Anda di halaman 1dari 21

Tugas Bahasa Indonesia

MENGANALISIS ARTIKEL DAN JURNAL ILMIAH

Dibuat oleh:
Mardianti Alvionita
051001700064

Dosen Pembimbing:
Muhammad Zulfadhli, S.Pd., M.Pd.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2020
ARTIKEL ILMIAH

Kerusakan Tanah: Jenis, Penanggulangan dan Pencegahan


Semakin berjalannya waktu, kondisi Bumi (baca: inti Bumi) semakin tua. Hal ini akan
menambah kerapuhan elemen- elemen yang ada di Bumi, termasuk juga tanah (baca: jenis tanah).
Selain itu, aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari- hari juga mempengaruhi
keadaan tanah. Kandungan tanah yang terdiri atas 50% bahan padat (45% bahan- bahan mineral dan 5%
bahan organic), 25% air, serta 25% udara ini apabila jumlah komposisinya tidak seimbang maka akan
menyebabkan kualitas tanah menjadi turun dan semakin lama akan sampai ke arah kerusakan tanah.
Jenis- Jenis Kerusakan Tanah
Perlu kita ketahui bersama bahwa kerusakan yang terjadi pada tanah ini jenisnya ada
bermacam- macam. Karena kerusakan yang bermacam- macam ini pula maka terlihat kondisi tanah
yang berbeda- beda pula. Mengenai beberapa jenis kerusakan pada tanah, adalah sebagai berikut:
1. Erosi Tanah
Jenis kerusakan yang terjadi pada tanah yang pertama kita sebut sebagai erosi tanah
(baca: polusi tanah). Erosi tanah merupakan peristiwa terangkatnya bagian- bagian tanah, terutama
lapisan teratas pada tanah dan diendapkan ke tempat lain. Erosi tanah ini dibagi menjadi beberapa jenis.
Jenis- jenis dari erosi tanah antara lain sebagai berikut:
 Ablasi
Ablasi merupakan erosi tanah yang dilakukan oleh tenaga air. Jadi tanah terkikis akibat adanya
aliran air. Peristiwa ablasi ini sering terjadi di daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi. Selain itu
bentuk lahan atau bentuk permukaan tanah (baca: bentuk permukaan muka bumi) yang miring juga bisa
mempermudah terjadinya ablasi.
 Deflasi
Deflasi disebut juga dengan Korasi. Deflasi Atau korasi ini merupakan peristiwa erosi tanah
yang disebabkan karena angin. Tiupan angin yang terlalu kencang akan mampu mengangkat partikel-
partikel tanah sehingga terjadilah erosi. Deflasi atau korosi ini biasa terjadi di daerah gurun
(baca: gurun pasir terbesar di dunia) atau daerah yang memiliki iklim kering.
 Eksarasi
Jenis erosi tanah yang selanjutnya adalah eksarasi. Eksarasi merupakan erosi tanah yang
disebabkan oleh gletser. Gletser sendiri merupakan kikisan dari massa salju yang bergerak menuruni
lereng. Gletser ini ada di daerah yang bersalju. Karena disebabkan oleh gletser, maka eksarasi ini terjadi
di daerah yang mempunyai banyak salju.
 Abrasi
Asbrasi merupakan erosi tanah yang disebabkan karena kekuatan gelombang laut. Dari
beberapa jenis erosi tanah, mungkin abrasi adalah yang paling sering kita dengar. Hal ini karena
Indonesia mempunyai banyak sekali laut (baca: macam-macam laut), maka gelombang- gelombang laut
banyak yang menyebabkan pengikisan pada tanah. Karena penyebabnya adalah gelombang laut, maka
abrasi hanya terjadi di sekitar daerah- daerah laut.
Itulah beberapa jenis erosi tanah. Apabila kita perhatikan lebih dalam, maka jenis- jenis erosi tanah
tersebut dilihat dari penyebab erosi itu sendiri, seperti air, angin, gletser maupun gelombang laut. Hal
ini perlu dipisah- pisah agar kita mengetahui secara pasti sebenarnya apa yang menyebabkan erosi tanah
terjadi.
2. Lahan Kritis
Selain erosi tanah, bentuk kerusakan tanah yang lainnya adalah lahan kritis. Seperti namanya
yakni “kritis” maka keadaan ini pun mencerminkan keadaan tanah yang sangat buruk. Yang dimaksud
dengan lahan kritis adalah kondisi tanah yang telah kehilangan kesuburannya (baca: ciri tanah subur
dan tidak subur) sehingga mengakibatkan penurunan fungsi sebagai sarana pendukung kehidupan. 
Lahan kritis ini bisa timbulkan karena beberapa hal, antara lain sebagai berikut:
 Kerusakan hutan
Penyebab lahan kritis yang pertama adalah karena kerusakan hutan. Manusia mempunyai
banyak sekali aktivitas yang dapat mengakibatkan kerusakan hutan. Hal ini karena manusia
mengambil manfaat hutan yang terkadang sampai tidak terkendali. Apabila pemanfaatan hutan tidak
dibarengi dengan upaya pelestarian hutan maka akan mengakibatkan kerusakan pada hutan. beberapa
kegiatan yang mengakibatkan kerusakan pada hutan yang pada akhirnya menyebabkan lahan kritis
antara lain adalah penebangan liar, kebakaran hutan, dan pertanian sistem ladang berpindah.
 Kegiatan pertambangan
Penyebab lahan kritis yang selanjutnya adalah kegiatan pertambambangan. Barang tambang
kita peroleh dengan menggali tanah, maka apabila tidak hati- hati akan mengakibatkan lahan kritis.
Pengambilan barang tambang yang tidak disertai dengan pengelolaan lingkungan akan mengakibatkan
kerusakan tanah, salah satunya adalah lahan kritis. Lahan kritis akibat kegiatan pertambangan terjadi
akibat hilangnya vegetasi penutup lahan, perubahan topografi dan juga perubahan struktur lapisan
tanah.
Itulah dua contoh peristiwa yang dapat mengakibatkan terjadinya lahan kritis. Apabila tidak
segera ditangani maka akan semakin meluas mengingat kegiatan akan selalu dilakukan oleh manusia.
3. Pencemaran Tanah
Jenis kerusakan tanah yang selanjutnya adalah pencemaran yang terjadi pada tanah.
Pencemaran tanah merupakan gangguan keseimbangan pada tanah yang diakibatkan oleh masuknya
polutan hasil kegiatan manusia. Polutan sendiri merupakan bahan atau benda yang menyebabkan
pencemaran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Polutan mempunyai sifat tidak dapat diurai
oleh bakteri pengurai sehingga tidak dapat menyatu dengan tanah. Ada banyak sekali polutan tanah
yang dihasilkan oleh kegiatan sehari- hari. Beberapa jenis polutan tanah adalah berbagai berikut:
 Limbah domestik
Limbah domestik merupakan benda atau bahan tidak dipakai yang dihasilkan oleh kegiatan
rumah tangga, baik berupa limbah padat, cair dan juga gas. Beberap contoh limbah domestik antara lain
bungkus detergen, air bekas cucian, bungkus makanan dan lain sebagainya.
 Limbah industri
Merupakan limbah yang dihasilkan sebagai akibat kegiatan produksi suatu industri. Sama
seperti limbah domestik, limbah industri juga bisa berbentuk cair, padat maupun gas. Karena sifatnya
yang keras dan jumlahnya yang lebih banyak, maka kebanyakan limbah industri lebih berbahaya
daripada limbah domestik.
 Limbah pertanian
Polutan tanah selanjutnya adalah limbah pertanian. Seperti namanya, limbah pertanian
merupakan limbah yang dihasilkan dari kegiatan pertanian. Limbah pertanian ini berasal dari pupuk
berbahan kimia yang digunakan dalam kegiatan pertanian. Pemupukan yang berlebihan dan dilakukan
dalam jangka waktu panjang akan menyebabkan kerusakan pada tanah.
Itulah beberapa penyebab dari pencemaran tanah. Oleh karena polutan sangat dekat dengan kegiatan
kita, maka sebaiknya kita mengupayakan penanggulanhannya juga. Tidak hanya pencemaran tanah saja,
namun juga kerusakan tanah yang lainnya perlu kita upayakan pencegahannya supaya tidak
menimbulkan kerusakan tanah yang lebih parah.

Upaya Penanggulangan Kerusakan Tanah


Ketika ada kerusakan yang terjadi, maka hal wajib yang harus kita lakukan adalah segera
melakukan upaya penanggulangan. Agar apa? Tentu saja agar kerusakan itu tidak bertambah   parah.
Apabila dibiarkan maka kerusakan tanah yang terjadi akan semakin melebar bahkan bertambah parah
sehingga dapat merugikan manusia. Upaya- upaya penanggulangan yang dapat dilakukan manusia
antara lain sebagai berikut:
1. Daur ulang
Cara pertama yang dapat dilakukan sebagai upaya penanggulanagan kerusakan pada tanah
adalah dengan melakukan kegiatan daur ulang. Daur ulang ini diperuntukkan bagi sampah- sampah non
organik agar dapat mengurangi polutan di tanah. Daur ulang sampah plastik misalnya, dapat diubah
mendai berbagai barang yang bermanfaat badi kehidupan sehari- hari. Botol plastik dapat dimanfaatkan
kembali untuk membuat berbagai kerajinan tangan, maupun digunakan kembali sebagai pot atau tembat
barang. Plastik bekas minuman atau bekas detergen dapat dimanfaatkan untuk membuat aneka
kerajinan seperti tas, dompet dan lain sebagainya. Sampah- sampah plastik terkadang juga didaur ulang
menjadi plastik yang baru sehingga akan menghemat bahan baku dalam membuat produk- produk
plastik. Di lingkungan sekolahan, zaman sekarang anak- anak sudah sangat kreatif membuat produk-
produk daur ulang. Bahkan mata pelajaran keterampilan hampir selalu mengajarkan siswa siswi untuk
membuat aneka kerajinan dari bahan bekas menjadi barang yang mempunyai nilai jual.
2. Menampung limbah cair
Selain daur ulang, upaya untuk menanggulangi kerusakan tanah yang lainnya adalah
menampung limbah cair sisa- sisa kegiatan produksi maupun kegiatan sehari- hari. tentu saja hal ini
berlaku bagi limbah yang mempunyai bentuk cair. Limbah cair dapat dihasilkan dari kegiatan produksi
industri maupun kegiatan rumah tangga. Limbah cair ini tidak boleh langsung di buang ke tanah karena
sangat berbahaya dan juga akan menimbulkan kerusakan pada tanah dalam jangka waktu tertentu. maka
dari itu limbah cair haruslah ditampung dan dilakukan proses pengolahan lebih lanjut supaya lebih
ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi tanah maupun bagi makhluk hidup yang ada di Bumi.
Apabila limbah cair dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, maka limbah tersebut harus dibuang ke
tempat atau saluran yang tepat. Apabila limbah cair tersebut tidak berbahaya bagi lingkungan dan
makhluk hidup, maka bisa dibuang ke saluran air yang ada, seperti sekolah dan juga sungai yang
akhirnya akan bermuara ke laut. Namun apabila limbah cair dihasilkan oleh kegiatan pabrik dalam
jumlah besar dan mengandung bahan kimia yang berbahaya, maka diperlukan pengolahan terlebih
dahulu agar limbah tersebut menjadi netral dan tidak berbahaya. setelah diolah dan mempunyai netral,
barulah limbah tersebut dibuang melalui saluran yang disediakan.

3. Mengganti bahan- bahan kimia dengan bahan- bahan organik atau alami
Kita semua tahu bahwa limbah dari bahan- bahan kimia rata- rata mempunyai sifat yang
berbahaya. maka dari itu, alangkah lebih amannya apabila kita menggunakan bahan- bahan yang alami
sehingga menjadi lebih ramah bagi lingkungan dan juga makhluk hidup. Ada banyak sekali alternatif
dari bahan- bahan kimia yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari- hari. Kita mulai saja dari
bahan bakar misalnya, bahan bakar yang kita gunakan untuk menggerakkan kendaraan kita mempunyai
peran yang sangat besar bagi pencemaran udara di dunia. Bahkan saking banyaknya pencemaran di
Bumi ini, lapisan ozon yang melindungi bumi banyak yang telah mengalami kebocoran. Akibatnya
cahaya matahari yang masuk tidak mengalami penyaringan dan banyak kerugian yang bisa ditimbulkan
dan membuat banyak jenis penyakit kulit. Maka dari itu tidak ada salahnya apabila kita menggunaka
energi alternatif yang lebih ramah, seperti menggunakan biogas atau bioetanol sebagai pengganti bahan
bakar minyak. Sekarang sudah banyak masyarakat yang mengembangkan energi alternatif adri bahan
baku alami, sehingga lebih ramah lingkungan.
4. Rehabilitasi kerusakan sifat fisik tanah
Upaya penanggulangan kerusakan pada tanah salah satunya adalah rehabilitasi kerusakan sifat
fisik pada tanah. Kerusakan sifat fisik tanah pada umumnya diakibatkan oleh memburuknya struktur
tanah. Terjadinya kerusakan struktur tanah ini dimulai dengan menurunnya kestabilan agregat tanah.
Hal ini diakibatkan oleh kikisan air hujan dan aliran permukaan. Penurunan kualitas kestabilan agregat
tanah ini diiringi oleh penurunan kandungan bahan- bahan organik, aktivitas perakaran vegetasi dan
jumlah mikroorganisme tanah. Untuk memperbaiki kerusakan sifat fisik pada tanah, dapat dilaukan
tindakan sebagai berikut:
 Pengolahan tanah secara berkala untuk menghindari pergerakan tanah
 Peningkatan kandungan bahan organik tanah melalui dedaunan kering dan vegetasi penutup
lahan
 Peningkatan keanekaragaman tanaman untuk dapat memperbaiki sistem persebaran peakaran
5. Rehabilitasi kerusakan kimia dan biologi tanah
Selain kerusakan sifat fisik, tanah juga dapat mengalami kerusakan kimia dan juga biologi.
Kerusakan kimia dan biologi pada tanah ditandai dengan penurunan kandungan bahan organik dan
kenaikan kadar asam tanah. Tindakan perbaikan pada tanah ini dilakukan dengan cara pemberian jerami
dan zat kapur. Pemberian jerami dapat meningkatkan aktivitas mikroba yang dapat membusukkan
bahan- bahan tanah dan juga menghasilkan bahan organik. Sementara pemberian zat kapur dapat
membantu menetralisir kadar asam yang ada di dalam tanah.
6. Remediasi pencemaran tanah
Upaya penanggulangan pencemaran tanah yang lainnya adalah remediasi pencemaran tanah.
Kegiatan remediasi ini merupakan upaya atau tindakan yang dilakukan untuk membersihkan permukaan
tanah yang tercemar. Kegiatan remediasi ini dibagi menjadi tiga, yakni sebagai berikut:
 Remediasi in- situ, merupakan upaya pembersihan lahan yang tercemar tanpa harus berpindah
tempat atau tetap di lokasi pencemaran saja.
 Remediasi ex- situ, merupakan pembersihan lahan yang tercemar dengan cara menggali tanah
yang tercemar dan dipindahkan ke lokasi lain. Kemudian, setelah dipindahkan ditempat yang lebih
aman maka baru bisa dilakukan proses pembersihan pada tanah yang tercemar.
 Bioremediasi, merupakan proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan bantuan
mikroorganisme seperti jamur dan juga bakteri. Kegiatan bioremediasi ini mempunyai tujuan untuk
memecah atau mengurangi pengaruh zat pencemar.

Pencegahan Kerusakan Tanah


Tanah merupakan sumber daya alam yang harus kita lestarikan dan harus kita jaga. Oleh karena
itulah apabila tanah sudah mengalami kerusakan, adalah wajib bagi manusia untuk mengembalikannya
menjadi baik, atau agar tidak menjadi ebih parah lagi. Manusia bisa mengupayakan pencegahan
kerusakan tanah dengan berbagai cara. Cara- cara yang dapat dilakukan oleh manusia untuk
menanggulangi kerusakan pada tanah antara lain sebagai berikut:
1. Menjaga tingkat kesuburan tanah
Kerusakan tanah salah satunya ditandai dengan berkurangnya tingkat kesuburan pada tanah.
Upaya menjaga tingkat kesuburan tanah dapat dilakukan dengan metode mekanik, vegetatif dan juga
kimia. Beberapa cara menjaga tingkat kesuburan tanah antara lain sebagai berikut:
 Penterasan lahan miring atau terasering
Penterasan pada lahan miring dimaksudkan untuk mengurangi panjang lereng dan juga
memperkecil kemiringan pada lereng. Pembuatan terasering ini bertujuan untuk mengurangi tingkat
erosi karena terasering dapat memperlambat aliran air permukaan.

 Pembuatan pematang atau guludan


Pematang lahan atau guludan juga merupakan salah satu upaya menjaga kesuburan tanah.
Pematang atau guludan ini dibuat dengan cara seperti membuat tanggul- tanggul kecil dan juga saluran
air yang sejajar garis kontur. Pematang atau guludan yang dibuat ini mempunyai fungsi menahan laju
air sehingga dapat memperbesar kemungkinan air meresap ke dalam tanah.
 Pengelolaan sejajar garis kontur atau Contour tillage
Upaya menjaga kesuburan tanah dengan cara ini dilakuka dengan membuat rongga- rongga
tanah yang sejajar kontur dan membantuk igir- igir. Hal ini dapat memperlambat aliran permukaan dan
juga dapat memperbesar kemungkinan air meresap ke dalam tanah. Pada umumnya vegetasi ditanam
dengan sistem tumpang sari.
 Pembuatan cekdam
Cekdam merupakan bendungan kecil. Pembuatan cekdam atau bendungan kecil ini mempunyai
tujuan membendung aliran air permukaan. Dengan demikian material- material yang tererosi akan
bertahan di parit- parit bendungan sehingga lapisan tanah akan menebal dan kesuburan tanah tidak akan
hilang karena hanyut terbawa oleh air.
2. Metode vegetatif
Metode vegetatis merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kerusakan tanah
dengan cara memanfaatkan vegetasi yang ada. Metode ini sangat baik dalam rangka mengupayakan
pelestarian kesuburan tanah. Metode vegetatif biasanya menggunakan cara- cara sebagai berikut:
 Penghijauan
Kegiatan penghijauan lingkungan dilakukan dengan cara menanami hutan kembali dengan
bibit- bibit pohon dan juga lahan0 lahan yang kehilangan vegetasi penutupnya. Bibit- bibit pohon yang
dipilih untuk ditanam ini merupakan bibit pohon yang besar yang dapat tumbuh dengan mudah tanpa
harus meggunakan cara- cara tertentu.
 Rotasi tanaman atau crop rotation
Salah satu kegiatan yang dilaukan manusia untuk mempertahankan kesuburan tanah adalah
rotasi tanaman inimetode rotasi tanaman atau crop rotation ini dapat dilakukan dengan cara memvariasi
jenis- jenis tanaman pada saat pergantian masa tanam. Hal ini dilakukan karena dianggap efektif untuk
mencegah berkurangnya suatu jenis unsur hara.
 Reboisasi
Reboisasi juga dikenal dengan istilah penanaman hutan kembali. Reboisasi dilakukan dengan
menanami lahan yang gundul dengan tanaman- tanaman keras. Dengan menanami lahan dengan
tanaman- tanaman keras, kita tidak hanya mencegah erosi secara efektif namun hasil kayu dari tanaman
tersebut juga dapat kita manfaatkan untuk berbagai macam kegiatan.
 Penanaman tanaman penutup atau buffering
Yang dimaksud dengan penanaman tanaman penutup adalah menanami lahan dengan tanaman
yang keras seperti pinus dan juga jati. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghambat
penghancuran tanah pada lapisan atas oleh air hujan (baca: proses terjadinya hujan), memperkaya
kandungan bahan organik dan juga menghambat laju polusi.
 Penanaman sejajar garis kontur
Penanaman garis kontur merupakan kegiatan menanami lahan searah dengan garis kontur. Hal
ini dilakukan bertujuan untuk memperbesar kemungkinan air dapat meresap ke dalam tanah dan juga
menghambat laju erosi.
 Penanaman tanaman berbasis atau strip cropping
Penanaman tanaham berbasis merupakan kegiatan menanam secara tegak lurus arah aliran atau
arah angin. Pada daerah yang landai, jarak tanam diperlebar, sementara pada lahan miring tanaman akan
dirapatkan.
Itulah beberapa cara yang dapat dilakukan dan termasuk dengan metode vegetatif yang
bertujuan menanggulangi kerusakan pada tanah.
3. Metode Kimia
Selain dengan menjaga kesuburan tanah dan juga melakukan metode vegetatis, upaya
pencegahan kerusakan pada tanah adalah dengan melakukan metode kimia. Metode kimia ini juga
banyak disebut sebagai pengawetan pada tanah. Pengawetan pada tanah dengan metode kimia
dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki struktur pada tanah. Bahan- bahan
kimia yang sering digunakan antara lain adalah bitumwn, krilium, dan juga soil conditioner. Bahan-
bahan kimia yang telah disebutkan itu sangat efektif untuk memperbaiki struktur dab juga memperkuat
agregat tanah. Bahan- bahan kimia tersebut memiliki pengaruh dalam jangka panjang karena senyawa
tersebut dapat bertahan terhadap organisme tanah. Selain itu, soil conditioner juga dapat digunakan
untuk meningkatkan permeabilitas dan juga dapat mengurangi erosi tanah.
Itulah beberapa cara yang dapat kita lakukan sebagai upaya mencegah terjadinya kerusakan
tanah. semoga informasi yang telah disajikan dapat bermanfaat.
Sumber: Ilmu Geografi.com
JURNAL ILMIAH

PENAMBAHAN ABU SEKAM PADA BETON DALAM MENGANTISIPASI


KERUSAKAN AKIBAT MAGNESIUM SULFAT PADA AIR LAUT

Dharma Putra1

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan prosentase optimal Abu Sekam sebagai
bahan additive pada beton dalam mengantisipasi kerusakan beton akibat Magnisium Sulfat
pada air laut.
Material yang digunakan adalah pasir dan koral dari Karangasem, Semen type 1 merk Tiga
Roda, dan abu sekam padi dari pabrik bata merah Kediri Tabanan. Benda uji berbentuk kubus
dengan ukuran 10 cm x 10 cm x 10 cm, dengan komposisi volume campuran 1 semen : 2
pasir : 3 koral, faktor air semen 0,6. Prosentase penambahan abu sekam 0%, 10%, 12,5%,
15%, 17,5% dari berat semen. Setiap prosentase abu sekam dibuat 4 perlakuan dan setiap
perlakuan dibuat 3 benda uji. Benda uji direndam dalam air laut dengan larutan 5%
Magnesium Sulfat. Dibuat 6 bulan benda uji dengan
2 perlakuan dengan tanpa direndam sebagai kontrol. Pengujian kuat desak beton dilakukan
setelah perendaman 90 hari.
Kesimpulan penelitian adalah bahwa terjadi penurunan kuat tekan beton setelah direndam,
Penambahan abu sekam dapat meningkatkan kuat tekan beton atau dapat mengantisipasi
kerusakan pada beton. Prosentasi optimal penambahan abu sekam adalah 16,8% dari berat
semen. Penambahan abu sekam mengurangi nilai slum.

Kata kunci: abu sekam padi, magnesium sulfat, kuat tekan.

ADDITION OF HUSK ASH IN CONCRETE TO ANTICIPATE


DEGRADATION DUE TO MAGNESIUM SULPHATE IN SEA WATER

Abstract: This research aims to determine the optimum percentage of husk ash as additive
material to concrete mixture to anticipate degradation due to marine magnesium sulphate.
Material use in the concrete mixture were sand and gravel from Karangasem quarry as well as
cement type I from Tiga Roda brand. Rice hush ash was taken from clay brick production at
Kediri. Sample test cubes with dimension of 10 cm x 10 cm x 10 cm were made with material
composition of 1 cement, 2 sand and 3 gravel in volume proportion. The percentage of husk
ash addition was varied at 0%, 10%, 12,5%, 15%, 17,5% and 20% of cement weight. Sample
tests were made in 4 treatments consisting
3 cube tests each. Sample test were immersed in marine water containing 5% magnesium
sulphate. Control sample were 6 cubes test with 2 treatments where all of them were not
immersed. Compression test were conducted when the sample test cubes at age of 90 days.
The research shown that there were decrease of concrete compressive strength at sample cubes
that immersed in marine water. Addition of husk ask affect to increase the compressive
strength. In other words, it can anticipate the degradation of concrete quality. The optimum
percentage of husk ash is 16,8% of cement weight. But the addition of husk ash will decrease
slump value.

Keywords: concrete, magnesium sulphate, husk ash, compressive strength.

1
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Denpasar.
PENDAHULUAN air akan mengha- silkan Kalsium Hidroksida
(Ca(OH)2) yang bersifat basa dan
Latar Belakang mempunyai angka kelarutan yang tinggi.
Dengan semakin meluasnya Karena sifat tersebut, maka Magnesium
penggu- naan beton sebagai bahan Sulfat akan bereaksi dengan Kalsium
kontruksi maka semakin dituntut Hidroksida akan menghasilkan Kalsium
untuk meningkatkan kualitas beton Sulfat (Gipsum) dan Magnesium
sehingga diperlukan suatu Hidroksida. Selanjutnya
perencanaan campuran yang teliti
dan benar serta dengan syarat-
syarat yang ketat sehingga
didapatkan mutu beton sesuai
dengan yang disyaratkan. Pada
dasarnya tuntutan utama dalam
membuat campuran beton adalah
mengenai keku- atan tekan beton,
keawetan, workability dan harga
yang seekonomis mungkin.
Lingkungan agresif dapat
membawa dampak yang merugikan
terhadap beton karena di
lingkungan ini banyak terkan- dung
zat-zat kimia yang bersifat reaktif
terhadap unsur yang terdapat dalam
beton dan akhirnya dapat
menyebabkan terjadi- nya
disintegrasi pada beton. Seperti
misal- nya pada air laut atau air
tanah yang banyak mengandung
garam sulfat dan salah satu
diantaranya bersifat reaktif adalah
Magnesium Sulfat (MgSO4). Dalam
hal ini diperlukan beton yang
memiliki keawetan atau durability
yang tinggi sehingga beton tersebut
tahan terhadap seragam Magnesium
Sulfat. Mengenai keawetan
(durability) beton, dapat
ditingkatkan dengan mengurangi
porositas dari pada beton yang
merupakan sumber kelemahan dari
beton.
Proses disintegrasi adalah suatu
proses pemisahan atau pelepasan
dari suatu bahan yang berukuran
besar dan menyatu menjadi bahan
yang berukuran kecil dan terpisah-
pisah. Proses terjadinya disinte-
grasi pada beton yang disebabkan
oleh Magnesium Sulfat secara garis
besarnya dapat dijelaskan bahwa,
hasil hidrasi antara semen dengan
Kalsium Sulfat akan mengandung senyawa silika atau
bereaksi dengan Kalsium silika alumina yang tidak
Aluminat Hidrat di dalam mempunyai sifat mengikat seperti
pasta semen yang akan semen akan tetapi dalam
menghasilkan Kalsium bentuknya yang halus dan dengan
Sulfoaluminat (Ettringite) adanya air, maka senyawa-
yang bersifat senyawa tersebut akan bereaksi
mengembang dan dengan Kalsium Hidroksida pada
akhirnya dapat merusak suhu normal membentuk senyawa
beton. Kalsium Silikat Hidrat dan
Ada beberapa cara Kalsium Hidrat yang bersifat
yang dapat diguna- kan hidrolis dan mempunyai angka
untuk meningkatkan kelarutan yang rendah.
ketahanan beton terhadap Abu sekam padi yang diteliti
disintegrasi oleh zat disini adalah limbah hasil
kimia yang bersifat pembakaran dari sekam padi yang
agresif terutama biasanya digunakan sebagai bahan
Magnesium Sulfat yaitu, bakar dalam proses pembakaran
memuat beton yang batu bata mentah, dalam
kedap air, penggunaan pembuatan batu bata selain
tipe semen yang memiliki minyak tanah, kayu bakar dan
ketahanan yang tinggi limbah pengrajin kayu. Sekam
terhadap Sulfat dan padi atau kulit gabah merupakan
penambahan bahan limbah dari pabrik penggilingan
tambahan mineral seperti padi dimana sekam merupakan
pozzolan ke dalam bagian terbesar kedua setelah
campuran beton. beras dari gabah. Abu sekam padi
Pada penelitian ini banyak mengandung senyawa
ditekankan pada usaha Silikat (SiO2) yaitu 88,92 %
yang ketiga yaitu sehingga dapat digolongkan
penambahan bahan sebagai pozzolan.
tambahan pozzolan ke Pada proses hidrasi air dengan
dalam campuran beton, semen akan menghasilkan
dimana jenis pozzolan Ca(OH)2 yang meru- pakan bahan
yang digunakan adalah yang mudah larut dalam air dan
abu sekam padi. Pozzolan bersifat basa, akan bereaksi
adalah bahan yang dengan
SiO2 akan membentuk Kalsium padi yang optimal kedalam campuran beton, dalam
Silikat Hidrat yang bersifat sebagai mengan- tisifasi disinterasi yang disebabkan oleh
perekat sehingga dapat larutan Magnesium Sulfat dalam air laut.
meningkatkan kekuatan serta
kekedapan beton (Subakti, 1994). MATERI DAN METODE
Bertitik tolak pada hal diatas,
peneli- tian perlu dilakukan untuk Abu Sekam Padi
mendapatkan pengaruh penambahan Abu sekam padi adalah limbah hasil pembakaran
abu sekam padi pada campuran dari sekam padi yang biasanya digunakan sebagai
beton dalam mengan- tisifasi bahan bakar dalam proses pembakaran batu bata
disintegrasi yang disebabkan oleh mentah, dalam proses pembuatan bata. Sekam padi
serangan garam sulfat agresif yaitu atau kulit gabah merupakan limbah dari pabrik
Magnesium Sulfat ditinjau dari segi penggilingan padi dimana sekam merupakan bagian
kuat tekannya. Berapakah besarnya terbesar kedua setelah beras dan gabah.
persentase penambahan abu sekam Pembakaran sekam pada proses pem- buatan batu
bata dapat mencapai suhu 600o – Dilihat dari kandungan
700oC dimana pada suhu tersebut senyawa diatas, abu sekam padi
akan dihasilkan SlO2 yang reaktif dapat digunakan sebagai pozzolan
yang dapat dimanfaatkan sebagai karena mengandung SiO2 + Al2O3
bahan pozzo- lan buatan. + Fe2O3 lebih dari 70% sesuai
Sebagaimana kita ketahui silika dengan mutu pozzolan yang
reaktif dapat bereaksi dengan kapur disyaratkan.
padam membentuk Kalsium Silikat
Hidrat, dimana Kalsium Silikat Magnesium Sulfat
Hidrat akan mengakibatkan Lingkungan agresif biasanya
ketahanan kimia dari beton banyak mengandung senyawa-
bertambah besar karena berkurang- senyawa kimia yang dapat
nya kapur bebas di dalam beton merusak beton. Senyawa agresif
akibat proses hidrasi semen dengan biasanya dijumpai pada air tanah
air. dan air laut yang umumnya
Adapun kandungan senyawa mengandung 3,6% - 4% garam-
kimia abu sekam padi menurut garam terlarut yang terdiri dari
Laboratorium Analitik Universitas 75% natrium klorida (naCl), 10%
Udayana yaitu : magnesium klorida (MgCl2), dan
- SiO2 : 88,92% 10% sisanya garam sulfat,
- Fe2O3 : 0,608% magnesium sulfat (MgSO4)
- Al2O3 : 0,674% gypsum (Ca2SO1), kalium sulfat
(K2SO4) (Paulus Nugraga, 1989).
Diantara garam-garam tersebut,
magne- sium sulfat merupakan
salah satu garam yang paling
agresif dan bersifat reaktif pada
beton, karena mudah bereaksi
dengan Kalsium Hidroksida yang
merupa- kan sisa hasil hidrasi
antara semen dengan air yang
kemudian menghasilkan gypsum
dan ettringite yang bersifat
menambah volume sehingga
terjadi pengembangan dan
akhirnya dapat merusak beton.

Disintegrasi oleh Magnesium Sulfat


Disintegrasi merupakan suatu
proses terjadinya pemisahan atau
pelepasan dari suatu bahan yang
berukuran besar dan menyatu
menjadi berukuran kecil yang
terpisah-pisah. (Subakti, 1994).
Beton yang berhubungan
dengan ling- kungan agresif akan
lebih cepat terjadinya
disintegrasi. Pada proses hidrasi
semen dihasilkan kalsium
hidroksida dan kalsium aluminat
hidrat. Kalsium hidroksida bersi-
fat alkalin dimana sifat ini
menyebabkan bereaksi dengan kalsium
beton sensitif hidroksida akan mengha- silkan
terhadap kalsium sulfat dan magnesium
serangan garam hidroksida. Reaksinya sebagai
sulfat. berikut:
Magnesium MgSO4 + Ca(OH)2  CaSO4 + Mg (OH)2
sulfat akan
CaSO4 : Kalsium Sulfat (gypsum)
Selanjutnya gypsum bereaksi yang bersifat mengembang
dengan kalsium aluminat hidrat sehingga menyebabkan
akan mengha- silkan kalsium muai dan retak pada beton.
sulfoaluminat (ettringite) Reaksinya sebagai berikut :
3 CaSO4 + CaO.Al2O3.nH2O  3 CaO.Al2O3.3CaSO4.nH2O
kalsium
sulfo
alumina
t
(bersifat
mengem
bang)
(Nugraha,
1989)

Oleh karena pengembangan dalam campuran beton dapat


volume yang melampaui volume diuraikan sebagai berikut :
asalnya, maka proses kimiawi ini 1. Mereduksi kandungan kalsium
akan menimbulkan Hidro- oksida dalam beton.
penggelembungan, retak dan Kalsium hidroksida merupakan
selanjutnya kerusakan akan unsur yang bersifat alkali dan
menjalar sampai ke dalam terutama dapat menjadikan beton mudah
akan lebih parah dan beton menjadi diserang oleh garam sulfat.
porous. Penambahan abu sekam padi
yang mengandung senyawa
Peranan Abu Sekam Padi dalam silika (SiO2) akan mengikat
Cam- puran Beton kapur bebas (kalsium
Berdasarkan uraian sebelumnya indroksida) menjadi senyawa
me- ngenai definisi dan sifat-sifat kalsium silikat hidrat yang
bahan tambahan pozzalan abu merupakan sumber kekuatan
sekam padi ke beton. Reaksinya adalah
sebagai berikut:
Ca (OH)2 + SiO2  CaO.SiO2.H2O

Kalsium Silikat Hidrat


(Subakti,
1994)

2. Sebagai bahan pengisian dalam atau pori-pori yang pada


beton Pada beton normal sering umumnya maish terdapat di daerah
dijumpai adanya celah- yransisi yaitu daerah pertemuan antara
celah lemah berupa rongga pasta dengan agregat kasar yang
mengandung unsur kalsium dapan dan kekuatannya dan
hidroksida (Nugraha, 1989). akhirnya serangan sulfat dapat
Dengan penambahan pozzolan dicegah.
abu sekam padi yang 3. Reduksi kalsium hidroksida
penyebarannya lebih merata, oleh silikat (SiO2) akan
maka akan memperluas bidang mengurangi sensitifitas beton
kontak dengan kalsium terhadap agresi sulfat, sehingga
hidroksida. Kalsium Silikat dengan demikian tidak mudah
Hindrat yang terbentuk dapat menimbulkan kerusakan pada
mengurangi porositas beton beton.
dan mengisi pori-pori dalam
beton serta sifatnya yang seperti Hubungan Disintegrasi dengan
bahan perekat akan dapat Kuat Tekan
meningkatkan daya lekat antara Serangan sulfat secara umum
mortar dengan agregat kasar, merupa- kan serangan yang
sehingga dapat meningkatkan sifatnya kimiawi, berupa suatu
keke- reaksi yang menghasilkan suatu
produk akhir, yaitu enttringite
yang mempunyai sifat
mengembang. Oleh karena
pengembangan yang melampaui
volume asalnya, maka akan
menimbulkan penggelembungan,
retak dan selanjutnya terjadi
kerusakan yang menjalar sampai
ke dalam tubuh beton sehingga
terjadi
perlemahan yang perlahan-lahan dan - Agregat halus (pasir) : Pasir dari Desa Tulamben,
akhirnya terjadi disintegrasi Kecamatan Kubu, Karang- asem
bersamaan dengan kehilangan - Agregat kasar (kerikil) : Kerikil dari Desa
kekuatan dimana reaksi itu terjadi. Tulamben, Kecamatan Kubu, Karangasem
Dari uraian ini dapat diketahui - Air : Air PAM di Laboratorium Kon- struksi Beton
bahwa adanya agresi sulfat, dalam Fakultas Teknik Univer- sitas Udayana
hal ini magnesium sulfat dapat - Pozzolan buatan : Abu Sekam Padi dari Desa
menyebabkan disintegrasi pada Pandak Bandung, Kecamatan Kediri, Tabanan
beton yang akhirnya dapat - Bahan kimia : Magnesium Sulfat dipe- roleh dari
mereduksi kekuatan beton itu suplier di Denpasar
sendiri. Kuat desak tak disangsikan
lagi merupakan indeks daya tahan Metode Pengambilan Sampel dan Data
terhadap agresi, karena kekuatan, Benda uji dibuat berbentuk kubus dengan ukuran
kepadatannya serta permeabilitas 10 cm x 10 cm x 10 cm. Proporsi campuran beton
yang rendah kesemu- anya saling dibuat dengan perbandingan berat 1 pc : 2,225 ps :
berkaitan satu dengan lainnya, 3,272 krl yang setara dengan perbandingan volume 1
semakin kuat betonnya semakin pc : 2 ps : 3 krl. Dalam pene- litian ini terdapat dua
awet tampaknya. faktor perlakuan yang berbeda yaitu faktor air semen
dan prosentase penambahan Abu Sekam Padi. Faktor
Bahan Penelitian air semen diambil 0,6.
Bahan-bahan yang digunakan
pada penelitian adalah sebagai
berikut :
- Semen : Semen Portland type
merk Tiga Roda
Adapun Jumlah benda uji masing-masing
prosentase prosentase adalah 12 buah
penambahan dengan 4 perlakuan masing-
Abu Sekam masing 3 ulangan. Dua
Padi terhadap perlakuan direndam dan dua
berat semen perlakuan tanpa direndam.
sebagai
berikut : HASIL DAN PEMBAHASAN
- Perlakuan I : Penambahan 0%
Abu Hasil Pengujian Nilai Slump
Sekam Padi Pengujian nilai slump
- Perlakuan II : Penambahan 10% dimaksudkan untuk menentukan
Abu Sekam konsistensi adukan beton yang
Padi dapat menggambarkan work-
- Perlakuan III : Penambahan abilitas beton. Adapun hasil
12,5% pengujian nilai slump berbagai
Abu Sekam perlakuan disajikan dalam Tabel
Padi 1.
- Perlakuan IV : Penambahan 15%
Abu Sekam Hasil Pengujian Gaya Tekan
Padi Hancur Beton
- Perlakuan V : Penambahan Gaya tekan hancur beton
17,5% adalah besarnya gaya tekan P
Abu Sekam (ton) yang dikerjakan pada kubus
Padi beton yang menyebabkan kubus
- Perlakuan VI : Penambahan 20% beton itu hancur. Pengujian ini
Abu Sekam dikenakan pada benda uji baik
Padi yang direndam maupun tidak
direndam. Adapun hasil gaya
Untuk tekan hancur untuk kedua kondisi
mengetahui tersebut ditampilkan dalam Tabel
pengaruh 2.
disinte- grasi
Magnesium
Sulfat pada
campuran
beton, maka
dibuat benda uji
yang tidak
direndam
sebagai
pengontrol yang
kemudian akan
dibandingkan
kuat tekan rata-
ratanya dengan
benda uji yang
direndam
selama 90 hari
dalam air laut
dengan larutan
5% MgSO4.
Tabel 1. Data Nilai Slump
Nilai slump berbagai perlakuan
FAS Ulangan
0% 10% 12,5% 15% 17,5% 20%
1 16,5 11,5 9,5 8 7 6,5
0,6
2 16 12,5 9,5 7,5 7 5,5
Rata-rata 16,25 12 9,5 7,75 7 6

Tabel 2. Gaya Tekan Hancur Beton Kondisi Direndam dalam


Larutan 5% MgSO4 selama 90 hari.

Variasi Sampel Gaya tekan hancur beton tiap perlakuan (ton)


Ulanga
FAS n 0% 10% 12,5% 15% 17,5% 20%
1 25,4 29,8 30,4 34,6 36,8 35,4
1 2 24 27,4 32 35 38 34
3 25,6 31,8 30,4 34 36 36,8
0,6
1 25,2 29,6 33,6 35,4 38,8 38,4
2 2 26,4 30,4 30,8 36,4 37,8 36,6
3 24,2 27 33,4 37,2 38,6 36,8

Tabel 3. Gaya Tekan Hancur Beton Umur 90 hari Kondisi tidak


Direndam
Variasi Ulanga Sampel Gaya tekan hancur beton tiap perlakuan (ton)
n 0% 10% 12,5% 15% 17,5% 20%
FAS
1 29,6 34,4 3 38,8 41,6 35,4
1 2 31,4 34 36,6 37,6 40,4 34
3 30,8 36,2 35,4 39,6 40 36,8
0,6
1 31,2 33,2 35,8 37,8 39,8 38,4
2 2 30,4 35,4 36,8 39 41,4 36,6
3 30,6 32 37,8 41 40,2 36,8

Analisa Kuat Tekan Hancur Beton P = Gaya tekan hancur beton


Kuat tekan hancur beton masing-masing (ton)
benda uji dihitung dengan rumus : A = Luas bidang tekan (cm2)
P x 100
σbi  kg/cm 2 
A Hasil analisa masing-masing kuat
dengan tekan hancur beton ditampilkan dalam
bi = Kuat tekan hancur beton masing- Tabel 4 sampai 7.
masing benda uji (Kg/cm2)
Tabel 4. Kuat Tekan Hancur Beton (Kg/cm2) Umur 90 Hari Kondisi
Direndam dalam Larutan 5% MgSO4
Variasi Ulangan Sampel hancur beton tiap perlakuan (Kg/cm2)
FAS 0% 10% 12,5% 15% 17,5% 20%
1 254 298 304 346 368 330
1 2 240 274 320 350 380 324
3 256 318 304 340 360 320
0,6
1 252 296 336 354 388 328
2 2 264 304 308 364 378 332
3 242 270 334 372 386 340

Tabel 5. Kuat Tekan Hancur Beton (Kg/cm2) Umur 90 Hari Kondisi Tidak
Direndam
Variasi Ulangan Sampel Kuat tekan hancur beton tiap perlakuan (Kg/cm2)
FAS 0% 10% 12,5% 15% 17,5% 20%
1 296 344 340 388 416 3354
1 2 314 340 366 376 404 340
3 308 362 354 396 400 368
0,6
1 312 332 358 378 398 384
2 2 304 354 368 390 414 366
3 306 320 378 410 402 368

Tabel 6. Kuat Tekan Hancur Rata-rata Beton Tiap Ulangan (Kg/cm2) Umur 90
hari Kondisi Direndam dalam Larutan 5% MgSO4
Variasi Ulangan Kuat tekan hancur rata-rata beton tiap ulangan (Kg/cm 2)
FAS 0% 10% 12,5% 15% 17,5% 20%
1 250,000 296,667 309,333 345,333 369,333 324,667
0,6
2 252,667 290,000 326,000 363,333 384,000 333,333
Rata-rata 251,3 293,3 317,7 354,3 376,7 329,0

Tabel 7. Kuat Tekan Hancur Rata-rata Beton Tiap Ulangan (Kg/cm2) Umur 90
hari Kondisi Tidak Direndam
Variasi Ulangan Kuat tekan hancur rata-rata beton tiap ulangan (Kg/cm 2)
FAS 0% 10% 12,5% 15% 17,5% 20%
1 340,667 375,333 420,667 454,667 465,333 436,667
0,5
2 338,667 378,000 422,000 445,333 474,000 409,333
1 306,000 348,667 353,333 386,667 406,667 354,000
0,6
2 307,333 335,333 368,000 392,667 404,667 372,667
Rata-rata 306,7 342,0 360,7 389,7 405,7 363,3

Tabel 8. Prosentase Kenaikan Kuat Tekan Hancur Rata-rata Beton Umur 90 Hari
Kondisi Direndam dalam Larutan 5% MgSO4
Variasi
Perlakuan Kuat Tekan Rata-rata Prosentase Kenaikan
fas
I (0%) 251,333 0,000
II (10%) 293,333 16,711
III (12,5%) 317,667 26,393
0,6
IV (15%) 354,333 40,981
V (17,5%) 376,667 49,867
VI (20%) 329,000 30,902
Tabel 9. Prosentase Kenaikan Kuat Tekan Hancur Rata-rata Beton Umur 90 Hari
Kondisi Tidak Direndam dalam Larutan 5% MgSO4
Variasi
Perlakuan Kuat Tekan Rata-rata Prosentase Kenaikan
fas
I (0%) 306,667 0,000
II (10%) 342,000 11,522
III (12,5%) 360,667 17,609
0,6
IV (15%) 389,667 27,065
V (17,5%) 405,667 32,283
VI (20%) 363,333 18,478

Tabel 10. Prosentase Kenaikan Kuat Tekan Hancur Rata-rata Beton Umur 90
Hari Kondisi Direndam dan Tidak Direndam dalam Larutan 5% MgSO4
Variasi Kuat tekan rata-rata (kg/cm2) Prosentase Penurunan
Perlakuan
FAS Tidak Direndam Direndam (%)
0% 306,667 251,333 18,043
10% 342,000 293,333 14,230
12.5% 360,667 317,667 11,922
0,6 15% 389,667 354,333 9,068
17.5% 405,667 376,667 7,149
20% 363,333 329,000 9,450

450000

400000
Kuat Tekan H ancur R ata-rata (kg/c

350000

300000

250000
Tidak D irendam
200000 D irendam
150000

100000

50000

0
0% 5% 10% 15% 20% 25%
Prosentase Penam bahan Abu Sekam Padi

Gambar 1. Perbandingan Kuat Tekan Hancur Rata-rata Antara Benda Uji Yang
Tidak Direndam dengan Benda Uji yang Direndam Dalam Larutan 5% MgSO 4
0 0%
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Prosentase Penambahan Abu Sekam Padi (%)
0% = 18.043
Prosentase Penurunan Kuat Tekan Hancur Rata-rata (kg/cm2)

10%
10% = 14.230
12.5% = 11.922
15% = 9.068
17.5% = 7.149

12.5%
20% = 9.450
15%
17.5%

Gambar 2. Diagram Pencar Prosentase Penurunan Kuat Tekan Hancur Rata-


Rata, FAS 0,6
20%

SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


Simpulan Anonim. 1971. Peraturan Beton Bertu-
Berdasarkan hasil penelitian dapat lang Indonesia, Dep. PU dan Tenaga
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Listrik, Direktorat Penyelidik Masa-
1. Beton yang direndam dalam air laut lah Bangunan, Dirjen Cipta Karya,
dengan larutan Magnesium Sulfat Jakarta.
terjadi penurunan kuat tekan beton atau Anonim. 1990. Tata Cara Pembuatan
beton mengalami kerusakan Rencana Campuran Beton Normal
2. Penambahan abu sekam pada campuran (SKSNI T-15-1990-03), Dep. PU.
beton dapat meningkatkan kuat tekan Murdock, L.J. and Brook, K.M. 1986.
beton atau dapat mengantisifasi keru- Bahan dan Praktek Beton, Terjema-
sakan beton akibat Magnesium Sulfat. han, Edisi Keempat, Erlangga,
3. Prosentase optimal penambahan abu Jakarta.
sekam pada campuran beton adalah Nugraha, P. 1989. Teknologi Beton
17,5% dari berat semen. Dengan Antisipasi Terhadap Pedom-
4. Penambahan abu sekam dapat menu- an Beton 1989, Universitas Kristen
runkan nilai sekam. Petra, Surabaya.
Suarma, I P. 1998. Optimalisasi Penam-
Saran bahan Abu Batu Tabas Dalam Meng-
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa antisipasi Disintegrasi pada Beton
hal dapat disarankan yaitu: yang Disebabkan Oleh Magnesium
1. Bangunan- bangunan dengan struktur Sulfat, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
beton yang berdiri dipesisir atau di Teknik, Universitas Udayana.
tengah laut, komposisi campuran beton Subakti, A. 1994. Teknologi Beton Dalam
perlu ditambah dengan suatu pozzolan Praktek, Jurusan Teknik Sipil FTSP,
untuk mengantisifasi kerusakan beton ITS, Surabaya.
akibat Magnesium Sulfat pada air laut. Sudjana. 1975. Metode Statistika, Tarsito,
2. Perlu penelitian lebih lanjut dengan Bandung.
memakai material lain yang mengan- Tanaya, N. 1986. Rancangan Percobaan I
dung pozzolan tinggi. Rancangan Dasar, Laboratorium Sta-
tistik, Fakultas Pertanian, Universitas
Udayana, Denpasar.
Persamaan artikel ilmiah dan jurnal ilmiah:
 Menggunakan bahasa dan penulisan yang baku
 Menggunakan metode ilmiah
 Menyajikan berdasarkan data yang diperoleh

Perbedaan artikel ilmiah dan jurnal ilmiah:

Artikel ilmiah Jurnal ilmiah


- Bagian dari jurnal - Berisi dari gabungan artikel ilmiah
- Berisi lebih singkat daripada jurnal sesuai dengan topik yg dibahas
ilmiah - Berisi lebih lengkap dan sistematis
- Berisi kurang rinci dibandingkan - Judul jurnal ilmiah sangat deskriptif
jurnal ilmiah - Memiliki format yang terdiri dari
- Format artikel ilmiah terdiri dari isi abstrak, pendahuluan, materi dan
dan kesimpulan metode, hasil pembahasan,
- Artikel ilmiah dikembangkan dari simpulan, dan daftar pustaka
referensi

Sumber artikel:
http://sipil.ub.ac.id/sarjana/kerusakan-tanah-jenis-penanggulangan-dan-pencegahan/
Sumber jurnal:
https://scholar.google.co.id/scholar?
q=jurnal+ilmiah+teknik+sipil&hl=en&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart

Anda mungkin juga menyukai