Audit (Materialitas)
Audit (Materialitas)
Yaitu suatu nilai informasi akuntansi yang dihilangkan atau salah saji dalam
lingkungan yang berlaku, mungkin akan mengubah pertimbangan seseorang yang bersandar
pada informasi tersebut karena hilangnya atau salah saji informasi tersebut.
FASB mendefinisikan:
Yaitu besarnya kealpaan dan salah saji informasi akuntansi, yang dalam lingkungan tersebut
membuat kepercayaan seseorang berubah atau terpengaruh oleh adanya kealpaan dan salah
saji tersebut.
Adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari
keadaan yang melingkupinya. Dapat mengakibatkan perubahan atau pengaruh terhadap
pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut. Definisi tersebut
mengharuskan auditor untuk:
Karena sifatnya yang relatif maka tingkat materialitas dapat berubah. Selama pelaksanaan audit
tingkat materialitas bisa berubah-ubah karena;
Auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain
karena ia tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang di audit dan tidak dapat
menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan
dikompilasi secara semestinya ke dalam laporan keuangan.
Oleh karena itu, dalam audit atas laporan keuangan auditor memberikan keyakinan berikut ini:
1. Auditor dapat memberi keyakinan bahwa jumlah–jumlah yang disajikan dalam laporan
keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan
dikompilasi.
2. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit
kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan
keuangan auditan.
3. Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat, bahwa laporan keuangan
sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena
kekeliruan dan kecurangan.
Konsep materialitas menunjukkan seberapa besar salah saji yang dapat diterima oleh
auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut.
Konsep risiko audit menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah
pendapatnya atas laporan keuangan yang berisi salah saji material.
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan auditnya.
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif. Berikut ini contoh
pertimbangan kuantitatif dan kualitatif:
Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti:
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama, auditor menggunakan
materialitas dalam perencanaan audit. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam
pelaksanaan audit. Oleh karena itu, auditor harus mempertimbangkan dengan baik penaksiran
materialitas pada tahap perencanaan audit. Dalam perencanaan audit, auditor harus menyadari
bahwa terdapat lebih dari satu tingkat materialitas yang berkaitan dengan laporan keuangan.
Risiko Audit
Adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya
sebagaimana semestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
Auditor tidak cukup hanya menentukan materialitas dengan pertanyaan berikut ini:
Kami akan menerima bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar dan tidak berisi salah saji
material jika:
Kami akan menerima, pada tingkat risiko tertentu, bahwa laporan keuangan disajikan secara
wajar dan tidak berisi salah saji material jika:
1. Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai keseluruhan.
2. Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang
dicantumkan dalam laporan keuangan.
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap
suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur
pengendalian intern yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo
akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain.
Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang
tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.
Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi ditentukan oleh efektivitas
prosedur audit dan penerapannya oleh auditor.
Auditor menentukan risiko deteksi dari formula risisko audit berikut ini :
Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan proses audit adalah mengurangi risiko
audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya. Dalam mengembangkan
strategi audit awal, auditor menetapkan empat unsur berikut ini: