NIFAS PATOLOGIS
1.KONSEP NIFAS
1.1. DEFINISI
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum
hamil dengan waktu kurang lebih dari enam minggu (Saleha, 2009).
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-
alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung
selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010). Ada 4 masalah utama yaitu:
perdarahan post partum, infeksi masa nifas, tromboemboli, depresi pasca persalinan.
Hal yang sama diungkapkan oleh Saifuddin (2008), nifas adalah masa yang dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas ini berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada
masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologi, yaitu:
1.1.1. Perubahan fisik
1.1.2. Involusi uterus dan pengeluaran lokhea
1.1.3. Laktasi atau pengeluaran air susu ibu
1.1.4. Perubahan sistem tubuh lainnya
1.1.5. Perubahan psikologi
1.2. KLASIFIKASI MASA NIFAS
Nifas dapat dibagi dalam 3 periode :
1.2.1. Puerperium dini yaitu masa pemulihan dimana dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
1.2.2. Puerperium intermedial adalah pemulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu.
1.2.3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi.
1.3. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA MASA NIFAS
1.3.1. Proses Adaptasi Fisik
Akhir dari persalinan, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan
secara progresif. Semua perubahan pada ibu postpartum perlu dimonitor oleh
perawat, untuk menghindari terjadinya komplikasi. Perubahan-perubahan tersebut
adalah sebagai berikut :
1.3.1.1. Sistem Respirasi
Penggunaan obat-obat anestesi umum selama proses pembedahan
menyebabkan perubahan kecepatan frekuensi, kedalaman dan pola respirasi.
Setelah operasi mungkin terjadi penumpukan secret pada jalan nafas yang
menyebabkan perubahan pola nafas, juga suara tambahan berupa rales. Hal ini
tidak ditemukan pada anesthesia spinal. Sedangkan peningkatan respirasi
mungkin terjadi sebagai respon klien terhadap adanya nyeri.
1.3.1.2. Sistem Cardiovaskuler
Selama masa kehamilan dan persalinan sistem cardiovaskuler banyak
mengalami perubahan antara lain :
a) Cardiak Output
Penurunan cardiac output menyebabkan bradikardi (50-70x/menit) pada
hari pertama setelah persalinan. Bila frekuensi denyut nadi cepat
mengindikasikan adanya perdarahan, kecemasan, kelelahan, infeksi penyakit
jantung, dapat terjadi hipotensi orthostatik dengan penurunan tekanan systolic
kurang lebih 20 mmHg yang merupakan kompensasi pertahanan tubuh untuk
menurunkan resistensi vaskuler sebagai akibat peningkatan tekanan vena.
Biasanya ini terjadi beberapa saat setelah persalinan, dan saat pertama kali
melakukan mobilisasi (ambulasi). Bila terjadi penurunan secara drastic
merupakan indikasi terjadinya perdarahan uteri.
b) Volume dan Konsentrasi Darah
Pada 72 jam pertama setelah persalinan banyak kehilangan plasma dari
pada sel darah. Selama persalinan erithropoesis meningkat menyebabkan
kadar hemoglobin menurun dan nilainya akan kembali stabil pada hari
keempat postpartum. Jumlah leukosit meningkat pada early postpartum hingga
nilainya mencapai 30.000/mm3 tanpa adanya infeksi. Apabila peningkatan
lebih dari 30 % dalam 6 jam pertama, maka hal ini mengindikasikan adanya
infeksi.
Jumlah darah yang hilang selam persalinan sekitar 400-500 ml. Pada
klien postpartum dengan seksio sesarea kehilangan darah biasanya lebih
banyak dibanding persalinan normal (600-800 cc).
1.3.1.3. Sistem Gastrointestinal
Pada klien dengan postpartum seksio sesarea biasanya mengalami
penurunan tonus otot dan motilitas traktus gastrointestinal dalam beberapa waktu.
Pemulihan kontraksi dan motilitas otot tergantung atau dipengaruhi oleh
penggunaan analgetik dan anesthesia yang digunakan, serta mobilitas klien.
Sehingga berpengaruh pada pengosongan usus. Secara spontan mungkin
terhambat hingga 2-3 hari. Selain itu klien akan merasa pahit pada mulut karena
dipuasakan atau merasa mual karena pengaruh anesthesia umum. Sebagai
akibatnya klien akan mengalami gangguan pemenuhan asupan nutrisi serta
gangguan eliminasi BAB. Klien dengan spinal anesthesia tidak perlu puasa
sebelumnya.
1.3.1.4. Sistem Reproduksi
a) Payudara
Setelah persalinan behubung lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi
korpus luteum, maka estrogen dan progesterone berkurang, prolaktin akan
meningkat dalam darah yang merangsang sel-sel acini untuk memproduksi
ASI. Keadaan payudara pada dua hari pertama postpartum sama dengan
keadaan dalam masa kehamilan. Pada hari ketiga dan keempat buah dada
membesar, keras dan nyeri ditandai dengan sekresi air susu sehingga akan
terjadi proses laktasi. Laktasi merupakan suatu masa dimana terjadi perubahan
pada payudara ibu, sehingga mampu memproduksi ASI dan merupakan suatu
interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan
berbagai macam hormon sehingga ASI dapat keluar.
b) Involusi Uterus
Segera setelah plasenta lahir, uterus mengalami kontraksi dan retraksi
ototnya akan menjadi keras sehingga dapat menutup/menjepit pembuluh darah
besar yang bermuara pada bekas inplantasi plasenta. Proses involusi uterus
terjadi secara progressive dan teratur yaitu 1-2 cm setiap hari dari 24 jam
pertama postpartum sampai akhir minggu pertama saat tinggi fundus sejajar
dengan tulang pubis. Pada minggu keenam uterus kembali normal seperti
keadaan sebelum hamil kurang lebih 50-60 gram. Pada seksio sesarea fundus
uterus dapat diraba pada pinggir perut. Rasa tidak nyaman karena kontraksi
uterus bertambah dengan rasa nyeri akibat luka sayat pada uterus terjadi
setelah klien sadar dari narkose dari 24 jam post operasi.
Isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara
reflektoris mengakibatkan oksitosin dikelurkan oleh hipofise. Produksi ASI
akan lebih banyak. Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih
sempurna (Mochtar, 1998)
Intervensi
INTERVENSI RASIONAL
1. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan setelah 1. Nilai bandingan membantu menentukan
kehilangan darah. Kaji status nutrisi, tinggi beratnya kehilangan darah. Status yang ada
dan berat badan. sebelumnya dari ksehatan yang buruk
meningkatkan luasnya cidera dari
kekurangan oksigen.
2. Luasnya keterlibatan hipoofisis dapat
2. Pantau tanda vital: catat derajat dan durasi dihubungkan dengan derajat dan durasi
episode hipo volemik. hipotensi.
3. Perubahan sensorium adalah indikator dini
3. Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya dari hipoksia.
perubahan perilaku. 4. Maksimalkan ketersediaan oksigen untuk
4. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan. transpor sirkulasi ke jaringan.
5. Memudahkan pemberian oksigen.
5. Pasang jalan napas; penghisap sesuai indikasi.
2.1.3) Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan pada
status kesehatan atau kematian, transmisi/penularan antar pribadi, respon
fisiologis (pelepasan katekolamin).
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam klien dapat
mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas
berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil
Klien mengatakan tidak cemas/ ketakutan klien berkurang
Ekspresi wajah rileks dan tenang
Mengungkapkan pengetahuan tentang kondisinya saat ini
Intervensi
INTERVENSI RASIONAL
1. Evaluasi respon psikologis serta persepsi 1. Membantu dalam membentuk rencana
klien terhadap kejadian hemoragi pasca perawatan. Persepsi klien tentang kejadian
partum. Klarifikasi kesalahan konsep. mungkin menyimpang, memperberat
2. Evaluasi respons fisiologis pada hemoragi ansietasnya.
pascapartum; mis., takikardi, takipnea, 2. Meskipun perubahan pada tanda vital
gelisah, atau iritabilitas. Sampaikan sikap mungkin karena respons fisiologis, ini dapat
tenang, empati dan mendukung. diperberat atau dikomplikasi oleh faktor-
3. Berikan infofmasi tentang modalitas faktor psikologis.
tindakan dan keefektivan intervensi.
3. Dapat membantu klien mempertahankan
kontrol emosional dalam berespons terhadap
perubahan status fisiologis. Membantu dalam
4. Bantu klien dalam mengidentivikasi menurunkan transmisi ansietas antar pribadi.
perasaan ansietas; berikan kesempatan 4. Informasi akurat dapat menurunkan ansietas
pada klien untuk mengungkapkan perasaan. dan ketakutan yang diakibatkan oleh
ketidaktahuan.
1.6.4. ETIOLOGI
Mikroorganisme penyebab infeksi puerperalis dapat berasal dari luar (eksogen)
atau dari jalan lahir penderita sendiri (endogen). Mikroorganisme endogen lebih sering
menyebabkan infeksi. Mikroorganisme yang tersering menjadi penyebab adalah
golongan streptokokus, basil koli, dan stafilokokus. Mikroorganisme eksogen antara
lain Clostridium welchii, Gonococcus, Salmonella typhii, atau Clostridium tetani.
1.6.5. FAKTOR PREDISPOSISI
1.6.5.1. Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar.
1.6.5.2. Tindakan operasi persalinan.
1.6.5.3. Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah.
1.6.5.4. Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil melebihi enam jam.
1.6.5.5. Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan
antepartum dan postpartum (menurunkan daya tahan ibu), anemia pada saat
kehamilan, malnutrisi, kelelahan, dan ibu hamil dengan penyakit infeksi.
1.6.5.6. Trauma persalinan memberikan porte d’entree dan jaringan nekrotik
merupakan media yang subur bagi mikroorganisme.
1.6.6. PATOFISIOLOGI
Terjadinya infeksi kala nifas adalah sebagai berikut:
1.6.6.1. Manipulasi penolong terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang
dipakai kurang steril.
1.6.6.2. Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial).
1.6.6.3. Hubungan seks menjelang persalinan.
1.6.6.4. Sudah terdapat infeksi intrapartum: persalinan lama terlantar, ketuban pecah
lebih dari enam jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh (fokal infeksi).
Infeksi Postpartum
Peningkatan Merangsang
suhu tubuh
pegeluaran
mediator kimia
Demam tinggi
Merangsang sel-
sel disekitar luka
Takikardi Anoreksia
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
INTERVENSI RASIONAL
Kaji respon emosional klien selama pranatal dan Terhadap hubungan langsung antara penerimaan yang
dan periode intrapartum dan persepsi klien positif akan peran feminin dan keunikan fungsi
tentang penampilannya selama persalinan. feminin serta adaptasi yang positif terhadap kelahiran
anak, menjadi ibu, dan menyusui.
Anjurkan klien / pasangan berdiskusi tentang Membantu klien / pasangan bekerja melalui proses
persepsi pengalaman kelahiran. dan memperjelas realitas dari pengalaman fantasi.
Evaluasi kemampuan koping masa lalu klien, Membantu dalam mengkaji kemampuan klien untuk
latar belakang budaya, sistem pendukung, dan mengatasi stres.
rencana untuk bantuan domestik pada saat pulang.
Berikan dukungan emosional dan bimbingan Keterampilan menjadi ibu / orang tua bukan secara
antisipasi untuk membantu klien mempelajari insting tetapi harus dipelajari.
peran baru dan strategi untuk koping terhadap
bayi baru lahir.
Anjurkan pengungkapan rasa bersalah, kegagalan Membantu pasangan mengevaluasi kekuatan dan area
pribadi, atau keragu – raguan tentang kemampuan masalah secara realistis dan mengenali kebutuhan
menjadi orang tua terhadap bantuan profesional yang tepat.
Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada : Kira – kira 40 % wanita dengan depresi
kelompok pendukungan menjadi orang tua, pascapartum ringan mempunyai gejala – gejala yang
pelayanan sosial, kelompok komunitas, atau menetap sampai 1 tahun dan dapat memerlukan
pelayanan perawat berkunjung. evaluasi lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
(…………………………………..) (…………………………………..)