PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
Meninjau dampak yang dapat ditimbulkan dari gagal ginjal kronis,
maka diperlukan penatalaksanaan komprehensif bagi kelangsungan hidup
penderita. Penatalaksanaan gagal ginjal kronis tahap akhir yaitu memberikan
terapi yang dapat menggantikan fungsi ginjal. Penatalaksanaan lainnya
meliputi preskripsi diet dan cairan, kontrol hipertensi dan pencegahan
penyakit penyerta dan komplikasi. Selain itu, kepatuhan diet rendah garam
dan pembatasan cairan pada penderita gagal ginjal kronis juga sangat
diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup pasien sebagai bagian dari
preskripsi pengobatannya. Penelitian Wizeman, Wabel, Chamney, Zaluska, et
al., menunjukkan bahwa kelebihan masukan cairan (overhydration) pada
pasien GGK (GGK) dengan hemodialisis akan meningkatkan angka
mortalitas. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit
Umum Pusat dr.Hasan Sadikin Bandung terhadap 12 orang pasien yang
menjalani HD rutin, ditemukan sebanyak 7 orang diantaranya datang
dengan keluhan sesak tanpa demam sehingga pasien menggunakan
terapi oksigen selama HD. Data lain yang didapatkan selama
studi pendahuluan diketahui bahwa dari 7 orang tersebut mengalami
peningkatan Interdialytic weight gain(IDWG) lebih dari 5%. Selain itu,
didapatkan pula seorang pasien yang mengalami edema anasarkadengan
pitting edema+3 serta peningkatan IDWG sebesar 30% (Wulan & Emaliyawati,
2018).
Berdasarkan data diatas bahwa angka kejadian gagal ginjal dari tahun ke
tahun mengalami perubahan, untuk itu perawat sebagai ujung tombak
dilapangan maka diperlukan perawatan yang professional dalam menangani hal
yang bersifat kritis pada pasien gagal ginjal. Dengan asuhan keperawatan yang
professional, maka diharapkan lama perawatan di rumah sakit menjadi pendek
dan angka kejadian dapat terkontrol. Untuk itu penulis mengambil judul
makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Ginjal.
5
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal?
C. Tujuan Studi Kasus
Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pasien gagal ginjal.
Tujuan Khusus
1. Mendiskripsikan mengenai pengkajian keperawatan pasien gagal ginjal.
2. Mendiskripsikan mengenai diagnosa keperawatan pasien gagal ginjal.
3. Mendiskripsikan mengenai intervensi keperawatan pasien gagal ginjal.
4. Mendiskripsikan mengenai implementasi keperawatan pasien gagal ginjal.
5. Mendiskripsikan mengenai evaluasi keperawatan pasien gagal ginjal.
D Manfaat Studi Kasus
1. Bagi pelayanan kesehatan masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam
meningkatkan derajat kesehatan pada pasien gagal ginjal.
2. Bagi pendidikan dan pengembangan ilmu
Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
evaluasi bagi perawat dalam meningkatkan pelayanan kesehatan terutama
profesionalismenya memberikan asuhan keperawatan pada pasien gagal
ginjal.
3. Bagi penulis
Memberikan wawasan, pengalaman, dan informasi penulis mengenai
asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Gagal ginjal yaitu keadaan dimana ginjal kehilangan kemampuan
untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh meski dalam
keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi
dua kategori, yaitu kronis dan akut. (Nurarif dan Kusuma, 2015)
Gagal ginjal akut merupakan sindrom klinis yang ditandai oleh
penurunan fungsi ginjal secara mendadak dan cepat, yang mengakibatkan
retensi buangan nitrogen (nitrogen urea dan kreatinin) dan
ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. (Stillwell, 2012)
Gagal ginjal kronis (GGK) disebabkan oleh adanya kerusakan fungsi
ginjal secara progresif dan ireversibel dalam berbagai periode waktu, dari
beberapa bulan hingga beberapa dekade. GGK terjadi karena nefron tidak
berfungsi secara permanen dan terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus
(GFR). (Chang, Daly, & Elliot, 2010)
2. Klasifikasi
Menurut Sudoyo, dkk (2010) klasifikasi gagal ginjal kronis didasarkan atas
dua hal, yaitu dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis
etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG
(Laju Filtrasi Glomerulus), yang dihitung dengan rumus Kockroft – Gault
sebagai berikut :
7
Tabel 1. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis Atas Dasar Derajat Penyakit
Stadium Keterangan LFG (mL/menit/1,73 m)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal ≥ 90
atau meningkat
2 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG 60 - 89
ringan
3 Penurunan LFG yang sedang 30 - 59
4 Penurunan LFG yang berat 15 - 29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
8
memerlukan pemantauan ketat untuk mempertahankan fungsi
ginjal;stadium 3 memerlukan penanganan agresif untuk memperlambat
perburukan penyakit: stadium 4 serta 5 memerlukan penatalaksanaan
khusus oleh seseorang dokter spesialis nefrologi untuk menghindari
komplikasi GGK jangka panjang.
3. Etiologi
9
Klasifikasi Penyakit Penyakit
4. Manifestasi Klinis
11
sakrum), edema periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran
vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan
Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut,
anoreksia, mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran
gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
5. Patofisiologi
12
oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses
ini akhirnya diikuti dengan fungsi nefron yang progresif, walaupun
penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktifitas
aksis reninangiostensin- aldosteron intrarenal ikut memberikan kontribusi
terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas tersebut.
Aktivitas jangka panjang aksis renin-angiostensin-aldosteron, sebagian
diperantarai oleh growth factor seperti transforming growth factor β (TGF-
β). Beberapa hal yang juga dianggap berperan terhadap progresifitas
penyakit ginjal kronis adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemia,
dislipidemia.Terdapat variabilitas interindividual untuk terjadinya
sklerosis dan fibrosis glomelurus maupun tubulointersitial.
Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronis, terjadi kehilangan
daya cadang ginjal (renal reserve) pada keadaan dimana basal LFG (Laju
Filtrasi Glomelurus) masih normal atau malah meningkat. Kemudian
secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang
progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan
keluhan (asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan
kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan
pada pasien seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan
penurunan berat badan. Sampai pada LFG di bawah 30% pasien
memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti anemia,
hipertensi gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual,
muntah dan lain sebagainya. Pasien juga mudah terkena infeksi seperti
infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas, maupun infeksi saluran cerna.
Juga akan terjadi gangguan keseimbangan cairan seperti hipo atau
hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan
kalium. Pada LFG di bawah 15%akan terjadi gejala dan komplikasi yang
lebih serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal
replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada
13
keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal (Sudoyo
dkk, 2010).
6. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer dan Bare (2011) tujuan terapi pada gagal ginjal
adalah mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin.
Semua faktor yang menyebabkan gagal ginjal kronis dicari dan diatasi.
a. Penatalaksanaan Konservatif
Meliputi pengaturan diet, cairan dan garam, memperbaiki
ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, mengendalikan
hipertensi, penanggulangan asidosis, pengobatan neuropati, deteksi
dan mengatasi komplikasi.
b. Penatalaksanaan Pengganti
1) Transplantasi Ginjal
2) Dialisis
a) Hemodialisa
Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun dari peredaran
darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea,
kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran
semipermiabel sebagai pemisah, dan cairan dianalisa pada
ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis, dan
ultrafiltrasi.
b) CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dyalisis)
Metode pencucian darah dengan menggunakan peritoneum
(selaput yang melapisi perut dan membungkus organ perut).
Selaput ini memiliki area permukaan yang luas dan kaya
pembuluh darah. Zat-zat dari pembuluh darah dapat dengan
mudah tersaring melalui peritoneum ke dalam rongga perut.
Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang
menembus dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan harus
14
dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolik
dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan
tersebut, kemudian cairan dikeluarkan, dibuang dan diganti
dengan cairan yang baru.
7. Komplikasi
1. Pengkajian
Pengkajian fokus gagal ginjal kronis menurut Doengoes,
Moorhouse & Murr (2010) yaitu
a. Aktivitas / Istirahat
15
Pasien dengan GGK biasanya mengalami kelelahan, kelemahan,
malaise, kelemahan otot, kehilangan tonus otot, dan berkurangnya
rentang gerak.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, palpitasi, nyeri dada (angina), distensi vena
jugularis, pitting edema pada kaki dan tangan, nadi kuat, disretmia
jantung, nadi lemah, dan halus, hipotensi ortostatik menunjukkan
hipovolemia yang jarang pada penyakit tahap akhir, Friction rub
pericardial (respon terhadap akumulasi sisa), pucat, kulit kekuningan,
cenderung terjadi perdarahan.
c. Integritas ego
Hal yang perlu ditanyakan dalam mengkaji pasien dengan GGK
meliputi faktor stress dari factor keuangan, ekonomi, hubungan
dengan orang lain, dan sebagainya. Kemudian apakah ada perasaan
tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan. Pasien GGK
umumnya mengalami ansietas, takut, marah, mudah terangsang
karena penyakitnya, perubahan kepribadian yang temperamen.
d. Eliminasi
Penderita GGK mengalami perubahan pola berkemih seperti
penurunan frekuensi urin, perubahan warna urin menjadi kuning
pekat atau merah kecoklatan, oliguri, anuria (gagal ginjal tahap
lanjut), distensi abdomen, diare, atau konstipasi.
e. Makanan/ Cairan
Berat badan penderita GGK akan mengalami perubahan apabila
terjadi edema maka berat badan akan naik jika terdapat dehidrasi
pada pasien GGK akan mengalami penurunan berat badan. Pasien
GGK kerap mengalami anoreksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah,
distensi abdomen atau asites, pembesaran hati tahap akhir, penuruna
turgor kulit dan kelembaban, dan edema.
f. Neurosensori
16
Gangguan neurosensori yang dapat terjadi adalah sakit kepala dan
penglihatan kabur, kram otot/ kejang, kebas/ kesemutan dan rasa
terbakar pada kaki, penurunan lapang pandang, sulit berkonsentrasi,
kehilangan memori, bahkan sampai menyebabkan penurunan tingkat
kesadaran.
g. Nyeri/ Ketidaknyamanan
Rasa nyeri sering dirasakan di panggul, sakit kepala. kram otot/
nyeri kaki (memperburuk saat malam hari). Ditandai dengan perilaku
hati-hati/ distraksi, gelisah.
h. Respirasi
Pada GGK dapat terjadi edema paru sehingga dapat memunculkan
napas pendek, dispnea noktural proksimal, batuk dengan tanpa
sputum kental dan banyak, takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul,
batuk produktif dengan sputum merah muda dan encer .
i. Keamanan
Setelah seseorang pasien dengan GGK menjalani transfuusi darah
perlu dikaji adanya rasa gatal pada kulit, ada berulangnya infeksi,
pruritus, demam, petekie, dan ekimosis pada kulit.
j. Seksual
Penurunan libido, amenore atau berhenti menstruasi, dan infertilitas.
k. Interaksi sosial
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu
bekerja,mempertahankan fungsi peran biasanya dalam berkeluarga.
l. Penyuluhan/ pembelajaran
Riwayat diabetes melitus (DM), keluarga (resiko tinggi untuk
gagal ginjal), penyakt polikistik, netresis herediter dan riwayat
terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
2. Diagnosa
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut
17
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin
dan retensi cairan dan natrium.
b. Nyeri akut
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia mual muntah.
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
suplai O2 dan nutrisi ke jaringan sekunder.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, dan
penumpukan produk sampah.
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritas, gangguan
status metabolik sekunder.
3. Intervensi
18
3. Memilihara Hemodialysis therapy
tekanan vena 1. Ambil sampel darah dan
sentral, tekanan meninjau kimia darah
kapiler paru, (misalnya BUN,
output jantung dan kreatinin, natrium,
vital sign normal. pottasium, tingkat
phospor) sebelum
perawatan untuk
mengevaluasi respon
terhadap terapi.
2. Rekam tanda vital: berat
badan, denyut nadi,
pernapasan, dan tekanan
darah untuk mengevaluasi
respon terhadap terapi.
3. Sesuaikan tekanan filtrasi
untuk menghilangkan
jumlah yang tepat dari
cairan berlebih di tubuh
klien.
19
tindakan keperawatan 1. Kaji tingkat nyeri,
selama …. Gangguan meliputi: lokasi,
pertukaran pasien karakteristik, durasi,
teratasi dengan kriteria kualitas, intensitas
hasil: 2. Kontrol faktor - faktor
Kontrol nyeri lingkungan yang dapat
1. Mengenal kapan mempengaruhi respon
nyeri terjadi (dari pasien terhadap
sering menunjukkan ketidaknyamanan
ke jarang 3. Ajarkan penggunaan
menunjukkan) tehnik non farmakologi
2. Menggambarkan seperti relaksasi napas
faktor penyebab dalam bila nyeri timbul
nyeri (dari sering 4. Anjurkan pasien untuk
menunjukkan ke meningkatkan tidur /
jarang menunjukkan) istirahat yang cukup
20
ke ringan) meliputi obat, dosis, dan
2. Mengeluarkan frekuensi obat yang akan
keringat (dari berat diberikan
ke ringan) 2. Cek adanya riwayat alergi
3. Ekspresi wajah (dari obat
berat ke ringan) 3. Monitor vital sign sebelum
4. Frekuensi napas (dari dan sesudah pemberian
berat ke ringan) analgetik
5. Denyut nadi (dari 4. Berikan analgetik yang
berat ke ringan) tepat sesuai dengan resep
6. Tekanan darah (dari 5. Pilih rute intravena daripada
berat ke ringan) intramuskuler untuk injeksi
pengobatan yang sering.
6. Dokumentasikan respon
terhadap analgesik dan
adanya efek samping.
21
adekuat selanjutnya.
Menghabiskan porsi 4. Monitor intake nutrisi dan
makan kalori klien.
Hasil lab normal 5. Berikan makanan sedikit
(albumin, kalium) tapi sering
6. Berikan perawatan mulut
7. Kolaborasi dengan ahli
gizi dalam pemberian diet
sesuai terapi
5 Gangguan perfusi Setelah dilakukan Circulatory Care
jaringan asuhan keperawatan 1. Lakukan penilaian secara
berhubungan selama …x24 jam komprehensif fungsi
dengan penurunan perfusi jaringan sirkulasi perifer. (cek nadi
suplai O2 dan adekuat. prifer, oedema, kapiler
nutrisi ke jaringan refil, temperatur
sekunder. ekstremitas).
anemis sirkulasi.
22
berhubungan Self Care : ADLs 1. Observasi adanya
dengan keletihan, Toleransi aktivitas pembatasan klien dalam
anemia, dan Konservasi eneergi melakukan aktivitas
penumpukan Setelah dilakukan 2. Kaji adanya faktor yang
produk sampah. tindakan keperawatan menyebabkan kelelahan
selama …. Pasien 3. Monitor nutrisi dan
bertoleransi terhadap sumber energi yang
aktivitas dengan adekuat
Kriteria Hasil : 4. Monitor pasien akan
1. Berpartisipasi adanya kelelahan fisik
dalam aktivitas dan emosi secara
fisik tanpa disertai berlebihan
peningkatan 5. Monitor respon
tekanan darah, nadi kardivaskuler terhadap
dan RR aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak nafas,
3. Keseimbangan pasien
23
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
10. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
12. Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
24
integritas kulit Skin and Mucous Management
berhubungan Membranes 1. Anjurkan pasien untuk
dengan pruritas, Wound Healing : menggunakan pakaian
gangguan status primer dan sekunder yang longgar
metabolik Setelah dilakukan 2. Hindari kerutan pada
sekunder. tindakan keperawatan tempat tidur
selama….. kerusakan 3. Jaga kebersihan kulit agar
integritas kulit pasien tetap bersih dan kering
teratasi dengan kriteria 4. Mobilisasi pasien (ubah
hasil: posisi pasien) setiap dua
1. Integritas kulit jam sekali
yang baik bisa 5. Monitor kulit akan adanya
dipertahankan kemerahan
(sensasi,
elastisitas, 6. Oleskan lotion atau
temperatur, minyak/baby oil pada
hidrasi, derah yang tertekan
pigmentasi) 7. Monitor aktivitas dan
2. Tidak ada luka/lesi mobilisasi pasien
pada kulit 8. Monitor status nutrisi
3. Perfusi jaringan pasien
baik 9. Memandikan pasien
4. Menunjukkan dengan sabun dan air
pemahaman dalam hangat
proses perbaikan 10. Kaji lingkungan dan
kulit dan peralatan yang
mencegah menyebabkan tekanan
terjadinya sedera 11. Observasi luka : lokasi,
berulang dimensi, kedalaman luka,
5. Mampu karakteristik,warna cairan,
melindungi kulit granulasi, jaringan
25
dan nekrotik, tanda-tanda
mempertahankan infeksi lokal, formasi
kelembaban kulit traktus
dan perawatan 12. Ajarkan pada keluarga
alami tentang luka dan
6. Menunjukkan perawatan luka
terjadinya proses 13. Kolaburasi ahli gizi
penyembuhan luka pemberian diet TKTP
14. Cegah kontaminasi feses
dan urin
15. Lakukan tehnik perawatan
luka dengan steril
4. Implementasi
Melakukan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun.
5. Evaluasi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) evaluasi dihaharapkan keadaan
klien dapat memenuhi kriteria sebagai berikut
a. Nyeri akut
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
O : Pasien tampak rileks
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin
dan retensi cairan dan natrium.
S : Klien mengatakan sudah tidak terjadi bengkak.
26
O : Terbebas dari edema. Terbebas dari distensi vena jugularis.
Terbebas dari kelelahan.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia mual muntah.
S: Klien mengatakan mual muntah berkurang, asupan nutrisi
meningkat, mampu menghabiskan diit yang diberikan, mengatakan
berat badan meningkat.
O: Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan. Berat badan
sesuai dengan tinggi badan.Tidak ada tanda tanda mal nutrisi.
Meningkatkkan fungsi pengecapan dan menelan.Tidak terjadi
penurunan berat badan.
27
lesi pada kulit. Perfusi jaringan baik serta menunjukan proses
perbaikan kulit.
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
29
B. Saran
1. Bagi mahasiswa supaya dapat memberikan asuhan keperawatan pada
pasien gagal ginjal sesuai dengan perkembangan ilmu saat ini.
2. Bagi tenaga kesehatan supaya menerapkan asuhan keperawatan yang tepat
pada pasien gagal ginjal sesuai dengan perkembangan ilmu.
3. Bagi institusi semoga dapat mengembangkan konsep asuhan keperawatan
pada pasien gagal ginjal.
30
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, P., Ghofar, A., Suwandi, E.W., (2017). Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Pembatasan Cairan Pada Pasien GGK Dengan Hemodialisa.
Jurnal EduNursing. 1 (2).
Bare BG., Smeltzer SC. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Chang, E., Daly, J., & Elliott, D. (2009). Patofisiologi: Aplikasi pada Praktik
Keperawatan. Jakarta: ECG.
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., & Murr, A.C. (2010). Nursing Care Plans:
Guidelines for Individualizing Client Care Across the Life Span. (8th Ed.).
Philadelphia: F.A. Davis Company.
Price, S.A. & Lorraine, M.W. (2010). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC.
31
32