PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi adalah salah satu penyakit yang masih sering terjadi di dunia.
Salah satu penyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis.
Osteomielitis umumnya disebabkan oleh bakteri, namun jamur dan virus juga bisa
menjadi penyebabnya. Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang panjang,
vertebra ,tulang pelvic, tulang tengkorak dan mandibula.
Banyak mitos yang berkembang tentang penyakit ini, seperti diyakini bahwa
infeksi akan berlanjut menyebar pada tulang dan akhirnya seluruh tubuh, padahal
hal yang sebenarnya adalah osteomielitis tidak menyebar ke bagian lain tubuh
karena jaringan lain tersebut punya aliran darah yang baik dan terproteksi oleh
sistem imun tubuh. Kecuali apabila terdapat sendi buatan di bagian tubuh yang
lain. Dalam keadaan ini, benda asing tersebut menjadi pathogen. Secara umum,
terapi infeksi tulang bukanlah kasus yang emergensi. Tubuh memiliki mekanime
pertahanan yang mempertahankan agar infeksi tetap terlokalisasi di daerah yang
terinfeksi.
Osteomielitis dapat terjadi pada semua usia tetapi sering terjadi pada anak-
anak dan orang tua, juga pada orang dewasa muda dengan kondisi kesehatan yang
serius. Diagnosa osteomielitis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis penyakit
dan juga gambaran radiologik.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Anatomi fisiologi tulang ?
2. Definisi Osteomielitis ?
3. Etiologi Osteomielitis ?
4. Patofisiologi Osteomielitis ?
5. Manifestasi Klinis Osteomielitis ?
6. Komplikasi Osteomielitis ?
7. Pemeriksaan Diagnostik Osteomielitis ?
8. Penatalaksanaan Osteomielitis ?
9. Pencegahan Osteomielitis ?
10. Klasifikasi Osteomeilitis ?
11. Asuhan Keperawatan pada Osteomielitis ?
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Antara setiap ruas tulang belakang terdapat sebuah jaringan lunak bernama
diskus intervertebra, yang berfungsi sebagai peredam kejut (shock absorption) dan
menjaga fleksibilitas gerakan tulang belakang, yang cara kerjanya mirip dengan
shock breaker kendaraan kita. Di setiap ruas tulang juga terdapat 2 buah lubang di
tepi kanan dan kiri belakang tulang bernama foramen intervertebra, yaitu sebuah
lubang tempat berjalannya akar as well as free slots at piggy saraf dari canalis
vertebra menuju ke seluruh tubuh. Saraf-saraf tersebut keluar melalui lubang itu
dan mempersarafi seluruh tubuh baik dalam koordinasi gerakan maupun sensasi
sesuai daerah persarafannya.
Tiga bagian di atasnya terdiri dari 24 tulang yang dibagi menjadi 7 tulang
cervical (leher), 12 tulang thorax (thoraks atau dada) dan, 5 tulang lumbal.
3
Banyaknya tulang belakang dapat saja terjadi ketidaknormalan. Bagian terjarang
terjadi ketidaknormalan adalah bagian leher.
Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang
terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri
dari arcus vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau pediculus dan
dua lamina, serta didukung oleh penonjolan atau procesus yakni procesus
articularis, procesus transversus, dan procesus spinosus. Procesus tersebut
membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang punggung
disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang
belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui
celah yang disebut foramen intervertebrale.
4
Secara umum memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau
procesus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek,
kecuali tulang ke-2 dan 7 yang procesus spinosusnya pendek. Diberi nomor sesuai
dengan urutannya dari C1-C7 (C dari cervical), namun beberapa memiliki sebutan
khusus seperti C1 atau atlas, C2 atau aksis. Setiap mamalia memiliki 7 tulang
punggung leher, seberapapun panjang lehernya.
Vertebra servikal terdiri dari tujuh tulang atau ruas tulang leher,ruas tulang
leher adalah yang paling kecil. Ruas tulang leher padaumumnya mempunyai ciri
badanya kecil dan persegi panjang, lebih panjang ke samping daripada ke depan
atau ke belakang. Lengkungnya besar, prosesus spinosus atau taju duri ujungnya
dua atau bivida. Prosesus transverses atau taju sayap berlubang-lubang karena
banyak foramina untuk lewatnya arteri vertebralis(Pearce, 2006).
Vertebra torakalis terdiri dari dua belas tulang atau namalainnya ruas
tulang punggung lebih besar dari pada yangservikal dan disebelah bawah menjadi
lebih besar. Ciri khasnya adalah badannya berbentuk lebar lonjong dengan faset
ataulekukan kecil disetiap sisi untuk menyambung iga, lengkungnya agak kecil,
taju duri panjang dan mengarah kebawah, sedangkan taju sayap yang membantu
mendukung iga adalah tebal dan kuat serta memuat faset persendian untuk iga
(Pearce, 2006).
5
Vetebra lumbalis terdiri dari lima ruas tulang atau namalainnya adalah
ruas tulang pinggang, luas tulang pinggang adalah yang terbesar. Taju durinya
lebar dan berbentuk seperti kapak kecil. Taju sayapnya panjang dan langsing.
Ruas kelima membentuk sendi dan sakrum pada sendi lumbo sacral (Pearce,
2006).
Untuk memperkuat dan menunjang tugas tulang belakang dalam menyangga berat
badan, maka tulang belakang di perkuat oleh otot dan ligament, antara lain :
6
a.Ligament Longitudinalis Anterior
c.Ligament praspinosum
a.Ligamentum Intertransversum
b.Ligamentum flavum
c.Ligamentum Interspinosum
e. Otot hamstrings
Tulang servikal, torakal dan lumbal masih tetap dibedakan sampai usia
berapapun, tetapi tulang sacral dan koksigeus satu sama lain menyatu membentuk
dua tulang yaitu tulang sakrum dan koksigeus. Diskus intervertebrale merupkan
7
penghubung antara dua korpus vertebrae. Sistem otot ligamentum membentuk
jajaran barisan (aligment) tulang belakang dan memungkinkan mobilitas
vertebrae. (CAILLIET 1981).
Pada daerah lumbal facet letak pada bidang vertical sagital memungkinkan
gerakan fleksi dan ekstensi ke arah anterior dan posterior. Pada sikap lordosis
8
lumbalis (hiperekstensi lubal) kedua facet saling mendekat sehingga gerakan
kalateral, obique dan berputar terhambat, tetapi pada posisi sedikit fleksi kedepan
(lordosis dikurangi) kedua facet saling menjauh sehingga memungkinkan gerakan
ke lateral berputar.
Karena proses penuaan pada diskus intervebralis, maka kadar cairan dan
elastisitas diskus akan menurun. Keadaan ini mengakibatkan ruang diskus
intervebralis makin menyempit, “facet join” makin merapat, kemampuan kerja
diskus menjadi makin buruk, annulus menjadi lebih rapuh. Akibat proses penuaan
ini mengakibatkan seorang individu menjadi rentan mengidap nyeri punggung
bawah. Gaya yang bekerja pada diskus intervebralis akan makin bertambah setiap
individu tersebut melakukan gerakan membungkuk, gerakan yang berulang-ulang
setiap hari yang hanya bekerja pada satu sisi diskus intervebralis, akan
menimbulkan robekan kecil pada annulus fibrosus, tanpa rasa nyeri dan tanpa
gejala prodromal. Keadaan demikian merupakan “locus minoris resistensi” atau
titik lemah untuk terjadinya HNP (Hernia Nukleus Pulposus). Sebagai contoh,
9
dengan gerakan yang sederhana seperti membungkuk memungut surat kabar di
lantai dapat menimbulkan herniasi diskus. Ligamentum spinalis berjalan
longitudinal sepanjang tulang vertebrae. Ligamentum ini berfungsi membatasi
gerak pada arah tertentu dan mencegah robekan. (CAILLIET 1981).
10
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001).
3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan
oleh staphylococcus (Henderson, 1997)
11
A. Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan
di tulang belakang (pada dewasa). Orang yang menjalani dialisa ginjal dan
penyalahgunaaan obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang
(osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah
ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah
tulang lainnya.
B. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka,
selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus
tulang.Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa
menyebar ke tulang di dekatnya.
12
- Pengguna steroid jangka panjang, dan penurunan kekebalan tubuh,
kondisi-kondisi tersebut bisa menjadi faktor risiko di tambah dengan
terjadinya fraktur terbuka.
13
dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang. Pada perjalanan
alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan
insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya
terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir
keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada
jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan,
namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
14
multifikasi. Faktor tersebut dapat diperberat dengan adanya status gizi penderita
yang buruk atau penderita mendapat obat-obat imuno-supresif.
Invasi kuman tersebut akan masuk ke tulang atau jaringan lunak sekitarnya
yang akan menyebabkab inflamasi. Akibatnya terjadi peningkatan vaskularisasi
yang menyebabkan pembentukan udema. Dalam beberapa hari trombosis
pembuluh darah terbentuk yang menyebabkan iskhemia, atau penurunan aliran
darah pada tulang yang terkena dengan konsekuensi kematian jaringan tulang.
Adanya jaringan tulang necrotid (sequestrum) memperlambat proses
penyembuhan dan memperberat infeksi, bahkan sering dalam bentuk abses
Infeksi yang terjadi akibat inokulasi langsung dari jaringan sekitar terjadi
akibat kontak langsung dari jaringan tulang dan bakteri akibat trauma atau post
operasi. Mekanisme ini dapat terjadi oleh karena inokulasi bakteri langsung akibat
cedera tulang terbuka, bakteri yang berasal dari jaringan sekitar tulang yang
mengalami infeksi, atau sepsis setelah prosedur operasi.
15
2.5 Mnifestasi Klinis Osteomielitis
16
menunjukkan hasil yang normal.Penderita yang mengalami infeksi pada sendi
buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah
tersebut. Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis
menahun (osteomielitis kronis).Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama
bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau
beberapa tahun.
1. Demam
2. Nafsu makan menurun
3. Nyeri tekan saat pemeriksaan fisik
4. Gangguan sendi karena adanya pembengkakan
17
d. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu
mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, pembengkakan, dan pengeluaran pus.
a) Abses Tulang
b) Bakteremia
c) Fraktur Patologis
d) Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
e) Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.
f) Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.
18
b) Osteonekrosis atau kematian tulang akibat terhalangnya sirkulasi darah di
dalam tulang.
c) Pertumbuhan tulang secara abnormal pada anak-anak.
d) Kanker kulit.
Kondisi ini terjadi saat luka terbuka mengeluarkan nanah, sehingga kulit di
sekitarnya berisiko tinggi mengalami kanker jenis sel skuamosa.
19
f) PCV
Packed Cell Volume atau biasa yang disebut dengan hematokrit
merupakan presentase jumlah eritrosit dalam 100 ml darah yang dalam
perhitungannya memerlukan sentrifugasi. Nilai hematokrit menunjukan
kehadiran toksik yang memberikan efek buruk bagi pembentukan sel
darah merah. Biasanya pemeriksaan ini dilakukan bersamaan dengan
hemoglobin (Hb) dengan cara mengambil darah. Berfungsi untuk melihat
naik atau tidak kadar hematokrit dan hemoglobin.
20
akut harus menjalani 2 minggu pengobatan dengan antiniotik parenteral sebelum
anak-anak diberikan antibiotic oral. Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih
sulit disembuhkan dan umumnya diobati dengan antibiotic dan tindakan
debridement. Terapi antibiotik oral tidak dianjurkan untuk digunakan. Tergantung
dari jenis osteomielitis kronis. Pasien mungkin diobati dengan antibiotik
parenteral selama 2-6 minggu. Bagaimanapun,tanpa debridement yang bagus,
osteomielitis kronis tidak akan merespon terhadap kebanyakan regiment
antibiotic, berapa lama pun terapi dilakukan.
Terapi intravena untuk pasien rawat jalan menggunakan kateter intravena
yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama (contohnya : kateter hickman) akan
menurunkan masa rawat pasien di rumah sakit. Terapi secara oral menggunakan
antibiotic fluoroquinolone untuk organism gram negative sekarang ini digunakan
pada orang dewasa dengan osteomielitis. Tidak ada fluoroquinolone yang tersedia
digunakan sebagai antistaphylococcus yang optimal, keuntungan yang paling
penting dari insidensi kebalnya infeksi nosokomial yang didapat dengan bakteri
staphylococcus. Untuk lebih lanjutnya, sekarang ini quinolone tidak menyediakan
pengobatan. Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidak
nyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin
hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur
darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan
memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu
patogen. Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi
antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang
peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah
mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat
terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu
sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus
tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang
diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah
terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan.
21
Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang
terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan
daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril.
Tetapi antibitika dianjurkan. Pada osteomielitis kronik, antibiotika
merupakan ajuran terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi
(pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat
sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan
rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang
dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan
yang permanen. Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space)
atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan
grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol
hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal
selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi
ini. Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk
merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi
dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot
diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh).
Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah
kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi.
Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan
penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian
memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat
penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.
B. Antibiotik
Pemberian antibiotic dapat dilakukan :
1. Melalui oral (mulut)
2. Melalui infuse : jika diberikan melalui infus, maka diberikan selama 2
minggu, kemudian diganti menjadi melalui mulut. Jika dalam 24 jam
22
pertama gejala tidak membaik, maka perlu dipertimbangkan untuk
dilakukan tindakan operasi untuk mengurangi tekanan yang terjadi dan
untuk mengeluarkan nanah yang ada. Etelah itu dilakukan irigasi secara
kontinyu dan dipasang drainase. Teruskan pemberian antiniotik selama 3-4
minggu hingga nilai laju endap darah (LED) normal.
3. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai
kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita.
4. penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
5. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
6. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam. G. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1
bulan. 7. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan
antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan
jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta
ruang kososng yang ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan
tulang, otot, atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemat energi dan mengurangi
hambatan aliran pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K. A. Vitamin K :
Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat mengikat
kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K membantu
mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat. B. Vitamin
A,B dan C : untuk dapat membantu pembentukan tulang. C. Vitamin
D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk
kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian
diendapkan pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan
tulang ini adalah pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid merangsang
pelepasan kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam darah.
23
2.9 Pencegahan Osteomielitis
Cara terbaik mencegah osteomielitis adalah dengan menghindari faktor-
faktor yang dapat memicu terjadinya penyakit ini. Jika Anda memiliki luka,
bersihkan luka tersebut dan tutup dengan perban steril. Jika luka cukup parah,
temui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Namun menurut
beberapa ahli ada faktor-faktor yang berperan penting dalam pencegahan
Osteomeilitis , diantaranya :
Menurut Depkes RI (1995) , ada beeberapa faktor yang sangat berperan penting
untuk mencegah Osteomeilitis . Diantaranya :
a. Berhenti merokok
b. Diet sehat
24
c. Mengelola berat badan Anda
Jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, cobalah untuk menurunkan
berat badan dan kemudian mempertahankan berat badan yang sehat
dengan menggunakan kombinasi dari diet kalori terkontrol dan olahraga
teratur.
d. Mengurangi alkohol
e. Olahraga teratur
25
Yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka
fraktur dan sebagainya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
A. Osteomielitis akut :
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada
anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi
dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen).
Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:
- Osteomielitis hematogen Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal
dari darah. Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh
penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya
terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan
daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis
dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri.
Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset
yang lambat.
- Osteomielitis direk Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau
bakteri akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi
tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma,
yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur
pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi
dan melibatkan banyak jenis organisme.
B. Osteomielitis sub-akut Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan
sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
C. Osteomielitis kronis Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau
lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan
biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa),
misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.
26
2.11 Asuhan Keperawatan
Pengkajian
A. Identitas Meliputi:
Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumahsakit, dan diagnosa medis. Pada umumnya,
keluhan utama pada kasus osteomelitis adalah nyeri hebat.
1. Provoking incident:
Hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah proses supurasi pada
bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma pada daerah
metafisis, merupakan salah satu faktor predis posisi terjadinya
osteomielitis hematogen akut.
2. Quality of pain:
27
hampir sama dengan sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang,
seperti trauma tulang, infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll.
Riwayat Kesehatan Keluarga :
Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun biasanya tidak
ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.
Psikososisl Pasien :
Seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut
diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu
mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan
keluarga, pekerjaan atau sekolah.
Pemeriksaan fisik :
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila
dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik
menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah
bengkak, nyeri, maupun eritema.
Persepsi dan Manajemen Kesehatan:
Klien biasanya tidak mengerti bahwa penyakit yang ia diderita adalah penyakit
yang berbahaya. Perawat perlu mengkaji bagaimana klien memandang penyakit
yang dideritanya, apakah klien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
Nutrisi – Metabolik:
Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makan karena demam yang ia
diderita. 3. Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi
karena pasien mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
Aktivitas – Latihan :
Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan aktivitas karena rasa nyeri
yang ia rasakan
Istirahat – Tidur :
Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena rasa nyeri yang ia
rasakan pada tulangnya.
Kognitif – Persepsi :
Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan kognitif dan persepsinya.
28
Persepsi Diri – Konsep Diri :
Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi
takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, kontak mata kurang,
gagal menepati janji atau banyak janji.
Peran – Hubungan:
Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit yang dialaminya. Serta
adanya tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan klien juga tidak dapat
melakukan perannya dengan baik.
Seksual – Reproduksi:
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam masalah seksual.
Koping – Toleransi Stress :
Biasanya pasien mengalami stress ysng berat karena kondisinya saat itu.
Nilai Kepercayaan:
Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien agar kebutuhan spiritual
klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di RS. Kaji apakah ada
pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien biasanya mengalami
gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia rasakan.
Diagnosa keperawatan :
- Nyeri b.d inflamasi dan pembengkakan
- Gangguan mobilisasi fisik b.d nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan
menahan beban berat badan.
- Resiko terhadap perluasan infeksi b.d pembentukan abses tulang
.
Intervensi keperawatan :
No Tujuan Tindakan Rasional
D Tujuan: Setelah diberikan 1. Mengkaji 1. Untuk
X tindakan keperawatan karakteristik mengetahui
1 selama 2x24 jam nyeri : lokasi, tingkat rasa
Kriteria hasil: durasi, nyeri sehingga
- Tidak terjadi nyeri intensitas nyeri dapat
29
- Nafsu makan dengan menentukan
menjadi normal, menggunakan jenis
- ekspresi wajah skala nyeri (0- tindakannya
rileks dan suhu 10) 2. Mencegah
tubuh normal 2. mpertahankan pergeseran
im-mobilisasi tulang dan
(back slab) penekanan
3. Berikan pada jaringan
sokongan yang luka.
(support) pada 3. Peningkatan
ektremitas yang vena return,
luka menurunkan
4. Amati edem, dan
perubahan suhu mengurangi
setiap 4 jam nyeri
5. Kompres air 4. Untuk
hangat mengetahui
Koaborasi penyimpangan
6. Pemberian 5.
obatobatan penyimpangan
analgesik yang terjadi
6. Mengurangi
rasa nyeri dan
memberikan
rasa nyaman
D Tujuan: setelah diberikan 1. Pertahankan 1. Agar
X tindakan keperawatan tirah baring gangguan
2 diharapkan Gangguan dalam posisi mobilitas fisik
mobilitas fisik dapat yang di dapat
berkurang Kriteria hasil: programkan berkurang
- Meningatkan 2. Tinggikan 2. Dapat
30
mobilitas pada ekstremitas meringankan
tingkat paling yang sakit, masalah
tinggi yang 3. instruksikan gangguan
mungkin klien / bantu mobilitas fisik
- Mempertahankan dalam latihan yang dialami
posisi fungsional rentang gerak 3. klien Dapat
- Meningk atkan / pada meringankan
fungsi yang sakit ekstremitas masalah
yang sakit dan gangguan
tak sakit mobilitas yang
dialami klien
Dx Setelah diberikan 1. Pertahankan 1. Pemasukan
3 tindakan keperawatan system kateter bakteri dari
diharapkan Tidak terjadi steril; berikan infeksi/ sepsis
resiko perluasan infeksi perawatan lanjut
yang dialami kateter regular 2. Menghindari
Kriteria hasil: dengan sabun refleks balik
- Mencapai waktu dan air, berikan urine, yang
penyembuhan salep antibiotic dapat
disekitar sisi memasukkan
kateter bakteri
2. Ambulasi kedalam
dengan kantung kandung
drainase kemih
dependen. 3. Pasien yang
3. Awasi tanda mengalami
vital, sistoskopi/
perhatikan TUR prostate
demam ringan, beresiko untuk
menggigil, nadi syok bedah/
dan pernapasan septic
31
cepat, gelisah, sehubungan
peka, dengan
disorientasi. manipulasi/
instrumentasi
Evaluasi
Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan osteomielitis
diharapkan sebagai berikut:
- Nyeri berkurang atau terkontrol dan rasa nyaman meningkat
- Gangguan mobilitas fisik berkurang
- Tidak terjadi resiko perluasan infeksi yang dialami
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS
32
3.1 Kasus
Seorang laki-laki usia 18 tahun dibawa ke rumah sakit X dengan keluhan nyeri,
demam, anoreksia pada kaki sebelah kiri, dari hasil pengkajian ners Y
didapatkan terdapat luka dan mengeluarkan push di kaki sebelah kiri bagian
fibula sampai pedis, infeksi menyebar ke diafisis serta terjadi sekuester, muka
klien tampak meringis, skala nyeri 7 (1-10), nyeri yang di rasakan klien
menyebar ke daerah paha bagian atas, klien mengatakan nyeri yang di alami
klien sangat mengganggunya apalagi kalau di gerakkan dan berkurang apabila
klien sudah minum obat dan tertidur, sedangkan hasil dari pemeriksaan
penunjang didapatkan hb 7gr/dl, leukosit 16600 gr/dl, PCV 219, trombosit
450000, GDS 260, staphilococus aureus postif.
33
Nama :-
Umur :-
Jenis Kelamin : -
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Hubungan Dengan Klien : -
Alamat : -
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang :
1) Keluhan utama :
Nyeri
2) Keluhan utama saat masuk rumah sakit :
Saat dikaji tanggal 05 November 2019 klien mengeluh nyeri pada kaki
sebelah kiri.
3) Keluhan utama saat dikaji :
Klien menatakan nyeri pada kaki sebelah kiri.
b. Riwayat kesehatan dahulu : -
c. Riwayat kesehatan keluarga : -
4. Pola Aktivitas sehari hari :
Kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
NUTRISI :
1. Makan
- Makanan yang
dimakan :
- Frekuensi :
- Porsi makan :
- Gangguan : Anoreksia
2. Minum :
- Jenis minuman
yang diminum :
34
- Frekuensi :
- Porsi :
- Gangguan :
ELIMINASI :
1. BAK
- Frekuensi :
- Warna :
- Konsistensi :
- Jenis :
2. BAB
- Frekuensi :
- Warna :
- Konsistensi :
- Jenis :
Personal Hygiene :
1. Mandi :
- Frekuensi :
- Waktu :
2. Oral Hygiene :
- Frekuensi :
- Waktu :
3. Cuci Rambut :
- Frekuensi :
- Waktu
4. Potong Kuku :
- Frekuensi :
- Waktu :
35
istirahat :
- Siapa yang
menemani
istirahat :
2. Tidur :
- Lama tidur siang :
- Lama tidur malam :
- Kebiasaan sebelum
tidur :
- Siapa yang
menemani :
Aktivitas dan latihan Klien mengatakan nyeri
- Waktu kerja : yang dirasakan sangat
- Lama kerja : mengganggu apalagi saat
- Lama olaraga : digerakan
- Jenis olaraga :
- Dibantu/mandiri :
Pemeriksaan fisik :
Dilakukan pada tanggal 05 November 2019
a. Keluhan umum
Kesadaran : -
Penampilan : -
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
TD : -
Nadi : -
Respirasi: -
Suhu :-
c. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem penglihatan : -
2. Sistem pendengaran : -
3. Sistem wicara : -
36
4. Sistem pernafasan : -
5. Sistem cardiovaskuler : -
6. Sistem muskuloskeletal :
Terdapat luka dan mengeluarkan push di kaki sebelah kiri bagian fibula
sampai pedis, infeksi menyebar ke diafisis serta terjadi sekuester.
7. Pemeriksaan penunjang :
- Hb : 7 gr/dl
- Leukosit : 16.600 gr/dl
- Trombosit : 450.000 gr/dl
- GDS : 260
- Staphilococus aureus positif
Analisa Data
Data-data Etiologi Masalah
DS : Staphilococus Nyeri Akut b.d
- An.L mengeluh nyeri, Aureus proses inflamasi
demam, anoreksia pada
kaki sebelah kiri Invasi
- Nyeri dirasakan An. L mikroorganisme dari
menyebar ke daerah tempat lain
paha bagian atas
- An. L mengatakan nyeri
Masuk ke juksta
yang dialami sangat epifisis tulang
panjang
mengganggu apalagi
jika digerakan
Invasi kuman ke
DO :
tulang
- Muka klien nampak
meringis
- Sakala nyeri 7 ( 1-10) Fagositesis
- Staphilococus Aureus
(+) Inflamasi
- Trombosit 450.000
37
- Leukosit 16.600 gr/dl Peningkatan jaringan
tulang
- Hb 7gr/dl
- PCV 219
Iskemia&nefrosis
tulang
Pembentukan abses
tulang
Nyeri
DS : Staphilococus Kerusakan
- An L mengatakan nyeri Aureus integritas kulit
pada kaki sebelah kiri b.d proses
- Nyeri dirasakan Invasi supurasi tulang
menyebar ke daerah mikroorganisme dari
paha atas tempat lain
DO :
- Terdapat luka dan
Masuk ke juksta
mengeluarkan pus di epifisis tulang
panjang
kaki sebelah kiri bagian
fibula-pedis
Invasi kuman ke
- Infeksi menyebar
tulang
kediafisis serta terjadi
sekuester
- GDS 260 mg/dl Fagositesis
Inflamasi
Peningkatan jaringan
tulang
Iskemia&nefrosis
tulang
38
Pembentukan abses
tulang
Kerusakan
Integritas Kulit
DS : Staphilococus Gangguan
- Klien mengatakan nyeri Aureus mobilitas fisik
yang dialami sangat b.d keterbatasan
mengganggu apabila saat Invasi gerak
digerakan dan berkurang mikroorganisme dari
saat minum obat tempat lain
DO :
- Skala nyeri 7 (1-10)
Masuk ke juksta
- Terdapat luka dan epifisis tulang
panjang
pengeluaran pus dikaki
sebelah kiri
Invasi kuman ke
tulang
Fagositesis
Inflamasi
Kerusakan jaringan
tulang
Infeksi berlebihan
39
Abses tulang
Perubahan bentuk
tulang
Penurunan
kemampuan tulang
untuk bergerak
Gangguan Mobilitas
Fisik
Intervensi
Dx Tujuan Tindakan Rasional
D Setelah diberikan tindakan 1. Mengkaji 1. Untuk
X keperawatan selama karakteristik mengetahui
1 2x24jam didapatkan nyeri, lokasi, tingkat rasa
kriteria hasil: dan durasi nyeri sehingga
1. Nyeri klien nyeri. dapat
berkurang, dan rasa 2. Biarkan menentukan
nyaman meningkat pasien jenis
2. Nafsu makan mengambil tindakannya.
menjadi normal. posisi yang 2. Memberikan
3. Ekspresi wajah nyaman pada rasa nyaman
rileks normal saat tidur pada klien.
atau duduk. 3. Peningkatan
3. Berikan vena kembali,
sokongan menurunkan
(dukungan) edema, dan
pada mengurangi
40
ekstremitas nyeri.
yang luka. 4. Mengurangi
4. Kompres rasa nyeri dan
hangat. memberikan
5. Kolaborasi rasa nyaman.
pemberian 5. Mengurangi
obat rasa nyeri
analgetik.
D Setelah diberikan tindakan 1. Kaji 1. Menjadi data
X keperawatan selama kerusakan dasar untuk
2 2x24jam didapatkan jaringan memberi
kriteria hasil: lunak. informasi
1. Pertumbuhan 2. Lakukan tentang
jaringan perawatan intervensi
meningkat. luka dengan perawatan luka,
2. Keadaan luka tekhnik alat dan jenis
membaik. steril. larutan apa
3. Pengeluaran pus 3. Rawat luka yang akan
pada luka tidak ada setiap hari digunakan.
lagi atau setiap 2. Perawatan luka
kali bila dengan tekhnik
pembalut steril dapat
basah atau mengurangi
kotor. kontaminasi
4. Hindari kuman
pemakaian langsung ke
peralatan area luka.
perawatan 3. Memberi rasa
luka yang nyaman pada
sudah kontak klien dan dapat
dengan klien membantu
41
osteomyelitis meningkatkan
, jangan pertumbuhan
digunakan jaringan luka.
lagi pada 4. Pengendalian
perawatan infeksi
luka pada nosokomial
klien lain dengan
menghindari
kontaminasi
langsung dari
perawatan luka
yang tidak steril
D Setelah diberikan tindakan 1. Pantau 1. Mengurangi
X keperawatan selama tingkat rasa sakit dan
3 2x24jam didapatkan inflamasi dapat
kriteria hasil: atau rasa menghindari
1. Mempertahankan sakit pada rasa sakit.
ataupun tulang. 2. Pasien mampu
meningkatkan 2. Dorong melakukan
kekuatan dan pasien aktifitas sendiri
fungsi dari mempertahan 3. Memudahkan
kompensasi bagian ka n postur untuk
tubuh. tegak dan melakukan
2. Mempertahankan duduk tinggi, aktivitas.
fungsi posisi tubuh. berdiri, dan 4. Tingkat
berjalan. aktifitas atau
3. Berikan latihan
lingkungan tergantung dari
yang aman perkembangan
misalnya atau resolusi
menaikkan dari proses
42
kursi, inflamasi
menggunaka
n pegangan
tangga pada
bak atau
pancuran
pada toilet,
penggunaan
alat bantu
mobilitas
atau kursi
roda.
4. Bantu klien
dengan
rentang gerak
aktif dan
pasif
BAB IV
STEP 1 & 2
4.1 Step 1
1. Sekuester
2. Pedis
3. Diafisis
43
4. Staphilococus Aureus
5. PVC
Jawaban :
1. Segmen tulang yang menjadi nekrotik karena luka iskemik yang
disebabkan proses peradangan. ( buku biologi SMA )
2. Bagain kaki manusia atau bagian ektermitas bawah pada manusia. ( buku
biologi SMA )
3. Bagian tengah tulang yang panjang ( buku biologi SMA )
44
3. Usia 1 bulan : 37% sampai 49%
4. Usia 3 bulan: 30% sampai 36%
5. Usia 1 tahun : 29% sampai 41%
6. Usia 10 tahun : 36% sampai 40%
7. Dewasa pria : 42% sampai 54%
a. Keping darah atau trombosit
Merupakan suatu sel dalam plasma darah yang memiliki bentukan yang
kecil dan bundar. Sama halnya dengan sel darah merah (eritrosit) dan sel
darah putih (leukosit), trombosit diproduksi di sumsum tulang dan
memiliki peranan yang vital dalam proses pembekuan darah di dalam
tubuh.Dewasa perempuan : 38% sampai 46%
Apabila terdapat suatu jaringan yang luka atau perdarahan, maka trombosit
akan langsung ke bagian tersebut dan membentuk suatu formasi yang
dapat menghentikan perdarahan. Ada tiga cara tahapan trombosit di dalam
melakukan proses pembekuan darah, antara lain:
- Dengan menempel langsung pada bagian yang luka
- Melakukan agregasi/ penggumpalan secara bersama-sama dengan
trombosit lainnya
- Melepaskan suatu senyawa kimia dengan tujuan untuk merangsang
agregasi lebih lanjut pada trombosit lainnya.
b. Leukosit
Sel darah putih mempunyai satu inti sel dan berbentuk tidak tetap. Fungsi
umum dari sel darah putih adalah melindungi tubuh dari infeksi. Umur
leukosit dalam sistem peredaran darah adalah 12 – 13 hari. Berdasarkan
granula yang dikandung sitoplasma, sel darah putih dapat dibedakan
menjadi sel darah putih bergranula (granulosit) dan sel darah putih yang
tidak bergranula (agranulosit). Leukosit yang bergranula, contohnya
eusinofil (2 – 4 %), basofil (0,5 – 1 %), dan neutrofil (60 – 70 %).
Sedangkan, leukosit yang tidak bergranula, contohnya limfosit (20 – 25 %)
dan monosit (3 – 8 %). Neutrofil dan monosit melindungi tubuh dengan
45
cara melakukan endositosis terhadap partikel asing yang masuk ke dalam
tubuh. Jumlah eusinofil akan meningkat jika tubuh mengidap cacing-
cacing parasit. Basofil berperan dalam reaksi alergi dengan membentuk sel
mast. Sedangkan, limfosit berperan dalam pembentukan antibodi.
c. Eritrosit
Pada wanita normal mempunyai kira-kira 4,5 juta sel darah merah dalam
setiap mm³ darah. Sedangkan,pada laki-laki normal sekitar 5 juta sel darah
merah setiap mm³. Selain itu, jumlah sel darah merah juga dipengaruhi
oleh ketinggian tempat seseorang hidup dan kesehatan seseorang. Sel-sel
darah merah mempunyai bentuk cakram bikonkaf.
4.2 Step 2
1. Mengapa bakteri sthaphilococus aureus dapat menyebabkan pus pada
fibula dan mengapa menyebar ke pedis ?
2. Perjalanan perjalanan infeksi hingga menyebar ke diafisis ?
3. Dx yang muncul pada kasus? Diagnosa priotas ?
4. Nonfarmakologi untuk nyeri ?
5. Penyebab leukosit, GDS, trombosit meningkat ?
6. Kaitannya PCV dengan kasus ?
7. Hubungannya gula darah pada kasus ?
Jawaban :
46
1. Proses terbentuknya nanah selama infeksi, makrofag melepas sitokin yang
memicu neutrofil untuk mencari tampat luka/infeksi oleh kemotaksis, lalu
dibagian tersebut netrofil menghancurkan bakteri dan bakteri menolak
respon kekebalan tubuh dengan melepaskan racum yang disebut
leukositosis( meningkatnya sel darah putih ) , netrofil yang mati karena
terkena racun / yang berusia singkat , dihancurkan oleh makrofag lalu
terjadilah pembentukan pus
2. Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berproliferasi
didalam tubuh yg menyebabkan sakit (potter & perry. 2005)
Secara ringkas kuman/bakteri bisa menginfeksi melalui 4 tahapan yaitu :
a. Adhesi ( menempel ) menempelnya patogen ke dalam luka atau
organisme inang
b. Kolonisasi ( pembiakan ) yg dilakukan oleh spesies asing/patogen
terhadap organisme inang dan bersifat paling membahayakan inang.
Organisme penginfeksi/patogen menggunakan sarana yang dimiliki
inang untuk dapat memperbanyak diri , yang pada akhirnya merugikan
inang.
c. Penetrasi ( masuk ke tubuh) masuknya patogen ke tubuh dikarnakan
inang sudah bisa ditembus oleh patogen
d. Invasi ( menyebar ke seluruh tubuh sambil terjadi pembiakan )
Patogen bisa mengganggu fungsi normal sel inang dapat berakibat pada
luka kronik , bahkan kematian sel. Setelah menembus jaringan patogen
dapat berkembangviak dg bebas didalam sel seperti bakteri , virus, adajuga
berkembang bias didalam vesikel, seperti mycrobakteria. Jaringan yg
tertembus bisa mengalami kerusakan karena infeksi patogen , misal oleh
eksotoksin yang disekresi pada permukaan sel atau sekresi endotoksin
yang memicu sekresi sitokin oleh makrofag dan mengakibatkan gejala lokl
maupun sitemik. Lalu terjadi inflamasi merupakan mekanisme pertahanan
tubuh Sbg respon jaringan trhadap pengaruh merusak baik bersifat lokal
maupun yang masuk ke dalam tubuh. Proses terjadinya reaksi vascular
dimana cairan elemen-elemen darah, sel darah putih (leukosit) dan
47
mediator kimia. Berkumpul pada tempat cedera jaringan/infeksi proses
secara makroskopik :
1. Kalor
2. Dolor
3. Rubor
4. tumor
5. fungsiolaesa
3. a. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembentukan supurasi
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak
Dari 3 diagnosa tersebut yang prioritas adalah nyeri berhubungan dengan
proses inflamasi.
4. Non farmakologi :
6. relaksasi, guide imaginary, therapy musik, diistraksi, dll untuk mengurangi
rasa nyeri
7. berikan suasana tenang dan nyaman agar mengurangi tingkat stress yang
menimbulkan sugesti terhadap rasa nyeri
8. melakukan kompres hangat pada bagian yang terasa nyeri
9. mengonsumsi air jahe atau kunyit untuk melawan peradangan.
5. Penyebab GDS meningkat :
Dikarenakan proses metabolisme tubuh meningkat karena infeksi pada
luka.
Penyebab trombosit meningkat :
Karena kerusakan jaringan tubuh bisa saja terjadi sehingga memicu
meningkatnya jumlah trombosit. Ini merupakan mekanisme tubuh untuk
mencegah pendarahan yang fatal serta upaya tubuh untuk mencapai
pemulihan dan sumsum tulang akan memberikan respon berupa
menghasilkan lebih banyak sel darah merah kerena hormon sitokin yang
berperan sebagai bagian pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Penyebab Hb meningkat :
48
Karena produksi sel-sel darah merah sebagai upaya tubuh untuk
mengkompensasi kadar oksigen yang rendah dalam darah merah yang
dibutuhkan oleh jaringan
6. Karena terdapatnya infeksi bakteri Staphilococus Aureus pada kasus PCV
dilakukan untuk mengetauhi atau mengukur sejauh mana bakteri ini
memberikan toksis bagi pembentukan sel darah merah yang di
produksinya di sum sum tulang belakang.
7. Dikarnakan proses metabolisme pada tubuh meningkat karena adanya
infeksi pada luka yang mengakibatkan GD menjadi naik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus
sebanyak 90% (Orang Dewasa), Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak
49
dibawah umur 4 tahun, Streptococcus hemolitikus, Pseudomonas aurenginosa,
Escherechia coli, Clastridium perfringen, Neisseria gonorhoeae, almonella thyposa.
Bagian tulang bisa mengalami infeksi Aliran darah, Penyebaran langsung, dan
Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya. Klasifikasi osteomielitis yaitu Osteomielitis
Primer dan Osteomielitis Sekunder.
5.2 Saran
Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi makalah ini saja karena
masih banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari makalah ini.
Oleh karena itu, semoga makalah ini dapat di jadikan sebagai buku ajar untuk
menambah wawasan mahasiswa/i khususnya Universitas Bhakti Kencana Bandung
tentang Osteomielitis Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi
makalah ini saja karena masih banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas
materi dari makalah ini. Oleh karena itu, semoga makalah ini dapat di jadikan
50
sebagai buku ajar untuk menambah wawasan mahasiswa/i khususnya Universitas
Bhakti Kencana Bandung tentangOsteomeillitis.
51