Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

Akuntansi Keuangan Lanjutan II

Penggabungan Badan Usaha

Disusun Oleh :

1. Titien Hantien Yunistya (17441399)

Dosen Pembimbing : Khusnatul Zulfa W., S.E., MM., Ak.CA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI - S1 KELAS 6B

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2019/2020 
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak kenikmatannya kepada kami. Sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan waktu yang kami rencanakan. Makalah ini kami buat dalam
rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Khusnatul Zulfa W., S.E., MM., Ak.CA
selaku dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini selesai tepat pada
waktunya.

Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran baik secara tertulis maupun secara lisan,
khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II Ibu
Khusnatul Zulfa W., S.E., MM., Ak.CA agar kami bisa mengembangkan ilmu pengetahuan
nya.

Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca.
Akhirnya kami mengucapakan terima kasih atas segala dukungan, arahan, bimbingan dan
bantuan dari pihak-pihak yang terkait sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.

Ponorogo, 25 April 2020

Penyusun

[ii]
DAFTAR ISI

JUDUL (Cover)

Kata Pengantar..........................................................................................................................ii

Daftar Isi..................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Penggabungan Usaha..................................................................................................4


2.1.1 Pengertian Penggabungan Usaha.......................................................................4
......................................................................................................................................
2.1.2 Bentuk Penggabungan Usaha............................................................................4
2.1.3 Motif Penggabungan Usaha...............................................................................6
2.1.4 Manfaat dan Risiko Penggabungan Usaha......................................................10
......................................................................................................................................
2.1.5 Metode Akuntansi untuk Penggabungan Usaha..............................................10
2.2 Konsolidasi...............................................................................................................12

2.2.1 Pengertian Konsolidasi....................................................................................12

2.2.2 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan Konsolidasi.....................................14

2.2.3 Teknik dan Prosedur Laporan Keuangan Konsolidasi....................................15


......................................................................................................................................

2.3 Akuisisi.....................................................................................................................19

2.3.1 Pengertian Akuisisi..........................................................................................19

2.3.2 Jenis-Jenis Akuisisi.........................................................................................20

2.3.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi keberhasilan akuisisi...............................23


......................................................................................................................................

2.3.4 Langkah-Langkah Akuisisi..............................................................................24

2.4 Analisis Kinerja Keuangan........................................................................................25

2.4.1 Pengertian Kinerja Keuangan..........................................................................25

2.4.2 Analisis Rasio Keuangan.................................................................................26


[iii]
2.5 Investasi Perusahaan Asosiasi...................................................................................32
.......................................................................................................................................

2.5.1 Pengertian Investasi Perusahaan Asosiasi.......................................................32

2.5.2 Metode Akuntansi...........................................................................................33

2.5.3 Pilihan Metode Akuntansi dalam Laporan Keuangan Konsolidasi.................33

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................38

[iv]
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggabungan usaha terjadi apabila dua perusahaan atau lebih membentuk suatu
organisasi tunggal untuk menjalan usaha. Penggabungan usaha dapat dilakukan dalam
banyak bentuk yang berbeda. Penggabungan kesatuan-kesatuan usaha ini sering kali
dicapai melalui penyatuan bermacam-macam perusahaan menjadi unit-unit tunggal yang
lebih besar. Pengendalian terhadap kesatuan usaha dapat dicapai melalui pemilikan
saham atau melalui dewan pimpinan yang saling berpautan satu sama lain. Bermacam-
macam tujuan dapat dicapai dalam penggabungan usaha.Tujuan ini diantaranya adalah
perolehan daerah pemasaran yang lebih luas dan volume penjulan yang lebih
besar,perolehan atau pengembangan organisasi yang lebih kuat dan produksi yang lebih
baik serta bakat manajemen, penghematan biaya, efisiensi pada skala operasi yang lebih
besar, peningkatan pengendalian pasar, perbaikan posisi bersaing dan lainnya.

Akuntansi untuk penggabungan usaha terdiri dari dua metode yaitu penggabungan
usaha berdasarkan penyatuan kepentingan (Pooling of interest) dan dengan metode
pembelian (purchase Method). Metode penyatuan kepemilikan dianggap kurang relevan
dan mengabaikan nilai ekonomis yang ditukar dalam transaksi sehingga dilarang
penggunaannya diberbagai Negara maju, namun di Indonesia kedua metode ini masih
digunakan. Secara umum, metode pembelian mengikuti prinsip akuntansi yang sama
dalam pencatatan penggabungan usaha yang diikuti dalam akuntansi untuk aktiva dan
kewajiban berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum.

Biaya perolehan bagi entitas pembeli untuk memperoleh perusahaan lain dalam
suatu penggabungan usaha diukur dengan jumlah kas yang dikeluarkan atau nilai wajar
aktiva lain yang didistribusikan atau surat berharga yang diterbitkan. Aktiva dinilai sesuai
dengan nilai wajarnya pada saat transaksi penggabungan terjadi,biasanya perusahaan
menggunakan jasa independen untuk menilai nilai wajar atau pun nilai pasar aktiva
tersebut.

[1]
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari penggabungan usaha?


2. Apa sajakah bentuk dari penggabungan usaha?
3. Jelaskan motif dari penggabungan usaha?
4. Apa sajakah manfaat dan risiko penggabungan usaha?
5. Bagaimana metode akuntansi untuk penggabungan usaha?
6. Apakah pengertian konsolidasi?
7. Apa sajakah tujuan dan manfaat laporan keuangan konsolidasi?
8. Bagaimana teknik dan prosedur dalam laporan keuangan konsolidasi?
9. Apakah pengertian akuisisi?
10. Jelaskan jenis-jenis dari akuisisi?
11. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan akuisisi?
12. Bagaimana langkah-langkah akuisisi?
13. Apakah pengertian analisis kinerja keuangan?
14. Bagaimana sajakah analisis rasio keuangan?
15. Apakah pengertian dari investasi perusahaan asosiasi?
16. Bagaimanakah metode dari akuntansi?
17. Apa sajakah pilihan metode akuntansi dalam laporan keuangan konsolidasi?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui pengertian penggabungan usaha


2. Mengetahui bentuk penggabungan usaha
3. Mengetahui motif penggabungan usaha
4. Mengetahui manfaat dan risiko penggabungan usaha
5. Mengetahui metode akuntansi untuk penggabungan usaha
6. Mengetahui pengertian konsolidasi
7. Mengetahui tujuan dan manfaat laporan keuangan konsolidasi
8. Mengetahui beberapa teknik dan prosedur dalam laporan keuangan konsolidasi
9. Mengetahui pengertian akuisisi
10. Mengetahui jenis-jenis dari akuisisi?
11. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan akuisisi?
12. Mengetahui beberapa langkah-langkah akuisisi?
13. Mengetahui pengertian analisis kinerja keuangan?
14. Mengetahui cara analisis rasio keuangan?
[2]
15. Mengetahui pengertian dari investasi perusahaan asosiasi?
16. Mengetahui metode dari akuntansi?
17. Mengetahui pilihan metode akuntansi dalam laporan keuangan konsolidasi?

[3]
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penggabungan Usaha

2.1.1 Pengertian Penggabungan Usaha

Berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 22 paragraf 08


tahun 1999, Penggabungan usaha (business combination) secara umum adalah
penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena
satu perusahaan menyatu dengan (uniting) perusahaan lain atau memperoleh kendali
(control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Penggabungan usaha dapat berupa
pembelian saham suatu perusahaan oleh perusahaan lain, atau pembelian aktiva neto
suatu perusahaan.

Berdasarkan definisi tersebut, penggabungan tidak hanya terjadi ketika dua atau
lebih perusahaan yang terpisah lebur menjadi satu entitas hukum, melainkan kedua atau
lebih perusahaan yang terpisah berada dalam satu pengendalian dimana salah satu
perusahaan penjadi pihak pengendali.

Sedangkan menurut IFRS (International Financial Reporting Standart No.3 :


2008) Penggabungan usaha (business combination) adalah transaksi atau kejadian
lainnya, yang dalam transaksi atau kejadian itu, entitas pengakuisisi (acquirer)
memperoleh kendali (control) atas satu usaha atau lebih.

2.1.2 Bentuk Penggabungan Usaha

Adapun bentuk-bentuk penggabungan usaha menurut Arifin S (2002 : 240-241)


dapat dibedakan ke dalam beberapa golongan, antara lain sebagai berikut :

1. Ditinjau dari bentuk penggabungannya, terdapat tiga bentuk penggabungan usaha


sebagai berikut :
a. Penggabungan Horisontal,
yaitu penggabungan perusahaan-perusahaan yang sejenis yang menjadi satu
perusahaan yang lebih besar. Pada umumnya dasar dibentuknya penggabungan
usaha ini adalah untuk menghindari adanya persaingan diantara perusahaan yang
sejenis dan meningkatkan efisiensi diantara perusahaan-perusahaan yang
bersangkutan tersebut.

[4]
b. Penggabungan Vertikal,
yaitu penggabungan perusahaan yang sebelumnya, keduanya mempunyai
hubungan yang saling menguntungkan, misalnya suatu perusahaan lain yang
kemudian pemasok (supplier) bahan baku perusahaan lain yang kemudian
bergabung agar dapat terjaga adanya kepastian bahan baku dan kontinuitas
produksi.
c. Penggabungan Konglomerat,
yaitu merupakan kombinasi dari penggabungan horisontal dan vertikal.
Penggabungan konglomerat ini merupakan gabungan dari perusahaan-perusahaan
yang memiliki usaha yang berlainan misalnya perusahaan angkutan bergabung
dengan perusahaan jasa hotel dan perusahaan makanan (catering).
2. Ditinjau dari segi hukumnya, penggabungan usaha dibagi menjadi :
a. Merger

Dalam peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1998 tentang Penggabungan,


Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas menjelaskan bahwa merger
atau penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan
atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan
selanjutannya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.

Aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang diakuisisi dipindahkan ke


perusahaan pengakuisisi dan perusahaan yang diakuisisi dibubarkan atau
dilikuidasi. Setelah merger operasi dari perusahaan yang dulunya terpisah
sekarang berada di bawah satu entitas.

b. Akuisisi saham

Dalam peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1998 tentang Penggabungan,


Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas menjelaskan bahwa Akuisisi
atau pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum
ataupun sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya
pengendalian terhadap perseroan tersebut.

Atau terjadi jika satu perusahaan mengakuisisi saham berhak suara dari
perusahaan lain dan kedua perusahaan tetap beroperasi sebagai dua entitas yang
terpisah, tetapi mempunyai hubungan istimewa (hubungan afiliasi). Karena tidak ada
perusahaan yang dilikuidasi, perusahaan pengakuisisi memperlakukan
kepemilikannya di perusahaan yang diakuisisi sebagai investasi.

[5]
Dalam akuisisi saham, perusahaan pengakuisisi tidak perlu mengakuisisi
seluruh saham milik perusahaan yang diakuisisi untuk memperoleh kendali.
Hubungan yang timbul dari akuisisi saham disebut hubungan induk dan anak
perusahaan. Induk perusahaan (parent company) adalah perusahaan yang
mengendalikan perusahaan lain yang disebut sebagai perusahaan anak (subsidiary),
biasanya melalui pemilikian mayoritas di saham biasa.

c. Konsolidasi

Konsolidasi adalah penggabungan usaha antara 2 perusahaan atau lebih dimana


untuk meneruskan kegiatan usaha gabungan dibentuk perusahaan baru dan semua
perusahaan yang bergabung menghentikan kegiatannya.

Atau Penggabungan usaha di mana kedua perusahaan yang bergabung


dibubarkan serta aktiva dan kewajiban dari perusahaan perusahaan tersebut
dipindahkan ke perusahaan yang baru dibentuk. Operasi dari perusahaan yang
dulunya terpisah sekarang berada di bawah satu entitas dan tidak satu pun
perusahaan yang bergabung masih tetep berdiri sejak dilakukan konsolidasi.

2.1.3 Motif Penggabungan Usaha

Terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan melakukan merger dan
akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non ekonomi (Moin : 3). Motif ekonomi
berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Sedangkan, motif non ekonomi adalah
motif yang bukan didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, tetapi didasarkan
pada keinginan subjektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan.

1. Motif Ekonomi
Esensi dari tujuan perusahaan, jika ditinjau dari perspektif manajemen
keuangan adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value
creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Merger dan akuisisi memiliki
motif ekonomi yangbertujuan jangka panjangnya adalah mencapai peningkatan nilai
tersebut. Maka, aktivitas dan keputusan yang diambil oleh perusahaan harus
diarahkan mencapai tujuan ini.
Implemetasi program yang dilakukan oleh perusahaan harus melalui langkah-
langkah konkrit seperti melalui efisiensi produksi, peningkatan penjualan,

[6]
pemberdayaan manusia. Disamping itu dalam motif ekonomi merger dari akuisisi
yang lain diantaranya (Moin : 2004) :
a. Mengurangi waktu, biaya dan risiko kegagalan memasuki pasar baru.
b. Mengakses reputasi teknologi, produk dan merk dagang.
c. Memperoleh individu-individu sumber daya manusia yang professional.
d. Membangun kekuatan pasar.
e. Memperluas pangsa pasar (memperbesar bisnis).
f. Mengurangi persaingan.
g. Mendiversifikasi lini produk (menjual beberapa produk yang saling berkaitan
secara terpisah.
h. Mempercepat cash flow dan keuntungan.
2. Motif Sinergi
Sinergi yang besar dan kuat merupakan salah satu alasan utama bagi para
pembeli untuk bersedia membeli dengan harga yang lebih tinggi, melebihi nilai yang
sebenarnya dari perusahaan yang diminati. Sinergi mengacu pada reaksi yang
ditimbulkan ketika dua perusahaan digabungkan untuk menghasilkan efek yang jauh
lebih baik bagi kedua entity yang bersangkutan dari pada masing-masing perusahaan
melakukan kegiatan operasinya secara independen. Fenomena ini sering
digambarkan sebagai 2+2 = 5. Didalam konteks merger, hal ini diterjemahkan
sebagai kemampuan dari dua atau lebih perusahaan yang digabungkan untuk
menghasilkan keuntungan lebih besar dibandingkan jika perusahaan tersebut
beroperasi secara independen (Patrick A. Gaughan : 1999).
Bentuk-bentuk sinergi disajikan berikut ini (Brgiham : 2001) :
a. Sinergi Operasi
Sinergi operasi (operating synergy) terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi
mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan cara pemanfaatan secara
optimal sumber daya perusahaan. Sehingga dengan adanya merger ataupun
akuisisi yang dilakukan perusahaan maka diharapkan perusahaan dapat
memasarkan produksinya hingga kapasitas penuh, dimana yang sebelumnya
masih idle akan dapat dioptimalkan untuk mendukung permintaan pasar. Disini
terjadi efisiensi karena pemanfaatan kapasitas produksi yang semula masih
menganggur.
b. Sinergi Finansial
Sinergi finansial (Financial Synergy) dihasilkan ketika perusahaan hasil merger
memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dana
[7]
dari luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal
perusahaan semakin menurun. Struktur pemodalan yang kuat akan menjamin
berlangsungnya aktivitas operasi perusahaan tanpa menghadapi kesulitan
likuiditas. Akses yang semakin mudah terhadap sumber-sumber dana
dimungkinkan ketika perusahaan memiliki ukuran yang semkain besar.
Perusahaan memiliki struktur permodalan yang kuat dan size yang besar akan
diberi kepercayaan yang positif bagi perusahaan karena makin meningkatnya
kepercayaan pihak lain seperti lembaga-lembaga keuangan sehingga mereka
bersedia meminjamkan dana. Perusahaan yang memiliki kepercayaan dari publik
seperti itu memiliki risiko kebangkrutan yang lebih kecil darpada yang tidak
meiliki kepercayaan publik.
c. Sinergi Manajerial
Sinergi manajerial (manajerial synergi) dihasilkan ketika terjadi tranfer
kapabilitas manajerial dan skill dari perusahaan yang satu perusahaan lain atau
ketika secara bersama-sama mampu memanfaatkan kapasitas know-how yang
mereka miliki.tranfer kapabilitas terutama sekali terjadi sebuah perusahaan yang
memiliki kinerja manajerial yang kurang bagus. Perusahaan yang superior dalam
suatu industri seringkali memiliki sumberdaya manajemen yang leih bagus
dibandingkan perusahaan yang lain di industri yang sama. Perusahaan yang belum
memiliki manajerial yang bagus perlu pembelajaran internal (internal learning)
melalui merger dengan perusahaan lain apabila ingin memiliki keunggulan
manajerial.
d. Sinergi Teknologi
Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga
saling memetik manfaat. Sinergi teknologi dapat terjadi mislanya pada
departemen riset dan pengembangan, departemen disain dan engineering, proses
manufaktur, departemen desain dan engineering dan teknologi informasi.
e. Sinergi Pemasaran
Perusahaan yang melakukan merger akan memperoleh manfaat dari semakin luas
dan terbukanya produk, bertambahnya lini produk yang dipasarkan, dan semakin
banyak produk yang dipasarkan, dan semakin banyak konsumen yang bisa
dijangkau.
3. Motif Diversifikasi
Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui
merger dan akuisisi. Diversifikasi dimaksut untuk mendukung aktivitas bisnis dan
[8]
operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Akan tetapi jika melakukan
diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi
berada pada koridor yang mendukung kompetensi ini (core competence). Disamping
memberikan manfaat seperti tranfer teknologi dan pengalokasian modal, diversifikasi
juga membawa kerugian yaitu adanya subsidi silang.
4. Motif Strategi
Motif strategis juga termasuk motif ekonomi ketika aktivitas penggabungan
usaha diarahkan untuk mencapai posisi strategis perusahaan agar memberikan
keunggulan kompetitif dalam industri. Penggabungan usaa juga memiliki motif
strategi jika dilakukan untuk mengendalikan perusahaan lain. Pengendalian ini bisa
dilakukan oleh sebuah perusahaan dengan mengakuisisi supplier untuk menjamin
suplai input.
5. Motif Politis
Motif politis seringkali dilakukan oleh pemerintah untuk memaksa perusahaan
BUMN atau swasta agar melakukan merger dan akuisis. Muatan politis ini diambil
untuk kepentingan masyarakat umum atau ekonomi secara makro. Alasan
pemerintah memerger bank-bank yang berada dibawah Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN) adalah untuk menghindari likuidasi dan merupakan langkah politis
untuk menyelamatkan perbankan nasional. Melalui merger diharapkan bank-bank
tersebut mampu beroprasi secara maksimal karena akan memiliki struktur
permodalan yang kuat dan selanjutnya bisa meningkatkan kinerja bank.
6. Motif Non-Ekonomi
Aktivitas merger dan akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan
ekonomi saja tetapi jga untuk kepentingan yang bersifat non-ekonomi, seperti
prestise dan ambisi. Motif nono-ekonomi bisa berasal dari manajemen perusahaan
atau pemilik perusahaan.
a. Motif Hubris Hypothesis
Hipotesis ini menyatakan bahwa meger dan akuisisi semata-mata didorong oleh
motif “ketamakan” dsn kepentingan pribadi para eksekutif perusahaan. Alasannya
adalah menginginkan ukuran perusahaan yang lebih besar kompensasi yang akan
diterima. Kompensasi yang akan diterima bukan hanya berupa materi namun juga
berupa pengakuan dan aktualisasi diri.
b. Ambisi Pemilik
Adanya ambisi dari prmilik perusahaan untuk menguasai berbagai sektor bisnis.
Menjadikan aktivitas merger dan akuisisi sebagai strategi perusahaan untuk
[9]
menguasai perusahaan-perusahaan yang ada untuk membangun “kerajaan bisnis”.
Hal ini biasanya terjadi dimana pemilik perusahaan memiliki kendali pengambilan
keputusan perusahaan.

2.1.4 Manfaat dan Risiko Penggabungan Usaha

1. Manfaat Penggabungan Usaha


Beberapa manfaat yang mungkin dihasilkan dari proses merger dan akuisisi
(David : 1998) :
Bagi perusahaan pengakuisisi dan yang diakuisisi:
a. Meningkatkan efisiensi melalui sinergi yang tercipta diantara perusahaan yang
dimerger dan diakuisisi.

Bagi perusahaan pengakuisisi:

a. Memperluas portofolio jasa maupun produk yang ditawarkan yang akan berakibat
pada bertambahnya sumber pendapatan bagi perusahaan pengakuisisi.
b. Memperkuat daya saing perusahaan.
2. Risiko Penggabungan Usaha
Selain itu, ada beberapa kemungkinan risiko yang akan muncul sebagai hasil
dari merger dan akuisisi (David : 1998) :
Bagi perusahaan pengakuisisi dan yang diakuisisi:
a. Perbedaan budaya (corporate culture), sistem dan prosedur yang diterapkan
dimasing-masing perusahaan selama ini akan memerlukan penyesuaian dengan
waktu yang relatif lama.

Bagi perusahaan pengakuisisi:

a. Beban operasional, terutama dalam jangka pendek, akan semakin meningkat


sebagai akibat dari proses penggabungan usaha.

2.1.5 Metode Akuntansi untuk Penggabungan Usaha

1. Metode Penyatuan Kepentingan (pooling of interest)


Suatu penggabungan usaha yang memenuhi kriteria PSAK tahun 2007 No. 22
untuk penyatuan kepemilikan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan metode
penyatuan. Dalam metode penyatuan kepemilikan, diasumsikan bahwa kepemilikan
perusahaan-perusahaan yang bergabung adalah satu kesatuan dan secara relatif tetap

[10]
tidak berubah pada entitas akuntansi yang baru. Karena tidak ada salah satupun dari
perusahaan-perusahaan yang bergabung telah di anggap memperoleh perusahaan-
perusahaan yang bergabung lainnya, tidak ada pembelian, tidak ada harga pembelian,
sehingga karenanya tidak ada dasar pertanggungjawaban yang baru.
Pada metode penyatuan, aktiva dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan
yang bergabung dimasukkan dalam entitas gabungan sebesar nilai bukunya. Oleh
karena itu setiap goodwill pada buku masing-masing perusahaan yang bergabung
akan dimasukkan sebagai aktiva pada entitas yang masih beroperasi (disatukan).
Laba ditahan dari perusahaan-perusahaan yang bergabung juga dimasukkan dalam
entitas yang disatukan, dan pendapatan yang bergabung untuk seluruh tahun dengan
mengabaikan tanggal penggabungan usaha dilakukan.
Perusahaan-perusahaan terpisah dalam suatu penggabungan usaha masing-
masing dapat menggunakan metode akuntansi yang berbeda untuk mencatat aktiva
dan kewajiabannya. Dalam penggabungan secara penyatuan kepemilikan, jumlah
yang dicatat oleh masing-masing perusahaan dengan menggunakan metode akuntansi
yang berbeda dapat disesuaikan menjadi dasar akuntansi yang sama apabila
perusahaan tersebut diperlukan oleh perusahaan lainnya. Perubahan metode
akuntansi untuk menyesuaikan masing-masing harus berlaku surut, dan laporan-
laporan keuangan yang disajikan untuk periode-periode sebelumnya harus disajikan
kembali (restated).

Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Pooling Of Interest:

a. Semua aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang bergabung dinilai pada nilai
buku saat diadakan penggabungan.
b. Besarnya nilai investasi pada perusahaan yang bergabung sebesar jumlah modal
perusahaan yang digabung atau sebesar aktiva bersih perusahaan yang digabung.
c. Bila terjadi selisih antara jumlah yang dibukukan sebagai modal saham yang
diterbitkan ditambah kompensasi pembelian lainnya dalam bentuk kas ataupun
aktiva lainnya dengan jumlah aktiva bersih yang diperoleh, maka harus diadakan
penyesuaian terhadap modal perusahaan yang akan digabung.
d. Laporan keuangan gabungan adalah penjumlahan dari laporan keuangan milik
perusahaan yang bergabung.
2. Metode Pembelian (purchase)
Metode pembelian didasarkan pada asumsi bahwa penggabungan usaha
merupakan suatu transaksi yang salah satu entitas memperoleh aktiva bersih dari

[11]
perusahaan-perusahaan lain yang bergabung. Berdasarkan metode ini perusahaan
yang memperoleh atau membeli mencatat aktiva yang diterima dan kewajiban yang
ditanggung sebesar nilai wajarnya.
Biaya untuk memperoleh perusahaan (biaya perolehan) ditetapkan dengan cara
yang sama seperti pada transaksi lain. Biaya ini dialokasikan pada aktiva dan
kewajiban yang dapat diidentifikasikan sesuai dengan nilai wajarnya pada tanggal
penggabungan. Menurut PSAK tahun 2007 No.19 setiap kelebihan biaya perolehan
atas nilai wajar aktiva bersih yang diperoleh dialokasikan ke goodwill dan
diamortisasikan selama maksimum 20 tahun.
Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Purchase:
a. Menyesuaikan nilai aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan digabung
sebesar nilai wajarnya.
b. Mencatat transaksi penggabungan sebesar nilai investasinya (biaya perolehan).
Jika pengakuisisi mengeluarkan saham, maka nilai wajar saham tersebut sebesar
harga pasar pada tanggal transaksi penggabunga. Bila harga pasar tidak dapat
digunakan sebagai indikator, maka diestimasi secara proporsional perusahaan
pengakuisisi atau yang diakuisisi (mana yang lebih dapat ditentukan).
c. Membuat jurnal pemilikan aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang digabung.
Apabila terjadi selisih antara nilai investasi dengan aktiva bersih yang diterima
perusahaan pengakuisisi, maka selisih tersebut dicatat ke dalam rekening goodwill
pada kelompok aktiva.

2.2 Konsolidasi

2.2.1 Pengertian Konsolidasi

Berdasarkan Pasal 1 angka 10 UU RI Nomor 40 Tahun 2007, peleburan


(konsolidasi) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan terbatas atau
lebih, untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu perseroan tebatas yang baru
yang karena hukum memperoleh akitva dan pasiva dari perseroan terbatas yang
meleburkan diri dan status badan hukum perseroan tebatas yang meleburkan diri
berakhir karena hukum. Sementara Pasal 1 angka PP Nomor 27 Tahun 1998, peleburan
(konsolidasi), adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan terbatas atau
lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan terbatas baru dan
masing-masing perseroan terbatas yang meleburkan diri menjadi bubar.

Laporan Keuangan Konsolidasi adalah Laporan yang menyajikan posisi


[12]
keuangan dan hasil operasi untuk induk perusahaan (entitas pengendali) dan satu atau
lebih anak perusahaan (entitas yang dikendalikan) seakan-akan entitas-entitas individual
tersebut merupakan satu entitas atau perusahaan satu perusahaan. Laporan Keuangan
Konsolidasi diperlukan apabila salah satu perusahaan yang bergabung memiliki kontrol
terhadap perusahaan lain, dan sebaliknya laporan keuangan konsolidasi tidak diperlukan
apabila satu perusahaan tidak memiliki kontrol terhadap perusahaan lain. Artinya, jika
tidak memiliki hak kendali (control) yang lebih, maka mereka adalah badan usaha
(entity) mandiri, artinya mereka masing-masing akan membuat laporan keuangan yang
sendiri-sendiri dan tidak mungkin untuk digabungkan, ditambahkan atau yang
sejenisnya. Jadi, tidak ada maksud untuk membuat sebuah laporan keuangan
konsolidasi.

Adapun maksud dan tujuan Laporan Keuangan Konsolidasi disusun, yaitu: agar
dapat memberikan gambaran yang obyektif dan sesuai atas keseluruhan posisi dan
aktivitas dari satu perusahaan (economic entity) yang terdiri atas sejumlah perusahaan
yang berhubungan istimewa, dimana laporan konsolidasi keuangan diharapkan tidak
boleh menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dan harus didasarkan pada
substansi atas peristiwa ekonomi juga. Dalam PSAK No. 4, Paragraf 4 penyajian
Laporan Keuangan Konsolidasi oleh induk Perusahaan bertujuan untuk memberikan
informasi kepada para pemakai Laporan Keuangan mengenai data keuangan dari suatu
kelompok perusahaaan dalam kelompok tersebut merupakan suatu entitas hukum yang
terpisah satu sama lain. Dalam menyusun laporan keuangan konsolidasi, laporan
keuangan bank dan anak perusahaan digabungkan satu persatu dengan menjumlahkan
unsure-unsur yang sejenis dari asset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban.

Agar laporan keuangan konsolidasi dapat menyajikan informasi keuangan dari


kelompok perusahaan tersebut sebagai satu kesatuan ekonomi, maka perlu dilakukan
langkah-langkah berikut:

a. Transaksi dan saldo resiprokal antara induk perusahaan dan anak perusahaan harus
dieliminasi.
b. Keuntungan dan kerugian yang belum direalialisasi, yang timbul dari transaksi antara
bank dan anak perusahaan harus dieliminasi.
c. Untuk tujuan konsolidasi, tanggal laporan keuangan anak perusahaan pada dasarnya
harus sama dengan tanggal laporan keuangan bank.

Apabila tanggal laporan keuangan tersebut berbeda maka laporan keuangan


konsolidasi per tanggal laporan keuangan bank masih dapat dilakukan sepanjang:
[13]
a. Perbedaan tanggal pelaporan tersebut tidak lebih dari 3 bulan.
b. Peristiwa atau transaksi material yang terjadi diantara tanggal.
c. Pelaporan tersebut diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasi.
d. Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan.
e. akuntansi yang sama untuk transaksi, peristiwa dan keadaan yang sama atau sejenis.
f. Hak minoritas (minority interest) harus disajikan tersendiri dalam neraca konsolidasi
antara kewajiban dan modal sedangkan hak minoritas dalam laba disajikan dalam
laporan laba rugi konsolidasi.

2.2.2 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan Konsolidasi

1. Tujuan Laporan Keuangan Konsolidasi


Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi, yaitu agar dapat
memberikan gambaran yang obyektif dan sesuai atas keseluruhan posisi dan aktivitas
dari satu perusahaan (economic entity) yang terdiri atas sejumlah perusahaan yang
berhubungan istimewa, dimana laporan konsolidasi keuangan diharapkan tidak boleh
menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dan harus didasarkan pada substansi
atas peristiwa ekonomi juga.
2. Manfaat Laporan Keuangan Konsolidasi
Diantara manfaat disusunnya Laporan Keuangan Konsolidasi adalah:
a. Untuk kepentingan jangka panjang, efek anak perusahaan terhadap induk.
b. Memberikan informasi terkini bagi manajemen induk perusahaan terhadap
kinerja grup (anak) perusahaan.
c. Kepentingan informasi pihak luar.
d. Keterbatasan Laporan Keuangan Konsolidasi

Disamping memiliki manfaat, Laporan Keuangan Konsolidasi juga memiliki


beberapa keterbatasan, diantaranya:

a. Kinerja keuangan anggota perusahaan yang tidak bagus akan tertutupi.


b. Rasio keuangan tidak mencerminkan rasio keuangan perusahaan.
c. Ketidaktepatan penyusunan rekening akuntansi seluruh perusahaan.
d. Kekurang lengkapan catatan laporan keuangan perusahaan individu.

[14]
2.2.3 Teknik dan Prosedur Laporan Keuangan Konsolidasi

Prosedur Konsolidasi diatur dalam PSAK No. 4 (Paragraf 8,21 & 23) antara lain
dinyatakan bahwa dalam menyusun Laporan Keuangan Konsolidasi Laporan Keuangan
Induk Perusahaan (Parent Company) dan Anak Perusahaan (Subsidary Company)
digabungkan satu persatu dengan menggabungkan unsure-unsur yang sejenis dari
Aktiva, Kewajiban, Ekuitas, Pendapatan dan Beban.

Adapun prosedur penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi Dijelaskan lebih


terperinci lagi, yaitu:

a. Mempersiapkan kertas kerja penyusunan laporan keuangan konsolidasi.


b. Memasukkan laporan keuangan meliputi laporan laba rugi, laporan laba ditahan dan
neraca masing-masing perusahaan induk dan anak pada kolomnya masing-masing.
c. Jika ada kesalahan-kesalahan pada laporan keuangan induk atau anak (seperti koreksi
terhadap pencatatan investasi dengan metode biaya dikonversi ke metode ekuitas)
perlu dibuatkan jurnal penyesuaian (diposting ke buku besar perusahaan induk atau
anak).
d. Memasukkan jurnal eliminasi dalam kertas kerja, seperti: Mengeliminasi laba atau
rugi antar perusahaan (laba atau rugi anak yang telah diakui dalam laporan laba-rugi
perusahaan induk).
Mengeliminasi dividen anak perusahaan yang telah dicatat pada saat perusahaan
induk menerima dividen dari anak.

Pendapatan dari perusahaan anak....................xxx

Dividen..................................................xxx

Investasi pada perusahaan anak..................xxx

Penyesuaian untuk mencatat hak minoritas dalam laba dan dividen perusahaan anak.

Beban hak minoritas.................................... xxx

Dividen...................................................... xxx

Hak minoritas............................................. xxx

Mengeliminasi akun resiprokal, yaitu akun investasi pada perusahaan anak (di neraca
induk) dan akun ekuitas (di neraca anak) dikali dengan persentase kepemilikan
induk.

Jika NW dari akun investasi pada perusahaan anak = NB dari akun ekuitas

Modal saham............................................. xxx


[15]
Tambahan modal (jika ada)......................... xxx

Laba ditahan.............................................. xxx

Investasi pada perusahaan anak.......................... xxx

Hak monoritas (% kepemilikan x total ekuitas).... xxx

Jika NW dari akun investasi pada perusahaan anak > < NB dari akun ekuitas.
(catatan lihat penjelasan selanjutnya)

Modal saham.............................................. xxx

Tambahan modal (jika ada).......................... xxx

Laba ditahan............................................... xxx

Alokasi kelebihan ....................................... xxx

Investasi pada perusahaan anak........................... xxx

Hak monoritas (% kepemilikan x total ekuitas)..... xxx

Mengalokasikan dan mengamortisasi perbedaan nilai wajar dari akun investasi


dengan nilai buku ekuitas (dari langkah ke 5).Jika ada perbedaan itu dialokasikan ke
aktiva tetap, maka perlu dibuatkan jurnal penyusutan. Demikian pula jika ada hak
paten perlu diamortisasi pertahun. Mengeliminasi akun resiprokal lainnya (seperti
hutang, piutang, pembelian dan penjualan antar perusahaan.

e. Menjumlah akun-akun pada kedua laporan keuangan untuk akun-akun yang tidak
resiprokal pada kolom laporan konsolidasi.
f. Menjumlahkan akun-akun pada kedua laporan keuangan ditambah dan

dikurangi akun-akundalam kolom jurnal eliminasi.

Dalam penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi antara Induk Perusahaan dan


Anak Perusahaan dapat digunakan 3 (dua) metode yaitu:

a. Konsolidasi dengan Metode Ekuitas (Equity Method)


Konsep dasar dari metode ekuitas pada dasarnya memandang investasi Induk

Perusahaan terhadap Anak Perusahaan sebagai sesuatu penyertaan modal sehingga


jika aktiva bersih Anak Perusahaan berubah karena kegiatan operasionalnya, secara
otomatis akan menyebabkan perubahan pada nilai investasi induk Perusahaan data.

[16]
Pencatatan investasi saham pada Anak Perusahaan dengan metode ekuitas,
didasarkan pada suatu anggapan investasi pada Anak Perusahaan sejajar dan sama
dengan investasi pada perusahaan-perusahaan cabangnya. Alasan diterapkannya
metode ekuitas juga didasarkan atas suatu fakta bahwa Induk Perusahaan dan Anak
Perusahaan merupakan bagian-bagian dari satu kesatuan usaha, seperti halnya
hubungan antara Kantor Pusat dan Cabang-Cabangnya. Oleh sebab itu perubahan-
perubahan yang terjadi didalam hak-hak pemegang saham pada Anak Perusahaan
harus diakui dan dicatat oleh Induk Perusahaan, untuk dapat mengikuti dan
melaporkan posisi keuangan dan perkembangan usahanya secara lengkap.

Nilai investasi Induk Perusahaan terhadap Perusahaan akan meningkat jika


Anak Perusahaan memperoleh laba bersih dan akan menurun atau berkurangnya
nilainya, jika Anak Perusahaan menderita kerugian. Meskipun Laporan Keuangan
Konsolidasi hasil penerapan metode ekuitas ini nantinya akan sama dengan
penerapan metode biaya, namun lembar kerja konsolidasi beserta jurnal untuk
penyesuaian dan eliminasi akan berbeda. Harus memperhatikan pengaruh perubahan
modal anak Perusahaan terhadap hak pemilikan Induk Perusahaan.

Beberapa perkiraan (account) yang perlu diperhatikan antara lain:

- Perkiraan “Investasi Saham dalam Anak Perusahaan


Akan berubah jumlahnya apabila Anak Perusahaan melaporkan adanya Laba Rugi
atau pembagian Dividen.
- Perkiraan “Kas”
Akan berubah jumlahnya apabila Induk Perusahaan melaporkan adanya Laba
Rugi atau pembagian Dividen.
- Perkiraan “Piutang Dividen Anak Perusahaan”
Timbul karena perusahaan mengumumkan Dividen namun belum dibayar.
Perkiraan ini harus dihapuskan apabila telah dibayar tunai (kas).
- Perkiraan “Laba yang ditahan (Retained Earning) Induk Perusahaan”
Akan berubah jumlahnya apabila Anak Perusahaan melaporkan adanya Laba atau
Rugi. Selain itu akan berubah juga karena adanya Laba atau Rugi milik Induk
Perusahaan sendiri.
- Perkiraan “Laba yang ditahan (Retained Earning) Anak Perusahaan”
Akan berubah jumlahnya apabila ada Laba Rugi atau pembagian Dividen pada
Anak Perusahaan sendiri.

[17]
Perkiraan-perkiraan diatas, dalam Kertas Kerja (Worksheet) penyusunan
Laporan Keuangan Konsolidasi harus sudah menunjukkan Saldo Akhir pada Laporan
Keuangan Konsolidasi, artinya sudah diperhitungkan perubahan jumlahnya.
b. Konsolidasi dengan Metode Ekuitas Tidak Lengkap
Jika metode ekuitas diterapkan secara benar ,laba bersih perusahan induk

adalah sama dengan laba bersih konsolidasi,dan saldo laba perusahaan induk
adalah sama dengan saldo laba konsolidasi. Persamaan jumlah laba dan saldo laba
perusahaan induk dan konsolidasi ini tidak selalu ada. Persamaan tersebut tidak ada
jika metode ekuitas diterapkan tidak secara benar,atau jika akuntansi metode biaya
digunakan untuk investasi perusahaan anak.

Contohnya, perusahaan induk dalam menerapkan akuntansi metode ekuias


mungkin mengamortisasikan perbedaan antara investasi dan nilai buku yang
diperoleh pada buku terpisah perusahaan induk, atau mungkin tidak mengeliminasi
laba atau rugi antar-perusahaan.Kelalaian-kelalaian seperti itu menyebabkan tidak
lengkapnya penerapan akuntansi metode ekuitas. Kesalahan-kesalahan lain dalam
penerapan metode ekuitas menyebabkan salah saji yang seruppa dalam laba dan
saldo laba perusahaan induk.

Masalah yang timbul dari salahnya penerapan metode ekuitas atau


menggunakan metode biaya untuk investasi perusahaan anak mugkin tidak seserius
yang terlihat. Hal ini dikarenakan akuntan harus menyiapkan laporan keuangan
konsolidasi yang benar dengan mengabaikan bagaimana perusahaan induk
mempertanggungjawabkan investasinya pada perusahan anak. Tidak ada pelanggaran
terhadap prinsip akuntansi yang berlaku umum sepanjang laporan keuangan
konsolidasi yang disiapkkan bagi pemegang saham benar dan perusahaan
induk/investor tidak menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit yang lain.
Tetap digunakannya metode biaya atau metode ekuitas tidak lengkap oleh beberapa
perusahaan didasarkan pada asumsi bahwa penerbitan laporan keuangan konsolidasi
hanya sebagai laporan keuangan yang disiapkan bagi para pemegang saham dari
entias utama.

c. Konsolidasi dengan Metode Biaya (Cost Method)


Pada Metode Biaya, yang dipakai untuk mencatat investasi saham-saham Anak
Perusahaan, maka hanya dividen atas saham-saham tersebut (yang telah dibagikan
oleh Anak Perusahaan) yang diakui sebagi pendapatan (revenue) oleh Induk
Perusahaan. Sebaliknya laba atau rugi atas pemilikan modal (saham) hanya timbul
[18]
apabila sebagian atau seluruh jumlah saham yang dimiliki tersebut dijual. Pada
metode biaya bagian dividen yang dibagikan oleh Anak Perusahaan dicatat pada sisi
debit dalam rekening “Piutang Dividen (Kas)”, dengan rekening lawan kredit
“Penghasilan Dividen”.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada Metode biaya:
- Perkiraan “Investasi Saham pada Anak Perusahaan”, tidak mengalami perubahan
jumlahnya. Perubahan modal Anak Perusahaan akibat adanya Laba, Rugi atau
pembagian Dividen tidak mempengaruhi Perkiraan “Investasi Saham pada Anak
Perusahaan, atau Induk Perusahaan tidak menyesuaikan Investasinya.
- Laba atau rugi dari Anak Perusahaan baru diakui oleh Induk Perusahaan sebesar
Prosentase (%) kepemilikannya pada saat disusun Neraca Konsolidasi melalui
perkiraan “Laba yang ditahan (Retained Earning) untuk Induk Perusahaan”.
Perkiraan ini hanya tampak pada Worksheet penyusunan neraca Konsolidasi.
- Penghapusan (eliminasi) terhadap perkiraan-perkiraan Modal Saham, Agio Saham
dan Retained Earning Anak Perusahaan hanya didasarkan pada jumlah awal/Saldo
Awal tahun atau Saldo Awal pada saat kepemilikan.
- Metode Biaya berdasarkan pada asumsi bahwa investasi Induk terhadap Anak
Perusahaan merupakan bagian dari Aktiva.
- Nilai Investasi harus selalu tetap, karena akan dittampakkan dalam neraca sebesar
harga perolehannya saja.
- Perubahan nilai aktiva bersih Anak Perusahaan sebagai Konsekuensi dari kegiatan
operasionalnya tidak akan mempengaruhi besaarnya nilai investasi tersebut.

2.3 Akuisisi

2.3.1 Pengertian Akuisisi

Akuisisi adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu
pengakuisisi memperoleh kendali atas aktiva netto dan operasi perusahaan yang
diakuisisi, dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban atau dengan
mengeluarkan saham (Standar Akuntansi Keuangan No. 22).

Menurut Prof. Felix Oentoeng Soebagjo, akuisisiitu pada dasarnya berbeda


dengan merger dan juga berbeda dengan konsolidasi (peleburan). Jika yang dilakukan
adalah akuisisi perusahaan, maka baik pihak yang melakukan akuisisi maupun pihak
yang diakuisisi tetap eksis. Pihak yang melakukan akuisis tersebut akan menjadi
pengendali dari pihak yang akan diakuisisi. Perbedaannya dengan merger adalah bahwa
[19]
pada suatu merger yang dilakukan secara penuh dan tuntas, akan menjadikan salah satu
diantara pihak-pihak yang akan melakukan merger menjadi surviving company,
sedangkan pihak-pihak lainnya merupakan disappearing company.

2.3.2 Jenis-Jenis Akuisisi

Munir Fuadi (2008) mengklasifikasi jenis-jenis akuisisi sebagai berikut:

1. Akuisisi Horizontal
Akuisisi horizontal adalah akuisisi di antara suatu perusahaan atau seseorang dengan
satu atau lebih perusahaan lain dimana kedua perusahaan tersebut mempunyai bidang
bisnis yang sama atau serupa.
2. Akuisisi Vertikal
Akuisisi vertikal adalah akuisisi di antara suatu perusahaan atau seseorang dengan
satu atau lebih perusahaan lain dimana antara 2 perusahaan tersebut masih dalam
satu mata rantai produksi, yakni antara perusahaan hulu dengan hilir.
3. Akuisisi Kon Generik
Akuisisi kon generik adalah akuisisi di antarasuatu perusahaan atau seseorang
dengan 1 atau lebih perusahaan lain di mana kedua perusahaan tersebut saling
berhubungan, tetapi bukan terhadap produk yang sama seperti pada akuisisi
horizontal dan bukan pula antara perusahaan hulu dengan hilir seperti dalam akuisisi
vertikal.
4. Akuisisi Konglomerat
Akuisisi konglomerat adalah akuisisi di antara 2 atau lebih perusahaan yang
bisnisnya sama sekali tidak terkait, baik secara vertikal ataupun secara horizontal.
5. Akuisisi Eksternal
Akuisisi eksternal merupakan akuisisi yang terjadi antara 2 atau lebih perusahaan
dari kelompok perusahaan yang berbeda.
6. Akuisisi Internal
Akuisisi internal merupakan akuisisi yang terjadi antara 2 atau lebih perusahaan
dalam kelompok perusahaan yang sama.
7. Akuisisi Saham
Akuisisi saham adalah akuisisi yang terjadi antara 2 atau lebih perusahaan dimana
yang diakuisisi adalah sebagian besar atau seluruh saham dari perusahaan target, baik
saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan maupun pembelian saham langsung
dari pemegang saham.
[20]
8. Akuisisi Assets
Akuisisi assets adalah akuisisi yang terjadi antara 2 atau lebih perusahaan dimana
yang diakuisisi / beli adalah sebagian besar atau seluruh aset dari perusahaan target.
9. Akuisisi Kegiatan Usaha
Akuisisi kegiatan usaha merupakan akuisisi yang terjadi antara 2 atau lebih
perusahaan di mana yang diakuisisi dari perusahaan target adalah hanya kegiatan
usahanya, termasuk jaringan bisnis, alat produksi, hak milik inteelektual dan lain-
lain.
10. Freezeouts
Freezeouts adalah akuisisi yang terjadi antara 2 atau lebih perusahaan, di mana
setelah pihak pengakuisisi menguasai dan mengendalikan perusahaan target, pihak
pemegang saham minoritas dipaksa keluar dari perusahaan target tersebut, dengan
menggunakan berbagai teknik yang dimungkinkan oleh hukum. Misalnya, dengan
cara menjual seluruh aset perusahaan target kepada perusahaan lain dalam 1 grup,
kemudian perusahaan target dilikuidasi sehingga pemegang saham minoritas
terpaksa keluar dari perusahaan target tersebut.
11. Squeezeouts
Squeezeouts mirip dengan freezeouts. Akan tetapi, dengan squeezeouts pihak
pemegang saham minoritas tidak dikeluarkan secara paksa, tetapi dibuat sedemikian
rupa sehingga pemegang saham minoritas tersebut tidak betah lagi diperusahaan
target dan akhirnya keluar sendiri. Misalnya, dilakukan dengan jalan membuat
pembukuan perusahaan target tidak pernah untung sama sekali.
12. Akuisisi Strategis
Akuisisi strategi ini merupakan akuisisi di antara 2 atau lebih perusahaan dengan
motif untuk meningkatkan produktivitas perusahaan target. Dengan akuisisi ini di
harapkan agar dapat meningkatkan sinergi usaha, mengurangi risiko, memperluas
pangsa pasar dan sebagainya.
13. Akuisisi Finansial
Akuisisi finansial ini merupakan akuisisi diantara 2 atau lebih perusahaan dengan
motif untu mendapatkan keuntungan finansial semata-mata dalam waktu sesingkat-
singkatnya. Akuisisi seperti ini sangat bersifat spekulatif, dengan keuntungan yang
diharapakan lewat pembelian saham.
14. LBO
LBO adalh suatu variasi dari akuisisi atau take over, yang dilakukan dengan teknik-
teknik dan tujuan tertentu. Tujuan dilakukannya LBO adalah dengan membeli suatu
[21]
perusahaan target, perusahaan target tersebut dipermak dan dibenahi, untuk
kemudian setelah perusahaan target menjadi bagus. Perusahaan target tersebut dijual
kembali kepada pihak lain, dimana pihak penjualan akan mendapatkan keuntungan
finansial karenanya. Karena itu, sering kali yang dibeli adalah perusahaan target yang
sakit, tetapi dapat disembuhkan, untik kemudian setelah sembuh, perusahaan tersebut
dijual kepada pihak ketiga.
15. MBO
Transaksi MBO juga pada prinsipnya menggunakan teknik-teknik LBO. Hanya saja,
dalam deal-deal MBO, pihak manajemen suatu perusahaan yang terlibat dalam
melakukan transaksi atau membeli saham-saham dari perusahaan yang dipimpinnnya
atau perusahaan dalam 1 grup dengan perusahaan yang dipimpinnya.

Klasifikasi objek yang diakuisisi dibedakan atas akuisisi saham dan akuisisi
asset, yaitu:
a. Akuisisi Saham
Istilah akuisisi digunakan untuk menggambar suatu transaksi jual beli perusahaan,
dan transaksi tersebut mengakibatkan beralihnya kepemilikan perusahaan dari
penjualan kepada pembeli. Karena perusahaan didirikan atas saham-saham, maka
akuisisi terjadi ketika pemilik saham menjual saham-saham mereka kepada
pembeli / pengakuisisi. Akuisisi saham merupakan salah satu bentuk akuisisi yang
paling umum ditemui dalam hampir setiap kegiatan akuisisi. Akuisisi tersebut
dapat dilakukan dengan cara membeli seluruh atau sebagian saham-saham yang
dikeluarkan oleh perseroan maupun dengan atau tanpa melakukan penyetoran atau
sebagian maupun seluruh saham yang belum dan akan dikeluarkan perseroan yang
mengakibatkan pengusaha maoritas atas saham perseroan oleh perusahaan yang
melakukan akuisisi tersebut, yang akan membawa ke arah penguasaan manajemen
dan jalannya perseroan.
b. Akuisisi Aset
Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka ia dapat
membeli sebagian atau seluruh aktiva atau aset perusahaan lain tersebut. Jika
pembelian tersebut hanya sebagian dari akyiva perusahaan maka hal ini
dinamakan akuisisi parsial.

[22]
2.3.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi keberhasilan akuisisi

(Pringle dan Hariris : 1987) dalam bukunya Esentials of Managerial Finance


memandang bahwa kinerja keuangan pada perusahaan hasil merger merupakan faktor
prnting yang harus dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih akan bergabung.

(Neil M. Kay : 1997) dalam bukunya Pattern in Corporate Evolution,


mengungkapkan bahwa merger dan akuisisi akan berlangsung sukses apabila diantara
perusahaan yang akan bergabung memiliki market link dan technological link.

1. Faktor Pasar dan Pemasaran


(Neil Kay : 1997) perusahaan dapat berhasil dalam melakukan merger dan akuisisi
apabila terdapat kesamaan atau komlementaritas dalam hal pasar yang disebutkan
sebagai market linkages. Salah satu hasil yang diharapkan dari merger dan akuisisi
adalah sinergi yang dihasilakn oleh meningkatnya akses perusahaan kepasar baru
yang selama ini tidak tersentuh. Sumber-sumber potensial yang dalam hal ini
menggabungkan kesempatan pasar dengan saling berbagai pasar yang ditekuni
masing-masing selama ini (corss marketing). Dengan lini produk yang lebih puas,
setiap perusahann dapat menjual lebih banyak prosuk kepada pelangganya dari yang
selama ini telah diakuinya.
2. Faktor Teknologi
(Neil Kay : 1997), perusahaan dapat melakukan mereger dan akuisisi apabila
terdapat kesamaan atau komplementaritas dalam hal sumber daya teknologi dan
produksi yang disebutnya sebagai tachnological linkages. Technological linkages ini
dapat meliputi penggabungan proses produksi karena yang sama seperti halnya yang
terjadi pada merger horizontal. Proses pengembangan produk juga dapat menjadi
sarana terjadinya sinergi teknologi informasi dalam satu organisasi. Ketika teknologi
yang digunakan sama maka potensi sinergi dapat diciptakan. Dengan melakukan
proses merger dan akuisisi secara sehat dan sukarela, potensi sinergi akan
menghasilkan skala dan ruang lingkup ekonomi yang bermanfaat. Teknologi dapat
juga didefinisikan sebagai kemampuan produksi dan inovasi yang dimiliki oleh
perusahaan yang tercermin dari kualifikasi sumber daya manusia, skill dan keahlian
yang mereka miliki, jenis produk yang mereka tawarkan serta peralatan barang
modal yang mereka gunakan.
3. Faktor Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan salah satu aspek non ekonomis yang sangat penting
untuk dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih melakukan merger dan

[23]
akuisisi. Dalam banyak kasus merger dan akuisisi diberbagai perusahaan, masalah
budaya seringkali menjadi masalah yang sangat krusial. Latar belakang budaya yang
sangat berbeda diantara karyawan dapat menyebabkan karyawan enggan untuk
melakuakan kerjasama, masing-masing berusaha melakukan sesuatu berdasarkan
cara metode yang selama ini telah mereka lakukan diperusahaan lama mereka, untuk
bisa beradaptasi seringkali membutuhkan waktu yang lama. Budaya organisasi
adalah suatu persepsi bersama yang dianut anggota-anggota organisasi tersebut
(Robins : 2000). Perbedaam budaya ini dapat menyebabkan konflik. Akibatnya kerja
sama tidak mudah terbangun, sinergi tidak tercipta, akhirnya produktivitas
perusahaan hasil meger dan akuisisi juga menjadi lebih buruk dari sebelumnya.
Perbedaan budaya organisasi dapat diselesaikan, namun hak tersebut membutuhkan
waktu dan kemampuan mengelola perubahan yang baik.
4. Faktor Keuangan
Dari sisi finansial, sinergi ini bermakna kemampuan menghasilkan laba perusahaan
hasil meger dan akuisisi. Sinergi ini yang menjadi syarat awal terjadinya sebuah
merger. Sinergi ini kemudian memungkinkan perusahan hasil merger dan akuisisi
dapat membiayai proses merger dan akuisisi serta mampu memberikan dividen yang
premium kepada pemilik modal perusahaan. Efek sinergi dari sebuah merger dan
akuisisi bersumber pada dua aktivitas yaitu sinergi dalam hal operasional dan sinergi
dalam hal finansial. Dalam prakteknya, usaha peningkatan pendapatan ini lebih sulit
dibandingkan usaha mengurangi biaya produksi. Hal ini karena biaya produksi lebih
kasat mata dan terukur sehingga lebih mudah diidentifikasi. Sementara sinergi dalam
hal finansial berhubungan dengan kemungkinan lebih rendaknya biaya memperoleh
modal bagi perusahaan hasil merger dan akuisisi dibanding biaya bagi perusahaan
sebelum merger dan akuisisi.

2.3.4 Langkah-Langkah Akuisisi

Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan sebelum, dalam, maupun


setelah proses merger (Estanol : 2004) :

1. Pre-Merger
Merupakan keadaan sebelum merger dimana dalam tahap ini, tugas dari seluruh
jajaran direksi maupun manajemen kedua atau lebih perusahaan untuk
mengumpulkan informasi yang kompeten dan signifikan untuk kepentingan proses
meger perusahaan-perusahaan tersebut.
[24]
2. Merger Stage
Pada saat perusahaan-perusahaan tersebut memutuskan untuk melakukan merger, hal
yang harus dilakukan oleh mereka untuk pertama kalinya dalam tahapan ini adalah
menyesuaikan diri dan saling mengintegrasikan diri dengan partner mereka agar
dapat berjalan sesuai dengan partner mereka.
3. Post-Merger
Pada tahapan ini terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan.
a. Melakukan restrukturisasi, dimana dalam merger sering terjadinya dualism
kepemimpinan yang akan membawa pengaruh buruk dalam organisasi.
b. Membangun suatu kultur baru dimana kultur atau budaya baru perusahaan atau
dapat juga merupakan budaya yang sama sekali baru bagi perusahaan.
c. Melancarkan transisi, dimana yang harus dilakukan adalah dengan membangun
suatu kerjasama, berupa tim gabungan ataupun kerjasama mutual.

Sedangkan tahapan proses akuisisi (Ronnie H. Rusli : 1992) diantaranya:

1. Ijin dari pemegang saham antara kedua perusahaan.


2. Proses negosiasi yang panjang dan mengikutsertakan akuntan, penasehat hukum
dan investment banker.
3. Melakukan pembelian saham yang ada ditangan publik, baik investor minoritas
maupun individu.
4. Kewajiban atau hutang dari perusahaan target secara otomatis menjadi kewajiban
perusahaan yang diambil alih.
5. Peleburan sistem manajemen ke dalam manajemen baru, setelah itu maka
perusahaan baru yang mengambil alih.
6. Proses perijinan mungkin akan lebih kompleks bila kedua perusahaan tersebut
merupakan perusahaan publik.
7. Dana yang dibutuhkan akan semakin besar jumlahnya karena pembelian saham
akan bersifat pelelangan dengan tendering.

2.4 Analisis Kinerja Keuangan

2.4.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian bagi perusahaan.


Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan
operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Pengukuran kinerja

[25]
didefinisikan sebagai performing measurement adalah kualifikasi dan efisisensi
perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode
akuntansi. Dengan demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang
dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas
perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu (Hanafi : 2003).

Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan penggabungan


usaha biasanya adalah pada kinerja perusahaan dan penampilan perusahaan yang praktis
membesar dan meningkat. Kondisi dan posisi perusahaan mengalami perubahan, dan
hal ini tercermin dalam pelaporan keuangan perusahaan. Ada 2 macam kinerja, yakni
kinerja operasional dan kinerja keuangan. Kinerja operasional lebih ditekankan pada
kepentingan internal perusahaan seperti kinerja cabang/divisi yang diukur dengan
kecepatan dan kedisiplinan. Sedangkan kinerja keuangan lebih kepada evaluasi laporan
keuangan perusahaan pada waktu dan jangka tertentu.

Analisis kinerja keuangan pada penelitian ini bertujuan untuk menilai


implementasi strategi perusahaan dalam hal merger dan akuisisi. Kinerja keuangan
merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang
mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut (Sutrisno : 2009).

2.4.2 Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan untuk


mengukur kinerja perusahaan dibidang keuangan. Rasio merupakan alat yang
memperbandingkan suatu hal dengan hal lainnya sehingga dapat menunjukkan
hubungan atau korelasi dari suatu laporan finansial berupa neraca dan laporan laba-rugi.
Rasio-rasio dikelompokkan ke dalam lima dasar, yaitu likuiditas, leverage (solvabilitas),
aktivitas, profitabilitas, dan penilaian pasar. Berikut uraian kelima rasio tersebut.

1. Rasio Likuiditas
Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan
ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang
yang sudah jatuh tempo (Kashmir : 2008).
Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur
kemampuan, yaitu:
a. Rasio Lancar (Current Ratio)

[26]
Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada
saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva lancar
yang tersedia untuk menutupu kewajiban jangka pendek yang segera jatuh
tempo. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara
total aktiva lancar dengan total utang lancar.

Current Ratio= Aktiva Lancar (Current Assets)


Utang Lancar (Current Liabilities

b. Quick Ratio
Quick Ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka
pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan
(inventory). Hal ini dilakukan karena persediaan dianggap memerlukan waktu
relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana
cepat untuk membayar kewajibannya diabndingkan dengan aktiva lancar
lainnya. Rasio ini diukur dari total aktiva lancar, kemudian dikurangi dengan
nilai persediaan.

Quick Ratio (Acid Test Ratio)= Current Assets-Inventory


Current Liabilities

c. Rasio Kas (Cash Ratio)


Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Jika piutang
usaha dinilai akan lama terjual, komponen aktivva yang benar-benar siap
dicairkan hanyalah kas dan surat berharga jangka pendek yang setara kas yang
siao digunakan apabila ada kewajiban yang segera harus dibayar.

Cash Ratio=Cash or cash Equivalent


Current Liabilities

2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai utang. Artinya berapa besar beban
utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas

[27]
dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan untuk
membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang
apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
Beberapa rasio solvabilitas yang sering digunakan diantaranya:
a. Debt to Asset Ratio (DAR)
DAR merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan
antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva
perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar utang perusahaan
berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Rumusan untuk mencari DAR dapat
digunakan sebagai berikut:

Debt to Asset Ratio (DAR)=Total Debt


Total Assets

b. Debt to Equity Ratio (DER)


DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio
ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang
lancar dengan seluruh ekuitas. Rumusan untuk mencari DER dapat digunakan
sebagai berikut:

Debt to Equity Ratio (DAR)=Total Utang( Debt)


Ekuitas (Equity)

c. Time Interest Earned (TIE)


Time Interest Earned disebut juga rasio penutupan (Coverage Ratio), mengukur
kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan denagn laba operasi (EBIT),
sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dalam
pemenuhan kewajiban bunga pinjaman. Rumusan TIE adalah:

Time Interest Earned (TIE)=EBIT


Biaya Bunga (Interest)

d. Fixed Charge Coverage (FCC)


Fixed Charge Coverage atau lingkup biaya tetap merupakan rasio yang
menyerupai Time Interest Earned. Hanya saja perbedaannya adalah rasio ini
dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa

[28]
aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Rumus untuk mencari Fixed
Charge Coverage (FCC) adalah sebagai berikut:

Fixed Charge Coverage (FCC) = EBT+Biaya Bunga+Kewajiban Sewa


Biaya Bunga+Kewajiban Sewa

3. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari
penjualan dan pendapatan investasi. Intinya penggunaan rasio ini menunjukkan
efisiensi perusahaan. Jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah:
a. Profit Margin (profiy Margin on Sales)
Rasio profit margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio
yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran
rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan
penjualan bersih. Terdapat 2 rumus untuk mencari profit margin, yaitu:
 Untuk margin laba kotor dengan rumus:

Profit Margin = Penjualan bersih-HPP


Sales

Margin laba kotor menunjukkan laba yang relatif terhadap perusahaan, dengan
cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan.
 Untuk margin laba bersih dengan rumus:

Net Profit Margin = Earning After Interest and Tax


Sales

b. Return On Investment (ROI)


Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return On
Investment (ROI) atau Return on Total Assets merupakan rasio yang
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.
ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam
mengelola investasinya.
Hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana
perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah)

[29]
rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini
digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
Rumus untuk mencari Return on Investment dapat digunakan sebagai berikut:

Return On Investment (ROI) = Earning After Interest and Tax


Total Assets

c. Return on Equity (ROE)


Return on Equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur
laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi
penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi
pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk
mnencari Return on Equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut:

Return On Equity (ROE) = Earning After Interest and Tax


Equity

4. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan
rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan
sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya di bidang penjualan,
persediaan, penagihan piutang dan efisiensi di bidang lainnya. Beberapa jenis-jenis
rasio aktivitas diantaranya:
a. Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama
penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam
piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa
modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah dan kondisi
perusahaan semakin baik. Rumusan untuk mencari Perputaran Piutang
(Receivable Turn Over) yaitu:

Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)= Penjualan Kredit X 356


Rata-Rata Piutang

b. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)

[30]
Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa
kali dana yang ditanamkan dalam persediaan (investory) ini berputar dalam suatu
periode. Rasio ini merupakan indikasi yang populer untuk menilai efisiensi
operasional, yang memperhatikan seberapa baiknya manajemen mengontrol
modal yang ada pada persediaan. Rumusan untuk mencari Inventory Turn Over
yaitu:

Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)=Penjualan X 356


Persediaan

c. Perputaran Modal Kerja (Working Capital TurnOver)


Rasio ini merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan
modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Rasio ini menunjukkan
banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap
rupiah modal kerja. Rumus yang digunakan untuk mencari perputaran modal kerja
yaitu:

Perputaran Modal Kerja (Working Capital TurnOver)=Penjualan Bersih


Modal Kerja

d. Total Assets Turn Over (TATO)


Total Assets Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah
penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.

Total Assets Turn Over (TATO)=Penjualan Sales


Total Aktiva (Total Assets)

e. Fixed Assets Turn Over


Fixed Assets Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa
kali dana ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau
dengan kata lain, untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan
kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Untuk mencari rasio ini, caranya
adalah membandingkan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap dalam suatu
periode. Rumus untuk mencari Fixed Assets Turn Over yaitu:

[31]
Total Assets Turn Over (TATO)=Penjualan (Sales)
Total Aktiva Tetap (Total Fixed Assets)

2.5 Investasi Perusahaan Asosiasi

2.5.1 Pengertian Investasi Perusahaan Asosiasi

Perusahaan asosiasi sebagai suatu perusahaan yang investornya mempunyai


pengaruh yang signifikan (memiliki wewenang untuk berpartisipasi dalam keputusan
yang menyangkut kebijakan keuangan serta operasi investee, tetapi bukan merupakan
pengendalian terhadap kebijakan tersebut) dan bukan merupakan anak perusahaan
maupun joint venture dari investornya. Sedangkan anak perusahaan (subsidiary)
didefinisikan sebagai perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan lain (yang disebut
induk perusahaan). Jika investor memiliki, baik langsung maupun tidak langsung
melalui anak perusahaan, 20 % atau lebih dari hak suara pada perusahaan investee,
maka dipandang mempunyai pengaruh signifikan. Sebaliknya, jika investor memiliki,
baik langsung maupun tidak langsung melalui anak perusahaan, kurang dari 20 % hak
suara, maka dianggap tidak memiliki pengaruh signifikan. Kepemilikan substansial atau
mayoritas oleh investor lain tidak perlu menghalangi investor memiliki pengaruh
signifikan. Apabila investor mempunyai pengaruh yang signifikan, maka investasi pada
investee dicatat dengan menggunakan metode ekuitas.

Sebaliknya, apabila investor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, maka


investasi dicatat dengan menggunakan metode biaya.” Jadi, jika penyertaan saham
perusahaan pada perusahaan asosiasi kurang dari 20 %, maka penyertaan saham
perusahaan dibukukan dengan metode biaya.

Istilah "perusahaan asosiasi" digunakan untuk menggambarkan suatu perusahaan


dimana investor mempunyai pengaruh signifikan. Jika investor memiliki, baik langsung
maupun tidak langsung melalui anak perusahaan, 20% atau lebih dari hak suara pada
perusahaan investee, maka investor dipandang mempunyai pengaruh signifikan.
Sebaliknya, jika investor memiliki, baik langsung maupun tidak langsung melalui anak
perusahaan, kurang dari 20% hak suara, dianggap investor tidak memiliki pengaruh
signifikan. Kepemilikan substansial atau mayoritas oleh investor lain tidak perlu
menghalangi investor memiliki pengaruh signifikan. Apabila investor mempunyai
pengaruh yang signifikan maka investasi pada investee dicatat dengan menggunakan

[32]
metode ekuitas. Sebaliknya apabila investor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
maka investasi dicatat dengan menggunakan metode biaya.

2.5.2 Metode Akuntansi

1. Metode Ekuitas

Menurut metode ekuitas, investasi pada awalnya dicatat sebesar biaya perolehan dan
nilai tercatat ditambahkan atau dikurangi untuk mengakui bagian investor atas laba
atau rugi investee setelah tanggal perolehan. Distribusi laba (kecuali dividen saham)
yang diterima dari investee mengurangi nilai tercatat (carrying amount) investasi.
Penyesuaian terhadap nilai tercatat tersebut juga diperlukan untuk mengubah hak
kepemilikan proporsional investor pada investee yang timbul dari perubahan dalam
ekuitas investee yang belum diperhitungkan ke dalam laporan laba rugi. Perubahan
semacam itu meliputi perubahan yang timbul sebagai akibat dari revaluasi aktiva
tetap, perbedaan dalam penjabaran valuta asing, dan dari penyesuaian selisih yang
timbul dari penggabungan usaha.

2. Metode Biaya

Menurut metode biaya, investor mencatat investasinya pada perusahaan investee


sebesar biaya perolehan. Investor menyakui penghasilan hanya sebatas distribusi laba
(kecuali dividen saham) yang diterima yang berasal dari laba bersih yang
diakumulasikan oleh investee setelah tanggal perolehan. Penerimaan dividen yang
melebihi laba tersebut dipandang sebagai pemulihan investasi dan dicatat sebagai
pengurangan terhadap biaya investasi sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi.

2.5.3 Pilihan Metode Akuntansi dalam Laporan Keuangan Konsolidasi

Pengakuan penghasilan berdasarkan dividen yang diterima tidak dapat digunakan


sebagai ukuran yang memadai untuk merefleksikan penghasilan yang diperoleh investor
dari investasi dalam suatu perusahaan asosiasi karena distribusi yang diterima tersebut
hampir tidak ada hubungannya dengan kinerja perusahaan asosiasi. Mengingat
pengaruhnya yang signifikan terhadap perusahaan asosiasi, investor memiliki tolok ukur
atas kinerja perusahaan asosiasi, yaitu imbalan investasi (return on investment).

[33]
Investor melaksanakan tanggung jawab ini dengan memperluas lingkup laporan
keuangan konsolidasi sehingga mencakup bagiannya atas hasil usaha perusahaan
asosiasi dan dengan demikian menyediakan analisis terhadap penghasilan serta investasi
sehingga rasio yang lebih relevan dapat dihitung. Dengan demikian, penerapan metode
ekuitas memungkinkan pelaporan aktiva bersih dan penghasilan bersih oleh investor
dengan lebih informatif. Investasi di perusahaan asosiasi dipertanggungjawabkan
dengan menggunakan metode biaya jika perusahaan asosiasi beroperasi dengan
pembatasan yang ketat dalam jangka panjang sehingga secara signifikan mempengaruhi
kemampuannya untuk mengalihkan dana kepada investor.

Investasi di perusahaan asosiasi juga dipertanggung jawabkan dengan


menggunakan metode biaya jika investasi diperoleh dan dimiliki secara khusus dengan
tujuan untuk dijual dalam jangka pendek. Investor menghentikan penggunaan metode
ekuitas sejak tanggal dimana:

1. investor tidak lagi memiliki pengaruh signifikan dalam perusahaan asosiasi tetapi
menahan, seluruh atau sebagian, investasinya; atau
2. penggunaan metode ekuitas tidak lagi sesuai karena beberapa alasan
Terdapat beberapa prosedur dalam penerapan metode ekuitas yang tidak berbeda
dengan prosedur konsolidasi sebagaimana dijelaskan dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 4 tentang Laporan Keuangan Konsolidasi. Selanjutnya,
konsep yang mendasari prosedur konsolidasi yang digunakan dalam perolehan anak
perusahaan digunakan dalam perolehan investasi dalam perusahaan asosiasi. Investasi
dalam perusahaan asosiasi dipertanggungjawabkan dengan metode ekuitas sejak tanggal
pada saat investasi tersebut memenuhi definisi perusahaan asosiasi. Selisih (baik positif
maupun negatif) antara biaya perolehan (acquisition cost) dengan bagian investor atas
nilai wajar aktiva neto yang dapat diidentifikasi (net identificable asset) pada tanggal
akuisisi harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha.
Penyesuaian yang diperlukan terhadap bagian investor atas laba rugi setelah
akuisisi harus dilakukan untuk hal-hal berikut:
1. Penyusutan aktiva tetap berdasarkan nilai wajarnya.
2. Amortisasi atas selisih antara biaya perolehan dan bagian investor atas nilai wajar
aktiva neto yang dapat diidentifikasi (investor's share of the fair value of net
identifiable assets).

[34]
Laporan keuangan perusahaan asosiasl yang paling akhir digunakan oleh investor
dalam penerapan metode ekuitas; laporan tersebut biasanya disajikan pada tanggal yang
sama dengan laporan keuangan investor. Jika tanggal pelaporan tersebut berbeda,
perusahaan asosiasi sering menyajikan, untuk digunakan oleh investor, laporan pada
tanggal yang sama dengan laporan keuangan investor.

Jika penyamaan tanggal tidak mungkin dilakukan, dapat digunakan laporan


keuangan yang disusun pada tanggal pelaporan yang berbeda, akan tetapi prinsip
konsistensi mempersyaratkan bahwa jangka waktu penggunaan tanggal tersebut
konsisten dari periode ke periode. Jika digunakan laporan keuangan dengan tanggal
pelaporan yang berbeda, penyesuaian dilakukan terhadap dampak dari setiap transaksi
atau peristiwa signifikan yang terjadi antara investor dan perusahaan asosiasi antara
tanggal laporan keuangan perusahaan asosiasi dan tanggal laporan keuangan investor.

Laporan keuangan investor lazimnya disusun dengan menggunakan kebijakan


akuntansi untuk transaksi dan peristiwa yang sama dalam keadaan yang serupa. Apabila
perusahaan asosiasi menggunakan kebijakan akuntansi yang lain daripada yang
digunakan investor untuk transaksi dan peristiwa yang sama, maka penyesuaian tertentu
dilakukan terhadap laporan keuangan perusahaan asosiasi apabila laporan tersebut
digunakan oleh investor dalam penerapan metode ekuitas. Jika penyesuaian semacam
itu tidak dapat dilakukan, fakta adanya perbedaan tersebut harus diungkapkan.

Jika perusahaan asosiasi memiliki saham preferen kumulatif yang dimiliki oleh
pihak luar, investor menghitung bagiannya atas laba atau rugi setelah penyesuaian untuk
dividen saham prioritas dengan mengabaikan apakah dividen tersebut telah atau belum
dideklarasikan.Jika, berdasarkan metode ekuitas, bagian investor atas kerugian
perusahaan asosiasi sama atau melebihi nilai tercatat dari investasi, maka investasi
dilaporkan nihil. Kerugian selanjutnya diakru oleh investor apabila telah timbul
kewajiban atau investor melakukan pembayaran kewajiban perusahaan asosiasi yang
dijaminnya.

Jika perusahaan asosiasi selanjutnya laba, investor akan mengakui penghasilan


apabila setelah bagiannya atas laba menyamai bagiannya atas kerugian bersih yang
belum diakui. Jika terjadi penurunan permanen atas nilai investasi dalam perusahaan
asosiasi, nilai tercatat dikurangkan untuk mengakui pentrunan tersebut. Karena investasi
pada perusahaan asosiasi secara individual penting bagi investor, maka nilai tercatat
ditentukan untuk setiap perusahaan asosiasi secara individual.

[35]
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penggabungan usaha (business combination) secara umum adalah penyatuan dua


atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan
menyatu dengan (uniting) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva
dan operasi perusahaan lain.

Ditinjau dari bentuk penggabungannya, terdapat tiga bentuk penggabungan usaha


sebagai berikut: Penggabungan Horisontal, Penggabungan Vertikal, dan Penggabungan
Konglomerat.

Ditinjau dari segi hukumnya, penggabungan usaha dibagi menjadi: Merger, Akuisisi
saham, dan Konsolidasi.

Ada 2 Metode Akuntansi untuk Penggabungan Usaha yaitu Metode Penyatuan


Kepentingan (pooling of interest) dan Metode Pembelian (purchase).

peleburan (konsolidasi) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan
terbatas atau lebih, untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu perseroan tebatas
yang baru yang karena hukum memperoleh akitva dan pasiva dari perseroan terbatas
yang meleburkan diri dan status badan hukum perseroan tebatas yang meleburkan diri
berakhir karena hukum.

Akuisisi adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu
pengakuisisi memperoleh kendali atas aktiva netto dan operasi perusahaan yang
diakuisisi, dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban atau dengan
mengeluarkan saham (Standar Akuntansi Keuangan No. 22).

Faktor-Faktor yang mempengaruhi keberhasilan akuisisi: Faktor Pasar dan


Pemasaran, Faktor Teknologi, Faktor Budaya Organisasi, dan Faktor Keuangan.

Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan sebelum, dalam, maupun


setelah proses merger: Pre-Merger, Merger Stage, dan Post-Merger.

Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian bagi perusahaan.


Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan
operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.

[36]
Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan untuk mengukur
kinerja perusahaan dibidang keuangan. Rasio merupakan alat yang memperbandingkan
suatu hal dengan hal lainnya sehingga dapat menunjukkan hubungan atau korelasi dari
suatu laporan finansial berupa neraca dan laporan laba-rugi. Rasio-rasio dikelompokkan
ke dalam lima dasar, yaitu likuiditas, leverage (solvabilitas), aktivitas, profitabilitas, dan
penilaian pasar.

Perusahaan asosiasi sebagai suatu perusahaan yang investornya mempunyai


pengaruh yang signifikan (memiliki wewenang untuk berpartisipasi dalam keputusan
yang menyangkut kebijakan keuangan serta operasi investee, tetapi bukan merupakan
pengendalian terhadap kebijakan tersebut) dan bukan merupakan anak perusahaan
maupun joint venture dari investornya. Sedangkan anak perusahaan (subsidiary)
didefinisikan sebagai perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan lain (yang disebut
induk perusahaan).

Metode Akuntansi ada 2 yaitu Metode Ekuitas dan Metode Biaya.

[37]
DAFTAR PUSTAKA

Digilib.polban.ac.id

https://id.scribd.com/document/345463871/Makalah-Akl-Penggabungan-Usaha-1

[38]

Anda mungkin juga menyukai