Anda di halaman 1dari 9

Proceeding APKKM Ke-6 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya, 12-13 April 2018

PENGARUH MELATONIN TERHADAP BONE


REMODELLING
Nurma Yulianasari
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surabaya
Korespondensi: nurmayuliyanasari@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh melatonin terhadap Bone
remodeling melalui pengukuran kadar Alkalin phosphatase (ALP) dan osteocalcin yang
dihasilkan oleh biakan Bone Marrow Mesenchymal stem cells (BM-MSCs). Penelitian ini
menggunakan BM-MSC tulang femur Rattus Norvegiccus sebagai sampel. BM-MSCs
tersebut dibiakkan di medium α-Mem, didiferensiasikan dalam medium osteogenik dan diberi
melatonin selama 21 hari. Penelitian ini dibagi menjadi lima kelompok yaitu kelompok K1
(melatonin 0 nM), K2 (melatonin 50 nM), K3 (melatonin 100 nM), K4 (melatonin 500 nM),
dan K5 (melatonin 1000nM). BM-MSCs dikarakterisasi dengan teknik imunositokimia
menggunakan marker CD45– dan CD 105+. Kadar ALP dan osteocalcin diperiksa setelah
hari ke-21 dengan menggunakan teknik ELISA. Hasil penelitin ini menunjukan bahwa
terdapat perbedaan kadar ALP antar kelompok perlakuan, yaitu antara kelompok K1 dan K2,
K1 dan K3, K1 dan K4, K1 dan K5, serta K4 dan K5 (p < 0.05) dan terdapat perbedaan kadar
Osteocalcin antar kelompok, yaitu antara kelompok K1 dan K2, K1 dan K3, K1 dan K4, K2
dan K4, K2 dan K5, K3 dan K4, K3 dan K5, K4 dan K5 (p < 0.05). Penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh melatonin terhadap Bone remodeling melalui
penurunan kadar ALP dan osteocalcin yang dihasilkan oleh biakan Bone Marrow
Mesenchymal stem cells (BM-MSCs).

Keywords: Melatonin, BM-MSCs, Kadar ALP, Kadar osteocalcin, Bone remodelling

antikanker, serta mengatur kesehatan


PENDAHULUAN tulang melalui pengaturan mekanisme
Melatonin atau N-acetyl-5-
pembentukan dan resorpsi tulang pada
methoxytryptamine merupakan hormon
bone remodelling (Patti 2013; Luchetti et
yang dihasilkan glandula pineal otak, di
al 2014; Maria & Enderby2014).
belakang ketiga ventrikel, dan beberapa
Bone remodeling adalah proses yang
jaringan ekstra pineal, seperti
bertujuan menjaga keseimbangan resorpsi
gastrointestinal dan limfosit (Brzezinski,
tulang oleh osteoklas dan pembetukan
1997). Hormon ini bermanfaat dalam
tulang oleh osteoblas. Proses ini terdiri
berbagai proses fisiologis tubuh, seperti
dari 4 fase yaitu activation phase,
irama sirkardian, sistem kekebalan,
resorption phase, reverse phase, dan
reproduksi, sebagai antioksidan sebagai
77
Proceeding APKKM Ke-6 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya, 12-13 April 2018

formation phase. Pada formation phase, Penelitian sebelumnya telah diketahui


terjadi rekruitmen osteoblas dan produksi bahwa melatonin dosis fisiologis mampu
matriks tulang yang baru, osteoid, dan meningkatan aktivitas osteoblas pada
memicu mineralisasi. Dalam mekanisme biakan Bone Marrow Mesenchymal stem
ini peran osteoblas menjadi sangat penting. cells (BM-MSCs) di medium osteogenik
Osteoblas yang merupakan sel yang dipapar melatonin dosis fisiologis
mononukleat dari Mesenchymal stem cells (50nM) (Yuliyanasari et al., 2017).
(MSCs) harus menjadi osteoblast yang Sementara itu, rentang dosis melatonin
aktif atau matur sehingga dapat yang diduga berpengaruh terhadap bone
menghasilkan berbagai protein penting remodeling sangat bervariasi mulai
dalam bone remodeling yaitu ALP, fisiologis (0,1nM – 100nM) hingga
osteocalcin, ostenektin, dan farmakologis (> 100nM) (Radio et al
Bonesialoprotein II (Rucci, 2008; (Neve et 2006; Sethi 2010). Oleh karena itu
al., 2010).) penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Melatonin mampu meningkatkan pengaruh melatonin terhadap bone
kesehatan tulang dengan meningkatkan remodeling melalui pengukuran kadar
bone remodeling melalui peniningkatan ALP dan Osteocalcin pada dosis fisiologis
diferensiasi osteoblastik BM-MSCs dan farmakologis sehingga dapat diketahui
melalui aktivasi jalur signal transduksi dosis yang paling efektif yang akan
ERK 1/2 dan Wnt/ βcatenin. Akan tetapi, berpengaruh.
penurunan kadar melatonin seiring terjadi
dengan bertambahnya usia dan METODE
menopause, serta kebiasan tidur dengan Isolasi, kultur dan ekspansi
lampu menyala atau LAN (Ligthexposure Bone Marrow Mesenkimal Stem Cells
at night). Oleh karena itu perlu dilakukan (BM-MSCs)
penelitian level molekuler yang Isolasi BM-MSC dilakukan dari tulang
membuktikan bahwa pada dosis yang tepat femur tikus putih jantan strain Wistar
melatonin dapat mengurasi resiko kondisi (Rattus norvegiccus) usia 6-8 minggu.
patologis yang terjadi akibat Setelah tikus diberikan ketamine (22-
ketidakseimbangan bone remodeling 44mg/kgBB) dan diazepam (3-5mg/kgBB)
seperti osteoporosis (Park et al. 2011; intra muscular, tulang yang diisolasi dicuci
Maria dan Enderby, 2014; Radio et al dengan saline water dan diletakkan di
2006; Sethi 2010).. conical tube yang berisi medium α-Mem

78
Proceeding APKKM Ke-6 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya, 12-13 April 2018

(Sigma, USA) dan antibiotik (100units/ml BM-MSCs dibuat menjadi singe cell lalu
penisilin G dan 100µg/ml streptomisin). difiksasi dengan aseton pada suhu -20oC
Tulang kemudian dicuci dengan PBS selama 10 menit. Sampel diblok dengan
(Sigma, USA, dan α-Mem kembali dan di 1% Foetal cals serum ( FCS) (Sigma,
potong. Sumsum tulang di resuspensi USA) dan direaksikan dengan primary
dengan medium α-Mem 3 ml. lalu antibodi dan diinkubasi selama 45 menit -1
dimasukan ke dalam 3 buah conical tube jam. Sampel dicuci dengan PBS lalu
(Corning, China) dan ditambahan ficoll direaksikan dengan secondary antibodi dan
histopaque (Sigma, USA) 3 ml secara diinkubasi 45 menit – 1 jam pada suhu
perlahan. Sel kemudian disentrifugasi 37oC. Sampel lalu direaksikan dengan
1600 rpm selama 30 menit. Buffy coat conjugate Fab IgG dilabel FITC
yang diperoleh diantara ficoll histopaque (Fluorescence isothiocyanat). Sampel
dan medium diambil dan ditambahkan dilihat dengan mikroskop fluoresence
medium α-Mem. Sampel disentrifugasi setelah 1-3 jam dengan filter green
kembali dengan kecepatan 1600 rpm (Rantam 2014).
selama 5 menit, dan pelet hasil
senstrifugasi di pindahkan ke dalam Diferensiasi osteogenik dan Pemberian
petridish 5 cm yang telah diberi medium Melatonin
α-Mem. Sampel kemudian diinkubasi pada Setelah sel mencapai 2 buah petridish
suhu 37oC yang mengandung CO2 5% diameter 10 cm (5x pasase) sel
agar sel yang berdekatan dapat saling dipindahkan ke dalam 24 wellplate dan
menempel diberi medium osteogenik yang terdiri dari
MSCs yang telah diisolasi dikultur hingga dari DMEM-HG, 10% FCS, 100nM
mencapai 2 buah petridish (Corning, deksametason, 0.1µM Asam askorbat, dan
China) diameter 10 cm (5x pasase) 10nM beta gliserofosfat (Lindenmair
dengan 90% konfluens. Sel diinkubasi 2012). Setelah sel menempel di dinding
pada suhu 37oC yang mengandung CO2 plate, sel diberikan melatonin (Ebcam,
5% dan medium diganti setiap 3 atau 4 China) sesuai dengan kelompok perlakuan.
hari sekali. Setiap sel mencapai konfluens Setiap well dipilih secara random untuk
90%, sel di pasase menggunakan tripsin dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu
(Sigma, USA) 1.5 cc. kelompok K1 (melatonin 0 nM), K2
(melatonin 50 nM), K3 (melatonin 100
Karakterisasi BM-MSCs nM), K4 (melatonin 500 nM), dan

79
Proceeding APKKM Ke-6 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya, 12-13 April 2018

K5(1000 Nm). Penelitian ini dilakukan maka dilanjutkan dengan uji pos Hoc.
hingga 21 hari untuk memeriksa aktivitas Akan tetapi, jika normalitas dan
osteoblas hasil diferensiasi BM-MSCs. homogenitas sel tidak normal maka
dilakukan uji alternatif Kruskall wallis.
Konfirmasi aktivitas sel osteoblas
Aktivitas osteoblas dapat dilihat dari kadar HASIL DAN PEMBAHASAN
ALP dan osteocalcin. Kedua marker Hasil Karakterisasi BM-MSCs
tersebut dapat menujukan keberhasilan Karakterisasi Rat BM-MSCs dilakukan
diferensiasi dan maturasi BM-MSCs dengan pemeriksaan imunositokimia yang
menjadi osteoblas. dilabel dengan greenfluorescence (FITC).
Dalam penelitian ini, sel yang berlabel
Kadar ALP CD105+ menunjukan warna hijau
Penilaian pengaruh melatonin terhadap berpendar kuat, sedangkan sel yang
kadar ALP dilakukan dengan RAT ALP berlabel CD45- berwarna hijau berpendar
ELISA kit. Pemeriksaan ini merupakan lemah.
pemeriksaan invitro quantitative A
menggunakan metode ELISA (Elabscience
(a) 2014).

Kadar Osteocalcin
Penilaian pengaruh melatonin terhadap
kadar osteocalcin dilakukan dengan RAT
Osteocalcin ELISA kit. Pemeriksaan ini
merupakan pemeriksaan invitro B
quantitative menggunakan metode ELISA
(Elabscience (b) 2014).

Analisis statistik
Hasil penelitian ini disajikan dengan nilai
rata-rata ± S.D, diperiksa normalitas, dan
homogenitas data. Apabila normal, maka
perbedaan statistik dianalisa dengan one
Gambar 1. Karakterisasi Rat BM-MSCs
way Anova dan apabila hasilnya P< 0.05

80
Proceeding APKKM Ke-6 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya, 12-13 April 2018

dengan CD105+ dan CD45-. (A) Sel Gambar 2. Perubahan morfologi BM-
berpendar hijau kuat menunjukan berlabel MSCs dengan mikroskop inverted
perbesaran 10x (A) Sel mononukleat hasil
CD105+; (B) Sel berpendar hijau lemah yang isolasi dari whole blood bone marrow
berlabel CD45- tikus tampak bulat dan mengambang; (B)
BM- MSCs setelah pasase 5 tampak
gelondong, padat dan menempel satu sama
Hasil kultur BM-MSCs lain.
Kultur rat BM-MSCs dilakukan mulai dari
menumbuhkan dari sel mononukleat yang
diisolasi dari sumsum tulang femur tikus
hingga pasase 5 di medium penumbuh α-
Mem (Gambar 2). Kultur rat BM-MSCs
kemudian dilanjutkan menggunakan
medium osteogenik dan diberikan Gambar 3. Morfologi rat BM-MSCs
setelah pemberian melatonin selama 21
melatonin dosis 0 nM, 50 nM, 100 nM, hari dengan mikroskop inverted dengan
500 nM dan 1000 nM. Sel tersebut di perbesaran 10 x Sel tampak lebar dan
padat (A) Kontrol; (B) Melatonin 50 nM;
panen setelah 21 hari. Hasilnya (C) Melatonin 100 nM; (D) Melatonin 500
menunjukan bahwa morfologi sel sudah nM (E) Melatonin 1000nM
mulai berubah, tampak mengalami
Kadar ALP
diferensiasi karena sel mulai bertambah
ALP adalah enzim yang dibutuhkan untuk
lebar dan agak kolumnar (Gambar 3). Hal
proses mineralisasi tulang pada Bone
tersebut menunjukan bahwa sel telah
remodeling . Ekspresi ALP diregulasi oleh
mengalami diferensiasi osteogenik (Wang
sinyal transduksi ERK1/2, Runx- sistem
2009). Selanjutnya, sel dipanen, dan sel
osterix, dan sinyal WNT (Golub &
pada setiap kelompok perlakuan dilisiskan
Battaglia 2007). Kadar ALP diperoleh
menggunakan ripa lysis buffer lalu
dengan menggunakan Teknik ELISA dari
diperiksa kadar ALP dan medium kultur
sel yang dilisiskan dengan hasil sebagai
digunakan untuk memeriksa kadar
berikut.
osteocalcin menggunakan teknik ELISA.

Tabel 1. Nilai rerata kadar ALP


A B Kelompok perlakuan
Jumlah Rerata Kadar
SD
sampel (N) ALP (ng/ml)
Kontrol (K1) 6 6.02 0.47
Melatonin 50nM (K2) 6 5.33 0.55
Melatonin 100nM(K3) 6 5.17 0.47
Melatonin 500nM (K4) 6 5.43 0.24
Melatonin 10000nM (K5) 6 4.92 0.3

81
Proceeding APKKM Ke-6 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya, 12-13 April 2018

Kadar ALP yang didapat kemudian deposit matriks dan telah mulai menjadi
dilakukan uji normalitas dengan osteosit sehingga kadar ALP akan
menggunakan uji Shapiro Wilk Test. Uji menurun (Rucci, 2008; Birmingham et al
normalitas menunjukan distribusi pada 2012). Melatonin diduga mampu
semua kelompok perlakuan adalah tidak meningkatkan diferensiasi rat BM-MSCs,
normal karena p > 0,05. Uji dilanjutkan sehingga berlangsung lebih cepat dan
dengan Levene Test untuk mengetahui kadar ALP tertinggi sudah terjadi pada
varians data kadar ALP. Data kadar ALP hari ke-14 atau sebelumnya. Dengan
memiliki varians yang sama atau homogen demikian, pada hari ke-21, rat BM-MSCs
karena p= 0.141 (p > 0.05). Data ALP telah berada pada akhir fase sintesis dan
memilik distribusi tidak normal dan mineralisasi matriks ekstraseluler, dan
varians yang normal, maka analisis level ALP seluler telah mengalami
perbedaan kadar ALP antar kelompok penurunan (Neve et al 2010).
dilakukan dengan uji parametrik uji
Kruskal-Wallis. Hasil uji Kruskal-Wallis
Kadar Osteocalcin
menunjukan nilai p < 0.05 sehingga
terdapat perbedaan kadar ALP yang Osteocalcin yang juga dikenal sebagai

bermakna antara dua kelompok perlakuan. bone gamma-carboxyglutamic acid (Gla)

Untuk mengetahuhi kelompok mana yang protein (BGP) adalah protein nonkolagen

bermakna maka dilakukan uji Mann- pada matriks tulang yang diregulasi oleh

Whitney. Hasil analisis ini menunjukan sinyal transduksi ERK1/2, Runx-2, sistem

bahwa terdapat perbedaan kadar ALP antar osterix, dan sinyal WNT yang saling

kelompok perlakuan, yaitu antara berhubungan satu sama lainnya (Golub

kelompok K1 dan K2, K1 dan K3, K1 dan dan Battaglia, 2007). Kadar Osteocalcin

K4, K1 dan K5, serta K4 dan K5 (p < memiliki ekspresi tertinggi pada fase

0.05). terakhir diferensiasi yaitu pada hari ke 14-

Hasil penelitian menunjukan bahwa 28 yang diikuti oleh deposisi kalsium dan

rerata kadar ALP pada kelompok control fosfat (Birmingham et al 2012).

lebih tinggi dibandingkan dengan Kadar osteocalcin yang diperoleh dengan


kelompok perlakuan karena pada menggunakan Teknik ELISA dari medium
kelompok perlakuan sel yang dikultur kultur pada penelitian ini adalah sebagai
telah mengalami fase akhir diferensiasi berikut:
sehingga telah berlangsung mekanisme

82
Proceeding APKKM Ke-6 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya, 12-13 April 2018

Tabel 2. Nilai rerata kadar osteocalcin kadar Osteocalcin antar kelompok K1 dan
Rerata K5, K2 dan K3, serta K3 dan K4 karena p
Kadar
Kelompok Perlakuan N SD > 0.05. Akan tetapi, terdapat perbedaan
Osteocalcin
(ng/ml)
Kontrol (K1) 6 1.12 0.53 kadar Osteocalcin antar kelompok K1 dan
Melatonin 50nM (K2) 6 8.57 2.99
Melatonin 100nM(K3) 6 6.90 0.21707 K2, K1 dan K3, K1 dan K4, K2 dan K4,
Melatonin 500nM(K4) 6 5.13 0.55543
Melatonin 1000nmM(K5) 6 1.56 2.99544 K2 dan K5, K3 dan K4, K3 dan K5, K4
dan K5.
Kadar Osteocalcin yang didapat kemudian
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
dilakukan uji normalitas dengan
melatonin mampu meningkatkan
menggunakan uji Shapiro Wilk karena
diferensiasi rat BM-MSCs menjadi sel
sampel yang digunakan ≤ 50. Uji
osteoblas matur yang dapat mensekresikan
normalitas pada tabel 2 menunjukan
osteocalcin. Diantara kelima perlakuan
distribusi pada kelompok perlakuan K3
tersebut, pemberian melatonin dengan
dan K4 adalah normal karena p > 0,05,
dosis 50 nM dapat memberikan kadar
sedangkan pada ketiga kelompok lainnya
Osteocalcin dengan rerata tertinggi, yaitu
tidak normal karena p < 0.05. Uji
8.57±1.222 ng/ml. Pemberian melatonin
dilanjutkan dengan Levene Test untuk
dosis 50 nM adalah yang paling optimal
mengetahui varians data kadar
dalam meningkatkan diferensiasi rat BM-
Osteocalcin. Data kadar Osteocalcin
MSCs.
memiliki varians yang tidak sama atau
Hasil penelitian ini sesuai dengan
tidak homogen pada kelompok K1, K2,
penelitian terdahulu yang dilaporkan oleh
K3, K4, dan K5 karena p < 0.050. Analisis
Zaminy et al (2008) bahwa melatonin
perbedaan kadar Osteocalcin antar
dengan dosis fisiologis mampu
kelompok dilakukan dengan uji alternatif
meningkatkan diferensiasi rat BM-MSCs
dari uji One Way Anova yaitu uji Kruskal-
menjadi osteoblas matur yang ditandai
Wallis. Hasil uji Kruskal-Wallis.
dengan peningkatan mRNA osteocalcin.
Menunjukan nilai p < 0.05 sehingga dapat
Melatonin dosis 50 nM akan berikatan
disimpulkan bahwa paling tidak terdapat
dengan reseptor melatonin di BM-MSCs
perbedaan kadar Osteocalcin yang
kemudian meningkatkan aktivitas WNT
bermakna antara dua kelompok perlakuan.
dan ERK 1/2 serta mensupresi faktor
Analisis data Osteocalcin dengan uji
transkripsi adipogenik CCAAT enhancer
Mann-Whitney untuk mengetahui
binding protein α (C/EBPα) dan
kelompok mana yang berbeda. Hasilnya
peroxisome proliferator-activated receptor
menunjukan bahwa tidak ada perbedaan
83
Proceeding APKKM Ke-6 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya, 12-13 April 2018

γ (PPARγ) dan menginduksi Runt-related DAFTAR PUSTAKA


transcription factor (Runx-2), distal-less 1. Birmingham E, Niebur GL, Mc.Hugh
homebox 5 (Dlx5) dan Osterix (Osx) yang PE, Shaw G, Barry FP, Mcnamara LM.
akan memicu diferensiasi rat BM-MSCs 2012. Osteogenic Differentiation Of
menjadi osteoblas aktif yang Mesenchymal Stem Cells Is Regulated
mensekresikan beberapa protein non By Osteocyte And Osteoblast Cells In
kolagen, seperti osteocalcin (Radio et al A Simplified Bone Niche. European
2006; Rucci 2008). Runx-2 akan Cells And Materials, vol. 23, pp. 13-
meningkatkan transkripsi osteocalcin 27
karena dapat berikatan secara langsung 2. Elabscience (a) (2014). Rat ALP
dengan enhancer specific regions gen (Alkaline Phosphatase) ELISA Kit 5 th
pengkode osteocalcin dan mengaktifkan Edition. Elabscience Biothechnology
osteoblastic gen lainnya seperti BMP-2. Co, Ltd. www.elabscience.com
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan 3. Elabscience (b) (2014). Rat OC/BGP
penelitian yang dilakukan oleh Radio et al (Osteocalcin) ELISA Kit 5 th Edition.
(2010) bahwa dosis 50 nM adalah dosis Elabscience Biothechnology Co, Ltd.
yang optimal dalam meningkatkan www.elabscience.com.
diferensiasi BM-MSCs menjadi osteoblas 4. Golub EE, Battaglia KB. 2007. The
aktif. role of alkaline phosphatase in
mineralization. Curr Opin Orthop, pp.
KESIMPULAN 444 - 448.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan 5. Maria S, Enderby PAW. 2014.
bahwa terdapat pengaruh pemberian Melatonin effects on bone: potential
melatonin terhadap bone remodeling use for the prevention and treatment
melalui penurunan kadar ALP dan for osteopenia, osteoporosis, and
peningkatan kadar osteocalcin. periodontal disease and for use in
Pengukuran kedua parameter tersebut bone-grafting procedures. J.Pineal Res,
dapat menjelaskan formation phase pada vol.56, pp: 115-125.
bone remodeling, dimana pada fase 6. Radio NM.; Doctor JS, Enderby PAW.
tersebut osteoblas memproduksi matriks 2006. Melatonin enhances alkaline
tulang yang baru, osteoid, dan memicu phosphatase activity in differentiating
mineralisasi. human adult mesenchymal stem cells
grown in osteogenic medium via MT2

84
Proceeding APKKM Ke-6 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya, 12-13 April 2018

melatonin receptors and the


MEK/ERK1/2 signaling cascade. J.
Pineal Res, vol. 40, pp. 332–342.
7. Rantam FA, Ferdiansyah, dan Purwati.
2014. Stem Cell; Mesenchymal,
Hematopoetik dan Model Aplikasi
Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga
University Press, pp. 23-40.
8. Rucci, N. 2009. Molecular biologyof
bone remodeling. Clinical Case in
Mineral and Bone Metabolisme, vol.5,
no.1, pp. 49-56.
9. Sethi S, Radio NM, Kotlarczyk MP,
Chen CT, Wei YH, Jockers R, dan
Enderby PAW. 2010. Determination of
the minimal melatonin exposure
required toinduce osteoblast
differentiation from human
mesenchymal stemcells and these
effects on downstream signaling
pathways. J.Pineal Res, vol. 49, pp.
222-238.
10. Yuliyanasari N, Mastutik G, Putra St.
2017. The Elevation Of Osteoblast
Activity In Rat Bone Marrow
Mesenchymal Stem Cells In
Osteogenic Medium Exposed With
Melatonin In Physiological DOSES.
Folia Medica Indonesiana, vol. 53,
pp.41-48.

85

Anda mungkin juga menyukai