Anda di halaman 1dari 14

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL BURUNG TIUNG SERI GADING

KARYA HASAN JUNUS

Chrisna Putri Kurniati

Balai Bahasa Provinsi Riau


Kampus Bina Widya Simpang Baru Km. 12,5, Tampan, Pekanbaru 28293
Pos-el: balaibhspku@yahoo.co.id

Abstract

This study entitles ―Citra Perempuan in Novel Burung Tiung Seri Gading Written by
Hasan Junus‖. Problem in this research about the image of women and the gender
inequities in the novel.This study aims to describe, express women‘s image and the
discrimination of gender in novel Burung Tiung Seri Gading. The use of this study is to
inform people in general and readers in particular about the roles and status of women in
society reflected in novel Burung Tiung Seri Gading. The theory used is feminist literature
criticism. This is a qualitative research. using the book study method. Primary data that is
Burung Tiung Seri Gading novel Hasan Junus work published by Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Riau, Pekanbaru 2009185 pages thick.The steps of the research are
(1) identify the female characters in literature, (2) seek the position of these figures in
everyday life in society, good relations within the family or in society at large, (3) gender
inequality would be viewed through a gender analysis ofits image of women in daily life.
The conclusions of this study are that the roles and status of women in society get women
not be able to avoid their housework and the discrimination of gender.
Keywords: women‘s image, housework, the discrimination of gender, patriarchy

Abstrak

Penelitian ini berjudul ―Citra Perempuan dalam Novel Burung Tiung Seri Gading Karya
Hasan Junus‖. Permasalahan dalam penelitian ini tentang citra perempuan dan terjadinya
ketidakadilan gender dalam novel. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan citra
perempuan dan mendeskripsikan ketidakadilan gender dalam novel Burung Tiung Seri
Gading. Tujuan Penelitian ini adalah memberikan pengetahuan kepada pembaca
khususnya dan masyarakat pada umumnya tentang peran dan kedudukan perempuan dalam
masyarakat yang tercermin dalam novel Burung Tiung Seri Gading serta memberikan
pengetahuan kepada pembaca tentang terjadinya ketidakadilan gender dalam masyarakat
yang tercermin dalam novel Burung Tiung Seri Gading. Teori yang digunakan adalah
kritik sastra feminis. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode studi
pustaka. Data primernya bersumberkan pada novel Burung Tiung Seri Gading karya Hasan
Junus yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau, Pekanbaru,
2009 setebal 185 halaman. Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah
adanya peran dan kedudukan perempuan di masyarakat membuat perempuan belum bisa
lepas dari pekerjaan domestik serta perempuan adalah korban dari ketidakadilan gender.
Kata kunci : citra perempuan, pekerjaan domestik, ketidakadilan gender, patriarki.

157

Madah, Volume 5, Nomor 2, Edisi Oktober 2014


naskah masuk : 19 Mei 2014 kepemimpinan perempuan Melayu yang
naskah diterima : 9 Juni 2014 diwarnai dengan adanya perebutan
kekuasaan. Novel tersebut diterbitkan
1. Pendahuluan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Novel adalah bentuk sastra yang pada tahun 2009 dengan jumlah halaman
paling popular di dunia. Bentuk sastra ini 185. Novel tersebut begitu menarik
paling banyak dicetak dan paling banyak sehingga pada 17 November 2013
beredar. Hal ini disebabkan daya diadakan pementasan tari yang berjudul
komunitasnya yang luas pada ―Muslihat Wan Sinari‖ oleh sanggar Sri
masyarakat. Di dalam novel terdapat Melayu. Pementasan tari tersebut
nilai-nilai kehidupan, diantaranya nilai merupakan tafsir ulang dari novel Burung
sosial, budaya, moral, pendidikan, sejarah Tiung Seri Gading.
dan lain sebagainya. Permasalahan yang Masalah utama dalam penelitian ini
terdapat dalam sebuah novelpun akan adalah citra perempuan dalam novel
beragam pula. Salah satu permasalahan Burung Tiung Seri Gading dengan tujuan
yang beragam yang terdapat dalam novel, Mendeskripsikan citra perempuan pada
di antaranya permasalahan perempuan. novel Burung Tiung Seri Gading dan
Permasalahan perempuan merupakan mendeskripsikan stereotip dan
persoalan yang tidak pernah habis untuk subordinasi dalam novel Burung Tiung
dibicarakan. Diseluruh dunia, perempuan Seri Gading.
selalu menjadi pembicaraan yang hangat Bertolak dari permasalahan di atas,
dan pelik. Kedudukan perempuanyang maka dalam penelitian ini dapat
selalu berada di bawah kaum laki-laki dirumuskan permasalahannya sebagai
membuat ruang gerak kaum perempuan berikut.
menjadi semakin sempit. Dalam 1) Bagaimana citra perempuan
pandangan Islam, laki-laki dan dalam novel Burung Tiung Seri
perempuan memiliki tanggung jawab Gading?
yang sama, perbedaan yang ada hanyalah 2) Bagaimana stereotip dan
peran yang dimainkan dalam kehidupan subordinasi dalam novel Burung
sehari-hari. Tiung Seri Gading?
Permasalahan perempuan yang selalu Ruthven (1984:31—32)
menarik untuk dibicarakan, ternyata juga mengemukakan adanya ideologi seks
menggelitik pengarang untuk yang bersifat patriarki dan memandang
menuangkannya ke dalam karya. Dengan perempuan inferior terhadap laki-laki.
demikian, karya sastra merepresentasikan Ruthven (1984:44—45), subjek
adanya fenomena keperempuanan yang perempuan diangkat bukan karena
harus diungkap dan dijelaskan pada inferioritas ―natural‖, tetapi karena
masyarakat. klasifikasinya secara intrinsik sebagai
Hasan Junus yang dilahirkan di inferior menurut budaya yang didominasi
Pulau Penyengat merupakan sastrawan laki-laki dan mereka (perempuan) tidak
Riau yang tertarik dengan permasalahan menghindar untuk hidup di dalamnya.
perempuan. Melalui karyanya yang Perempuan tidak inferior menurut sifat,
berupa novel berjudul Burung Tiung Seri tetapi diinferiorkan oleh budaya. Mereka
Gading, Hasan Junus ingin menampilkan diakulturasi (disesuaikan) ke dalam
sosok perempuan yang mempunyai latar inferioritas. Dengan demikian,
belakang budaya Melayu disertai adanya pembacaan terhadap teks dalam perpektif
konflik-konflik percintaan yang dialami feminis berarti berusaha untuk
oleh para tokoh cerita. Dalam novel membongkar ideologi seks yang bersifat
tersebut juga menggambarkan adanya patriarki dalam teks tersebut. Kerja kritik

158

Madah, Volume 5, Nomor 2, Edisi Oktober 2014


ini ialah meneliti karya sastra dengan dalam novel Burung Tiung Seri Gading
melacak ideologi yang membentuknya yang meliputi stereotip dan subordinasi.
dan menunjukkan perbedaan-perbedaan Sedangkan metode yang digunakan
antara yang dikatakan oleh karya dengan adalah metode kritik sastra feminis, dan
yang tampak dari sebuah pembacaan teori yang digunakan adalah kritik sastra
yang diteliti (Ruthven, 1984:32). feminis. Langkah-langkah dalam
Ruthven (1984:40) mengemukakan penelitiannya, yaitu pertama menetapkan
bahwa kritik sastra feminis meliputi objek penelitian; kedua, mengumpulkan
penelitian tentang bagaimana perempuan data yang mendukung objek penelitian;
digambarkan dan bagaimana potensi ketiga, melakukan analisis dengan
perempuan di tengah kekuasaan patriarki. menggunakan metode kritik sastra
Dengan teori feminis, diharapkan mampu feminis; serta keempat, menyimpulkan
membuka pandangan-pandangan baru, dan melaporkan hasil penelitian.
terutama berkaitan dengan bagaimana
karakter perempuan diwakili dalam 2. Pembahasan
sastra. Model analisis yang 2.1. Citra Perempuan
mempertanyakan keadilan sosial dari 2.1.1 Citra Perempuan sebagai Istri
aspek hubungan antarjenis kelamin Kehidupan berkeluarga berawal dari
adalah analisis gender. Analisis tersebut melaksanakan perkawinan sesuai dengan
merupakan suatu bentuk kajian yang ketentuan agama dan peraturan
menjadi alat kritik sastra feminis. perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Ruthven (1984:70), salah Perkawinan yang tidak dilaksanakan
satu bentuk kritik feminis yang berfokus dengan sesuai dengan peraturan
pada masalah di atas adalah images of perundang-undangan yang berlaku, akan
women. Kritik ini sebagai suatu jenis mengakibatkan timbulnya masalah dalam
sosiologi. Dalam konsep ini, teks-teks kehidupan keluarga. Sedangkan hidup
sastra dapat digunakan sebagai bukti sebagai suami-istri di luar perkawinan
untuk melihat jenis dan bentuk peran adalah perzinaan. Perzinaan merupakan
yang disediakan untuk perempuan. salah satu dosa besar.
Tujuan yang berlawanan berkaitan Perkawinan adalah ikatan sosial atau
dengan pemberian peran tersebut. Di satu ikatan perjanjian hukum antar pribadi
sisi, ada keinginan untuk mengungkapkan yang membentuk hubungan kekerabatan
sifat representasi strereotipe yang dan yang merupakan suatu pranata dalam
menindas. Di sisi lain, peran tersebut budaya setempat yang meresmikan
memberi peluang untuk berpikir tentang hubungan antar pribadi yang biasanya
perempuan dengan membandingkan intim dan seksual. Perkawinan umumnya
bagaimana perempuan direpresentasikan dimulai dan diresmikan dengan upacara
dengan hal yang sebenarnya. pernikahan. Umumnya perkawinan
Penelitian ini bersifat kepustakaan dijalani dengan maksud untuk
karena bahan yang digunakan sebagai membentuk keluarga. Adapun tujuan
objek penelitian adalah novel Burung perkawinan di antaranya untuk
Tiung Seri Gading karya Hasan Junus mendapatkan keturunan, meningkatkan
setebal 185 halaman yang diterbitkan derajat dan status sosial, baik laki-laki
pada tahun 2009 oleh Dewan maupun perempuan, mendekatkan
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi kembali hubungan kerabat yang sudah
Riau, Pekanbaru. Adapun cara kerja yang renggang, dan agar harta warisan tidak
ditempuh adalah dengan menguraikan jatuh ke orang lain.
citra perempuan sebagai istri, perempuan Dasar perkawinan dalam agama
sebagai ibu, dan perempuan sebagai Islam adalah melaksanakan sunnatullah
pemimpin. Juga Ketidakadilan gender sebagaimana tersebut dalam Alquran

159

Madah, Volume 5, Nomor 2, Edisi Oktober 2014


yang artinya, ―Dan kawinkanlah orang- hubungan kekeluargaan, serta
orang yang sendirian di antara kamu, dan membangun hari depan individu,
orang-orang yang layak (berkawin) dari keluarga, dan masyarakat yang lebih
hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan baik.
hamba-hamba sahayamu yang Laki-laki yang telah terikat dalam
perempuan. Jika mereka miskin, Allah sebuah perkawinan akan memiliki peran
akan memampukan mereka dengan sebagai suami, sedangkan perempuan
kurnia-Nya dan Allah Mahaluas mempunyai peran sebagai istri. Laki-laki
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui‖ dalam kehidupan berumah tangga
(1035). Maksudnya adalah hendaklah berperan sebagai pemimpin rumah
laki-laki yang belum kawin atau wanita- tangga. Sebagai pemimpin rumah tangga
wanita yang tidak bersuami, dibantu agar yang membawa bahtera rumah tangga
mereka dapat kawin. Melaksanakan melewati tiap tantangan dan godaan.
sunah Rasul sebagaimana tersebut dalam Seorang suami mempunyai kewajiban, di
hadis Nabi Muhammad saw. yang antaranya, memberi nafkah bagi keluarga
artinya, ―Perkawinan adalah peraturanku, (istri dan anak-anaknya). Seorang suami
barang siapa yang benci kepada berkewajiban memenuhi kebutuhan
peraturanku, bukanlah ia termasuk sandang, pangan, dan papan bagi
umatku (H.R. Bukhari dan Muslim)‖. keluarganya. Seorang suami wajib
Tujuan pokok perkawinan dalam menafkahi istri dan anak-anaknya,
Islam adalah sebagaimana difirmankan menyediakan tempat tinggal serta,
Allah dalam Alquran, yang Artinya, ―Dan mengadakan pakaian untuk mereka
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya sesuai kemampuannya. Hal ini tidak
ialah dia menciptakan untukmu istri-istri boleh dilalaikan oleh seorang suami.
dari jenismu sendiri, supaya kamu Suami dijadikan sebagai pemimpin
cenderung dan merasa tenteram terhadap istri dan anak-anaknya, di
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaranya karena telah menafkahi
antaramu rasa kasih dan sayang. mereka. Selain itu, laki-laki berperan
Sesungguhnya pada yang demikian itu sebagai pembina dan pendidik dalam
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi rumah tangga. Seorang suami tidak hanya
kaum yang berpikir‖. Perkawinan dalam bertanggungjawab mencukupi kebutuhan
Islam juga bertujuan untuk memelihara materi rumah tangga dari kelayakan
pandangan mata dan menjaga tempat tinggal dan kecukupan nafkah
kehormatan diri sebagaimana dinyatakan atau kebutuhan materi lainnya, tetapi
dalam hadis nabi yang artinya, ―Dari seorang suami bertanggung jawab
Abdullah Bin Mas‘ud ia berkata, telah membina dan mendidik istri dan anak-
berkata kepada kami Rasulullah saw.: anaknya.
‗Hai sekalian pemuda, barang siapa di Konsep perempuan sebagai istri
antara kamu yang telah sanggup kawin, dalam sebuah rumah tangga adalah
maka hendaklah ia kawin, maka menjadikan keluarga sebagai tempat yang
sesungguhnya kawin itu menghalangi menenangkan dan menentramkan seluruh
pandangan (terhadap yang dilarang oleh anggota keluarganya. Dalam konteks ini,
agama) dan memelihara farji. Dan barang sifat seorang istri yang baik adalah yang
siapa yang tidak sanggup hendaklah ia menyenangkan suami, menaati perintah
berpuasa, karena puasa itu adalah perisai suami, dan menjaga kehormatan diri dan
baginya‘, (H.R. Bukhari dan Muslim)‖. keluarga.
Selain itu perkawinan dalam Islam Citra perempuan istri dapat diungkap
bertujuan untuk mendapat keturunan melalui tokoh-tokoh cerita yang berperan
yang sah serta sehat jasmani, rohani, dan sebagai istri dalam peran tradisional.
sosial, mempererat dan memperluas Peran tradisional yang menempatkan istri

160

Madah, Volume 5, Nomor 2, Edisi Oktober 2014


di rumah untuk menjaga memelihara dan menumbuhkan suasana yang harmonis,
merawat rumah, menyediakan makanan tampil bersih, memikat dan mampu
untuk suami, merawat anak yang lahir mendorong suami untuk hal-hal yang
dari hasil perkawinannya, serta menjaga positif. Wan Inta selalu berpenampilan
kehormatan suami. Peran tradisional ini menarik dan terlihat cantik di hadapan
membuat istri hanya boleh mengerjakan suaminya. Hal ini membuat hati Raja
pekerjaan yang bersifat domestik saja. Laksemana senang sehingga ia tidak
Perempuan dalam peran domestik pernah puas memandang dan mengagumi
salah satunya harus bisa menciptakan kecantikan istrinya.
keadaan rumah tangga yang harmonis ―Wan Seri Bani tentu selalu
dan serasi. Keharmonisan rumah tangga melihat ibunya mematut diri di
bisa ditempuh dengan cara depan cermin. Kakak katakan,
menyenangkan dan membahagiakan hati itu dilakukannya karena Wan
suami. Salah satu sikap yang Inta sangat sayang kepada
menyenangkan pihak suami dengan cara suaminya.‖
berhias diri secantik mungkin dan (BTSG, 2009:33)
berpenampilan menarik di hadapan
suami. Wan Inta mempunyai seorang
Terkadang, seorang istri berhias, kakak yang bernama Wan Sinari. Wan
berdandan, dan mengenakan pakaian Sinari menjadi raja di kerajaan
yang indah hanya ketika ia keluar rumah, Peranginan. Raja Laksemana akan
seperti hendak bepergian, menghadiri mengunjungi Wan Sinari bersama dengan
undangan, ke kantor, mengunjungi Wan Inta dan anaknya Wan Seri Bani.
saudara atau teman-temannya, pergi ke Walaupun Wan Inta merasa berat
tempat perbelanjaan, atau ketika ada meninggalkan kerajaan Bintan, tetapi ia
acara lainnya di luar rumah. Keadaan ini tetap memutuskan untuk pergi ke
berbalik ketika ia berada di depan kerajaan Peranginan bersama suami dan
suaminya. Ia tidak peduli dengan anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa
tubuhnya yang kotor dan cukup hanya Wan Inta sebagai istri yang setia
mengenakan pakaian seadanya saja. mendampingi suaminya dan selalu
Jika keadaan ini tidak dijaga, akan menyertai kemanapun suaminya pergi.
menimbulkan suasana yang kurang Seperti dalam kutipan berikut ini.
harmonis dalam kehidupan berumah Angin mati di tengah hari.
tangga. Hal ini menyebabkan suami tidak Manjungan kenaikan Raja
betah di rumah, ia lebih suka Laksemana dan isterinya Wan
menghabiskan waktunya di luar rumah. Inta serta anak perempuannya
Seharusnya, seorang istri berhias lebih Wan Seri Bani, yang dikawal
ditujukan untuk suami. Keindahan yang oleh dua buah dendang
telah dianugerahkan oleh Allah diberikan terkatung-katung di laut antara
untuk suaminya. Seperti kutipan berikut gugusan Sekanak dan Pulau
ini. Bangka. Layar-layar
Dalam cerita novel Burung Tiung menggelebar lesu. Dari arah
Seri Gading (BTSG) menggambarkan dendang di depan terdengar
citra perempuan dalam peran tradisional. bunyi tambur, tam-tam tam-tam
Tokoh perempuan dalam cerita bernama tam-tam tam-tam, yang
Wan Inta yang berperan sebagai istri Raja disambut oleh bunyi yang sama
Laksemana sekaligus raja Kerajaan dari dengang yang di belakang.
Bintan mencerminkan sebagai seorang Pawang-pawang kapal sibuk
istri yang bisa menyenangkan hati suami. membaca serapah, menggoda
Sebagai seorang istri, wanita harus

161

Madah, Volume 5, Nomor 2, Edisi Oktober 2014


alam agar berbaik hati adalah seorang raja di daerah pulau
mengirimkan angin. Bangka. Kerajaannya bernama
(BTSG, 2009:1) Peranginan. Walaupun dia seorang raja,
tetapi dalam kehidupan rumah tangganya
Wan Seri Bani sangat menginginkan bersama Megat Alang Di Laut, ia
memelihara burung Tiung Seri Gading, berperan sebagai seorang istri yang harus
maka ia meminta kepada ayahnya, Raja mendampingi suami dalam kedaan suka
Laksemana untuk mencari dan maupun duka. Wan Sinari sangat sedih
menangkap burung itu. Pergilah Raja melihat suaminya meninggal di medan
Laksemana ke hutan untuk berburu pertempuran melawan Raja Laksemana.
Burung Tiung Seri Gading. Di tengah Dia mengangkat jenazah suaminya dan
hutan Raja Laksemana ditikam dengan meletakkannya di lantai. Kesedihan
tombak oleh Hari dan atas perintah kehilangan seorang suami yang sangat
Megat Alang Di Laut. Sesampainya di dicintainya dan suami yang setia
halaman istana Peranginan, Raja mendampingi dalam menjalankan roda
Laksemana jatuh tersungkur. Melihat pemerintahan di Kerajaan Peranginan.
suaminya yang luka parah di bagian Seperti kutipan berikut ini.
perutnya, Wan Inta bergegas Tak disadari oleh lelaki itu
menghampiri dan menolong suaminya. badannya melurut tiang
Hal ini menunjukkan bahwa Wan Inta tempatnya bersandar, disangga
sebagai istri sangat sedih melihat dengan hati-hati oleh kedua
suaminya yang terluka parah. Sebagai belah tangan isterinya, perlahan-
istri Wan Inta bisa merasakan kesakitan lahan diletak-kannya di lantai.
ataupun penderitaan yang dialami oleh Wan Sinari lalu duduk
suaminya. Citra perempuan yang bertimpuh, mengangkat badan
tergambar di sini adalah citra perempuan Megat Alang Di Laut dan
sebagai istri yang setia mendampingi memeluknya erat-erat, seerat-
suami dalam keadaan duka dan suka. eratnya, seperti hendak
Seperti dalam kutipan berikut ini. menyatukan badan dan jiwanya
Anak itu berlari ke luar begitu dengan badan dan jiwa lelaki
ayahnya melepaskan tangan itu.
yang memegang bahunya.Wan (BTSG, 2009:172)
Inta menerpa ke arah Raja
Laksemana. Ditahannya badan Citra perempuan sebagai istri yang
suaminya yang hampir tunduk dan taat terhadap perintah suami.
tersungkur. ―Burung Tiung Seri Ketaatan dan kepatuhan seorang istri
Gading!‖ seru perempuan itu.‖ terhadap suaminya merupakan gambaran
―Ya, Burung Tiung Seri istri yang ideal dan menjadi dambaan
Gading!‖ balas Raja bagi para suami. Seorang istri akan
Laksemana. ―Akhirnya hinggap senantiasa menempatkan ketaatan kepada
juga dia di tubuhku ini.‖ suami di atas segala-galanya. Tentu saja
Dengan lembut Raja Laksemana bukan ketaatan dalam kedurhakaan
melepaskan pegangan tangan kepada Allah, karena tidak ada ketaatan
Wan Inta dari kedua bahunya.Ia dalam maksiat kepada Allah. Ia akan taat
mencoba menegakkan badan kapanpun, dalam situasi apapun, senang
dengan susah payah. dan susah, lapang dan sempit, suka atau
(BTSG, 2009:166) duka. Ketaatan istri seperti ini sangat
besar pengaruhnya dalam menumbuhkan
Tokoh perempuan lain dalam novel cinta dan memelihara kesetiaan suami,
tersebut adalah Wan Sinari. Wan Sinari sedangkan perbuatan yang tidak disukai

162

Madah, Volume 5, Nomor 2, Edisi Oktober 2014


oleh sang suami, maka seorang suami baik keluarga. Apabila kehormatan dan
berkewajiban melarang istrinya untuk nama baik suami sebagai kepala rumah
tidak melakukan perbuatan tersebut. tangga tercemar, maka tercemar juga
Dalam cerita Burung Tiung Seri Gading, kehormatan dan nama baik keluarga itu.
citra perempuan seperti itu tergambar Jadi, tugas seorang istri tentu saja akan
dalam diri Wan Inta. Walaupun Wan Inta semakin berat karena setiap perkataan,
menjadi raja di kerajaan Bintan, tetapi ia perbuatan, pemikiran, serta tingkah
tunduk terhadap perintah suaminya, Raja lakunya harus dijaga supaya kehormatan
Laksemana. Raja Laksemana me- dan nama baik suami serta keluarganya
merintahkan kepada Wan Inta untuk tetap baik di tengah masyarakat.
mempersiapkan seluruh pasukan karena Dalam cerita Burung Tiung Seri
malam itu juga mereka semua akan Gading, dapat diamati melalui tokoh
pulang ke kerajaan Bintan. Hati Wan Inta perempuanya, yaitu Wan Sinari. Wan
sedih mendengar perintah tersebut karena Sinari menyanggah tuduhan Raja
tidaklah mungkin pulang kembali ke Laksemana yang ditujukan kepada
kerajaan Bintan, sedangkan Raja suaminya, Megat Alang di Laut. Raja
Laksemana, suaminya dalam keadaan Laksemana menuduh Megat Alang di
luka parah di bagian perutnya. Adapun Laut telah bersekongkol dengan Haridan
yang dikhawatirkan Wan Inta adalah luka untuk membunuhnya. Pada waktu
yang diderita oleh Raja Laksemana akan berburu di hutan untuk menangkap
bertambah parah dalam perjalanan, burung tiung seri gading, tiba-tiba
karena perjalanan yang akan ditempuh Haridan menikam Raja Laksemana dari
tersebut memerlukan waktu yang lama belakang. Raja Laksemana terluka di
dan melalui lautan yang belum bisa bagian perut, tetapi luka itu tidak berhasil
diperkirakan cuacanya baik atau buruk. membuat Raja Laksemana meregang
Meskipun hatinya bergolak, sebagai nyawa. Kematian Raja Laksemana
seorang istri, ia mengikuti saja apa yang memang diinginkan Wan Sinari, karena
telah diperintahkan oleh suaminya. dengan kematian Raja Laksemana, Wan
Seperti kutipan berikut ini. Sinari menjadi satu-satunya orang yang
―Wan Inta!‖ katanya. ―Katakan akan menguasai kerajaan Bintan.
kepada semua orang kita agar siap Percobaan pembunuhan itu juga telah
berangkat pulang ke Bintan malam dilakukannya terhadap Wan Inta. Namun
ini juga. Tak sudi aku mayatku mengalami kegagalan, Wan Inta bisa
berkubur di sini.‖ disembuhkan dengan memberikan
Wan Inta bimbang sebentar. Lalu menawar racun. Rencana pembunuhan
membalikkan badannya bergegas terhadap Raja Laksemana telah
keluar. Patung batu tinggal dua. direncanakan oleh Wan Sinari bersama
Megat dan Wan Sinari. Keduanya Megat Alang di Laut dengan menyuruh
tak beranjak dari tempat mereka Haridan sebagai eksekutornya. Tuduhan
berdiri tadi. Raja Laksemana itu benar. Akan tetapi,
(BTSG, 2009:167) sebagai seorang istri yang harus menjaga
kehormatan dan nama baik dari
Budaya Melayu yang menganut suaminya, maka tuduhan itu
hubungan kekerabatan berdasarkan disanggahnya. Kebohongan harus
patriarkal. Dalam kekerabatan seperti itu, dilakukan oleh Wan Sinari demi
seorang istri harus bisa menjaga membela kehormatan dan nama baik
kehormatan dan nama baik suami. Hal suaminya. Perannya sebagai perempuan
ini tidak saja dilakukan oleh seorang istri pendamping suami harus bisa
untuk suaminya, tetapi juga berguna menyelamatkan suaminya dari tindakan
untuk menjaga kehormatan dan nama yang akan mencelakakan suaminya. Wan

163

Madah, Volume 5, Nomor 2, Edisi Oktober 2014


Sinari tidak ingin rakyat kerajaan rumah tangga akan bertambah dengan
Peranginan mengetahui hal yang hadirnya seorang anak di tengah-tengah
sebenarnya, bahwa yang dituduhkan Raja mereka. Anak sebagai buah dari cinta
Laksemana itu benar adanya. Wan Sinari kasih suami-istri harus dijaga dan dirawat
juga tidak menginginkan suaminya dengan baik.
dikatakan sebagai orang jahat dan Keluarga merupakan lembaga sosial
pembunuh. Demi menjaga kehormatan terkecil dan besar peranannya bagi
dan nama baik suaminya tetap bersih di kesejahteraan sosial anggota-anggotanya,
mata rakyatnya, maka kebohongan itu terutama anak-anak. Keluarga merupakan
harus terus ditutupinya. Walaupun lingkungan sosial terpenting bagi
akhirnya, suaminya Megat Alang di Laut perkembangan dan pembentukan
meninggal dalam medan pertempuran kepribadian anak. Keluarga juga
melawan Raja Laksemana, seperti dalam merupakan tempat bimbingan dan latihan
dalam kutipan berikut. anak sejak bayi hingga dewasa.
Tak disadari oleh lelaki itu Dalam kehidupan berumah tangga,
badannya melurut tiang sosok perempuan akan berperan ganda
tempatnya bersandar, disangga yaitu sebagai istri, dan apabila ia telah
dengan hati-hati oleh kedua belah mempunyai anak akan berperan sebagai
tangan isterinya, perlahan-lahan ibu. Peranan perempuan sebagai ibu
diletakkan di lantai. Wan Sinari dalam pendidikan anak-anak memegang
lalu duduk bertimpuh, peran yang paling besar pengaruhnya. Di
mengangkat badan Megat Alang tangan ibu, terletak keberhasilan
di Laut dan memeluknya erat- pendidikan anak-anaknya, Walaupun
erat, seerat-erat, seperti hendak demikian, peranan seorang bapak tidak
menyatukan badan dan jiwanya dapat diabaikan begitu saja. Peranan
dengan badan dan jiwa lelaki itu. penting seorang ibu terhadap anak-
(BTSG, 2009:172) anaknya, terutama pada masa balita.
Dalam cerita Burung Tiung Seri
Anak itu melihat Megat di Laut Gading tokoh perempuan yang berperan
terlentang di haribaan Wan Sinari. sebagai ibu yaitu Wan Inta. Citra
Dia maju selangkah dan perempuan sebagai ibu yang penuh
memandang Megat dengan panik. dengan kelembutan, kesabaran, dan kasih
Tangan Megat Alang di Laut sayang tergambar melalui tokoh Wan Inta
terangkat ke atas.Ranting di tangan terhadap anaknya, Wan Seri Bani.
Wan Seri Bani terlepas jatuh tepat Citra perempuan sebagai ibu
di atas dada Megat. Dan Tangan mengharuskan Wan Inta dapat menjadi
lelaki itu jatuh terkulai. Mata teladan bagi anaknya. Perempuan yang
terbelalak, terus memandang muka berperan sebagai ibu dalam budaya
Megat, anak itu mundur selangkah. Melayu harus bisa menjadi model yang
Tabir gantung, pintu menggelebar baik dan pemberi stimulasi bagi
ditiup angin. Gong, nafiri, dan perkembangan anak.Peran ibu sebagai
tambur dari perahu Bintan pemuas kebutuhan anak sangat besar
terdengar ayup. artinya. Terutama ketika anak dalam
(BTSG, 2009:176) masa ketergantungan total kepada ibunya
saat yang berlangsung dari periode anak–
2.1.2 Citra Perempuan sebagai Ibu anak sampai menjelang dewasa. Wan
Perempuan yang telah diikat dengan Seri Bani adalah anak seorang raja.
perkawinan akan mendambakan Dalam pemenuhan kebutuhan fisiknya
mempunyai anak sebagai buah dari cinta yaitu makan, minum dan pakaian sangat
mereka. Kebahagiaan sebuah bahtera tergantung pada Wan Inta sebagai

164

Madah, Volume 5, Nomor 2, Edisi Oktober 2014


ibunya. Dalam mengasuh anak semata Wan Sinari mengusap-usap
wayangnya, Wan Inta dibantu oleh para rambut Wan Seri Bani sambil
dayang istana. Untuk urusan makan, tersenyum manis dan menjeling
minum, mandi, dan berpakaian kepada adiknya Wan Inta.
diserahkan sepenuhnya kepada para Dengan manja anak itu
dayang istana. Akan tetapi, apabila Wan melanjutkan celotehnya.
Seri Bani tidak mau diurus oleh para (BTSG, 2009:31)
dayang istana, maka Wan Inta turun
tangan mengurus semua kebutuhan yang Bimbingan dan tuntunan seorang ibu
diperlukan anaknya, sedangkan sangat dibutuhkan oleh anak-anak
kebutuhan fisik lainnya yang berupa terutama dalam masa perkembangannya.
tempat tinggal, telah disediakan oleh Bimbingan dan tuntunan dari ibu inilah
Wan Inta, yaitu di istana Bintan. Wan yang akan menyelamatkan anak-anak
Seri Bani merasa aman dan nyaman dari langkah atau jalan yang salah,
tinggal di istana Bintan bersama dengan sedangkan dalam cerita tersebut
kedua orang tuanya, Wan Inta dan Raja bimbingan dan tuntunan seorang ibu
Laksemana.Peran Wan Inta sebagai ibu dilakukan oleh tokoh perempuan yang
harus bisa menghadirkan suasana yang bernama Wan Inta. Wan Inta sebagai ibu
aman dan nyaman bagi anak-anaknya. memberikan bimbingan berupa nasihat
Peran ibu dalam keluarga yaitu kepada Wan Seri Bani untuk tidak
memberikan pendidikan sosial. meminta menangkap burung Tiung Seri
Pendidikan sosial akan akan diperoleh Gading. Wan Inta mempunyai firasat
anak dari kelompok di luar lingkungan buruk yaitu Raja Laksemana akan
keluarganya. Dalam pemenuhan mendapat celaka apabila Raja Laksemana
kebutuhan ini, peran ibu yaitu pergi berburu ke hutan untuk menangkap
memberikan kesempatan bagi anak untuk burung itu. Mendengar nasihat ibunya,
bersosialisasi dengan orang lain di luar maka Wan Seri Bani mengurungkan niat
keluarga inti. Sebagai seorang anak dari menangkap burung itu.Rasa sayang Wan
raja, dalam bermain Wan Seri Bani selalu Seri Bani kepada ayahnya membuat
ditemani oleh para dayang istana. Namun iamengurungkan keinginannya memiliki
demikian, Wan Inta membiarkan Wan burung Tiung Seri Gading. Seperti dalam
Seri Bani bermain dengan Wan Sinari kutipan berikut ini.
tanpa adanya pengawalan yang ketat dari ―Maukah kau tukar ayahmu
istana. Hal ini dilakukan supaya Wan Seri dengan burung tiung seri
Bani lebih mengenal secara dekat dengan gadingi itu?‖Tanya Wan Inta
orang lain di luar keluarga inti. Dengan dengan suara yang diatur mula-
demikian, Wan Seri Bani belajar untuk mula rendah, dan makin lama
bersosialisasi dengan orang lain. Seperti makin tinggi.
dalam kutipan berikut ini. ―Tidak, bunda,‖ jawab anaknya.
Wan Seri Bani berlari ―Maukah kau mendapat burung
mendekati Wan Sinari. Anak ini itu dan ayahmu binasa
menarik lengan baju perempuan karenanya?‖
itu sambil berkata, ―Endaku, Wan Seri Bani terlonjak
selama beberapa hari di sini, mendengar kata-kata ibunya dan
setiap pagi saya melihat seekor langsung menjawab, ―Tidak,
burung sangat molek hinggap di bunda!‖
dahan dekat tingkap itu, Dengan suara lebih tinggi kata
berjambul kuning dan merah Wan Inta lagi,
dadanya.‖

165

Madah, Volume 5, Nomor 2, Edisi Oktober 2014


―Maukah kau mendapat burung mas kawin setempurung emas.
itu dan ayahmu binasa Setempurung emas tetaplah
karenanya?‖ setempurung emas yang
(BTSG, 2009:36) menjadi mas kawin orang
Bintan. Cuma tempurungnya
2.1.3 Citra Perempuan sebagai ada yang besar, ada pula
Pemimpin tempurung nyiur kotai yang
Pemimpin adalah seseorang yang sedikit sekali isinya.Semua itu
menggunakan kemampuannya, sikapnya, disesuaikan dengan harkat,
nalurinya, dan ciri-ciri kepribadiannya derajat dan tingkat dalam
yang mampu menciptakan suatu keadaan, masyarakat.
sehingga orang lain yang dipimpinnya (BTSG, 2009:63)
dapat saling bekerja sama untuk
mencapai tujuan. Sosok pemimpin yang penuh
Sosok pemimpin dalam cerita novel tanggung jawab dan tegas dalam bersikap
Burung Tiung Seri Gading dapat diamati terdapat dalam diri Wan Inta. Hal ini
melalui tokoh Wan Inta dan Wan Sinari. menepis adanya anggapan bahwa
Kedua perempuan tersebut masing- perempuan itu tidaklah mampu untuk
masing memerintah di sebuah kerajaan. bersikap tegas dalam menghadapi dan
Wan Inta menjadi raja di kerajaan Bintan, memutuskan suatu permasalahan yang
sedangkan Wan Sinari menjadi raja di timbul. Perempuan cenderung penuh
kerajaan Peranginan. emosional dan sedikit menggunakan
Dalam menjalankan roda logika sehingga keputusan yang
pemerintahannya Wan Inta dibantu oleh dihasilkan selalu diwarnai dengan emosi.
suaminya, Raja Laksemana. Di bawah Wan Inta selalu meminta nasehat kepada
kepemimpinan Wan Inta, rakyat di Raja Laksemana atau penasihat kerajaan
kerajaan Bintan menjadi makmur dan sehingga tepat dalam mengambil
hidup sejahtera. Hal ini disebabkan Wan keputusan.
Inta sebagai seorang raja sangat Di bawah kepemimpinan Wan Inta,
memperhatikan rakyat yang dipimpinnya. kerajaan Bintan dalam kondisi yang
Seperti dalam kutipan berikut ini. selalu aman, sehingga rakyat hidup dalam
Para pengelana mengatakan suasana yang tenang tanpa mempunyai
Bintan sebuah negeri yang rasa was-was dan rasa takut. Pasukan
makmur karena parit-parit di kerajaan akan selalu siap mengamankan
sepanjang tembok kota selalu kerajaan dari para penjahat yang akan
kering bersih, orang-orang biasa membuat onar atau mengacaukan
berpakaian sutera, pada rumah- kerajaan. Walaupun diperintah oleh
rumah di ujung kampung seorang raja perempuan, tetapi musuh-
penghuninya menghadap musuh kerajaan tidak berani menyerang
hidangan dalam pinggan kerajaan Bintan, karena kerajaan Bintan
mangkuk porselin dan bukan dilengkapi dengan pasukan yang sangat
pinggan dari kayu dan mngkuk kuat.
kulit kerang. Dari beberapa Tokoh perempuan lainnya yang
rumah yang didiami orang Cina, menjadi pemimpin dalam cerita novel
ada asap hijau harum tersebut adalah Wan Sinari. Kegigihan
membumbung naik: bau candu dalam memimpin kerajaan Peranginan di
yang sama harganya dengan pulau Bangka menjadikan kerajaan
emas. Dan penduduk asli pulau tersebut mengalami kemajuan yang
itu baru dapat kawin kalau pesat.Bandar yang dahulu sepi, maka di
pengantin lelaki memberikan bawah kepemimpinan Wan Sinari

166

Madah, Volume 5, Nomor 2, Edisi Oktober 2014


berubah menjadi sebuah Bandar yang 2.2.Ketidakadilan Gender
ramai disinggahi orang. Rakyat yang 2.2.1 Stereotip
hidup di kerajaan Peranginan pun Pembagian peran antara perempuan
kehidupannya semakin makmur. dan laki-laki ke dalam wilayah domestik
Sifat Wan Sinari yang ambisius dan publik berpangkal adanya penilaian
membuat dia tidak pernah puas dengan negatif terhadap kaum perempuan.
apa yang telah dicapainya. Bahkan Wan Persepsi sosial bahwa kaum laki-laki
Sinari mampu untuk menghalalkan segala sebagai pribadi yang kuat, jantan,
cara demi tercapai ambisinya. Salah satu penanggung jawab ekonomi keluarga,
rasional, dan sebaliknya perempuan
ambisi terbesarnya yaitu menguasai
adalah sosok manusia yang lemah
kerajaan Bintan. Padahal, kerajaan Bintan lembut, sentimental, tidak rasional yang
telah diperintah oleh adiknya sendiri, pada akhirnya melahirkan stereotip yang
Wan Inta. Pada waktu Wan Inta dan bisa melahirkan ketidakadilan gender.
keluarganya berkunjung ke kerajaan Kategori laki-laki dan perempuan,
Peranginan, Wan Sinari memberi dengan semua atribut dan peran yang
minuman yang telah dicampur dengan melekat padanya, bukanlah konstruksi
racun, tetapi niat jahatnya untuk alamiah, melainkan produk sejarah.
membunuh Wan Inta tidak berhasil. Wan Dalam novel Burung Tiung Seri
Inta berhasil disembuhkan dengan Gading melalu tokoh Wan Inta dapat
diamati bahwa walaupun Wan Inta adalah
memberikan penawar racun. Akhirnya,
seorang raja dari kerajaan besar yang
Wan Sinari melakukan rencana yang bernama Bintan, tetapi pekerjaan
kedua yaitu membunuh Raja Laksemana. domestik seperti merawat anak dan
Rencana itupun gagal juga, Raja melayani suami tidak dapat begitu saja
Laksemana masih hidup walaupun lepas dari dirinya. Pekerjaan tersebut
perutnya luka akibat tusukan pisau oleh masih dilakukannya apabila anak
Haridan atas perintah Wan Sinari. Sifat tunggalnya yang bernama Wan Seri Bani
serakah adalah sifat yang tidak baik dan tidak mau dirawat oleh para dayang
sifat yang seharusnya tidak dimiliki oleh istana. Kelakuan anak seperti itu masih
seseorang yang menjadi pemimpin. Sifat dalam batas kewajaran mengingat usia
Wan Seri Bani yang masih kanak-kanak
yang demikian akan merugikan dan
sehingga masih memerlukan perhatian
membahayakan orang lain. Sifat tersebut yang ekstra dari ibunya. Pekerjaan
akan membuat orang tidak dapat lagi domestik lain yang masih juga dilakukan
berpikir jernih, akibat dari sifat yang Wan Inta yaitu melayani suaminya, Raja
demikian orang akan cenderung untuk Laksemana. Hal ini disebabkan oleh Wan
melakukan apa saja tanpa memper- Inta adalah seorang istri dari Raja
timbangkan orang lain yang akan menjadi Laksemana. Perannya sebagai istri inilah
korban dari keserakahannya. Seperti yang tidak dapat melepaskan dirinya dari
kutipan di bawah ini. pekerjaan untuk melayani dan
―Megat Alang di Laut!‖ kata menyenangkan hati suami. Akibat adanya
Wan Sinari dengan suara penstereoritipan inilah, maka Wan Inta
perlahan tapi jelas. ―Alat-alat harus tetap melakukan pekerjaan ganda
kebesaran ini akan menjadi yaitu pekerjaan yang harus dilakukan di
milik kita kalau kau dapat ranah publik dan pekerjaan yang harus
membalaskan sakit hatiku, dilakukan di ranah domestik. Seperti
menebus Maluku!‖ kutipan berikut ini.
(BTSG, 2009:103) Wan Seri Bani tentu selalu
melihat ibunya mematut diri di

167

Madah, Volume 5, Nomor 2, Edisi Oktober 2014


depan cermin. Kakak katakan, yang membuat Wan Inta dan Wan Sinari
itu dilakukannya karena Wan tidak dapat mengambil keputusan sendiri,
Inta sangat sayang kepada tetapi mereka harus juga
suaminya.‖ mempertimbangkan usulan-usulan yang
(BTSG, 2009:33) diberikan oleh para suaminya. Seperti
kutipan di bawah ini.
2.2.2 Subordinasi ―Biarlah adikmu yang menjadi
Subordinasi atau penomorduaan raja perempuan di Bintan ini,
adalah sikap, anggapan, atau tindakan ―katanya kepada Wan Sinari.
masyarakat yang menempatkan ―Bersama suaminya, dia akan
perempuan pada posisi yang lebih rendah berhasil menyemarakkan negeri
dan tidak penting. Dalam relasi sosial, ini. Kau harus membangun
kaum perempuan tersubordinasi oleh rantau sepi menjadi negeri.‖
faktor-faktor yang dikonstruksikan secara (BTSG, 2009:80).
sosial yang kemudian termanifestasikan Sirih besar yang terbuat dari
dalam bentuk diskriminasi seperti dalam emas Melayu seukuran nyiru
pekerjaan. Anggapan bahwa perempuan penampi padi, bertuliskan huruf-
itu memiliki sifat irrasional atau huruf yang hanya diketahui
emosional mengakibatkan perempuan maknanya oleh pawing-pawang
tidak cakap untuk menjadi pemimpin. sakti dan pendeta bahasa,
Anggapan tersebut menjadikan posisi diserahkan oleh mak inang
pekerjaan perempuan menjadi lemah. Dang Kuntum kepada Wan Inta
Adapun jenis pekerjaan yang berkaitan , di depan jenazahayahnya dib
dengan fungsi-fungsi reproduksi alai penghadapan. Sahlah dia
dianggap lebih rendah dan menjadi yang menjadi raja perempuan di
subordinasi dari pekerjaan produksi. Bintan. Setelah meratus hari
Wan Inta menjadi raja di kerajaan kematian sang ayah, dia akan
Bintan karena adanya faktor keturunan. menjadi isteri Raja Laksemana.
Raja Sulaiman, ayah, Wan Inta sudah tua, (BTSG, 2009:81)
maka tahta kerajaan diserahkan kepada
Wan Inta. Wan Inta dianggap pantas oleh 3. Simpulan
Raja Sulaiman untuk menggantikan Citra perempuan sebagai istri, ibu,
dirinya. Dibandingkan dengan kakak dan pemimpin yang tercermin dalam
kandungnya Wan Sinari. Wan Sinari novel Burung Tiung Seri Gading
diberikan juga daerah kekuasaan yaitu di menggambarkan bahwa perempuan
kerajaan Peranginan di pulau Bangka. dalam perannya sebagai istri dan ibu
Kedua pemimpin perempuan tersebut belum bisa lepas dari kewajiban yang
dalam masa pemerintahannya dapat mengharuskannya bekerja di sektor
membuktikan bahwa perempuan itu dapat domestik sebagai suatu bentuk
dan pantas untuk menjadi pemimpin. pengabdian seorang istri kepada suami
Kerajaan yang mereka pimpin menjadi dan keluarga, sedangkan citra perempuan
maju dan rakyat hidup dalam sebagai pemimpin menggambarkan
kemakmuran. pemimpin yang bertanggung jawab, adil,
Wan Inta dan Wan Sinari perempuan tegas, dan amanah, sehingga negeri yang
adalah perempuan-perempuan yang dipimpinnya mengalami kemajuan dan
melakukan pekerjaan di sektor publik rakyat pun makmur dan sejahtera dalam
yaitu sebagai raja yang memimpin sebuah hidupnya. Hal ini menepiskan sebuah
kerajaan dan di sektor domestik karena anggapan bahwa perempuan tidak bisa
peran mereka sebagai istri dan menjadi pemimpin karena perempuan
ibu.Pekerjaan di sektor domestik inilah

168

Madah, Volume 5, Nomor 2, Edisi Oktober 2014


adalah manusia yang emosional, dan
irrasional.
Perbedaan gender melahirkan
ketidakadilan gender dalam bentuk
stereotip dan subordinasi. Perempuan
distereotip sebagai makhluk yang lemah
sehingga kehadiran laki-laki sebagai
makhluk yang kuat sangat dibutuhkan
sebagai pelindung. Subordinasi yang
menempatkan perempuan dalam kelas
dua dalam masyarakat mejadikan
perempuan tidak terlepas dari pekerjaan
yang bergerak di dalam rumah.

Daftar Pustaka

Ruthven. 1984. Feminist Literary


Studies:An Introduction.Australia:
Cambridge University Press.
Culler, Jonathan. 1993. On
Deconstruction: Theory and
Criticism after Structuralisme.
London and Harley: Routledge and
Kagen Paul.
Herusatoto. 2004. Seks Para Leluhur.
Yogyakarta: Tinta.
Junus, Hasan. Burung Tiung Seri Gading.
Pekanbaru: Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Riau.
Kartono, Kartini. 1992. Psikologi Wanita.
Bandung: Mandar Maju.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005.
Jakarta: Balai Pustaka.
Fakih, Mansour. 2001. Analisis Gender
dan Transformasi Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

169

Madah, Volume 5, Nomor 2, Edisi Oktober 2014


170

Madah, Volume 5, Nomor 2, Edisi Oktober 2014

Anda mungkin juga menyukai