1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap sebagai salah satu
profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik
di dunia maupun di Indonesia.
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan
menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang. Saat ini
perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif. Perawat menjalankan fungsi
dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika,
pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan
1.2 Tujuan Penulisan Makalah
Untuk mengetahui/ menjelaskan peran dan fungsi perawat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik
dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang
diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat
atau memelihara. Harlley Cit ANA (2000) menjelaskan pengertian dasar seorang perawat yaitu
seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang
karena sakit, injury dan proses penuaan dan perawat Profesional adalah Perawat yang
bertanggungjawab dan berwewenang memberikan pelayanan Keperawatan secara mandiri dan
atau berkolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya.(Depkes
RI,2002).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam
praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan
oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara profesional sesuai
dengan kode etik profesional.
Fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi
dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada.
Fungsi Perawat dalam melakukan pengkajian pada Individu sehat maupun sakit dimana
segala aktifitas yang di lakukan berguna untuk pemulihan Kesehatan berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki, aktifitas ini dilakukan dengan berbagai cara untuk
mengembalikan kemandirian Pasien secepat mungkin dalam bentuk Proses Keperawatan yang
terdiri dari tahap Pengkajian, Identifikasi masalah (Diagnosa Keperawatan), Perencanaan,
Implementasi dan Evaluasi.
3
2.2 Peran Perawat
Dipandang dari keamanan
Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada
klien yang mengalami masalah terkait dengan ketidakterpenuhinya kebutuhan keamanan.
Adapun peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan .
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan
kedudukan dan system, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat
maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan.
1. Pemberi Asuhan Keperawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali
kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan
kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi,
spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien dan keluarga klien
dengan menggunakan energi dan waktu yang minimal. Selain itu, dalam perannya sebagai
pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan perawatan dengan memperhatikan
keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai
dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatannya dilakukan dari yang sederhana
sampai yang kompleks.
2. Pembuat Keputusan Klinis
Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk memberikan
perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berfikir kritis melalui proses
keperawatan. Sebelum mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi
klien, pemberian perawatan, dan mengevaluasi hasil, perawat menyusun rencana tindakan
dengan menetapkan pendekatan terbaik bagi klien. Perawat membuat keputusan sendiri atau
berkolaborasi dengan klien dan keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja
sama, dan berkonsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan profesional lainnya (Keeling
dan Ramos,1995).
4
3. Pelindung dan Advokat Klien
Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi
klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta melindungi klien
dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostic atau
pengobatan. Contoh dari peran perawat sebagai pelindung adalah memastikan bahwa klien
tidak memiliki alergi terhadap obat dan memberikan imunisasi melawat penyakit di
komunitas. Sedangkan peran perawat sebagai advokat, perawat melindungi hak klien
sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak-haknya
bila dibutuhkan. Contohnya, perawat memberikan informasi tambahan bagi klien yang
sedang berusaha untuk memutuskan tindakan yang terbaik baginya. Selain itu, perawat juga
melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau
tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-hak klien.
Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang
meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak
atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi
akibat kelalaian.[A.Aziz Alimul hidayat,2007]. Sebagai contoh, perawat memberikan
informasi tambahan bagi klien yang sedang berusaha untuk memutuskan tindakan yang
terbaik baginya (Potter & Perry, 2005).
4. Manager Kasus
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas anggota
tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika mengatur kelompok
yang memberikan perawatan pada klien. Berkembangnya model praktik memberikan
perawat kesempatan untuk membuat pilihan jalur karier yang ingin ditempuhnya. Dengan
berbagai tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran sebagai manajer asuhan
keperawatan atau sebagai perawat asosiat yang melaksanakan keputusan manajer (Manthey,
1990). Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab
asuhan dan mengawasi tenaga kesehatan lainnya.
5
5. Rehabilitator
Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal setelah
sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Seringkali
klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah kehidupan mereka. Disini,
perawat berperan sebagai rehabilitator dengan membantu klien beradaptasi semaksimal
mungkin dengan keadaan tersebut. (Potter & Perry, 2005).
6. Pemberi Kenyamanan
Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan harus ditujukan
pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka memberikan kenyamanan dan
dukungan emosi seringkali memberikan kekuatan bagi klien sebagai individu yang memiliki
perasaan dan kebutuhan yang unik. Dalam memberi kenyamanan, sebaiknya perawat
membantu klien untuk mencapai tujuan yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan
emosi dan fisiknya.[Potter&Perry,2005]
Peran sebagai pemberi kenyamanan, merupakan merawat klien sebagai seorang
manusia, merupakan peran tradisional dan historis dalam keperawatan dan telah berkembang
sebagai sesuatu peran yang penting dimana perawat melakukan peran baru. Sebagai
pemberi kenyamanan, perawat sebaiknya membantu klien untuk mencapai tujuan yang
terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya (Potter & Perry, 2005).
7. Komunikator
Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesama perawat
dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Dalam memberikan
perawatan yang efektif dan membuat keputusan dengan klien dan keluarga tidak mungkin
dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Kualitas komunikasi merupakan factor yang
menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga dan komunitas. (Potter & Perry,
2005).
8. Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data tentang
kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai apakah
klien memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran.
Perawat menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
klien serta melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya keluarga dalam pengajaran yang
6
direncanakannya. Misalnya, ketika perawat mengajarkan cara menyuntikkan insulin secara
mandiri pada klien yanng diabetes (Potter & Perry, 2005).
9. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi
pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam
penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
10. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan
perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.[A.Aziz Alimul,2007]
11. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien tehadap
informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
12. Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.
7
2.3 Fungsi Perawat
Definisi fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya.
Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. Dalam menjalankan perannya,
perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya:
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam
melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan
kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain),
pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan
kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi
dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini
biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer
ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di
antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan
membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan
keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat
diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter
dalam memberikan tindakan pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan
reaksi onat yang telah diberikan.
Peranan perawat sangat menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab untuk
memelihara dan mengelola asuhan keperawatan serta mengembangkan diri dalam meningkatkan
mutu dan jangkauan pelayanan keperawatan
.
8
Saatnya Perawat Terjun ke Dunia Politik
Akhir – akhir ini banyak masalah yang melanda profesi keperawatan, ini berkaitan dengan
tidak adanya seseorang perawat yang menjadi pemegang kebijakan baik di eksekutif maupun
legislatif. Disamping itu juga disinggung mengenai undang–undang keperawatan yang sampai
kini belum juga terselesaikan karena tidak adanya keterwakilan seorang perawat dalam posisi
tersebut.
Arti politik secara umum adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam Negara.
Disebutkan juga bahwa politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara
konstitusional maupun nonkonstitusional. Dalam teori politik menunjuk pada kemampuan untuk
membuat orang lain melakukan sesuatu yang tidak dikehendakinya.
Untuk melembagakan demokrasi diperlukan hukum dan perundang-undangan dan perangkat
struktural yang akan terus mendorong terpolanya perilaku demokratis sampai bisa menjadi
pandangan hidup. Karena diyakini bahwa dengan demikian kesejahteraan yang sesungguhnya
baru bisa dicapai, saat tiap individu terlindungi hak-haknya bahkan dibantu oleh Negara untuk
bisa teraktualisasikan, saat tiap individu lain sesuai dengan norma dan hukum yang berlaku.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan seorang perawat dalam berperan secara aktif maupun
pasif dalam dunia politik. Mulai dari kemampuan yang harus dimiliki dalam bidang politik
hingga talenta yang harus dimiliki mengenai “Sense of Politic”. Dalam wilkipedia Indonesia
disebutkan bahwa seseorang dapat mengikuti dan berhak menjadi insan politik dengan mengikuti
suatu partai politik , mengikuti ormas atau LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Maka dari hal
tersebut seseorang berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik
guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh UUD dan perundangan
hukum yang berlaku. Dari hal tersebut, perawat yang merupakan bagian dari insan perpolitikan
di Indonesia juga berhak dan berkewajiban ikut serta dan mengambil sebuah kekuasaan demi
terwujudnya regulasi profesi keperawatan yang nyata. Dari hal tersebut juga terlihat bahwa
perawat dapat memperjuangkan banyak hal terkait dengan umat maupun nasib perawat itu
sendiri.
Pentingnya dunia politik bagi profesi keperawatan adalah bahwasanya dunia politik
bukanlah dunia yang asing, namun terjun dan berjuang bersamanya mungkin akan terasa asing
bagi profesi keperawatan. Hal ini ditunjukkan belum adanya keterwakilan seorang perawat
dalam kancah perpolitikan Indonesia. Tidak dipungkiri lagi bahwa seorang perawat juga rakyat
Indonesia yang juga memiliki hak pilih dan tentunya telah melakukan haknya untuk memilih
wakil-wakilnya sebagai anggota legislatif namun seakan tidak ada satu pun suara yang
menyuarakan hati nurani profesi keperawatan. Tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja,
karena profesi kita pun membutuhkan penyampaian aspirasi yang patut untuk didengar dan
diselesaikannya permasalahan yang ada, yang tentunya akan membawa kesejahteraan rakyat
seluruh profesi keperawatan. Sulitnya menjadikan RUU Keperawatan seringkali dikaitkan
dengan tidak adanya keterwakilan seorang perawat di badan legislatif sana.
Menjadi bagian dari dunia perpolitikan di Indonesia, diharapkan seorang perawat mampu
mewakili banyaknya aspirasi dan menyelesaikan permasalahan yang ada di profesi keperawatan
salah satunya seperti yang disebutkan diatas yaitu mengenai bagaimana meregulasi pendidikan
keperawatan yang hasil akhirnya diharapkan tercapainya kualitas perawat bisa dipertanggung
jawabkan.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang perawat sehingga mampu terjun ke dunia
politik. Salah satu yang paling umum dilakukan adalah mendukung salah satu partai politik.
9
Partai politik ini akan menjadi motor penggerak pembawa di kancah perpolitikan Indonesia.
Banyak partai yang menawarkan posisi legislatif, ada partai yang melakukan pengkaderan dari
awal yang mampu menyiapkan calon-calon legislatif dari embrio yang akan diberikan suntikan
ideologi dari partai tersebut, ada juga partai yang memberikan kesempatan kepada siapa saja
yang siap untuk berjuang bersama-sama mendukung partainya dan menjadi calon legislatif.
Organisasi Keperawatan, Partai Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi
keperawatan tingkat nasional yang merupakan wadah bagi semua perawat Indonesia, yang
didirikan pada tanggal 17 Maret 1974. Menurut catatan yang ada sebelum PPNI, telah terdapat
beberapa macam organisasi keperawatan. PPNI pada awalnya terbentuk dari penggabungan
beberapa organisasi keperawatan, seperti: IPI (Ikatan Perawat Indonesia), PPI (Persatuan
Perawat Indonesia), IGPI (Ikatan Guru Perawat Indonesia), IPWI (Ikatan Perawat Wanita
Indonesia).
Setiap orang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang syah dapat
mendaftarkan diri sebagai anggota PPNI dan semua mahasiswa keperawatan yang sedang belajar
dapat disebut calon anggota. PPNI setiap 4 tahun sekali menyelenggarakan musyawarah
nasional. Dalam musyawarah ini selain pengurus pusat juga hadir para pejabat dan pengurus
cabang. Berbagai masalah keperawatan dibahas dalam MUNAS tersebut yang kemudian
memberikan hasil yang berupa rekomendasi atau keputusan organisasi.
Untuk mempertahankan dan mengembangkan profesi, maka organisasi profesi keperawatan
harus melakukan 5 fungsi, yaitu:
1. Definisi dan pengaturan professional melalui penyusunan dan penentuan standar pendidikan
dan praktik bagi perawat umum dan spesialis. Pengaturan dapat ditempuh melalui pemberian
izin praktik (lisensi), sertifikat, dan akreditasi. Pengaturan juga dapat dilakukan melalui
adopsi kode etik dan norma perilaku (Styles, 1983).
2. Pengembangan dasar pengetahuan untuk praktik dalam komponen luas dan sempit.
Sumbangan utama untuk pengembangan ilmu keperawatan telah diberikan oleh berbagai
ahli teori. Tujuan utama teori keperawatan adalah netralisasi ilmu keperawatan. Tantangan
bagi para perawat di masa depan adalah menggerakkan pertanyaan dan memformulasikan
teori dari teori yang telah dipublikasikan ini dan kemudian melakukan uji hipotesa melalui
penelitian keperawatan. Karena hanya penelitian yang dapat menentukan manfaat suatu
teori, penelitian memberikan sumbangan utama bagi pengembangan pengetahuan
keperawatan.
3. Transmisi nilai-nilai, norma, pengetahuan, dan keterampilan kepada anggota profesi untuk
diterapkan dalam praktik. Fungsi ini dilakukan melalui pendidikan para perawat dan
berbagai proses sosialisasi.
4. Komunikasi dan advokasi tentang nilai-nilai dan sumbangsih bidang garap kepada
masyarakat dan konstitusi. Fungsi ini menuntut organisasi perawat untuk berbicara pada
perawat dari suatu posisi kesepakatan luas. Penting bagi perawat untuk berpartisipasi secara
aktif dalam penyusunan UU dan kebijakan pemerintah.
5. Memperhatikan kesejahteraan umum dan sosial anggota. Fungsi ini dilakukan oleh
organisasi perawat dimana organisasi perawat ini memberikan dukungan moral dan sosial
bagi anggota untuk menjalankan peranannya sebagai tenaga profesional dan mengatasi
masalah profesional anggotanya.
Pada akhir makalah ini kami ingin lebih menegaskan bahwasannya politik harusnya
disikapi secara serius oleh semua pihak agar perawat Indonesia ke depan lebih siap untuk
berkompetisi di era globalisasi. Semua pihak yang terkait harus segera bersinergi dalam rangka
10
menciptakan perbaikan dan perubahan untuk menciptakan sistem yang lebih baik, pihak – pihak
tersebut antara lain adalah: Pemerintah Swasta, Organisasi profesi (PPNI) Lembaga pendidikan
Perawat dan calon perawat.
Ada beberapa hal yang menurut kami perlu segera dilakukan agar perbaikan keperawatan
di Indonesia dapat segera tercapai, antara lain: Pengesahan UU Praktek Keperawatan,
Pembentukan Nursing Council (Nursing Board), Reformasi sistem pendidikan keperawatan
Indonesia, Peningkatan fungsi organisasi profesi.
11
6. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan
SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/1986, tanggal 4
November 1986, tentang jabatan fungsional tenaga keperawatan dan sistem kredit point.
Dalam sistem ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau naik
pangkatnya setiap dua tahun bila memenuhi angka kredit tertentu.
Sistem ini menguntungkan perawat, karena dapat naik pangkatnya dan tidak tergantung
kepada pangkat/golongan atasannya.
7. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan
1) UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992, merupakan UU yang banyak memberi kesempatan
bagi perkembangan termasuk praktik keperawatan profesional karena dalam UU ini
dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan maupun perlindungan
hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.
2) Beberapa pernyataaan UU Kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan
pembuatan UU Praktik Keperawatan adalah :
a) Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi dan hak-
hak pasien ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
b) Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan
atau melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidang keahlian dan kewenangannya
c) Pasal 53 ayat 4 menyatakan tentang hak untuk mendapat perlindungan hukum bagi
tenaga kesehatan.
Namun kenyataannya sampai sekarang UU praktek keperawatan belum juga disahkan.
12
tulis), dan Dia mengajarkan kepada manusia segala apa yang tidak diketahuinya. (QS al-Alaq:
3-5).
Melalui ayat ini Allah menyuruh mempelajari alam semesta beserta segenap organisme dan
anorganisme yang ada di dalamnya dengan nama dan kemuliaan Tuhan, melalui baca tulis,
eksperimen, penelitian, diagnonis, dsb. Ini terbukti dengan semakin banyaknya studi di bidang
kedokteran dan kesehatan, semakin terungkap tanda-tanda kekuasaan Allah terhadap makhluk-
makhluk-Nya.
13
yang hanya mencari untung, politik uang, dan institusi yang tidak melakukan penjaminan mutu
akan output perawat yang di luluskan setiap periodenya. Dengan regulasi pendidikan
keperawatan, semua menjadi terstandarisasi, profesi keperawatan yang mempunyai nilai tawar,
nilai jual, dan menjadi profesi yang dipertimbangkan.
Regulasi kewenangan perawat di lahan klinik tidak kalah pentingnya dengan regulasi
pendidikan, dimana regulasi pendidikan merupakan bagaimana kita melakukan persiapan yang
matang sebelum membuat dan memulai (perencanaan), dimana kita melakukan pembangunan
fondasi yang kokoh dan sistem yang mensupport akan terbentuknya generasi perawat-perawat
yang siap tempur. Regulasi kewenangan perawat dilahan klinik akan menjadikan profesi
keperawatan semakin mantap dalam langkahnya. Kewenangan perawat yang mandiri, terstruktur
dan ranah yang jelas akan menjadikan perawat semakin profesional dan proporsional sesuai
dengan tanggung jawab yang harus dipenuhi. Selain itu, dalam regulasi kewenangan ini di
harapkan tidak terjadi adanya overlap dan salah satu yang paling penting adalah menghindari
terjadinya malpraktik yang kemungkinan dapat terjadi.
14
2. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan tugas
yang dipercayakan kepadanya, kecuali jika diperlukan oleh pihak yang berwenang sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilann keperawatan yang
dimilikinya untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
4. Perawat, dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha dengan penuh
kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit,
umur, jenis kelamin, aliran politik, agama yang dianut, dan kedudukan sosial.
5. Perawat mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien/klien dalam melaksanakan
tugas keperawatannya, serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima
atau mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keperawatan profesional mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut yaitu :
Melaksanakan pelayanan keperawatan profesional dalam suatu sistem pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebijakan umum pemerintah khususnya pelayanan atau asuhan keperawatan
kepada individu, keluarga, kelompok dan komunitas.
Dengan demikian peran dan fungsi perawat itu sangat penting untuk pelayanan
kesehatan, demi meningkatkan dan melaksanakan kualitas kesehatan yang lebih baik.
3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
mengetahui dan memahami peran dan fungsi perawat.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan :
1) Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur
dengan satuan panjang dan berat.
2) Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
3) Perkembangan fisik mencakup pertumbuhan biologis. Misalnya, pertumbuhan otak, otot,
tulang serta penuaan dengan berkurangnya ketajaman pandangan mata dan berkurangnya
kekuatan otot-otot.
4) Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat memberikan pelayanan dari mulai manusia
sebelum lahir sampai dengan meninggal, dalam merawat kasus yang samapun tindakan yang
diberikan akan sangat berdeda karena setiap orang adalah unik, sehingga seorang perawat
dituntut untuk mengerti proses tumbuh kembang.
5) Tumbuh kembang merupakan proses yang dinamis dan terus menerus.
B. SARAN
Mempelajari tentang kebutuhan dasar manusia sangat penting untuk diterapkan dalam
praktik keperawatan. Sebagai perawat, kita harus mengetahui kebutuhan dasar dari pasien,
karena ini merupakan hal yang mendasar yang harus dipenuhi. Kita juga seharusnya bisa
memprioritas kebutuhan yang mana harus dipenuhi terlebih dahulu disamping kebutuhan –
kebutuhan dasar lainnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
BAB I
PENDAHULUAN
20
tindakan perawat yang dilakukan konsisten dengan prinsip-prinsip hukum. Kedua, untuk
melindungi perawat dari liabilitas.
Untuk itu dalam makalah ini akan di bahas tentang kode etik keperawatan dan berbagai
hal yang terkait dengan kode etik tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. apakah pengertian dari etika profesi keperawatan
2. Apakah kode etik keperawatan itu
3. Apa tujuan dan fungsi kode etik keperawatan
4. Apa yang dimaksud kode etik keperawatan menurut PPNI dan ICN
C. Tujuan
1. Dapat memahami pengertian etika profesi keperawatan.
2. Kode Etik Keperawatan
3. Tujuan dan fungsi kode tika keperawatan.
4. Kode etik keperawatan menurut PPNI & ICN
21
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan
David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku, atau standar yang diharapkan dan kriteria
tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pertimbangan pembuatan keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan. Dalam Oxford
Advanced Learner’s Dictionary of Curret English, AS Hornby mengartikan etika sebagai sistem
dari prinsip-prinsip moral atau aturan-aturan prilaku. Menurut definisi AARN (1996), etika
berfokus pada yang seharusnya baik salah atau benar, atau hal baik atau buruk. Sedangkan
menurut Rowson, (1992).etik adalah Segala sesuatu yang berhubungan/alasan tentang isu moral.
Moral adalah suatu kegiatan/prilaku yang mengarahkan manusia untuk memilih tindakan
baik dan buruk, dapat dikatakan etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang
dapat dipertanggung jawabkan (Degraf, 1988). Etika merupakan bagian dari filosofi yang
berhubungan dengan keputusan moral menyangkut manusia (Spike lee, 1994). Menurut
Webster’s “The discipline dealing with what is good and bad and with moral duty and
obligation, ethics offers conceptual tools to evaluate and guide moral decision making”.
Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa etika merupakan pengetahuan moral
dan susila, falsafah hidup, kekuatan moral, sistem nilai, kesepakatan, serta himpunan hal-hal
yang diwajibkan, larangan untuk suatu kelompok/masyarakat dan bukan merupakan hukum atau
undang-undang. Dan hal ini menegaskan bahwa moral merupakan bagian dari etik, dan etika
merupakan ilmu tentang moral sedangkan moral satu kesatuan nilai yang dipakai manusia
sebagai dasar prilakunnya. Maka etika keperawatan (nursing ethics) merupakan bentuk ekspresi
bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode
etik keperawatan.
22
B. Pengertian Etika Profesi Keperawatan
Etik atau ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang artinya adat, kebiasaaan,
perilaku, atau karakter. Sedangkan menurut kamus webster, etik adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Dari pengertian di atas, etika adalah
ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam
masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku
yang benar, yaitu :
1. Baik dan buruk
2. Kewajiban dan tanggung jawab (Ismani,2001).
Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum. Pertama, etik mengacu pada metode
penyelidikan yang membantu orang memahami moralitas perilaku manuia; yaitu, etik adalah
studi moralitas. Ketika digunakan dalam acara ini, etik adalah suatu aktifitas; etik adalah cara
memandang atau menyelidiki isu tertentu mengenai perilaku manusia. Kedua, etik mengacu pada
praktek, keyakinan, dan standar perilaku kelompok tertentu (misalnya : etik dokter, etik
perawat).
Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak
manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi.
Moral, istilah ini berasal dari bahasa latin yang berarti adat dan kebiasaan. Pengertian
moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan “standar perilaku” dan
nilai-nilai” yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat di mana ia
tinggal.
Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta menjadi suatu
kebiasaan didalam masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu bentuk perbuatan yang nyata.
23
2003). Dengan tujuan utama adanya kode etik keperawatan adalah memberikan perlindungan
bagi pelaku dan penerima praktek keperawtan.
Kode etik profesi disusun dan disahkan oleh organisasi profesinya sendiri yang akan
membina anggota profesinya baik secara nasional maupun internasional. (Rejeki, 2005). Konsep
etik yang merupakan panduan profesi merupakan tanggung jawab dari anggota untuk
melaksanakannya. Profesi keperawatan sebagai salah satu profesi yang professional dan
mempunyai nilai-nilai atau prinsip moral dalam melakukan prakteknya maka kode etik sangatlah
diperlukan. Perawat sebagai anggota profesi keperawatan hendaknya menjalankan kode etik
keperawatan yang telah di buat dengan sebaik-baiknya dengan tetap memegang teguh dan selalu
dilandasi oleh nilai-nilai moral profesionalnya. (Misparsih,2005).
Etika keperawatan memberikan keputusan tentang tindakan yang diharapkan benar-benar
tepat atau bermoral. Etika keperawatan sebagai pedoman menumbuhkan tanggung jawab atau
kewajiban bagi anggota tentang hak-hak yang diharapkan oleh orang lain. Anggota profesi
mempunyai pengetahuan atau keterampilan khusus yang dipergunakan untuk membuat
keputusan yang mempengaruhi orang lain. (Samporno, 2005). Etika profesi keperawatan
merupakan practice discipline dan sebagai implementasinya diwujudkan dalam asuhan praktik
keperawatan. Perawat harus membiasakan diri untuk sepenuhnya menerapkan kode etik yamg
ada sebagai gambaran tanggungjawabnya dalam praktik keperawatan.
25
PPNI di Jakarta pada tangal 29 November 1989. Kode etik keperawatan Indonesia tersebut
terdiri dari 4 bab dan 16 pasal yaitu:
a. Bab 1: terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
individu,keluarga, dan masyarakat.
b. Bab 2: terdiri dari lima pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap tugasnya.
c. Bab 3: terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap sesama
perawat dan profesi kesehatan lain.
d. Bab 4: terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap profesi
keperawatan.
e. Bab 5: terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
pemerintah,bangsa,dan tanah air.
a. Tanggung Jawab Perawat terhadap Klien
Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, atau komunitas,
perawat sangat memerlukan etika keperawatan yang merupakan filsafat yang mengarahkan
tanggung jawab moral yang mendasar terhadap pelaksanaan praktik keperawatan, dimana inti
dari filsafat tersebut adalah hak danmartabat manusia. Karena itu, fokus dari etika keperawatan
ditujukan terhadap sifat manusia yang unik. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan
masyarakat, di perlukan peraturan tentang hubungan dengan perawat dengan masyarakat, yaitu
sebagai berikut:
1) Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada tanggung jawab yang
bersumber dari adanya kebutuhan terhadap keperawatan individu,keluarga,dan masyarakat.
2) Perawat, dalam melaksanakan pengabdian di bidang keperawatan, memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,adat istiadat, dan kelangsungan hidup beragama
dari individu,keluarga, dan masyarakat.
3) Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu,keluarga, dan masyarakat,
senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.
4) Perawat menjalin hubungan kerja sama dengan individu,keluarga, dan masyarakat, khususnya
dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada
umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat.
26
b. Tangung Jawab Perawat terhadap Tugas
1) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat.
2) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.
3) Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan untuk tujuan yang
bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
4) Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh
kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur,
jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut, dan kedudukan sosial.
5) Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam melaksanakan
tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau
mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.
27
d. Tanggung Jawab Perawat terhadap Profesi Keperawatan
a) Mematuhi semua peraturan RS dengan hubungan hukum antara dengan pihak RS.
b) Mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak rumah sakit
c) Memenuhi hal-hal yang telah disepakati / perjanjian yang telah dibuatnya.
d) Memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan batas
kewenangannya atau otonomi profesi.
e) Menghormati hak-hak klien atau pasien.
f) Merujuk klien atau pasien kepada perawat lain atau tenaga kesehatan lain yang mempunyai
keahlian atau kemampuan yang lebih baik.
g) Memberikan kesempatan kepada klien/pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan
keluarganya dan dapat menjalankan ibadah sesuai dengan agama atau keyakinannya
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan pelayanan kesehatan.
h) Bekerjasama dengan tenaga medis/tenaga kesehatan lain yang terkait dalam memberikan
pelayanan kesehatan/asuhan kebidanan kepada klien/pasien.
i) Memberikan informasi yang adekuat tentang tindakan keperawatan atau kebidanan kepada
klien/pasien dan atau keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya.
j) Membuat dokumen asuhan keperawatan secara akurat dan berkesinambungan.
28
k) Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan sesuai standar profesi keperawatan dan
kepuasan klien/pasien.
l) Mengikuti IPTEK keperawatan secara terus menerus.
m) Melakukan pertolongan darurat sebagai tugas perikemanusiaan sesuai dengan batas
kewenangannya.
n) Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien/pasien bahkan juga setelah
klien/pasien tersebut meninggal, kecuali jika diminta keterangannya oleh yang berwenang.
1) Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar-perawat, klien/pasien, teman sebaya,
masyarakat dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan sendiri maupun hubungannya
dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
2) Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan yang
tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.
3) Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan secara tidak
adil oleh institusi maupun masyarkat.
4) Merupakan dalam menyusun kurikulum pendidikan keperawatan agar dapat menghasilkan
lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.
29
5) Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai/pengguna tenaga keperawatan akan
pentingnya skap professional dalam melaksanakan tugas praktik keperawatan.
30
3) Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan /atau keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat, perawat mengikutsertakan kelompok dan instansi terkait.
31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan sebagai suatu profesi bertanggung jawab dan bertanggunggugat atas
pelayanan / asuhan keperawatan yang diberikan. Oleh sebab itu pemberian pelayanan / asuhan
keperawatan harus berdasarkan pada landasan hukum dan etika keperawatan. Standar asuhan
keperawatan di Indonesia sangat di perlukan untuk melaksanakan praktek keperawatan,
sedangkan etika keperawatan telah diatur oleh organisasi profesi, hanya saja kode etik yang
dibuat masih sulit dilaksanalan dilapangan karena bentuk kode etik yang ada masih belum
dijabarkan secara terinci dan lengkap dalam bentuk petunjuk teknisnya.
Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap perilaku yang dapat di pertanggung
jawabkan, etik bicara tentang hal yang benar dan hal yang salah dan di dalam etik terdapat nilai-
nilai moral yang merupakan dasar dari perilaku manusia (niat). Prinsip-prinsip moral telah
banyak diuraikan dalam teori termasuk didalamnya bagai mana nilai-nilai moral dalam
profesikeperawatan. Penerapan nilai moral professional sangat penting dan sesuatu yang
tidakboleh ditawar lagi dan harus dilaksanakan dalam praktek keperawatan.
Setiap manusia mempunyai hak dasar dan hak untuk berkembang, demikian juga sebagai
pasien penerima asuhan keperawatan mempunyaihak yang sama walaupun sedang dalam kondisi
sakit. Demikian juga perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan mempunyai hak dan
kewajiban masing-masing. Kedua-duanya mempunyai hak dan kewajiban sesuai posisinya.
Etika merupakan pengetahuan moral dan susila, falsafah hidup, kekuatan moral, sistem
nilai, kesepakatan, serta himpunan hal-hal yang diwajibkan, larangan untuk suatu
kelompok/masyarakat dan bukan merupakan hukum atau undang-undang. Dan hal ini
menegaskan bahwa moral merupakan bagian dari etik, dan etika merupakan ilmu tentang moral
sedangkan moral satu kesatuan nilai yang dipakai manusia sebagai dasar prilakunnya.
B. Saran
1. Pentingnya membuat standar praktek keperawatan yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan.
2. Perlunya peraturan atau perundang-undangan yang mengatur dan sebagai bentuk pelindungan
hukum baik pemberi dan penerima praktek keperawatan
32
3. Kode etik di Indonesia yang sudah ada perlu didukung dengan adanya perangkat-perangkat
aturan yang jelas agar dapat dilaksanakan secara baik dilapangan.
4. Keputusan etik perlu diambil dengan hati-hati dan saling memuaskan dan tidak merugikan bagi
pasien, maka perlu dibentuk komite etik disetiap Rumah Sakit dan bila perlu disetiap ruang ada
yang mengawasi dan mengontrol pelaksanaan etik dalam praktek keperawatan.
5. Perlunya sosialisai yang luas tentang kode etik profesi keperawatan dan bila perlu diadakan
pelatihan yang bersifat review tentang etika keperawatan secara periodic dan tidak terbatas.
6. Penyelesaian yang terbaik bila terdapat kasus etik, seperti pada kasus Ny.M, penting adanya
bentuk koordinasi dan kolaborasi yang jelas antara tim pengelola pasien dan kasus tersebut dapat
diselesaikan didalam tim/komite etik yang ada di Rumah Sakit bersangkutan.
33
DAFTAR PUSTAKA
34