Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI-VIROLOGI

“Perhitungan Angka Kuman”

Dosen : Elly Wardani, M.Farm., Apt

Nama Kelompok : 1. Debby Siti Aryani (1904015033)


2. Fadlurrohman (1904015100)
3. Renny Nur Anisa (1904015181)
4. Rini Mulyati (1904015093)
5. Widya Nurfathanah (1904015161)

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
Jakarta
2020
BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Di alam terdapat banyak mikroorganisme yang hidup. Mikroorganisme yang


terdapat di alam tersebut terdapat dalam bentuk kumpulan massa sel/ koloni.
Untuk mempelajari suatu jenis koloni dan sifat mikroorganisme tersebut, kita
memerlukan teknik pembiakan mikroorganisme terlebih dahulu. Setelah di
biakan, kita perlu menghitung atau menentukan banyaknya mikroba untuk
mengetahui seberapa jauh sampel itu tercemar oleh mikroba.
Selain menghitung angka kuman, kita perlu mengetahui perbedaan antara
bakteri gram negatif dengan bakteri gram positif. Karena bakteri adalah
mikroba uniseluler yang bersifat transparan dan tidak berwarna yang sulit
dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya, kira perlu melakukan teknik
pewarnaan bakteri terlebih dahulu untuk mengetahui struktur dan morfologi
bakteri tersebut.
Pengukuran kuntitatif populasi mikroba dari suatu sampel dilakukan untuk
mengetahui kualitas bahan atau tujuan lain berdasarkan jumlah mikroba yang
ada dalam sampel tersebut. Sehingga dengan kita dapat mengetahui apakah
mikroba tersebut berbahaya atau bahkan baik bagi lingkungan dalam jumlah
tertentu.
Untuk mengetahui perkembangan suatu bakteri membutuhkan pembuatan
media dengan metode perhitungan bakteri yang ada dalam media. Ada
banyaknya metode yang digunakan dalam menghitung jumlah bakteri secara
kuantitatif dari suatu populasi bakteri. Proses penghitungan sel bakteri dapat
dilakukan dengan beberapa metode baik secara langsung maupun tidak
langsung, diantaranya adalah metode hitung pada cawan petri (standard plate
count), metode pengamatan langsung dengan kaca objek atau metode hitung
dengan menggunakan haemocytometer, metode ukur kekeruhan (turbidimetri)
menggunakan spektrophotometer dan metode jumlah perkitaan terdekat.
Dalam praktikum kali ini menggunakan metode hitung koloni dicawan
petri(standar/viable plate count methond ) dan spektrofotometer
( turbidimeter ), kedua metode ini sering sekali digunakan karena kedua
metode ini terhadang menghasilkan hasil perhitungan yang mirip namun
keduanya mempunyai prinsip yang berbeda.
Adapun tujuan praktikum perhitungan jumlah bakteri kali ini ialah
mengetahui berbagai cara menghitung jumlah sel dari biakan suatu bakteri.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikan ini agar dapat menghitung jumlah bakteri yang tumbuh
dari sampel praktik yang sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perhitungan angka kuman


Menghitung atau menentukan banyaknya mikroba dalam suatu bahan
(makanan, minuman, dan lain-lain) dilakukan untuk mengetahui sampai
seberapa jauh bahan itu tercemar oleh mikroba. Dengan mengetahui jumlah
mikroba, maka dapat diketahui kualitas mikrobiologi dari bahan tersebut.
Bahan yang dapat dikatakan baik jika jumlah mikroba yang terkandung dalam
bahan tersebut masih di bawah jumlah standar yang ditentukan oleh suatu
lambaga. Kandungan mikroba pada suatu bahan juga sangat menentukan
tingkat kerusakannya, serta dapat ditentukan oleh tingkat kelayakan untuk
dikonsumsi.
Menentukan banyaknya mikroba dalam suatu bahan dilakukan untuk
mengetahui sampai seberapa jauh bahan itu tercemar oleh mikroba. Dengan
mengetahui jumlah mikroba, maka dapat diketahui kualitas mikribiologi dari
bahan tersebut.
Jumlah mikroba dapat dihitung dengan beberapa cara, namun secara garis
besar dibedakan menjadi:
1.Cara langsung
Hasil perhitungan secara langsung menunjukkan seluruh jumlah
mikroba yang masih hidup maupun yang sudah mati. Caranya:
a.Pembuatan preparat sederhana yang diwarnai
b.Menggunakan ruang hitung
2.Cara tidak langsung
Hasil perhitungan akan menunjukkan jumlah mikroba yang masih
hidup saja.
Caranya:
a. Menghitung total jumlah mikroba
b. Cara pengenceran
c. Memperkirakan jumlah terkecil mikroba yang ada
d. Cara kekeruhan
Cara ini dapat digunakan untuk bahan padat maupun cair. Khusus untuk
bahan padat maka sebelum dilakukan perhitungan bahan itu perlu dilakukan
pelarutan atau dibuat suspensi, dengan memperhitungkan faktor
pengencerannya.Cara perhitungan tidak langsung dapat digunakan baik untuk
bahan padat maupun cair. Khusus untuk bahan padat maka sebelum dilakukan
perhitungan bahan itu perlu dilakukan pelarutan atau dibuat suspense, dengan
memperhitungkan factor pengencerannya.
Tujuan pengenceran
Menghitung jumlah kuman aerob yang terdapat dalam produk obat, obat
tradisional, makanan, kosmetik dan alat kesehatan.
Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah:
a.Satu koloni dihitung 1 koloni
b.Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni
c.Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni
d.Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni
e.Koloni yang lebih besar dari setengah cawan tidak dihitung
f. Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni.

Pembahasan

Standar perhitungan

Jumlah koloni = jumlah koloni X 1/faktor pengenceran.

a. Cawan yang dipilih adalah yang mengandung jumlah koloni 30-300 koloni

b. Hasil yang dilaporkan terdiri dari 2 angka yaitu angka pertama di depan
koma dan angka kedua di belakang koma. Jika angka ketiga lebih besar dari 5
maka harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua.

c. Jika semua pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni, maka


hanya koloni pada pengenceran terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan
sebagai kurang dari 30 koloni dikalikan dengan faktor pengenceran tetapi jumlah
sebenarnya harus dicantumkan dengan tanda kurung.

d. Jika semua pengenceran menghasilkan angka lebih dari 300 koloni maka
hanya koloni pada pengenceran tertinggi yang dihitung. Hasilnya dilaporkan
sebagai lebih dari 300 koloni dikalikan dengan faktor pengenceran tetapi jumah
sebenarnya harus dicantumkan dengan tanda kurung.
e. Jika semua pengenceran menghasilkan angka 30-300 koloni maka harus
dibuat perbandingan. Jika perbandingannya < 2 maka yang dilaporkan adalah rata-
rata pengenceran tetapi jika perbandingannya > 2 maka yang dilaporkan adalah
pengenceran terendah.

f. Jika digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran, maka data yang
diambil harus dari kedua cawan tersebut meskipun salah satu dari cawan duplo
tidak memenuhi syarat 30-300 koloni.

Standar perhitungan

            Cawan yang dipilih adalah yang mengandung jumlah koloni 30-300 koloni,
beberapa koloni yang bergabung menjadi satu dihitung sebagai satu koloni,
maupun koloni yang seperti sederetan garis tebal. Hasil yang dilaporkan terdiri dari
2 angka, yaitu angka pertama didepan koma dan angka dibelakang koma. Jika
angka ketiga lebih besar dari 5 maka harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada
angka kedua.

10-2 10-3 10-4 SPC (standar plate count)


234                          28                       1                       2,3x104

700               125                   10                      2,3x105
                ji
jika semua pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni pada
cawan petri maka hanya koloni pada pengenceran terendah yang dihitung.
Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 koloni dikalikan dengan factor
pengenceran tetapi jumlah sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung.

10-2 10-3 10-4 SPC (standar plate count)


16                                               1                       <3,0 x 103 (1,6 x 103)

            Jika semua pengenceran menghasilkan angka lebih dari 300 koloni pada
cawan petri maka hanya koloni pada pengenceran tertinggi yang dihitung. Hasilnya
dilaporkan sebagai lebih dari 300 koloni dikalikan dengan factor pengenceran
tetapi jumlah sebenarnya harus dicantumkan didalam kurung. Cara perhitungan
hanya ¼ bagian saja kemudian hasilnya dikalikan.
10-2 10-3 10-4 SPC (standar plate count)
TBUD                                          355                    <3,0 x 106  (3,6 x 106)

            Jika semua pengenceran menghasilkan angka antara 30-300 koloni pada


cawan petri. Perbandingan dari pengenceran tertinggi dan terendah dari kedua
pengenceran lebih kecil atau sama dengan 2, tentukan rata-rata dari kedua
pengenceran tersebut dengan memperhitungkan pengencerannya. Jika
perbandingan antara hasil pengenceran tertinggi dan terendah hasilnya lebih dari 2
maka yang dilaporkan hanya hasil yang terkecil.

10-2 10-3 10-4 SPC (standar plate count)


293                  41                    4          3,5 x 104

                                                            (rata-rata 1,4 = <2)

140                  32                    2          1,4 x 104

                                                            (rata-rata 2,3= >2)

Perhitungan duplo

            Jika digunakan dua cawan petri (duplo) perpengenceran, data yang diambil
harus dari kedua cawan tersebut, tidak boleh diambil salah satu, meskipun salah
satu dari cawan duplo tidak memenuhi syarat 30-300 koloni. Berikut contoh
duplo :

10-2 10-3 10-4 SPC (standar plate count)


175                  16                    4                      1,9 x 104

208                  17                    2                      rata-rata pengenceran 10-2

10-2 10-3 10-4 SPC (standar plate count)


138                  42                    4                      1,5 x 104
162                        43                           2             Rata-rata pengenceran 10-2
                                                                                
Karena perbandingan pengenceran

                                                            10-3  dan 10-2 = 2,4

10-2 10-3 10-4 SPC (standar plate count)


290                  36                    4                      3,1 x 104

280                  32                    2          rata-rata pengenceran 10-2


                                                                                
Karena perbandingan pengenceran

Anda mungkin juga menyukai