dalam bilik mata
depan.12

Gambar 10. Katarak morgagni hipermatur dan bahan lensa halus

14
berwarna putih di bilik mata depan membentuk pseudohipopion13

I. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Pasien dengan glaucoma fakolitik mempunyai riwayat kehilangan
gangguan penglihatan yang lambat selama berbulan-bulan atau tahunan
untuk menuju onset nyeri akut, kemerahan, dan terkadang penurunan
penglihatan lanjutan. 10
Gejala yang tampak dapat berupa rasa nyeri, penglihatan kabur,
fotofobia, dan mata berair. 11
Gejala yang biasa terjadi pada glaukoma akut meliputi nyeri, yang
merupakan tanda khas pada serangan akut yang terjadi secara mendadak
dan sangat nyeri pada mata di sekitar daerah inervasi cabang nervus
kranialis V. Mual, muntah dan lemas, hal ini sering berhubungan dengan
nyeri dan disertai penurunan visus secara cepat dan progresif, hiperemesi,
fotofobia yang terjadi pada semua kasus1

b. Pemeriksaan Fisik
- TIO : meningkat nyata
- Konjungtiva : mengalami injeksi berat
- Kornea : edema
- Camera oculi anterior : materi putih dan partikel warna-warna warni,
pseudo hipopion
- Lensa : materi berwarna keputihan di permukaan kapsula anterior dan
katarak hipermatur mencair11
Pemeriksaan oftalmologis lengkap harus dilakukan. Mata meradang,
dan kornea mungkin edematous karena TIO tinggi. Ruang anterior akan
menunjukkan peradangan besar dan / atau pseudohypopyon. Gonioskopi

15
sangat penting; itu akan membantu menyingkirkan glaukoma sudut
terbuka karena glaukoma phacomorphic. Penilaian segmen posterior harus
dilakukan untuk menyingkirkan perdarahan vitreous (yang dapat
menyebabkan glaukoma sel ghost) atau vitritis (yang mungkin
berhubungan dengan endophthalmitis atau panuveitis infeksiosa). Jika
pandangan ke fundus terhambat, ultrasonografi B-scan juga harus
dilakukan.12
Biomikroskop slit lamp menunjukkan edema kornea, katarak
hipermatur dan ruang anterior yang dalam. Mungkin ada partikel-
partikel putih mengambang besar di anterior chamber, yang terdiri dari
protein lensa dan makrofag yang mengandung protein (Gambar.A), yang
dapat memberikan penampilan seperti susu ke dalam air jika sangat
padat (Gambar B), dan dapat membentuk pseudohypopyon (Gambar.
C)14.

Gambar 11. Protein Lensa dan makrofag14

16
Gambar 12. Aqueos seperti susu dengan pseudohypopion14

Gambar 13. Psudohypopion 14

J. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding meliputi endophthalmitis infeksi, glaukoma


phacoanaphylactic, glaukoma inflamasi, glaukoma sekunder akibat tumor
intraokular, glaukoma phacomorphic, glaukoma sudut tertutup akut dan
glaukoma neovaskular12

17
Glaukoma phacoanaphylactic adalah reaksi granulomatosa onset
tertunda terhadap bahan lensa yang tertahan, seperti yang terjadi setelah
gangguan kapsul lensa dari trauma atau karena pengangkatan yang tidak
lengkap dari bahan lensa selama ekstraksi katarak (termasuk hilangnya
fragmen lensa secara kasar ke dalam rongga vitreus selama katarak) Nyeri,
jika itu terjadi sama sekali, sering lambat dalam onset dan dikaitkan dengan
tanda-tanda uveitis granulomatosa (misalnya, endapan keratik) berbeda
dengan nyeri akut, nyeri berat yang khas pada PG, yang tidak menunjukkan
tanda-tanda peradangan kronis. 10
Glaukoma traumatis, termasuk glaukoma sudut resesi dan glaukoma sel
hantu, juga dapat dikacaukan dengan Fakolitik Glukoma. Anamnesis yang
cermat dan pemeriksaan sudut bilik anterior dapat mengungkapkan bukti
trauma sebelumnya10

K. PENATALAKSANAAN
Faktor yang harus dipertimbangkan meliputi peningkatan pengukuran
TIO, perubahan cawan nervus optikus, perluasan dan progresi penyakit,
hilangnya lapangan pandang dan usia pasien. Penting untuk mencegah atau
mebatasi hilangnya penglihatan karena irreversiber. TIO harus diperiksa
setidaknya setiap 4 bulan ( 3-6 bulan). Kadang dilakukan lebih sering pada
sekelompok pasien tertentu yang beresiko lebih besar mengalami kehilangan
lapang pandang dan kerusakan nervus optikus. 12

Terapi kausatif pada glaukoma fakolitik adalah menurunkan TIO dengan


cara menghilangkan penyebabnya yaitu katarak. Sebelum pembedahan, TIO
dan inflamasi harus dikurangi dengan terapi medis, termasuk agen
hiperosmosis, agen adrenergik topikal, carbonic anhidrase inhibitor, obat
sikloplegik, dan kortikosteroid topikal1.

Obat-obat untuk menurunkan tekanan intra okuler

18
1. bahan hiperosmotik
- Gliserin Oral 1-1.5 g/kgBB
- Manitol 1-1.5 g/kgBB IV
2. Mengurangi produksi akuos humor
Karbonik anhydrase Inhibitor
- Acetazolamide 250 mg tab Oral dosis : 1-4 kali/hari
3. Obat Topial :
- Dorzolamide, larutan 2% 2-3x/hari
- Brinzolamide,suspense 1% 2-3x/hari
4. Beta-Blocker
- Timolol, larutan 0.25%, 0.5%, gel 0.25%, 0.5% 1-2 kali/hari
- Levobunolol larutan 0.25% 1-2 kali/hari
- Betaxolol larutan 0.5%, suspense 0.25% 2 kali/hari
5. Meningkatkan ekskresi akuos humour melalui anyaman trakekulum
Miotika – parasimpatotika langsung
- Pilokarpin, larutan 0.5%, 1%, 2%, 3%, 4%, 6% 2-4 kali/hari
- Carbachol, larutan 1.5%, 3%, 2-4 kali/hari
- Adrenergik yang dapat meningkatkan ekskresi melalui uveo-sklera
- Dipivefrine, larutan 0.1 % 2 kali/hari
6. Meningkatkan pengeluaran akuos humour melalui uveo sclera
- Latanoprost, 0.005% 1 kali/hari
- Bimatroprost 0.03% 1 kali/hari
- Travoprost 0.004% 1 kali/hari
7. Dual Action (Aqueous inflow inhibition and uveoscleral outflow
enhancement)
- Brimonidine 0,2% 2 kali/hari4
TIO harus diukur kembali dalam 30 menit hingga 1 jam. Jika IOP sangat
meningkat atau tidak responsif terhadap obat topikal awal, inhibitor karbonat
anhidrase sistemik dan agen osmotik juga harus diberikan. Obat-obatan yang

19
terakhir dapat diberikan secara intravena jika pasien mual atau muntah. Bila
TIO sudah turun 30 mmHg, dapat dilakukan pembedahan ekstraksi katarak
Kecukupan respons awal terhadap terapi medis membantu menentukan
urgensi penjadwalan ekstraksi katarak 1,10
Tindakan ekstraksi katarak untuk glaukoma fakolitik, yaitu intra capsuler
cataract extraction, extracapsuler cataract extraction, small incision cataract
surgery/SICS, fakoemulsifikasi. Apapun teknik operasi yang digunakan saat
melakukan ekstraksi katarak pada penderita glaukoma fakolitik, hal penting
yang harus dilakukan adalah irigasi yang adekuat untuk mengeluarkan semua
material lensa yang berada di bilik mata depan sehingga peningkatan tekanan
intraokular setelah operasi dapat dihindari.1

Kapsul lensa cukup rapuh, sehingga iridektomi sektoral dan α-


kimotripsin dapat digunakan. Jika kapsul ruptur selama pembedahan, ruang
anterior harus diirigasi untuk mengeluarkan protein sisa. Oleh karena
kerapuhan zonula dan kapsul heksis kapsul anterior dapat dilakukan dengan
vannas scissors atau beberapa peralatan lainnya yang meminimalisasi stress
zonula dan kapsul. Pengeluaran lensa dan aspirasi korteks lensa juga
dilakukan dengan teknik yang lebih rumit1

Jika glaukoma fakolitik disebabkan oleh dislokasi lensa, lensa sebaiknya


dikeluarkan dengan instrumen vitrektomi. Kadang-kadang lensa yang
terdislokasi dapat terapung di ruang anterior dengan irigasi cairan dan
kemudian dikeluarkan melalui insisi limbus.1

Tindakan operatif yang dapat dilakukan pada glaukoma antara lain


bedah laser dan bedah insisi (iridektomi dan trabekulektomi). Iridektomi
merupakan eksisi bedah satu sektor iris untuk membuat hubungan langsung
antara bilik mata depan dan belakang, biasanya dilakukan pada blokade pada
glaukoma sudut tertutup. 1

20
(Gambar 14) ( Gambar 15)
Gambar 14 dan 15 melancarkan aliran aqueous
humor melalui lubang iris ke BMD15
Trabekulektomi adalah prosedur yang paling sering digunakan untuk
memintas saluran saluran drainase normal sehingga terbentuk akses langsung
aqueous humor dari bilik mata depan ke jaringan subkonjungtiva dan orbita.
Penanaman selang silikon untuk membentuk saluran keluar permanen bagi
aqueous humor adalah tindakan alternatif untuk mata yang tampaknya tidak
berespons terhadap trabekulektomi, atau yang dikenal juga dengan Glaucoma
Drainage Implant.1

Gambar 16 flap Sclera superfisial dibuat dan sumbatan sclera


dan jaringan trabekular yang dibawahnya dihilangkan16.

L. KOMPLIKASI

Pasien dapat kehilangan penglihatannya karena kerusakan nervus


optikus sebagai akibat dari tekanan intraokuli yang terlalu tinggi, bila tidak
diobati dan/ atau terjadi edema kornea yang persisten. Komplikasi operasi,
seperti perdarahan suprakoroid, ruptur kapsular dengan hilangnya material

21
lensa ke dalam segmen posterior, luka di kornea, dan terjadi prolapsus
vitreus12.

M. PROGNOSIS
Sebagian besar kasus sembuh setelah ekstraksi katarak dengan peningkatan
penglihatan yang sangat baik10.

BAB III
KESIMPULAN

1. Katarak hipermatur menyebabkan glaukoma fakolitik

22
2. Glaukoma penyebab ketiga terjadinya kebutaan di Indonesia dan penyebab
kebutaan nomor dua di seluruh dunia
3. Obstruksi trabecular meshworl oleh protein lensa dan respons makrofag
4. Gejala glaucoma fakolitik yang tampak dapat berupa rasa nyeri, penglihatan
kabur, fotofobia, dan mata berair
5. Diagnosis banding Glaukoma Fakolitik meliputi glaukoma phacamorpic,
glaukoma sudut tertutup akut, endopthalmitis infeksi.
6. Penatalaksaanan glaukoma fakolitik meliputi terapi kausatif, terapi medis, dan
terapi bedah.
7. Komplikasi dapat berupa kehilangan penglihatan karena tekanan Intaokuli
ataupun komplikasi operasi berupa prolapses vitreus.
8. Sebagian besar kasus sembuh setelah ekstraksi katarak dengan peningkatan
penglihatan yang sangat baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lauretta M dan Wibowo A. Wanita 65 Tahun dengan Glaukoma Sekunder et


Causa Katarak Senilis Hipermatur. 2016. cited 2019 April 20]; Available

23
from: URL HYPERLINK file:///D:/sumber/Wanita%2065%20Tahun
%20Dengan%20Glaukoma%20Sekunder%20et%20Causa%20Katarak
%20Senilis%20Hipermatur.pdf
2. Ilyas, Maylangkay, Hilma.,dkk. Ilmu penyakit Mata untuk Dokter Umum
dan Mahasiswa Kedokteran Edisi ke-2.Jakarta: CV Sagung Seto;2010.
3. Olver J dan Lorraine, C.At a Glance Oftalmology. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2009.
4. Ilyas S dan Sri, RY. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI;2015.
5. Snell., S Richard., Lemp., A Michael. 2008. Clinical Anatomy Of The Eye.
Second Edition. Publishing The George Washington School of Medicine and
Health Science : Washington DC
6. Desanto FJ dan Malik A. Referat Glaukoma Fakolitik. 2018. . cited 2019
April 20]; Available from: URL HYPERLINK
https://www.scribd.com/document/391110852/REFERAT-JIMMY-DAN-
MALIK-GLAUKOMA-FAKOLITIK-docx
7. Jusuf, AA.Diktat Kuliah Sistem Penglihatan.Jakarta: Bagian Histologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2003.
8. Kusumo, E. Histologi Mata.ppt;2019. . [ cited 2019 May 2]; Available from:
URL HYPERLINK https://slideplayer.info/slide/13587989/
9. Lubis RR.. Aqueous Humor. 2009. [Cited 2019 April 20]; Available from:
URL HYPERLINK file:///D:/sumber/232032635-Aqueous-Humor.pdf
10. Yi, Kayoung. Phacolytic Glaucoma. 2013 May 30 [cited 2019 April
20];Available from: URL HYPERLINK
http://emedicine.medscape.com/article/1204814
11. Jhon, T. Chicago Manual: Mata dan Kedaruratan Mata. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2014.
12. Song J, Allingham RR. Glaucoma: Treating Phacolytic Glaucoma. 2013 [cited
2019 April 20]; Available from: URL HYPERLINK
http://www.aao.org/publications/eyenet/200407/glaucoma.cfm

24
13. Khandelwal, Rekha. Ocular snow storm: an unusual presentation of
phacolytic glaucoma. 2012 [cited 2019 April 20 ; Available from: URL
HYPERLINK http://casereports.bmj.com/content/2012/bcr-2012-
006330.full.pdf
14. Kanski, J. C . Clinical Diagnosis in Opthalmology. China: Elsevier; 2007.
15. Oktariana, VD. Iridektomi.PPT;2015.[ cited 2019 May 2]; Available from:
URL HYPERLINK
https://www.scribd.com/doc/266121038/IRIDEKTOMI
16. Ou Yvonne. Glaucoma Surgery Series: Trabeculectomy;2018.[ cited 2019
May 2]; Available from: URL HYPERLINK
https://www.brightfocus.org/glaucoma/article/glaucoma-surgery-series-
trabeculectomy

25

Anda mungkin juga menyukai