LP SEPSIS - 01 - Erlan Kusapy
LP SEPSIS - 01 - Erlan Kusapy
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas : Profesi Keperawatan Gawat Darurat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sitokin seperti IL-1 dan TNF-α akan memacu makrofag dan sel endotel
untuk memproduksi kemokin untuk meningkatkan ekspresi molekul
adhesi. Sitokin proinflamasi yang dilepaskan selama terjadinya sepsis
memberikan peranan yang cukup besar dalam perjalanan patogenesis
4
sepsis, severe sepsis maupun syok sepsis. Interleukin 1 dan TNF-α yang
dilepaskan selama sepsis merupakan mediator kunci sedangkan mediator
yang lainnya merupakan mediator suplementasi (Guntur, 2006).
B. Rumusan Masalah
Sepsis adalah SIRS yang disertai dengan adanya suatu infeksi yang
memicu produksi IL-1β dan kortisol yang berpengaruh terhadap kejadian
syok septik. Apakah IL-1β dan kortisol bebas pada sepsis dapat digunakan
sebagai
marker prognostik?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menilai kadar IL-1β dan kortisol bebas pada
sepsis sebagai marker prognostic.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan studi kasus
ini adalah metode deskriptif studi kasus dengan mengguanakan teknik
pengumpulan data melalui :
Observasi
Dokumentasi
Studi kepustakaan
6
E. Sistematika penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Pengertian
a. Sepsis adalah kondisi yang mengancam hidup yang muncul saat tubuh
berespon terhadap infeksi sistemik yang melukai organ dan jaringan
tubuh (Merinoff Symposium, 2010)
b. Sepsis adalah suatu sindrom klinis yang didefinisikan oleh kehadiran/
adanya infeksi dan sistemik Sindrom Respon Inflamasi (SIRS)
(Department of Health, 2014)
c. Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikkan oleh tanda-tanda klinis
dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang kearah
septicemia dan syok septic (Doengoes, Marylyn 2000)
Jadi kesimpulannya sepsis adalah suatu infeksi sistemik atau suatu
sindrom klinis yang disebabkan oleh respon inflamasi terhadap infeksi
sistemik dan bisa menyebabkan infeksi pada organ-organ diseluruh tubuh.
2. Anatomi Fisiologi Sistem Imun
8
Sumber : slideshare.net
Tubuh manusia memiliki suatu sistem pertahanan terhadap benda
asing danpatogen yang disebut sebagai sistem imun. Respon imun timbul
karena adanyareaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap
mikroba dan bahanlainnya. Sistem imun terdiri atas sistem imun alamiah
atau non spesifik(natural/innate/native) dan didapat atau spesifik
(adaptive/acquired). Baik sistemimun non spesifik maupun spesifik
memiliki peran masing-masing, keduanyamemiliki kelebihan dan
kekurangan namun sebenarnya ke dua sistem tersebutmemiliki kerja sama
yang erat.
a. Sistem Imun non Spesifik
Dalam mekanisme imunitas non spesifik memiliki sifat selalu
siap danmemiliki respon langsung serta cepat terhadap adanya patogen
pada individu yangsehat. Sistem imun ini bertindak sebagai lini
pertama dalam menghadapi infeksidan tidak perlu menerima pajanan
sebelumnya, bersifat tidak spesifik karena tidakditunjukkan terhadap
patogen atau mikroba tertentu, telah ada dan berfungsi sejaklahir.
Mekanismenya tidak menunjukkan spesifitas dan mampu melindungi
tubuhterhadap patogen yang potensial. Manifestasi respon imun
alamiah dapat berupakulit, epitel mukosa, selaput lendir, gerakan silia
saluran nafas, batuk dan bersin, lisozim, IgA, pH asam lambung.
Pertahanan humoral non spesifik berupa komplemen, interferon,
proteinfase akut dan kolektin. Komplemen terdiri atas sejumlah besar
protein yang biladiaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi
dan berperan dalam responinflamasi. Komplemen juga berperan
sebagai opsonin yang meningkatkanfagositosis yang dapat
menimbulkan lisis bakteri dan parasit. Tidak hanyakomplemen,
kolektin merupakan protein yang berfungsi sebagai opsonin yangdapat
mengikat hidrat arang pada permukaan kuman.
Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein yang diproduksi
olehmakrofag yang diaktifkan, sel NK dan berbagai sel tubuh yang
mengandungnukleus dan dilepas sebagai respons terhadap infeksi
virus. Peningkatan kadar C-reactive protein dalam darah dan Mannan
9
4. Etiologi
Sepsis merupakan respon terhadap setiap kelas mikroorganisme.
Dari hasilkultur darah ditemukan bakteri dan jamur 20-40% kasus dari
sepsis. Bakteri gramnegatif dan gram positif merupakan 70% dari
penyebab infeksi sepsis berat dansisanya jamur atau gabungan beberapa
mikroorganisme. Pada pasien yang kulturdarahnya negatif, penyebab
infeksi tersebut biasanya diperiksa denganmenggunakan kultur lainnya
atau pemeriksaan mikroskopis. Penelitian terbaru mengkonfirmasi bahwa
infeksi dengan sumber lokasi saluranpernapasan dan urogenital adalah
penyebab paling umum dari sepsis (Shapiro,2010)
Faktor Presipitasi
Tabel 1. Penyebab Sepsis pada Orang Sehat
Sumber lokasi Mikroorganisme
Kulit taphylococcus aureus dan gram
positif bentukcocci lainnya
Saluran kemih Eschericia coli dan gram negatif
bentuk batanglainnya
Saluran pernapasan Streptococcus pneumonia
Usus dan Kantung empedu Enterococcus faecalis, E.coli dan
gram negativebentuk batang lainnya,
14
Bacteroides fragilis
Organ pelvis Neissseria gonorrhea,anaerob
Sumber : Moss et.al, 2012
5. Patofisiologi Sepsis
Pathogenesis
Respon host pada sepsis terdiri dari beragam mekanisme imunitas.
Sebagianbesar berasal dari sistem imunitas bawaan dan imunitas adaptif
yang manakomponen dari imunitas bawaan termasuk sel fagositik, seperti
17
endotelium).
eNOS dan nNOS adalah enzim konstitutif yang dikelompokkan
di dalamcNOS. Sebaliknya, ekspresi iNOS diinduksi oleh beberapa
rangsangan yangberhubungan dengan peradangan dan jumlah iNOS
yang dihasilkan jauh lebihbesar dibandingkan cNOS.
NO berfungsi mengatur respirasi sel dengan bertindak pada
oksidasesitokrom C mitokondria (kompleks IV) untuk mengurangi
penggunaan oksigen.Karena NO dapat digantikan oleh O 2 dalam
proses yang kompetitif, makainteraksi antara O 2 dan tingkat fisiologis
NO berfungsi melindungi sel denganmengurangi jumlah konsumsi O 2
saat tingkat O 2 rendah.
Namun, dalam sepsis rangsangan pro-inflamasi menyebabkan
induksi iNOSselama beberapa jam, sehingga menyebabkan produksi
NO berlebihan. Dalam halini, ada O 2 yang cukup untuk menggantikan
NO dari kompleks IV. Akibatnya,rantai pernapasan menjadi
berkurang. O2 pada akhirnya, bereaksi dengan NObebas untuk
membentuk anion peroxynitrite (ONOO•). Berbeda dengan
efekreversibel NO di kompleks IV, ONOO• menyebabkan kerusakan
permanen padakompleks I dan III, sehingga menyebabkan inisiasi
terjadinya apoptosis. Haltersebut dibuktikan dengan adanya disfungsi
mitokondria di sejumlah jaringanselama sepsis, termasuk monosit,
mukosa usus, hati dan otot rangka. Tingkatdisfungsi sesuai dengan
tingkat keparahan sepsis
6. Manifestasi Klinik
Gejala klinis sepsis biasanya didahului oleh tanda-tanda sepsis
nonspesifik, seperti demam hingga menggigil dan gejala konstitutif seperti
lelah,malaise, gelisah atau kebinggungan
Kriteria diagnostic sepsis menurut ACCP/SCCM(2001) dan
International Sepsis Definitions Conference (2003) kriteria diagnostic
sepsis adalah:
a. Variable Umum
21
7. Komplikasi
Komplikasi bervariasi berdasarkan etiologi yang mendasari.Potensi
komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:
22
8. Pemeriksaan Diagnostik
Tindakan tes diagnostik pada pasien dengan sindrom sepsis atau
dicurigaisindrom sepsis memiliki dua tujuan. Tes diagnostik digunakan
untukmengidentifikasi jenis dan lokasi infeksi dan juga menentukan
tingkat keparahaninfeksi untuk membantu dalam memfokuskan terapi
(Shapiro et.al,2010).Bila pasien mengalami penurunan kesadaran, sebelum
evaluasi diagnostic dimulai lakukan penilaian awal dari pasien yang sakit
24
ada bisul, discharge, dan lesi penis atauvulva. Pemeriksaan dubur harus
dilakukan, menentukan ada nyeri, pembesaranprostat, konsisten dengan
prostatitis. Nyeri adneksa pada wanita berpotensi absestuba-ovarium.
Riwayat muskuloskeletal adanya gejala ke sendi tertentu.
Kemerahan,pembengkakan, dan sendi terasa hangat, terutama jika ada
berbagai penurunankemampuan gerak sendi, mungkin tanda-tanda sepsis
arthritis dan mungkinarthrocentesis. Pasien harus benar-benar terbuka dan
kulit diperiksa untuk melihatselulitis, abses, infeksi luka, atau trauma.
Luka yang mendalam, benda asing sulituntuk mengidentifikasi secara
klinis. Petechiae dan purpura merupakan infeksiNeisseria meningitidis
atau DIC. Ruam seluruh tubuh merupakan eksotoksin daripathogen seperti
Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes (Shapiroet.al,2010).
Pada pasien sepsis juga dilakukan pemeriksaan laboratorium
danpemeriksaan penunjang dalam menegakkan diagnosis.Pada tabel
dibawahdijelaskan hal-hal yang menjadi indikator laboratorium pada
penderita sepsis.
pemanjangan PT dan
PTT
Kreatinin Peningkatan Kreatinin Indikasi gagal ginjal akut
Asam laktat As.laktat>4m Hipoksia jaringan
mol/L(36mg/dl)
Enzim hati Peningkatan Gagal hepatoselular akut disebabkan
alkalinephosphatase, hipoperfusi
AST, ALT,bilirubin
Serum Hipofosftemia Berhubungan dengan level cytokine
fosfat proinflammatory
26
Gangguan pembekuan
ARDS
2. Pengkajian Sekunder
a. Aktivitas dan istirahat
Ds: menurunnya tenaga/ kelelahan, insomnia
b. Sirkulasi
DS: riwayat pembedahan jantung/ bypass cardiopulmonary,
fenomena embolik (darah, udara, lemak)
DO : Tekanan darah bisa normal atau meningkat ( terjadinya
hipoksemia) hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock), HR :
takikardi bisa terjadi, bunyi jantung : normal pada fase awal, S2
(komponen pulmonic) dapat terjadi distritmia, tetapi EKG sering
menunjukkan normal, kulit dan membrane mukosa : mungkin pucat,
dingin, cyanosis bisa terjadi (stadium lanjut).
c. Integritas ego
DS : ketakutan perasaan dekat dengan kematian
DO : restlessness agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental
d. Makanan/ cairan
DS : kehilangan selera makan nausea
DO : perubahan berat badan, hilang/ melemahnya bowel
sounds
e. Neurosensori
DS & DO : gejala trauma kepala, kelambatan mental, disfungsi
motorik
f. Respirasi
DS : Riwayat aspirasi, merokok/ inhalasi gas, inteksi pulmonal
diffuse kesulitan bernapas akut atau kronis
DO : Takipneu swallow and grunting
g. Rasa Aman
DS : adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfuse
darah
31
3. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi dan edema
paru
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload &
preload
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac
output yang tidak mencukupi
d. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
g. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan perfusi
jaringan, edema syok, haemoragia
h. Resiko pendarahan berhubungan dengan trombositopenia
32
pembuluh darah
NIC Rasional
Kaji frekuensi kedalaman Kecepatan biasanya mencapai
pernapasan dan ekspansi dada/ look kedalamanpernapasan bervariasi
listen feel tergantung derajat gagal napas
Posisikan pasien semifowler/fowler Meningkatkan ekspansi dada
Berikan oksigen Membantu meningkatkan
kecukupan oksigen dalam tubuh dan
menurunkan kerja napas
Auskultasi bunyi napas Mengetahui apakah ada bunyi
tambahan atau tidak
volume cairan
intravascular
DAFTAR PUSTAKA