KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA-2020.pdff PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 22

MUNAWIR SAZALI, S.H.I., M.H.I.

KEPENDUDUKAN
DAN
KELUARGA BERENCANA

Disampaikan Pada Perkuliahan


Agama Islam
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Al-Azhar
Mataram
Selasa, 13 Mei 2020
PENDAHULUAN

Masalah kependudukan dan keluarga berencana juga


menjadi perhatian dalam ajaran Islam, yakni dimulai
dengan pernikahan sebagai ikatan suci untuk
berkeluarga dan memperoleh keturunan yang akan
menjadikan sebuah keluarga dan dari keluarga-
keluarga ini lah akan tercipta penduduk. Dengan
pernikahan yang diperintahkan agama ini lah akan
menjadikan keluarga yang sakinah (penuh dengan
ketenangan), mawadah (penuh rasa cinta), dan rahmah
(penuh dengan rasa sayang) sebagai dalam surat al-
Ruum ayat 21. Perintah Allah Swt untuk menikah
mempunyai tujuan yakni mempunyai keturunan
sebagai generasi penerus keluarga sekaligus sebagai
belahan jiwa dan kebahagiaan pasangan suami istri.
Dalam surat al-Nahl ayat 72.
CONTINOU........

Dalam pembahasan masalah keturunan ini lah


ada beberapa perbedaan pendapat. Perbedaan
ini terjadi tentang berapa jumlah keturunan
yang bisa dijalani oleh sebuah keluarga Islam
untuk menciptakan keluarga yang sakinah,
mawadah, dan rahmah serta keluarga yang
berkualitas.
Pendapat pertama, perbanyak keturunan
(taktsir al-nasl).
Pendapat kedua, pembatasan keturunan
(tahdid al-nasl).
Pendapat ketiga, pengaturan keturunan
(tandhim al-nasl)
SEJARAH
KELUARGA BERENCANA
A. Masa Perintisan Program Kependudukan dan
Keluarga Berencana
Sejarah tentang keluarga berencana dimulai dari pembentukan organisasi yang
bernama Perkumpulan Keluarga Berencana pada tanggal 23 Desember 1957 di
gedung Ikatan Dokter Indonesia. Nama perkumpulan itu sendiri berkembang menjadi
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) atau Indonesia Planned
Parenthood Federation (IPPF). PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga-
keluarga yang sejahtera melalui tiga macam usaha pelayanan yaitu a) mengatur
kehamilan atau menjarangkan kehamilan, b) mengobati kemandulan, c) memberi
nasihat perkawinan. Pada tahun 1967, PKBI diakui sebagai badan hukum oleh
Departemen Kehakiman. Kelahiran Orde Baru pada waktu itu menyebabkan
perkembangan pesat usaha penerangan dan pelayanan KB di seluruh wilayah tanah
air. Pada masa Orde Baru ini yakni pada bulan maret 1966 masalah kependudukan
menjadi fokus perhatian pemerintah yang meninjaunya dari berbagai perspektif.
Perubahan politik berupa kelahiran Orde Baru tersebut berpengaruh pada
perkembangan keluarga berencana di Indonesia. Setelah Simposium Kontrasepsi di
Bandung pada bulan Januari 1967 dan Kongres Nasional I PKBI di Jakarta pada
tanggal 25 Februari 1967.
SEJARAH CONTINOU .....
B. Periode Keterlibatan Pemerintah dalam Program KB Nasional
Di dalam Kongres Nasional I PKBI di Jakarta dikeluarkan pernyataan sebagai berikut: a) PKBI menyatakan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pemerintah yang telah mengambil kebijaksanaan mengenai keluarga
berencana yang akan dijadikan program pemerintah PKBI mengharapkan agar keluarga berencana sebagai
Program Pemerintah segera dilaksanakan. b) PKBI sanggup untuk membantu pemerintah dalam melaksanakan
program KB sampai di pelosok-pelosok supaya faedahnya dapat dirasakan seluruh lapisan masyarakat. Pada
tahun 1967 Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi Kependudukan Dunia yang berisikan kesadaran betapa
pentingnya menentukan atau merencanakan jumlah anak, dan menjarangkan kelahiran dalam keluarga sebagai
hak asasi manusia. Pada tanggal 16 Agustus 1967 di depan Sidang DPRGR, Presiden Soeharto pada pidatonya
“Oleh karena itu kita harus menaruh perhatian secara serius mengenai usaha-usaha pembatasan kelahiran,
dengan konsepsi keluarga berencana yang dapat dibenarkan oleh moral agama dan moral Pancasila.
Sebagai tindak lanjut dari Pidato Presiden tersebut, Menkesra membentuk Panitia Ad Hoc yang bertugas
mempelajari kemungkinan program KB dijadikan Program Nasional. Selanjutnya pada tanggal 7 September 1968
Presiden mengeluarkan Instruksi Presiden No. 26 tahun 1968 kepada Menteri Kesejahteraan Rakyat, yang isinya
antara lain: Membimbing, mengkoordinir serta mengawasi segala aspirasi yang ada di dalam masyarakat di
bidang Keluarga Berencana. Mengusahakan segala terbentuknya suatu Badan atau Lembaga yang dapat
menghimpun segala kegiatan di bidang Keluarga Berencana, serta terdiri atas unsur Pemerintah dan masyarakat.
Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut Menkesra pada tanggal 11 Oktober 1968 mengeluarkan Surat Keputusan
No. 35/KPTS/Kesra/X/1968 tentang Pembentukan Tim yang akan mengadakan persiapan bagi Pembentukan
Lembaga Keluarga Berencana. Setelah melalui pertemuan-pertemuan Menkesra dengan beberapa menteri
lainnya serta tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat dalam usaha KB, Maka pada tanggal 17 Oktober 1968
dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) dengan Surat Keputusan No. 36/KPTS/Kesra/X/1968.
Lembanga ini statusnya adalah sebagai Lembaga Semi Pemerintah.
SEJARAH CONTINOU .....
C. Periode Reformasi
Dari butir-butir arahan GBHN Tahun 1999 dan perundang-undangan yang telah ada, Program Keluarga Berencana
Nasional merupakan salah satu program untuk meningkatkan kualitas penduduk, mutu sumber daya manusia,
kesehatan dan kesejahteraan sosial yang selama ini dilaksanakan melalui pengaturan kelahiran, pendewasaan
usia perkawinan, peningkatan ketahanan keluarga dan kesejahteraan keluarga. Arahan GBHN ini kemudian
dijabarkan lebih lanjut dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) yang telah ditetapkan sebagai
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000. Sejalan dengan era desentralisasi, eksistensi program dan kelembagaan
keluarga berencana nasional di daerah mengalami masa-masa kritis. Sesuai dengan Keppres Nomor 103 Tahun
2001, yang kemudian diubah menjadi Keppres Nomor 09 Tahun 2004 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen menyatakan bahwa
sebagian urusan di bidang keluarga berencana diserahkan kepada pemerintah kabupaten dan kota selambat-
lambatnya Desember 2003. Hal ini sejalan dengan esensi UU Nomor 22 Tahun 1999 (telah diubah menjadi
Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004). Dengan demikian tahun 2004 merupakan tahun pertama Keluarga
Berencana Nasional dalam era desentralisasi.
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
yang telah disahkan pada tanggal 29 Oktober 2009, berimplikasi terhadap perubahan kelembagaan, visi, dan misi
BKKBN. Undang-Undang tersebut mengamanatkan perubahan kelembagaan BKKBN yang semula adalah Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Visi
BKKBN adalah “Penduduk Tumbuh Seimbang 2015” dengan misi “mewujudkan pembangunan yang berwawasan
kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera”. Untuk mencapai visi dan misi tersebut, BKKBN
mempunyai tugas dan fungsi untuk melaksanakan pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga
berencana sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 56 Undang-Undang tersebut di atas.
Periode Reformasi Continou
Dalam rangka pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana di daerah, pemerintah daerah
membentuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah yang selanjutnya disingkat BKKBD di tingkat
provinsi dan kabupaten dan kota yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya memiliki hubungan fungsional
dengan BKKBN (pasal 54 ayat 1 dan 2). Peran dan fungsi baru BKKBN diperkuat dengan adanya Peraturan
Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Kementerian; Peraturan Kepala BKKBN Nomor 82/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi dan Peraturan Kepala BKKBN Nomor
92/PER/B5/2011 tentang Organisasi Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga
Berencana, sehingga perlu dilakukan perubahan/penyesuaian terhadap Renstra BKKBN tentang Pembangunan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2010-2014 meliputi penyesuaian untuk beberapa
kegiatan prioritas dan indikator kinerjanya.
Pasca Reformasi Kepala BKKBN telah mengalami beberapa pergantian: Pada Periode Kabinet Persatuan
Indonesia, Kepala BKKBN dirangkap oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan yang dijabat oleh Khofifah
Indar Parawansa. Setelah itu digantikan oleh Prof. Dr. Yaumil C. Agoes Achir pada tahun 2001 dan meninggal
dunia pada akhir 2003 akibat penyakit kanker dan yang kemudian terjadi kekosongan. Pada tanggal 10 November
2003, Kepala Litbangkes Departemen Kesehatan dr. Sumarjati Arjoso, SKM dilantik menjadi Kepala BKKBN oleh
Menteri Kesehatan Ahmad Sujudi sampai beliau memasuki masa pensiun pada tahun 2006. Setelah itu digantikan
oleh Dr. Sugiri Syarief, MPA yang dilantik sebagai Kepala BKKBN pada tanggal 24 Nopember 2006. Sebagai
tindak lanjut dari UU no 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera, di mana BKKBN kemudian direstrukturisasi menjadi badan kependudukan, bukan lagi badan
koordinasi, maka pada tanggal 27 September 2011 Kepala BKKBN, Dr. dr. Sugiri Syarief, MPA akhirnya dilantik
sebagai Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN). Pada tanggal 13 Juni 2013 akhirnya
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Fasli
Jalal sebagai Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
PANDANGAN ISLAM

TAKS|I>R AN-NASL
(Perbanyak Keturunan)

TAHDI<D AN-NASL TANZI<M AN-NASL


(Pembatasan Keturunan) (Pengaturan Keturunan)
PENJELASAN TAKS|I>R AN-NASL
A. Penjelasan Taks|ir> an-Nasl
Taktsir ( ‫ )تكثير‬dalam bahasa Inggris yakni increase yang berarti pertambahan,
bertambah, kenaikan.66 Sedangkan al-nasl ( ‫ )النسل‬berarti anak (al-walad). Jadi makna
taktsir al-nasl yakni memperbanyak jumlah anak dalam sebuah keluarga.
Memperbanyak keturunan atau memperbanyak anak ini berdasarkan hadis nabi Saw
yang diriwayatkan Abu Dawud berikut:
Dari Muawiyah bin Qurrah dari Ma’qal bin Yasar berkata: datang seorang
laki-laki kepada Rasulullah Saw, kemudian berkata: saya menjumpai seorang
perempuan yang merupakan keturunan yang baik dan cantik, akan tetapi dia
tidak bisa melahirkan, apakah saya bisa menikahinya? Rasulullah Saw
menjawab: tidak boleh, kemudian datang kedua kalinya, Rasulullah Saw pun
tetap melarang. datang ketiga kalinya, kemudian Rasulullah Saw bersabda:
menikahlah dengan perempuan yang menyenangkan dan subur (bisa
memperoleh keturunan yang banyak), karena saya (nabi Saw) akan senang
dengan jumlah kalian yang banyak
Lebih lanjut, Muhammad Abu Zahroh menyatakan bahwa takstir al-nasl merupakan
tujuan awal dari sebuah pernikahan dalam Islam, karena itu merupakan fitrah manusia
untuk memperoleh keturunan, sebagaimana Islam yang menjunjung fitrah manusia.
Adapun mengenai man’u al-nasl yakni melarang memperoleh keturunan bukanlah
fitrah manusia.72 Pelarangan untuk memperoleh anak dalam hal ini merupakan
tindakan dilarang dalam Alquran dalam surat al-An’am ayat 115 dan juga di surat al-
Isra ayat 31.
PENJELASAN TAH{DI<D AN-NASL
B. Penjelasan TAH{DI<D an-Nasl
Kata tahdid ( ‫ )تحديد‬berasal dari bahasa Arab yang berarti pembatasan, sedangkan al-
nasl ( ‫ )النسل‬berarti keturunan. Jadi tahdid al-nasl secara bahasa adalah pembatasan
keturunan. Shafa Khalid Hamid Zaban mengemukakan bahwa tahdid al-nasl secara
istilah merupakan suatu perintah umat agar menghentikan jumlah keturunan dengan
jumlah batasan tertentu.
PENJELASAN TANZI<M AN-NASL
C. Penjelasan TANZI<M an-Nasl
Tandhim al-nasl merupakan sebuah metode atau cara untuk mengatur jarak kelahiran,
yakni dengan mengambil suatu cara yang sesuai syariat dan tidak membahayakan
untuk mengatur jarak antar kelahiran yang dengannya anak yang dilahirkan dapat
dihasilkan pertumbuhan yang baik bagi anak dengan alat tertentu.
Menurut Shafa Khalid Hamid Zaban, tandhim al-nasl berbeda dengan tahdid al-nasl.
Tahdid al-nasl merupakan sebuah upaya untuk membatasi keturunan dengan jumlah
tertentu dengan metode alat pencegah kehamilan sebagaimana membatasi anak cukup
satu anak, atau cukup dua anak, tidak boleh lebih. Sedangkan tandhim al-nasl
merupakan suatu cara mengatur keturunan dengan cara mengatur jarak kelahiran yang
mana dengan cara ini, para orang tua dapat mengasuh dan mendidik anaknya dengan
sempurna tanpa ada rasa susah dan menyusahkan bagi anak. Menurutnya, Shafa
Khalid Hamid Zaban mengatakan bahwa tandhim al-nasl boleh dalam Islam
LANJUTAN PENJELASAN TANZI<M AN-NASL

Adapun dengan tandhim al-nasl bagi pasangan suami istri sangat bisa dilakukan
karena beberapa hal:
1) Tandhim al-nasl dilakukan sebagai upaya dan usaha untuk menjaga kesehatan si
ibu yang mana kalau hamil terus menerus kesehatan psikis dan fisik akan
membahayakan si ibu
2) Tandhim al-nasl dilakukan sebagai cara dan upaya agar agar yang dilahirkan dapat
dididik secara maksimal, hal ini pernah terjadi pada zaman Rasulullah Saw ada
orang yang mengadu kepada Rasulullah Saw karena kasihan dalam mendidik
anaknya, terus dia melakukan ‘azl sebagaimana hadis berikut:
“Dari Amir bin Saad, sesungguhnya Usamah bin Zaid mengabarkan kepada
ayahnya Saad bin Abu Waqqash sesungguhnya seorang laki-laki datang
kepada Rasulullah Saw dan berkata: sesungguhnya saya berbuat ‘azl pada istri
saya. Lalu Rasulullah Saw menjawab: mengapa engkau melakukan ‘azl?
Kemudian laki-laki itu menjawab: saya merasa kasihan dengan anak-anak,
Rasulullah Saw bersabda: kalau seandainya (‘azl) merupakan hal yang
membahayakan, pasti kaum Faris dan al-Rum akan menyatakan bahayanya”
Dari dua hal di atas, tandhim al-nasl merupakan suatu hal yang dilakukan oleh para
pribadi (keluarga) karena ada sebab-sebab yang bisa membahayakan diri dan keluarga
atau agar tercipta sebuah keluarga yang kuat dan berkualitas. Berbeda dengan tahdid
al-nasl, sebagai upaya pembatasan keturunan yang cukup 1 atau 2 anak tanpa melihat
bagaimana kondisi seorang istri kuat dan tidaknya, tanpa melihat sebuah keluarga kaya
atau miskin yang bisa mendidik anak dengan kualitas atau tidak
LANJUTAN PENJELASAN TANZI<M AN-NASL

Menurut Shafa Khalid Zaban, ada beberapa pandangan tentang kebolehan dalam melakukan tandhim al-nasl:
1) Ketika wanita sedang masa menyusui, dalam masa ini hendaknya seorang suami sabar untuk menjalani
hubungan dengan istri (terutama dalam hubungan intim), namun kadang kala ketika seorang suami masih
muda, maka tidak ada jangan lain dalam menyalurkan hasratnya kecuali dengan hubungan intim. Ketika
hubungan intim ini menjadikan sang istri hamil lagi padahal masih dalam masa menyusui, maka akan
menjadikan kualitas ASI menjadi tidak baik atau rusak dan akan mengakibatkan sang bayi tidak mendapatkan
ASI eksklusif yang bisa mengancam kesehatannya, sejarah bangsa Arab ketika sang istri mengandung dan
masih dalam masa menyusui, maka biasanya penyusuannya diserahkan kepada orang lain. Agama Islam
memerintahkan masa penyusuan itu selama dua tahun, sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al-
Baqarah ayat 233.
2) Untuk kesehatan si ibu, apabila dikhawatirkan ada masalah kesehatan bagi si ibu untuk melahirkan anak
kembali misalnya telah melahirkan anak secara sesar, maka pencegahan untuk melahirkan anak kembali
perlu di atur agar kesehatan dan keselamatan si ibu tetap terjaga. Karena banyak dokter yang menyarankan
ketika melahirkan dalam posisi sesar, maka untuk melahirkan kembali, harus ada jeda waktu minimal tiga
tahunan.
3) Tandhim al-nasl ini untuk menjaga kondisi psikis si ibu, apabila si ibu melahirkan anak terus tanpa ada jarak
yang dia alami, maka kondisi psikis bisa mengganggu si ibu, karena masalah mengandung bukan masalah
kesenangan akan memperoleh anugrah karunia anak semata, akan tetapi masa pengorbanan yang luar biasa
sebagaimana dalam surat Luqman ayat 14.
4) Terlalu banyak anak juga bisa menyebabkan sebuah keluarga hancur ketika tidak bisa mendidik anak, tidak
bisa mengasuh anak dengan kekurangan harta, maka yang akan terjadi seorang ayah atau ibu akan banting
tulang mencukupi kebutuhan keluarga sampai-sampai terjerumus kepada hal-hal yang diharamkan misalnya
mencari harta yang tidak halal.
5 HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM BER-KB

1. 5.
Cara Kerja Bahannya

2. 4.
Sifatnya Implikasinya

3.
Pemasangannya
ALAT KONTRASEPSI
YANG DIBOLEHKAN ISLAM

UNTUK WANITA UNTUK PRIA

1) IUD (ADR)
2) Pil 1) Kondom
3) Obat Suntik 2) Azal
4) Cara-cara tradisional
ALAT KONTRASEPSI
YANG DILARANG ISLAM

UNTUK WANITA UNTUK PRIA


1) Mesntrual
Regulation (MR)
2) Abortus Vasektomi (mengikat atau
3) Mengikat saluran memutuskan saluran sperma
kantong ovum dan buah zakar)
(ligasi tuba) dan
mengangkat tempat
ovum (tubektomi)
KESIMPULAN
Dalam berbagai pandangan para ahli hukum Islam, semua menyatakan bahwa melahirkan
keturunan merupakan tujuan dari pernikahan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yusuf
al-Qordhowi bahwa hikmah pernikahan antara lain: mendapatkan keturunan, melepaskan
syahwat, mengatur rumah tempat tinggal, memperbanyak keluarga/kerabat, berjihad dalam
mencari nafkah keluarga. Wahbah al-Zuhaili juga mengisyaratkan hal yang sama yakni
hikmah dari disyariatkannya sebuah pernikahan: menjauhkan diri dan pasangan dari
perbuatan yang haram (zina), menjaga keberlangsungan hidup dengan memperoleh
keturunan, mendirikan keluarga yang menjadi dasar bangunan sebuah masyarakat,
menjadikan diri saling tolong menolong dengan pasangan dalam kebaikan. Hal yang mirip
pun diutarakan oleh Sayyid Sabiq tentang hikmah pernikahan yakni menjaga diri
kegelisahan, menjadikan diri menjadi tenang dari berbagai konflik, menjaga pandangan
dari melihat yang haram, dengan menikah merupakan wasilah untuk memperoleh
keturunan dan memperbanyak anak, membahagiakan diri sebagai orang tua dengan
memperoleh buahan hati, mempunyai tanggung jawab sebagai pasangan dan orang tua
yang mempunyai buah hati, menjadikan diri lebih bisa mengatur dan mengelola tugas
dalam keluarga. Mempunyai anak atau keturunan ini menjadi fitrah penciptaan manusia
sebagaimana firman Allah Swt di surat al-Nahl ayat 70
Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari
isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu.
LANJUTAN KESIMPULAN
Akan tetapi keinginan untuk mempunyai anakpun haruslah disertai dengan rasa tanggung jawab untuk
mendidiknya, mengasuhnya, memberikan gizi yang baik atau dalam bahasa Abdullah Nashih Ulwan, ada
beberapa hal tanggung jawab mendidik anak yakni: mendidik keimanannya, mendidik akhlaknya, mendidik
badannya, mendidik akalnya, mendidik akalnya, mendidik kemasyarakatannya, dll. Kalau tidak serius
dalam mengurus anak, maka anak bisa jadi stunting (kurang gizi/ pendek) yang
merupakan kasus yang serius di Indonesia. Menurut data BKKBN, masalah stunting
nasional sangatlah tinggi 37,2%.

Memperbanyak anak ini pun juga hendaknya diikuti oleh kualitas orang tua dalam
mengasuh, mendidik anak dengan finansialnya agar mendidikan anak dengan hak-
haknya agar tidak terjadi kasus stunting yang akan semakin besar, begitu juga harus
melihat kondisi kesehatan wanita yang melahirkan yang mampu atau tidak dalam
upayanya melahirkan anak dalam jumlah banyak. Jika tidak melihat kondisi-kondisi
tersebut, maka memperbanyak anak justru akan meninggalkan sebuah keturunan yang
lemah sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al-Nisa ayat 9:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka.”
Ketika sebuah keluarga yang tidak mampu untuk mendidik dan mengasuh anak dalam
jumlah yang banyak sebagaimana pandangan taktsir al-nasl, maka perlu usaha untuk
mencegah keturunan (man’u al-hamli).
LANJUTAN KESIMPULAN
Memperbanyak keturunan (taktsir al-nasl) yang asal memperbanyak keturunan tanpa
melihat kemampuan diri dalam membesarkan anak juga akan membahayakan
keturunan yang lemah. Maka yang perlu dilakukan adalah dengan tandhim al-nasl
(pengaturan keturunan). Pengaturan keturunan ini yakni mengatur jarak anak yang
pertama dengan anak yang selanjutnya tiga tahun, dua tahun untuk menyusui, satu
tahun untuk masa kehamilan anak yang selanjutnya.
Dua tahun masa menyusui ini berdasarkan firman Allah Swt dalam surat al-Baqarah
ayat 233

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan”

Maka tandhim al-nasl perlu menjadi landasan pemerintah Indonesia dalam


menyukseskan program kependudukan dan keluarga berencana. Penjelasan tandhim al-
nasl ini dilakukan bagi para orang tua (terutama wanita) yang harus menjarakkan
kehamilan minim setelah 3 tahun anak pertama

Anda mungkin juga menyukai