Anda di halaman 1dari 11

Nama Kelompok : Angelia SN.

Allagan
Arnalom panggabean
Egla Angeliya Marpaung
Hendra Samuel Sihombing
Martin Lumbantobing
Yoan Tampubolon
Mata Kuliah : Teologi Pastoral II
Dosen Pengampu : Pdt. Noortje Lumbantoruan, M.Th

BAB III. Misi, Dasar Alkitab, Keunikan Pengembalaan dan Konseling Pastoral

Pengggembalaan (pendampingan pastoral) adalah suatu jawaban terhadap kebutuhan setiap


orang akan kehangatan, perhatian penuh, dukungan, dan penggembalaan (pendampingan). Kon seling
pastoral adalah ungkapan pendampingan yang bersifat memperbaiki (reparatif), yang berusaha
membawa kesembuhan bagi orang (baik anggota dari suatu gereja maupun anggota dari persekutuan
pendampingan lain) yang sedang menderita gangguan fungsi dan kehancuran pribadi karena krisis.
Pelayanan pendampingan dan konseling jemaat mempunyai misi yang menjangkau baik ke dalam
maupun ke luar, di mana pun orang membutuhkan pertolongan.

Makna yang Penting Sekali dari Konseling Pastoral

Dalam menghadapi sebuah permasalah konseling pastoral, Wayne Oates pernah berkata
bahwa para pendeta (apa pun pendidikan/latihan mereka) tidak mempunyai keleluasaan dalam
memutuskan perlu tidaknya melakukan tindakan konseling. "Pilihannya bukanlah antara melakukan
konseling atau tidak, tetapi antara melakukan konseling dalam disiplin serta cara yang terlatih dan
konseling dengan tanpa disiplin serta cara yang tidak terlatih." Jika pendeta itu tidak mempunyai
keterampilan yang memadai, maka orang-orang yang sedang menghadapi masalah hanya akan
mendapatkan batu ketika mereka meminta roti. Pada tahun 1957, sebuah studi lintas golongan orang
dewasa di Amerika Serikat (belum pemah terjadi sebelumnya), telah dibuat untuk menemukan berapa
banyak orang yang pergi meminta pertolongan profesional karena masalah pribadi, dan kepada siapa
mereka pergi.
Pada tahun 1957, hanya satu dari tujuh orang Amerika (14%) yang dilaporkan mencari
pertolongan profesional karena masalah pribadi. Pada tahun 1976 ratio (perbandingan) adalalı satu
dari setiap empat orang Amerika (26%). Para penulis laporan studi tahun 1976 tersebut mengatakan:

1957 1976
Pendeta 42% 39%
Dokter (bukan psikiater) 29% 21%
Psikiater dan Psikiolog 17% 29%
Tenaga Profesional Kesehatan Mental Lainnya 10% 20%

Perubahan yang jelas dan penting telah terjadi pada tahun 1976, di mana konsultasi tentang
masalah pribadi semakin tertuju kepada tenaga profesional di bidang kesehatan mental. Kendati
pelayanan kesehatan mental terus beriambah, namun persentase orang Amerika jauh lebih tinggi
daripada yang pergi ke ahli menolong lainnya. Dan orang yang mencari pertolongan pendeta terdiri
dari 36% pria dan 41% wanita. Orang yang mencari pertolongan pada umur dua puluhan adalah 42%.
Di atas umur enam puluhan sebanyak 45%. Warga jemaat yang hadir di gereja lebih dari satu kali
seminggu, sebanyak 68% ternyata mendatangi pendeta ketika mereka membutuhkan pertolongan.
yang mencari pertolongan konseling pada pendeta.

Pentingnya para pendeta mem- punyai keterampilan konseling perkawinan dan konseling
krisis, juga disoroti oleh penemuan ini. Menurut laporan orang tersebut pertolongan yang dibutuhkan
mereka adalah "percakapan nasihat"; 18% melaporkan bahwa mereka menerima "penghiburan dan
kemampuan untuk menderita"; 15% melaporkan suatu penyembuhan dan suatu perubahan dalam
suatu hubungan.

Seorang konselor yang kompeten sering mempunyai hak istimewa untuk membimbing orang
lain dalam perjalanan rohaninya menuju keutuhan. Kepekaan dan keterampilan dalam konseling
membolehkan pendeta berdiri pada tanah (dasar) yang suci di mana pertumbuhan dan transformasi
kepribadian terjadi. Pendeta menjadi katalisator dalam suatu proses pertumbuhan penyembuhan. Dia
menjadi seorang bidan pastoral dalam hal kelahiran orang kembali dalam menuju dimensi yang lebih
luas dari kemanusiaannya.

Berteologi melalui Pendampingan dan Konseling Pastoral


Hubungan antara praktek pendampingan (penggembalaan) dan konseling pastoral dengan
warisan Alkitabiah kita menyerupai jalan dua arah. Pandangan dari warisan kita menerangi,
memperjelas dan membimbing praktek seni pastoral. Dan praktek ini menghidupkan kebenaran
Alkitabiah dengan membiarkan kebenaran tersebut berinkamasi dan dialami di dalam relasi
manusiawi. Di dalam konseling, kebenaran Alkitabiah diperjelas oleh penerapan dan pengujiannya di
arena pergumulan dan pertumbuhan manusiawi. Dalam hal inilah pendampingan dan konseling
pastoral merupakan cara berteologi. Di dalam hubungan konseling, seorang pendeta bergumul
bersama- sama dengan orang yang dilayaninya beserta dengan masalah teologis yang mendasar pada
suatu tingkat kepribadian yang mendalam.Suatu hubungan pendampingan/konseling merupakan
suatu bagian dari inkarnasi yang terus berlangsung dari Roh Allah Pencipta dalam kehidupan orang
yang menderita dan berharap.

Ada beberapa alasan mengapa penting mengintegrasikan pemahaman Alkitabiah itu dengan
praktek pelayanan. Karena Alkitab adalah sumber tradisi rohani darikekristenan, maka hubungan
yang erat dengannya dapat membantu kita untuk tetap berakar dalam keutuhan dari kebenarannya
yang bersifat memelihara keutuhan Kedua, berdialog terus-menerus dengan pemahaman Alkitabiah
akan dapat melahirkan sikap dan kesadaran yang melengkapi penyembuhan dan pertumbuhan dalam
diri para pendamping. Ketiga, dalam bekerja dengan orang yang mempunyai latar belakang
gambaran Alkitabiah yang hidup, maka gambaran yang lama (arketipal) dan kebenaran dari Alkitab
dapat digunakan sebagai alat transformasi yang kreatif. Keempat, kebijaksanaan Alkitabiah tentang
sifat dari keutuhan diperlukan untuk mengkritik, memperbaiki, dan memperkaya pengertian
psikologis kontemporer tentang keutuhan.

Gambaran-gambaran Alkitabiah tentang Keutuhan

Sumber-sumber Alkitabiah menekankan berulang-ulang kehebatan potensi kemanusiaan kita.


Pemazmur melukiskan bahwa kita diciptakan "sedikit kurang dari Allah" (Mzm 8:15). Dalam
antropologi Alkitab Yahudi, semua aspek pribadi, jadi tidak hanya jiwa atau roh, dilihat sebagai
tercipta dalam gambar ilahi." Tujuan dari kehidupan Kristen ialah mengembangkan keunikan
kepribadian kita dalam keserupaan dengan Allah. Dan tujuan dari semua pelayanan termasuk
pendampingan dan konseling pastoral ialah untuk memperlengkapi perkembangan ini. Sudah
dikemukakan bahwa tujuan kedatangan Yesus menurut Injil Yohanes ialah supaya orang dapat
mempunyai “kehidupan dalam segala kelimpahan" (Yoh 10:10).
Perumpamaan Yesus tentang talenta (Mat 25:14-30) adalah suatu pernyataan yang empatik
tentang makna pentingnya pengembangan sumber daya yang diberikan Allah secara bijaksana dan
sempurna. Paulus dalam suratnya meminta Timotius: "mengorbankan karunia Allah yang ada pada-
mu sebab Allah memberikan kekuatan, kasih dan ketertiban (2Tim 16-7). Rollo May menekankan,
orang dapat menjadi lemah dan takut bila dikatakan padanya kemampuannya tidak terbatas. May
berkata: "Hal itu serupa dengan memasukkan orang ke dalam sampan dan mendorongnya ke lautan
bebas sambil berkata enteng: 'langitlah batas'. Kesadaran kita tentang keterbatasan kita sebagai
makhluk dan keterbatasan pertumbuh- an kita oleh "kecenderungan" hidup yang tidak berubah-
misalnya: faktor keturunan, konteks sosio-kultural, latar belakang historis, umur dan kese- hatan
jasmani kita-dapat menolong kita menjadi rendah hati dalam arti konstruktif (dalam hahasa Inggris,
kata yang dipakai untuk "rendah Suek hati" adalah humble yang berasal dari kata latin "humus"
artinya "tanah").

Kesadaran itu dapat memberikan suatu fungsi yang realistis bagi harga diri. Kesadaran itu
juga mengurangi narsisisme dan kesombongan (suatu mekanisme kejiwaan untuk mempertahankan
diri terhadap rasa sakit akibat dari perasaan rendah diri) yang merusak keutuhan. Menerima
keterbatasan kita yang tidak terelakkan itu tidaklah mudah. Tetapi itu sangat penting dalam
perjalanan seumur hidup yang disebut dengan keutuhan. Dengan tepat Nabi Yesaya berkata: "Ada
suara yang berkata: 'Berserulah! Jawab- ku: 'Apakah yang harus kuserukan?" "Seluruh umat manusia
adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang. Rumput menjadi kering,
bunga menjadi layu, apabila Tuhan menghembuskannya dengan napas-Nya. Sesungguhnya bangsa
itu seperti rumput. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi Firman Allah kita tetap untuk
selama- lamanya" (Yes 40:6-8).

Akar-akar Alkitabiah tentang Enam Dimensi Keutuhan

Dimensi pertama ialah keutuhan meliputi kesatuan atas seluruh dimensi manusia, yakni
tubuh, roh dan jiwa. Dalam sudut pandang yang holistik ini gambaran Alkitabiah tentang tubuh
sebagai bait roh kudus dan petunjuk yang jelas untuk “memuliakan Allah dalam tubuhmu” (1Kor
6:19-20), merefleksikan betapa pentingnya tubuh jasmani.

Dimensi kedua ialah “mengasihi Allah dengan segenap jiwa” yang merupakan perintah
Alkitabiah yang dikutip Yesus (Mark 12:30). Dalam pengertian kontemporer mengasihi Allah
dengan jiwa kita diungkapkan sebagai pencurahan potensi mental dan emosional kita secara kontinu
melalui proses belajar seumur hidup.

Dimensi ketiga adalah kutuhan rasional. Dimensi ini merupakan suatu motif yang kuat dalam
Alkitab yaitu keutuhan yang dipelihara dalam hubungan. Suatu persekutuan (komunitas) pada
hakikatnya memperlengkapi atau merusak keutuhan. Dalam suatu komunitas yang berpusat pada Roh
Kudus, kualitas hubungan menyediakan suatu lingkungan yang unik.

Dimensi keempat, keutuhan ekologis, juga mempunyai dasar Alkitabiah. Sikap hormat dan
penatalayanan Alkitabiah terhadap segala penciptaan diperlihatkan dalam kitab Kejadian. Dalam
pandangan Alkitabiah, pemilik planet ini bukanlah manusia, tetapi kita memperolehnya sebagai
sesuatu yang dipercayakan Allah kepada kita. Ini diungkapkan dalam kalimat, “Dunia ini adalah
milik Tuhan” (Kel. 9:29).

Dimensi kelima adalah cata kita berhubungan dengan lembaga-lembaga yang dapat
mendorong atau menghalangi perkembangan potensi kita. Dalam tradisi nabiah dan Alkitabiah
Perjanjian Lama terdapat suatu perhatian yang mendalam tentang dampak yang destruktf dari
lembaga-lembaga yang menindas. Yesus menyamakan pelayananNya kearah ini ketika Dia membaca
gulungan kitab Yesaya di sinagoge. Arti Alkitabiah pembebasan mencakup pembebasan pribadi dan
masyarakat.

Dimensi keenam adalah keutuhan rohani. Dimensi inilah yang mengintegrasikan dimensi-
dimensi lainnya. Dimensi ini merupakan inti keutuhan menurut pandangan Alkitabiah. Keutuhan
seperti kehidupan adalah suatu pemberian dari Roh Pencipta alam semesta. Dalam seluruh Alkitabiah
kita jumpai kesadaran yang kuat bahwa pemenuhan potensi yang diberikan Allah kepada kita
didukug dan diperkuat oleh kekuatan alam semesta.

Sifat dan Proses Pertumbuhan

Dari sudut pandang orang Kristen, kehidupan Yesus menunjukkan kemungkinan yang
sempurna dari keutuhan manusia. Dalam Dia kita menemukan suatu pribadi yang penuh
pertumbuhan , semangat dan kasih. Dalam Yesus, Firman menjadi daging. Dengan demikian, Allah
tidak perlu lagi dicari jauh-jauh dalam situasi kemanusiaan kita. Dalam diriNya tampaklah keutuhan
yang berkembang seperti yang diinginkan Allah bagi semua orang. Penyembuhan Yesus dan
semangat yang mentranformasikan mengatasi segala abad.

Proses yang memungkinkan keutuhan dalam hubungan dilukiskan dengan cara sebagai
berikut: “Marilah kita menyatakan kebenaran dalam kasih; sehingga kita akan bertumbuh secara
lengkap ke arah Dia” (Ef 4:5). Pertumbuhan terjadi dalam suatu hubungan bila orang mengalami
kasih maupun konfrontasi yang jujur. Gerakan meunuju keutuhan yang lebih besar dipupuk dalam
diri kita bila ada orang yang benar-benar peduli menyatakan kebenaran dalam kasih kepada kita. Ini
memungkinkan kita yang bersifat mendampingi (penghakiman). Hal ini menantang kita dengan cara
yang tidak menyakiti diri dan orang lain. Kasih yang menyembuhkan, kasih yang kuat yang
mendampingi dan konfrontasi secara bersama-sama sangat penting dalam segala pendampingan dan
konseling pastoral.

Konselor pastoral dapat mempelajari pengetahuan yang penting malalui melayani orang lain
yang merupakan tujuan hakiki dari semua konseling yang bermotivasi religius. Pelayanan yang
mengasihi dapat mendoron pertumbuhan si pelayan, memperkuatnya membentuk hubungan baru
yang saling memberi semangat dan mengalami kepuasan dari penginvestasian diri dalam diri orang
lain. Gereja yang melayani bertujuan untuk menjadi suatu komunitas iman di mana orang akan
menemukan motivasi, pemahaman dan kekuatan untuk menjadi pusat pertolongan bagi orang yang
membutuhkannya. Salah satu tujuan penting dari konseling pastoral ialah membebaskan orang untuk
menggunakan kesembuhan dan pertumbuhannya dalam kasih dan membebaskannya memilih
pelayanannya untuk orang lain membutuhkan pertolongan.

Kerusakan Pribadi dan Masyarakat

Kita merasakan suatu kebutuhan dan kerinduan yang mendalam untuk mengembangkan
imago dei (gambar Allah). Namun kita terus menolak dan mensabotase pertumbuhan kita dan
pertumbuhan orang lain. cerita tentang kejatuhan dari keadaan tidak berdosa di Taman Eden (Kej 3)
adalah suatu cara mitis dan puitis untuk menyampaikan kenyataan bahwa kita menjadi terasing dari
gambar Allah dari keutuhan potensi kita. Dalam kaitan ini Thillich mengatakan, “keadaan eksistensi
adalah keadaan pengasingan, kerenggangan, keterpisahan. Manusia berada dalam keadaan terpisah
dari dasar keberadaannya dari keberadaan lainnya dan dari dirinya sendiri.
Suatu pengertian yang kuat dan realistik tentang dosa dan kejahatan manusia perlu dimiliki
agar berbagai bentuk kehancuran manusia yang dijumpai dalam pendampingan dan konseling
pastoral dapat dilayani secara evektif. Pandangan Alkitabiah memperbaiki optimisme yang dangkal
yang kadang-kadang muncul dalam psikologi humanistik. Para penulis Alkitabiah sangat sadar akan
kerusakan yang disebabkan oleh terganjalnya pertumbuhan. Terganjalnya pertumbuhan mencegah
orang menjadi kreatif dan membuat menjadi karikatur dari dirinya.

Kesadaran Alkitabiah tentang kefanaan, dosa dan kehancuran manusia, dapat membuat kita
tetap berhubungan dengan keterbatasan kita sebagai penyembuh dan pendorong pertumbuhan.
Betapun baiknya konseling yang kita lakukan ia hanya dapat menghasilkan keutuhan sebagian. Dan
sebaliknya, konseling dapat membahayakan sesorang. Didalam kehidupan banyak orang terdapat
kerusakan psikologis dan spritual yang sudah lama dan mendalam, sehingga perlawanan terhadap
penyembuhan sangat hebat. Metode konseling dan terapi tidak sempurna dalam masyarakat yang
juga tidak sempurna. Betapapun kreatif dan kompetennya seorang konselor pastoral, namun hal yang
terbaik yang dapat diharapkan ialah bahwa orang mungkin dapat memperoleh kekuatan dan dapat
ketenangan untuk menerima kehidupan dan situasinya yang tidak dapat diubah. Dan orang dapat
hidup lebih konstruktif di dalam situasi tersebut.

Pertumbuhan sebagai Perjuangan, Kematian dan Kelahiran Kembali

Istilah ini merupakan suatu rangkaian Alkitabiah yang merupakan pemberian dari Allah.
Gambaran mengenai mati, memikul salib, perubahan, pertobatan menjelaskan sebuah kebenaran yang
telah ditentukan oleh Allah. Namun hal ini harus dilakukan dengan usaha yang sengaja. Dalam
kehidupan Orang Kristen mula-mula, mereka juga diajak untuk bertindak. Penegasan perjanjian Baru
bahwa keselamatan adalah berdasarkan kasih karunia dan iman (Rom 3:25) merupakan suatu kata
pembebasan bagi orang yang lesu dan lemah, yang tidak fokus akan kebenaran yang ditawarkan
Allah. Pengalaman akan Kasih Karunia mampu membangkitkan pengharapan dan membebaskan
energi kita menuju perubahan yang kreatif yang menghasilkan pertumbuhan spiritual, memperbaiki
kualitas dan semangat hidup.

Kelahiran kembali dimaksudkan pada situasi yang baru dimana sukacita baru hadir setelah
mengalami masa dukacita. Sukacita dalam dimensi kebenaran merupakan tujuan ketika kita
menyadari kematian membawa kita menuju hidup yang lebih sempurna. Yesus menerangkan
perjuangan dan kegembiraan melalui proses perubahan manusia dalam gambaran yang hidup. Ia
berkata “Kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi dukacita”.

Penyembuhan dan Keselamatan

Penyembuhan dari berbagai penyakit merupakan suatu motif yang sentral dalam PB. Banyak
perbuatan-perbuatan Yesus yang merujuk pada pemulihan. Bagi Yesus penyembuhan adalah sesuatu
yang penting dengan aspek pelayanan yang dilakukannya. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui
perumpamaan-perumpamaan yang digunakan Yesus untuk menjawab para musuh yang mengkritik
pelayanan-Nya bahwa Ia prihatin yang mendalam terhadap setiap orang yang membutuhkan-Nya
(Bd. Matius 18:12-14). Istilah keselamatan dan penyembuhan memiliki kaitan erat. Keselamatan
berarti kehidupan kita adalah milik Allah dan kita memiliki suatu kepenuhan di dalam Dia menuju
kekekalan. Oleh karena itu keselamatan dipahami sebagai puncak dari penyembuhan.

Zaman Baru Keutuhan

Keutuhan di dalam PB jika ditinjau dari konteks masa yang baru disebut sebagai sebagai
Kerajaan Allah. Inilah masa dimana kehidupan sosial tampak nyata yang didalamnya ada
pendampingan serta persekutuan, keadilan dan transformasi sosial berdasarkan keutuhan yang baru.
Yesus menjelaskannya dalam beberapa perumpamaan (Mat 13:33; 31-32 dan Mat 13:3-8).
Perumpamaan ini dianggap sebagai undangan kepada kita untuk aktif berpartisipasi dalam zaman
baru yang merupakan Kerajaan Allah yang telah hadir di bumi. Diantaranya dengan melakukan
pendampingan pastoral yang holistic yang berorientasi pada pembebasan pertumbuhan. Dalam
warisan Ibrani, manusia dikenal sebagai satu keluarga yang mempunyai seorang Bapa (kis 17:25)
yang didalamnya ada ikatan rohani yang saling menghubungkan dan tidak terpisahkan.

Suatu Teologi yang Utuh bagi Pendampingan Pastoral

Suatu contoh bahwa suatu pendampingan pastoral yang dapat dipakai sebagai penyembuh,
pembebas,dan pertumbuhan berorientasi pada kaum pria jika dasar teologisnya berat sebelah. Teologi
yang diperlukan dalam pendampingan pastoral adalah tologi yang bersifat inklusif dan terbuka bagi
siapapun diantaranya ada keserajatan manusia (Efesus 3:8); adanya pengakuan bahwa wanita
membutuhkan gambaran dari simbol kewanitaan dari ketuhanan; dan adanya peneguhan serta
meneladani keutuhan dan kebebasan kepribadian Kristus dan hubungannya dengan wanita. Misalnya
perbuatan Yesus yang diintegrasikan pada tindakan feminis misalnya pendampingan, rasa belas
kasih, kelembutan dan kepekaan terhadap keperluan orang lain.

Banyak hal yang indah dan unik yang dapat dihadirkan oleh kaum wanita dalam pencarian
keutuhan rohani. Untuk mendukung dan menyegarkan keutuhan pria atau wanita, maka suatu teologi
yang utuh harus menghargai pemahaman rohani wanita maupun pria secara utuh.

Gereja : Pusat dari Keutuhan yang Membebaskan

Visi Perjanjian Baru tentang gereja adalah sebagai umat Allah (2 Kor 6:16), suatu
persekutuan yang bersifat mendampingi yang dipersekutukan oleh suatu perjanjian dengan Allah. H.
Richard Niebuhr, Daniel Day Williams dan James M. Gustafson menyimpulkan bahwa tujun gereja
secara terpadu adalah memperbesar kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama di antara manusia.
Kasih adalah Pusat penyataan Kristus untuk kemanusiaan kita. Secara tradisional, tugas gereja telah
dibagi ke dalam empat fungsi, yaitu kerygma (pemberian kabar baik tentang kasih Allah), didache
(pengajaran), koinonia (pembangunan suatu komunitas yang bersifat memelihara dengan suatu
dimensi vertical), dan diakonia (pengungkapan kabar baik itu di dalam pelayan yang mengasihi).
Pengembalan dan konseling adalah suatu pengungkapan dari diakonia, yaitu pelayanan, dan kedua
hal ini juga alat untuk mengkomunikasikan injil, mengajarkan kebenaran yang memampukan
kehidupan, dan pembangunan koinonia.

Keunikan Konseling Pastoral

Pendeta perlu memahami keunikannya sebagai konselor sama seperti ahli konseling dan
terapi lainnya, sehingga ia dapat meningkatkan sumbangannya yang khusus dalam menolong orang
yang menderita kesusahan. Beberapa keunikan dari konselor adalah :

1. keunikan Pendidikan konselor pastoral ialah bahwa ia dididik dalam dua disiplin yakni teologi dan
psikologi. Dari antara ahli konseling professional, hanya pendeta yang mempunyai pendidikan yang
mencakup studi sistematik tentang filsafat, teologi, etika, Alkitab, sejarah gereja, agama-agama
dunia, dan psikologi. Pengetahuan pendeta di bidang teologi memampukannya secara unik dalam
memberi bantuan kepada orang yang menghadapi masalah dan hambatan pertumbuhan yang berpusat
di sekitar dilema etis, konflik religius, kekacauan nilai, dan keprihatian akhir seperti pencarian suatu
makna kehidupan dan penanggulangan ketakutan akan kematian. Konseling apapun yang dibuat
pendeta dalam rangka memperbesar kemampuan konseli bergaul secara terbuka dan murni dengan
orang lain, sepantasnyalah dapat membantu konseli bergaul secara terbuka dan murni dengan orang
lain, sepantasnyalah dapat membantu konseli membuka diri atau berhubungan dengan Allah.

2. keunikan lainnya konselor pastoral ialah bahwa ia sangat diharapkan dan dididik untuk
menggunakan sumber daya dari tradisi religiusnya sebagai suatu bagian integral dan konselingnya.
Jika sumber daya itu digunakan secara disiplin dan tepat maka sumber daya itu dapat menjadi nilai
tambah di dalam beberapa konseling (misalnya: kosneling yang bersifat mendukung, konseling krisis,
konseling kedukaan, konseling eksistensial religius dan bimbingan rohani).

3. keunikan lainnya adalah di mana pendeta adalah seorang konselor paruh waktu. Dan dia
mempunyai aneka ragam fungsi lain yang dapat mendukung atau merintangi koseling. Fungsi nabiah
pendeta adalah dimensi yang unik dari identitas konselor pastoral.

Dari keunikan konselor diatas maka terdapat beberapa keunikan dari konseling Pastoral yaitu :

1. ketika konseling pastoral dilakukan oleh seorang konselor yang kita kenal adalah pendeta terhadap
konseli (jemaat) maka pertumbuhan rohani dari si konseli merupaka tujuan hakiki dalam semua
pendampingan dan konseling. Hal ini menjadi unik karena sekalipun tujuan meningkatkan keutuhan
rohani tidak didiskusikan tapi pertumbuhan rohani menjadi tujuan dari terlaksananya konseling
pastoral. Konseling apapun yang dibuat pendeta secara terbuka dan murni dengan orang lain,
sepantasnyalah dapat membantu konseli membuka diri atau berhubungan dengan Allah.

2. tempat kedudukan (setting) dan konteks konseling pendeta memberi warna yang unik pada
konseling pastoral. Setting tersebut ialah kehidupan persekutuan iman yang terhimpun, yaitu jemaat.
Konteksnya ialah pendampingan pastoral dan fungsi pelayanan umum lainnya. Pendeta memberikan
nasihat dalam setting gerejawi, yang merupakan jaringan hubungan interaksi yang kompleks (rumit).
konteks pendampingan yang unik tergantung pada para konselor. Dengan mendidik/ melatih para
pendamping dari anggota jemaat dan mendorong pengembangan berbagai macam kelompok yang
menyampaikn pendampingan dan sharing, maka pendeta dapat membantu suatu jemaat secara
keseluruhan menjadi suatu lingkungan yang menyembuhkan dan menumbuhkan.

3. keunikan konseling lainnya adalah bahwa orang memahami pendeta sebagai pengemban nilai dan
agamanya. Pemahaman seperti ini mungkin menyebabkan orang yang merasa bersalah atau ragu-ragu
menjadi enggan meminta pertolongan pendeta. Sebagian orang menghindari pendeta karena takut
dihakimi. Namun pendeta yang benar-benar menerima diri sendiri dan karena itu mampu bersikap
tidak menghakimi orang lain, dapat menyampaikan penerimaan kepada orang dalam seluruh
pelayanannya.hal ini sering mengrangi proyeksi gambaran pendeta yang bersifat menghakimi oleh
orang yang dibebani rasa bersalah.

Anda mungkin juga menyukai