Panduan Haji PDF
Panduan Haji PDF
آﻣﻨُﻮا اﺗﱠـ ُﻘﻮا اﷲَ َﺣ ﱠﻖ ﺗُـ َﻘﺎﺗِِﻪ َوَﻻ ﺗَ ُﻤﻮﺗُ ﱠﻦ ﱠإﻻ َوأَﻧْـﺘُ ْﻢ ُﻣ ْﺴﻠِ ُﻤﻮ َن
َ َﻳﻦ ِ ﻳﺎ أَﻳﱡـﻬﺎ اﻟﱠ
ﺬ َ َ
“Hai orang‐orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar‐benarnya taqwa
dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Islam.” (QS. Ali ‘Imran : 102)
ِ ِﱠ
ﻠﺢ ﻟَ ُﻜ ْﻢ أَ ْﻋ َﻤﺎﻟَ ُﻜ ْﻢ
ْ ﺼ ْ ُ ﻳ.آﻣﻨُﻮا اﺗﱠـ ُﻘﻮا اﻟﻠﱠﻪَ َوﻗُﻮﻟُﻮا ﻗَـ ْﻮًﻻ َﺳﺪﻳ ًﺪا َ ﻳﻦ َ ﻳَﺎ أَﻳﱡـ َﻬﺎ اﻟﺬ
ًَوﻳَـﻐْ ِﻔ ْﺮ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ذُﻧُﻮﺑَ ُﻜ ْﻢ َوَﻣﻦ ﻳُ ِﻄ ِﻊ اﻟﻠﱠﻪَ َوَر ُﺳﻮﻟَﻪُ ﻓَـ َﻘ ْﺪ ﻓَ َﺎز ﻓَـ ْﻮًزا َﻋ ِﻈﻴﻤﺎ
“Wahai orang‐orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah dengan
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan‐amalanmu & mengam‐
puni bagimu dosa‐dosamu dan barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguh‐
nya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al‐Ahzaab : 70‐71)
Amma ba’du :
2
َو َﺷ ﱠﺮ ْاﻷُُﻣﻮِر،ي ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ
ُ ﻀ َﻞ اﻟ َْﻬ ْﺪ ِي َﻫ ْﺪ
ِ ﻳﺚ ﻛِﺘَﺎب
َ ْ َوإِ ﱠن أَﻓ،اﷲ ُ
ِ َﺻ َﺪ َق اﻟْﺤ ِﺪ
َ ْ ﻓَِﺈ ﱠن أ
ﺿ َﻼﻟَ ٍﺔ ﻓِﻲ اﻟﻨﱠﺎ ِر َ َوُﻛ ﱠﻞ ﺑِ ْﺪ َﻋ ٍﺔ،ُﻣ ْﺤ َﺪﺛَﺎﺗُـ َﻬﺎ
َ َوُﻛ ﱠﻞ،ٌﺿ َﻼﻟَﺔ
“Sesungguhnya sebenar‐benar perkataan adalah Kitabullah, sebaik‐baik petunjuk adalah
petunjuk Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, seburuk‐buruk perkara adalah yang diada‐
adakan dalam agama, setiap yang diada‐adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan
setiap kesesatan itu tempatnya adalah di Neraka.
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah Azza wa Jalla atas segala nikmat dan karunia‐
Nya, shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad
Shallallahu’alaihi wassalam.
Buku yang ada di hadapan pembaca ini adalah buku Panduan Haji dan Umroh berdasarkan Al‐
Qur'an dan As‐Sunnah. Risalah ini menjelaskan dengan singkat dan padat dengan disertai
dalil‐dalil yang shohih baik dari Al‐Qur’an maupun as‐Sunnah tentang tata cara pelaksanaan
ibadah haji dan umroh sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam
dan para Sahabatnya radhiallahu’anhum. Buku ini juga disertai dengan doa‐doa dari al‐Quran
dan Hadits‐Hadits Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam yang shohih dan hasan serta Doa
Pagi dan Sore. Pencantuman doa‐doa tersebut semata‐mata untuk memudahkan para
jama’ah haji untuk memaksimalkan taqarubnya kepada Allah Azza wa Jalla.
Penulis berharap bahwa risalah yang ringkas ini bermanfaat bagi saudara‐saudaraku yang
mengerjakan haji. Buku ini dapat dijadikan sebagai pemandu (muthawwif) haji yang dapat
membantu dalam melakukan segala ibadah yang berkaitan dengan haji sekaligus dapat
sebagai pengingat dan petunjuk apabila lupa. Buku ini dilengkapi dengan pendalilan yang
lengkap dengan menyertakan nomor‐nomor hadits dan sumber buku acuan sebagai bagian
dari keilmiahan dan keotentikan pendalilan sehingga pembaca akan lebih yakin dan tidak ada
keraguan dalam mengikuti materi yang ada di buku ini. Tidak lupa penulis menambahkan
panduan tata cara sholat Jenazah secara ringkas sebagai petunjuk kepada para pembaca
ketika mendapati kesempatan untuk melakukan sholat Jenazah yang sering diadakan di
Masjidil Haram dan Masjid an‐Nabawi.
Penulis senantiasa memohon kepada Allah Yang Maha Pemberi Hidayah dan Taufiq agar
menjadikan buku ini sebagai ilmu yang bermanfaat dan amal ibadah yang diterima disisi‐Nya,
sehingga bermanfaat bagi penulis dan orang‐orang yang mengamalkannya serta semua pihak
yang ikut andil dalam penerbitan dan penyebarannya termasuk didalamnya teman‐teman di
UAE.
Mudah‐mudahan shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Suri Teladan kita Nabi
Muhammad Shallallahu’alaihi wassalam, keluarganya, para Shahabatnya dan orang‐orang
yang mengikutinya dengan baik sampai hari Kiamat.
Abu Dhabi, Senin 4 Agustus 2013/8 Syawal 1435 H
Hamba Allah yang sangat mengharapkan ampunan dan ridho Rabb‐nya
Abu Kayyisa Zaki Rakhmawan
3
ﺻ ـ ـﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳ ـ ـﻠﱠ َﻢ َ
ِ ﻮل
اﷲ َ أَ ﱠن َر ُﺳ ـ ـ: َﻋ ْﻦ أَِﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮَة
( ﺎﷲ َوَر ُﺳ ـ ْﻮﻟِِﻪ ِ ِﺎل ) إِْﳝَﺎ ٌن ﺑ
َ ﻀ ـ ُﻞ ؟ ﻓَـ َﻘ ْ َ ِ
َ َ َ ُﺳ ـﺌ َ ﱡ
ﻓ أ ﻞ ﻤ ﻌ ﻟ
ْ ا ي َ
أ ﻞ ِ
ﻗِْﻴ َﻞ ُﰒﱠ. ( اﷲ ِ ﺎل ) اَ ْﳉِﻬﺎد ِﰲ ﺳﺒِﻴ ِﻞ
َْ ُ َ َ َ َ َ ُ َ ْ ﻗ.
ﻗ ؟ ا ذ ﺎ ﻣ ﰒ
ﱠ ﻞ ﻴِ
( َﻣﺎ َذا ؟ ﻗﺎَ َل ) َﺣ ﱞﺞ َﻣْﺒـُﺮْوٌر
Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, dia berkata, 'Sesungguhnya
Rasulullah Shallalla‐hu'alaihi wassalam pernah ditanya, 'Amalan
apakah yang aling afdhal (utama)? Rasulullah Shallallahu'alaihi
wassalam menjawab, 'Iman kepada Allah dan Rasul‐Nya.' Kemudian
ditanya lagi, 'Lalu apa lagi?', beliau Shallallahu'alaihi wassalam
menjawab, 'Lalu Jihad di jalan Allah.' Ditanya lagi, 'Lalu apa?'
kemudian beliau menjawab, 'Lalu Haji Mabrur.' (HR. Al‐Bukhori no.
26, 1447 dan Muslim no. 83)
Dan maksud dari mabrur adalah yang diterima amalan hajinya dan
tidak tercampuri dengan dosa.1 Pengertian yang lainnya adalah
1
Lihat Syarah Shahih Muslim I/98, cet. Darul Kutub Ilmiyah‐Beirut.
2
Al‐Mustadrak Ala Ash‐Shohihaini oleh Imam Al‐Hakim cet. Dar Ibnu Hazm th. 1428 H.
4
ْ اﻟﻌُ ْﻤَﺮةُ إِ َﱃ اﻟْﻌُ ْﻤَﺮِة َﻛ ﱠﻔـ ـ َﺎرةٌ ﻟِ َﻤـ ـﺎ ﺑَـْﻴـﻨَـ ُﻬ َﻤـ ـﺎ و
اﳊَ ﱡﺞ اﻟْ َﻤْﺒـُﺮْوُر
َﺲ ﻟَﻪُ َﺟﺰاَءٌ إِﻻﱠ اﻟـْ َﺠـﻨﱠﺔ َ ﻴ
ْ ﻟ
َ
umroh sampai umroh (lagi) adalah penghapus (dosa) diantara
(waktu) keduanya. Dan Haji mabrur tidak ada baginya ganjaran
kecuali Surga. (HR. Al‐Bukhori no. 1683 (tercantum dalam Fathul Bari
III/597, Muslim no. 1349 (437) dan Ahmad III/447)
Melaksanakan ibadah haji adalah sebuah perjuangan yang harus
dibekali dengan bekal ilmu maupun harta. Yang dimaksud dengan
bekal ilmu adalah pemahaman tentang tata cara ibadah haji dan
umroh yang sesuai dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu'alaihi
wassalam, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu'alaihi wassalam:
ِ َﻟِﺘَﺄْﺧ ُﺬوا ﻣﻨ
ﺎﺳ َﻜ ُﻜ ْﻢ َ ْ ُ
“Ambillah dariku tata cara manasik haji kalian.”
(HR. Muslim no. 1297, Abu Dawud no. 1970, Ahmad III/301, 318, 332, Abu
Ya’la no. 2144, Al‐Baihaqy V/130. Lihat Irwaa‐ul Ghaliil IV/271 no. 1074)
1. Mengikhlaskan niat dalam melaksanakan ibadah umroh & haji,
semata‐mata karena mengharapkan keridhaan Allah Azza wa
Jalla, bukan keridhaan manusia (gelar/kedudukan dunia). Niat
ikhlas itu harus disertai pula dengan semangat belajar untuk
mendasari setiap amalan hajinya sesuai dengan dalil‐dalil yang
ilmiah lagi shohih dari al‐Qura‐an dan as‐Sunnah as‐Shohihah,
bukan sekedar melakukan sesuatu tanpa dasar ilmu.
2. Memperbanyak do’a dan dzikir kepada Allah dalam setiap
kesempatan ketika melaksakan umroh. Tidak pula membawa
mushaf al‐Quran, untuk dibaca kapan saja ada kesempatan.
Sesuai Sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam:
5
ﻠﻰﻋ اﷲ ﺮ ﻛ
ُ ﺬ
ْ ﻳ ﻢ ﱠ
ﻠ ﺳ و ِ
ﻪ ﻴ ﻠ
َ ﻋ اﷲ ﻰﱠ
ﻠ ﺻ ﱠﱯِﻨاﻟ ن
َ ﺎ ﻛ
َ
َ َ َ ُ َ َ َ َ ْ َ َ ﱡ
َﺣﻴَﺎﻧِِﻪ
ْ ُﻛ ﱢﻞ أ
“Nabi Shallallahu'alaihi wassalam senantiasa berdzikir kepada
Allah dalam setiap saat.” (HR. Muslim no. 373 dan Abu Dawud no.
18.)
3. Meninggalkan wasiat kepada keluarganya.
Seseorang yang melaksanakan ibadah umroh hendaknya me‐
nuliskan wasiatnya sesuai dengan aturan Sunnah Rasulullah
Shallallahu'alaihi wassalam. Tinggalkan wasiat kepada keluarga
yang ditinggalkan supaya mereka bertaqwa kepada Allah dan
tetap istiqamah, supaya mereka tidak melakukan perbuatan
bid’ah (perbuatan yang tidak ada contohnya dari Rasulullah
Shallallahu'alaihi wassalam dalam hal beribadah kepada Allah)
jika Allah nantinya mewafatkannya ketika melaksanakan haji
dan umroh. Lalu tuliskan apa‐apa yang berkaitan dengan hak‐
hak dan kewajiban, tanggungan, hutang‐hutang Anda kepada
orang lain serta meminta kepada keluarga (jika Anda wafat)
supaya mereka membereskan dan menyelesaikan semua hal
tersebut. Sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam:
ﺖ ﻴِ
ﺒ ﻳ ِ ﻣﺎ ﺣ ﱡﻖ اﻣ ِﺮ ٍئ ﻣﺴ ـ ـ ـﻠِ ٍﻢ ﻟَﻪ َﺷ ـ ـ ـﻲء ﻳـﻮ ِﺻ ـ ـ ـﻲ ﻓِﻴ
ﻪ
ُ ْ َ ْ ْ ُْ ٌ ُ ُْ ْ َ َ
ﲔ إِﻻﱠ َوَو ِﺻﻴﱠﺘُﻪُ َﻣ ْﻜﺘُـ ْﻮﺑَﺔٌ ِﻋْﻨ َﺪ ُﻩ
ِ ْ ﻟَْﻴـﻠَﺘَـ
“Tiada hak bagi seorang Muslim yang memiliki sesuatu yang
didalamnya (harus) diwasiatkan, lantas ia bermalam sampai
dua malam melainkan wasiat itu harus (sudah) ditulis olehnya.”
(HR. Bukhori no. 2738, Muslim no. 1627, Abu Dawud no. 2862, Ibnu
Majah no, 2702. Lihat Irwaa‐ul Ghaliil no. 1652).
4. Tidak boleh mengadakan walimatus safar (perayaan/resepsi
untuk acara pemberangkatan umroh/haji). Hal ini karena tidak
6
ada contohnya dari Nabi Shallallahu'alaihi wassalam, dan apa‐
apa yang tidak ada contohnya dari Nabi Shallallahu'alaihi
wassalam maka termasuk perbuatan yang tertolak, sebagai‐
mana sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam
6. Bagi seorang wanita harus menunaikan ibadah haji dan umroh
dengan mahramnya 5 . Jika tidak ada mahram maka dia tidak
boleh menunaikan ibadah haji dan umroh sendirian.
4
HR. Abu Dawud no. 4607, At‐Tirmidzi no. 2676, Ahmad 4/46‐47, dan Ibnu Majah no.
42, 43, 44. Dishahihkan oleh Syaikh al‐Albani dalam Shahih Jamiush Shaghiir no.
2549.
5
Mahram maksudnya adalah suami wanita itu dan setiap orang yang diharamkan
menikahinya dengan pengharaman yang kekal, baik karena hubungan kekerabatan
(ayah, kakek anak laki‐laki, saudara laki‐laki, keponakan, paman dari ayah/ibu),
sepersusuan, atau perkawinan (anak laki‐laki dari suami, mertua laki‐laki, suami
anak perempuan, suami cucu perempuan, suami ibu/suami nenek yang telah
mengumpuli istrinya) Lihat QS. An‐Nisaa: 23, juga Fiqhus Sunnah oleh Sayyid Sabiq
II/351 cet. Al Fath lil I’lam al Arabiy.
8
serta dalam peperangan ini dan itu.” Nabi Shallallahu'alaihi
wassalam berkata, ‘Kembalilah dan berhajilah bersama isteri‐
mu." (HR. Bukhori no. 1862, Muslim no. 1341)
7. Bertaubat secara benar kepada Allah, serta membersihkan diri
dari segala macam dosa dengan cara melepaskan diri dari dosa‐
dosa dan bertekad secara sungguh‐sungguh untuk tidak
mengulanginya.
Sempurnanya taubat apabila terpenuhi syaratnya yaitu:
ﱠﺪ ُم َواْ ِﻹﻗْﻼَعُ َواﻟْ َﻌ ْﺰُم َﻋﻠَﻰ أَﻻﱠ اﻟو اف ﱰ ِ
َ َ ُ َ اْ ِﻹ ْﻋ: ُاﻟﺘـ ْﱠﻮﺑَﺔ
ﻨ
.ُﻳـُ َﻌﺎ ِوَد اْ ِﻹﻧْ َﺴﺎ ُن َﻣﺎ اﻗْـﺘَـَﺮﻓَﻪ
“Seorang dikatakan bertaubat kalau ia mengakui dosa‐dosa‐nya,
menyesal, berhenti dan berusaha untuk tidak mengulangi
perbuatan itu.” 6
Dan apabila berkaitan dengan hak orang lain maka harus me‐
ngembalikannya.
Taubat yang dilakukan hendaknya harus benar tidak seperti
rubah/ pelanduk yang pandai bersiasat, jangan seperti tukang
ibadah musiman. Tetapi tetapkan dan kuatkanlah tekad untuk
me‐ninggalkan segala kemaksiyatan. Mohonlah ketetapan hati
untuk istiqamah dalam taubat kepada Allah. Firman Allah:
ِ ﱠ ِ ِ ﱠ
ﻮﺣﺎ َﻋ َﺴﻰ َرﺑﱡ ُﻜ ْﻢً ُ َْﺼ ﻧ
َ ﺔ
ً ﺑﻮ ـ
َﺗ ﻪ ﻠ اﻟ ﱃ
َ إ ا
ﻮ ُ َ َ ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟ
ﻮﺑُﺗ اﻮُﻨ آﻣ ﻳﻦ ﺬ
ﱠﺎت َْﲡ ِﺮي ِﻣ ْﻦ ٍ أَ ْن ﻳ َﻜﻔﱢﺮ ﻋْﻨ ُﻜﻢ ﺳ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـﻴﱢﺌﺎﺗِ ُﻜﻢ وﻳ ْﺪ ِﺧﻠَ ُﻜﻢ ﺟ ﻨ
َ ْ َُ ْ َ َ ْ َ َ ُ
ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا َﻣ َﻌ ـ ُﻪ ِ َﲢﺘِﻬ ـﺎ ْاﻷَﻧْـﻬ ـﺎر ﻳـﻮم َﻻ ُﳜْ ِﺰي اﻟﻠﱠ ـﻪ اﻟﻨِﱠﱯ واﻟﱠـ
ﺬ
َ َُ ﱠ َ َْ ُ َ َْ
6
Lihat Fat‐hul Baari Syarah Shahih al‐Bukhori (XI/103) al‐Mu’jamul Wasith bab Taa‐
ba (I/90).
9
ﲔ أَﻳْ ِﺪﻳ ِﻬ ْﻢ َوﺑِﺄ َْﳝَﺎ ِِ ْﻢ ﻳَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن َرﺑـﱠﻨَﺎ أ َْﲤِ ْﻢ ﻟَﻨَﺎ
َ ْ ﻮرُﻫ ْﻢ ﻳَ ْﺴ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ َﻌﻰ ﺑَـ
ُ ُﻧ
ﻚ َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ْﻲ ٍء ﻗَ ِﺪ ٌﻳﺮ ﱠ
ﻧ ِ
إ
َ َ ْ َ َﺎ ﻨَﻟ ﺮ ِ ﻧُﻮرﻧَﺎ وا ْﻏ
ﻔ
“Hai orang‐orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah
dengan taubat yang semurni‐murninya, mudah‐mudahan Rabb
kamu akan menutupi kesalahan‐kesalahanmu dan memasuk‐
kan kamu ke dalam surga yang mengalir dibawah‐nya sungai‐
sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan
orang‐orang yang beriman bersama dengan dia; sedang
cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan
mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sem‐
purnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami;
sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS.
at‐Tahrim: 8)
Bagi orang yang hendak berhaji disunnahkan melakukan adab dan
doa ketika hendak dan ketika safar dengan adab dan doa yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam.
ِ َﺗ َﻻ اﻟﱠ ِﺬي اﷲ أَﺳﺘَـﻮِدﻋ ُﻜﻢ
ُ َداﺋِﻌُﻪ َو ﻀْﻴ ُﻊ
ْ َ ُ ُ ْْ
“Aku titipkan kamu sekalian kepada Allah yang tidak akan hilang
titipan‐Nya.” (HR. Ahmad II/403, Ibnu Majah no. 2825. Lihat Silsilah
Ahaadits as‐Shahiihah no. 16)
ﻚ
َ َﻚ َو ﻳَ ﱠﺴـ ـَﺮ ﻟ
َ َ)) َزﱠوَد َك اﷲَ اﻟﺘﱠـ ْﻘ َﻮى َو َﻏ َﻔَﺮ َذﻧْـﺒ
(( ﺖ
َ اﳋَْﻴـَﺮ َﺣْﻴﺜُ َﻤﺎ ُﻛْﻨ
ْ
“Semoga Allah memberikan bekal ketaqwaan kepadamu, semoga
Allah mengampuni dosamu, semoga Allah memudahkan kebaikan
kepadamu dimanapun saja kamu berada.”
hal ini berdasarkan hadits:
ﺻـ ـ ـﻠﱠﻰ
َ ﱢ ِ
ﱠﱯﻨ اﻟ ﱃ َ ِ
َﺟﺎءَ َر ُﺟ ٌﻞ إ: ﺲ َرﺿ ـ ــﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗَ َﺎل ٍ ََﻋ ْﻦ أَﻧ
، ًﱐ أُِرﻳْ ُﺪ َﺳ ـ ـ ـ َﻔﺮا ِ ﻳﺎ رﺳ ـ ـ ـﻮَل: اﷲ ﻋﻠَﻴ ِﻪ و ﺳ ـ ـ ـﻠﱠﻢ ﻓَـ َﻘ َﺎل
اﷲ إِ ْﱢ ْ َُ َ َ َ َ َْ ُ
: ﻓَـ َﻘ َﺎل، ﱐ ِﻓَ ِﺰْد
ْ
(( )) َزﱠوَد َك اﷲَ اﻟﺘﱠـ ْﻘ َﻮى
(( ﻚ َ َ )) َو َﻏ َﻔَﺮ َذﻧْـﺒ: ﻗَ َﺎل... ﱐ ِ ِزْد: ﻗَ َﺎل
ْ
ﻚ اﳋَْﻴـَﺮ َﺣْﻴﺜُ َﻤﺎ َ َ )) َو ﻳَ ﱠﺴَﺮ ﻟ: ﻗَ َﺎل... ﱐ ِ ِزْد: ﻗَ َﺎل
ْ
11
(( ﺖ
َ ُﻛْﻨ
Dari Anas bin Malik radhiallahu'anhu, ia berkata: “Datang
seseorang kepada Nabi Shallallahu'alahi wassalam kemudian ia
bertanya, ’Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku hendak melakukan
safar, maka berikanlah aku bekal!’ Kemudian Nabi Shallallahu'alahi
wassalam menjawab, ‘Semoga Allah memberikan bekal ketaqwaan
kepadamu, kemudian orang itu bertanya lagi, ‘Tambahkanlah lagi
bekal bagiku….” Rasulullah Shallallahu'alahi wassalam menjawab,
‘Semoga Allah mengampuni dosamu.” kemudian orang itu bertanya
lagi, ‘Tambahkanlah lagi bekal bagiku…” Rasulullah Shallallahu'alahi
wassalam menjawab, ‘Semoga Allah senantiasa memudahkan
kebaikan kepadamu dimanapun saja kamu berada.” (HR. Tirmidzi no.
3444, Hakim II/98 disepakati oleh Imam adz‐Dzahabi, Ibnu Hibban no. 2378
(Mawaarid Zham‐aan)).
اَ ْﳊَ ْﻤ ُﺪ ﻟِﻠﱠ ِﻪ ) ُﺳـ ـ ـْﺒ َﺤﺎ َن اﻟﱠ ِﺬ ْي َﺳـ ـ ـ ﱠﺨَﺮ ﻟَﻨَﺎ َﻫ َﺬا َوَﻣﺎ ُﻛﻨﱠﺎ
َوإِﻧﱠﺎ إِ َﱃ َرﺑـﱢﻨَﺎ ﻟَ ُﻤْﻨـ َﻘﻠِﺒُـ ْﻮ َن( اَ ْﳊَ ْﻤ ُﺪ ﻟِﻠﱠ ِﻪ.ﲔ ِﻟَـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ــﻪ ﻣ ْﻘ ِﺮﻧ
َْ ُ ُ
ﷲ ا
َ ﺮ ـ ﺒﻛْ َأ ﷲ ا
َ ﺮ ـ ﺒﻛْ َ
أ ﷲ َا ، ﻪِ ـ ﱠ
ﻠِﻟ ﺪ ـ ﻤﳊْ ا
َ ِ
ﻪ ـ ﱠ
ﻠِﻟ ﺪ ـ ﻤ ﳊ ْ َا
ُ َُ ُ َُ ُ ُ َْ ُ َْ
12
ﺖ ﻧَـ ْﻔ ِﺴـ ْﻲ ﻓَﺎ ْﻏ ِﻔ ْﺮِ ْﱄ ﻓَِﺈﻧﱠ ُﻪ
ُ ْ ْ ﻚإ
ﻤَﻠﻇ
َ ﱐﱢ ِ َ َ ُﺳـْﺒ َﺤﺎﻧ، أَ ْﻛﺒَـُﺮ
ﺖ َ ﱠ ِ ﱡ ِ
َ ْ َ ْ ُ ُ ﻻَ ﻳَـ ْﻐ
ﻧأ ﻻ إ ب ﻮ ـ ﻧﺬ اﻟ ﺮﻔ
“Segala puji hanya milik Allah, ( Maha Suci Rabb yang menun‐
dukkan kendaraan ini untuk kami, sedangkan sebelumnya kami
tidak mampu. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb
kami (di hari Kiamat). Segala puji hanya milik Allah, Segala puji
hanya milik Allah, Segala puji hanya milik Allah, Allah Mahabesar,
Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Mahasuci Engkau, Ya Allah.
Sesungguhnya aku telah menganiaya diriku, maka ampunilah aku,
karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa‐dosa
kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud no. 2602, at‐Tirmidzi no. 3446, al‐Hakim
II/99, Ahmad takhrij Ahmad Syakir no. 753, Lihat Silsilah Ahaadits as‐
Shahiihah no. 1653)
) ُﺳـ ـ ـ ـ ـ ـْﺒ َﺤﺎ َن اﻟﱠ ِﺬ ْي, اﷲُ أَ ْﻛﺒَـُﺮ, اﷲُ أَ ْﻛﺒَـُﺮ,اﷲُ أَ ْﻛﺒَـُﺮ
َوإِﻧﱠﺎ إِ َﱃ َرﺑـﱢﻨَﺎ.ﲔ ِﺳ ـ ﱠﺨﺮ ﻟَﻨَﺎ ﻫ َﺬا وﻣﺎ ُﻛﻨﱠﺎ ﻟَـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ــﻪ ﻣ ْﻘ ِﺮﻧ
َْ ُ ُ ََ َ َ َ
ِﻚ ِﰲ ﺳ ـ ـ ـ ـ َﻔ ِﺮﻧَﺎ َﻫ َﺬا ﱠ
اﻟﱪ َ ﱠ ِ ﱠ ِ
َ َ ْ َ ﻟَ ُﻤْﻨـ َﻘﻠُ ْ َ ُ ﱠ
ُﻟ ﺄ ـ ـ ـ ـ ﺴﻧ ﺎ ﻧ إ ﻢ ﻬ ﻠﻟ
َ ا (نﻮ ـ ﺒ
اﻟَﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َﻫ ﱢﻮ ْن، ﺿ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـﻰ ِ ِ
َ ْ َ َ َ َ َ و،
ﺮ ـ ﺗ ﺎ ـ ﻣ ﻞ ـ ﻤ اﻟﻌ ﻦ ﻣ ى
َ َ َ ﻮ ﻘ
ْ ـﺘ
ﱠ اﻟ
و
13
ﺖ ْ َ
أ ﻢ
ﱠ ﻬﱠﻠﻟ
َ ا ، ﻩﺪ ـ ﻌـ ﺑ ﱠﺎ
ـ ﻨﻋ ﻮِ
َ ُ ُ َ ْ ُ َ َْﻋﻠَْﻴـﻨَـﺎ َﺳ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ َﻔَﺮﻧَـﺎ َﻫـ َﺬا َواﻃ
ـ ﻧ
اﻟَﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ، اﳋَﻠِْﻴـ َﻔﺔُ ِ ْﰲ اﻷ َْﻫ ِﻞ
ْ ﺐ ِﰲ اﻟ ﱠﺴ ـ ـ ـ ـ َﻔ ِﺮ َوُ ﺎﺣِ ﺼـ ـ ـ ـ
ﱠ اﻟ
ﻚ ِﻣ ْﻦ َو ْﻋﺜَ ِﺎء اﻟ ﱠﺴ َﻔ ِﺮ َوَﻛﺂﺑَِﺔ اﻟْ َﻤْﻨﻈَ ِﺮ َو ُﺳ ْﻮِء ِ
َ ُْ ْ إ
ﺑ ذ
ُ ﻮ َﻋ أ ﱐ ﱢ ِ
ﺐ ِﰲ اﻟْ َﻤ ِﺎل َواﻷ َْﻫ ِﻞ ِ َاﻟْﻤْﻨـ َﻘﻠ
ُ
“Allah Maha Besar (3X). Maha Suci Rabb yang menundukkan
kendaraan ini untuk kami, sedangkan sebelumnya kami tidak
mampu. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami
(di hari Kiamat). Ya, Allah! Sesungguhnya kami memohon kebaikan
dan taqwa dalam perjalanan ini, kami memohon per‐buatan yang
meridhokanMu. Ya Allah! Permudahlah perjalanan kami ini, dan
dekatkanlah jaraknya bagi kami. Ya Allah! Engkau‐lah teman dalam
bepergian dan yang mengurusi keluarga(ku). Ya Allah!
Sesungguhnya aku berlindung kepada‐Mu dari kelelahan dalam
bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan per‐ubahan yang
jelek dalam harta dan keluarga”. (HR. Muslim no. 13427, Tirmidzi no.
3444, Abu Dawud no. 2599, Ahmad II/144 dan 150, an‐Nasaa‐i dalam Amalul
Yaum wal Lailah no. 548)
7
Kitabul Hajji Bab Ma Yaquulu Idza Rakiba ilaa Safaril Hajji wa ghairihi/Kitab Haji, Bab Apa
yang diucapkan apabila berkendaraan ketika perjalanan haji atau yang selainnya dari
Shahabat Ibnu Umar radhiallahu’anhuma.
14
Nasaa‐i no. 551 dalam Amalul Yaumi wal Lailah dan Ibnu Sunni no. 526 dari
Shahabat Anas bin Malik)
Disunnahkan membaca doa berikut ini ketika menjelang shubuh:
Apabila singgah di suatu rumah/tempat/kota disunnahkan
untuk mengucapkan do’a :
ِ اﷲ اﻟﺘﱠﺎ ﱠﻣ
ﺎت ِﻣ ْﻦ َﺷﱢﺮ َﻣﺎ َﺧﻠَ َﻖ ِ أَﻋﻮذُ ﺑِ َﻜﻠِﻤ
ِ ﺎت
َ ُْ
“Aku belindung dengan kalimat Allah yang sempurna secara
keseluruh‐an dan dari kejahatan yang telah diciptakan.” (HR. Muslim
no. 2708, Malik II/978 dalam al‐Muwaththa’, at‐Tirmidzi no. 1433, Ahmad
VI/377‐378, ad‐Darimy no. 2683.)
Imam Al‐Bukhori dalam Shohih Al‐Bukhori memberikan judul “Bab
Sholat apabila kembali dari safar” (sebelum hadits no. 443)
Hendaknya bagi para jama’ah haji yang telah selesai ibadah haji‐nya
untuk melakukan beberapa nasehat yang penting berikut ini:
1. Menjadi lebih baik dalam hal tauhid, menjadikan Allah sebagai
satu‐satunya yang berhak diibadahi dengan benar. Tidak boleh
mendatangi dukun, kuburan‐kuburan keramat (untuk meminta
sesuatu hajat), tukang ramal, semua itu termasuk perbuatan
syirik kepada Allah. Allah tidak akan mengampuni orang yang
17
berbuat syirik kepada‐Nya, jika ia meninggal dunia masih dalam
kemusyrikannya dan tidak bertobat. Syirik menghapuskan
pahala segala amal kebaikan. Sehingga amal kebaikan yang ia
himpun dengan susah payah selama ibadah haji dan umroh pun
tidak akan ada artinya sama sekali. Allah berfirman:
18
4. Hendaknya berpegang teguh (iltizam) kepada Sunnah Nabi
Shallallahu'alahi wassalam dengan kuat.
Karena hal tersebut mempunyai faedah yang sangat besar
antara lain:
(Dengan menerapkan sunnah kita akan) sampai kepada
derajat (al‐Mahabbah) kecintaan Allah kepada hamba‐Nya
yang mukmin.
Sebagai penambal kekurangan dari pelaksanaan ibadah yang
wajib.
Pencegahan dari terjatuhnya ke dalam bid’ah.
Sesungguhnya penerapan sunnah merupakan bagian dari
pengagungan terhadap syiar‐syiar Allah. (segala amalan yang
dilakukan dalam rangka beribadah dan tempat‐tempat
mengerjakannya)
5. Hendaknya memelihara dan menjaga keluarga untuk terhindar
dari siksa api neraka. Firman Allah:
ِ ِ ﱠ
ﻮد َﻫﺎُﻗو اﺎر ﻧ
َ
ُ ًَ ْ َْْ َ ﻢ ﻜُ ﻴﻠ َﻫ
أو ﻢ ﻜُ ﺴ ﻔُ َﻧأ اﻮُﻗ ا
ﻮ ُ َ َ اﻟ ﻳَﺎأَﻳـﱡ َﻬﺎ
ﻨ ﻣ آ ﻳﻦ ﺬ
ِﺷ َﺪ ٌاد ِﻏ َﻼ ٌظ ٌ َﻣ َﻼﺋِ َﻜﺔ َﻋﻠَْﻴـ َﻬﺎ ُاﳊِ َﺠ َﺎرة
ْ َو ﱠﺎس
ُ ﻨ اﻟ
ﻳـُ ْﺆَﻣُﺮو َن َﻣﺎ َوﻳَـ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َن أ ََﻣَﺮُﻫ ْﻢ َﻣﺎ َاﻟﻠﱠﻪ ﺼﻮ َن
ُ ﻳَـ ْﻌ َﻻ
‘Hai orang‐orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluarga‐mu
dari api neraka yang bahan bakarnya (terbuat dari) manusia dan
batu, penjaganya adalah malaikat‐malaikat yang kasar lagi keras,
yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperin‐tahkan‐
Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang di‐
perintahkan’ (QS. At‐Tahrim : 6)
Menjaga keluarga dari api neraka mengandung maksud
menasihati mereka agar taat dan bertaqwa kepada Allah,
19
mengajarkan kepada mereka tentang syariat Islam, tentang
adab‐adab. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir tentang Tafsir at‐Tahrim: 6)
6. Tidak mengharap ataupun memaksa kepada orang lain untuk
menyapanya dengan sebutan/gelar haji, Pak Haji, Bu Haji dan
lainnya. Karena hal tersebut termasuk dekat dengan riya’ dan
penyakit hati lainnya serta akan menyebabkan godaan syaitan
yang lebih besar lagi untuk menghapuskan pahala ibadah haji
dan umroh.
7. Hendaknya berusaha keras untuk melaksanakan sunnah‐sunnah
Nabi Shallallahu'alahi wassalam yang sudah diketahui, seperti
adab‐adab makan, tidur, pergi ke masjid, masuk kamar mandi,
memakai pakaian, sandal, masuk rumah, doa pagi dan sore, dan
yang lainnya. Dan juga berusaha untuk mempelajari sunnah‐
sunnah Rasulullah Shallallahu'alahi wassalam yang belum
diketahui.
8. Mengajak keluarga untuk melaksanakan sholat di awal waktu,
merupakan salah satu perintah dari Rasulullah Shallallahu'alahi
wassalam. Allah memerintahkan kita untuk tetap sabar dalam
menunaikan kewajiban ini, termasuk sabar dalam meng‐
ingatkan keluarga (istri dan anak kita) untuk tetap menegak‐
kannya.
ﻚ ِرْزﻗًﺎ ﻟَ
ﺄ ﺴﻧ ﻻ ﺎ ﻬ ـﻴ ﻠ ﻋ ﱪِﻄ اﺻ و ِ
ة ﻼ ﺼ ﺎﻟ ِﺑ ﻚ ﻠ َﻫأ ﺮ ْ
ُ
َ ْ َ َ ْ
َ ْ َ َ َ َ ْ َ ﱠ َ َ ْ ْ ُ َوأ
ﻣ
ﻚ َواﻟْ َﻌﺎﻗِﺒَﺔُ ﻟِﻠﺘﱠـ ْﻘ َﻮىَ َُْﳓ ُﻦ ﻧَـ ْﺮُزﻗ
‘Dan perintahkanlah keluarga kamu (mendirikan) sholat dan
bersabar atasnya (dalam mendirikan sholat)’ Kami tidak meminta
rizki kepada kamu, akan tetapi Kami yang memberikan rizki kepada
kamu dan akibat (hasil) yang baik itu adalah bagi orang‐orang yang
bertaqwa’ (QS. Thaha : 132)
20
Orang yang melakukan haji Tamattu' memiliki dua macam tahapan
pekerjaan:
1. Mengerjakan manasik umroh pada bulan‐bulan haji sebelum
hari Tarwiyah (tanggal 8 Dzulhijjah) dan menunggu datangnya
hari Tarwiyah untuk berihrom melakukan ibadah haji. Umroh
pada haji Tamattu' pelaksanaannya sama dengan umroh biasa,
kecuali pada lafazh talbiyah pada saat awal talbiyah ihrom.
Yaitu:
8
Ada 3 macam haji: a. Haji Qiran – Haji yang diperuntukkan bagi orang yang
mempersembahkan hewan sembelihan (hadyu) yaitu orang yang berihram dengan
niat umrah dan haji sekaligus; b. Haji Ifrad – yaitu seorang berihram dengan niat haji
saja tanpa umrah; c. Haji Tamattu' – yaitu seorang mengerjakan umrah pada bulan‐
bulan haji (Syawal, Dzulqadah, awal Dzulhijjah) lalu bertahallul darinya dan berihram
lagi tanggal 8 Dzulhijjah untuk melakukan haji.
9
Peringatan Penting (Lihat Mukhtashor Manasikul Haj wal Umroh oleh Syaikh Ahmad bin
Abdillah al‐Hana‐i Al‐Emiraty ):
Bagi yang safar dengan menggunakan pesawat ke Jeddah langsung untuk umroh
maka diharuskan untuk melakukan ihram (memakai kain ihrom – laki‐laki‐ dan
membaca lafazh niat ihrom) sebelum melintasi miqat tempat, dan biasanya akan
diumumkan oleh captain pesawat 15 menit sebelum melintasi miqat, maka
setelah pengumuman itu kenakanlah kain ihrom dan berniat ihram 10 menit
setelah pengumumannya, karena biasanya captain pesawat tidak
mengulanginya lagi. Atau boleh kalau dalam keadaan pesawat padat, mengganti
baju ihram sebelum berangkat (di bandara) sambil dirangkap dengan baju biasa.
Setelah ada pengumuman maka kita tinggal menanggalkan baju biasa dan
berniat ihrom.
Perempuan muhrim tidak perlu tawaf apabila sedang haidh dan menunggu
dalam keadaan ihramnya sampai ia kembali suci.
Tidak boleh berjalan melewati orang yang sholat (yang tidak memakai sutroh/
pembatas), dan hendaknya memakai sutroh/pembatas ketika sholat serta
janganlah sholat di jalan (umum) tempat orang melintas.
Tidak mengapa menggaruk gatal yang ada di rambut kepala (sehingga ada yang
rontok), memakai sabuk pinggang, memakai jam tangan maupun kacamata.
Tidak ada tawaf Wada' dalam umrah, tawaf Wada' hanya berlaku ketika haji.
Tidak ada pula tuntunan dari Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam untuk
mengulang‐ulang umrah dengan mengambil miqat dari Tan'im, mengulang
umrah dari Tan'im hanya berlaku bagi wanita haidh yang tercegah dari umrah
kemudian hendak melakukan umrah maka miqatnya boleh dari Tan'im se‐
bagaimana dilakukan oleh Aisyah radhiallahu’anha.
21
ﻻَ ِرﻳَﺎءَ ﻓِْﻴ ِﻪ، اﳊَ ﱢﺞ
ْ ﻚ اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ﻋُ ْﻤَﺮًة ُﻣﺘَ َﻤﺘﱢﻌﺎً َِﺎ إِ َﱃ َ ﻟَﺒﱠـْﻴ
ََوﻻَ ُﲰْ َﻌﺔ
Labbaika Allahumma 'Umratan Muttamatti'an biha ilal
hajj la riyaa fihi wala sum'ata
"Ya Allah, aku penuhi panggilan‐Mu untuk melakukan umroh
yang dilanjutkan dengan haji, tanpa ada riya 10 dan sum'ah."
(Nubdzatut Tahqiq lil Ahkaami Hajjil Baitil Atiq oleh Syaikh Ali bin Hasan al‐
Halabi hal 22)
11
1. Ketika telah sampai miqat (miqat makan/miqat tempat)
10
Riya artinya melakukan suatu amalan dengan tujuan agar dilihat oleh orang lain
sehingga dipuji, sum'ah artinya melakukan suatu amalan dengan tujuan agar di‐
dengar orang lain sehingga dipuji.
11
Miqat makani yaitu tempat‐tempat yang telah ditentukan oleh syari'at untuk
mengawali ihram bagi seseorang yang melakukan umroh atau haji. Ada 5 yaitu: a.
Dzul Hulaifah – miqat bagi penduduk Madinah –nama lainya Bir Ali, 420 km dari
Makkah (GPS: E39 32 33 N24 24 44); b. Al‐Juhfah – miqat bagi penduduk Syam,
Maroko, Mesir dan orang‐orang yang melalui jalan mereka. Sekarang berada dikota
Raabigh 172,1 km dari Makkah (GPS: E39 08 50 N22 42 15); c. Qarnul Manaazil –
miqat bagi penduduk Najed (wilayah timur jazirah Arab) dan orang‐orang yang
melalui jalan mereka, sekarang diberi nama as‐Sail al‐Kabiir 66,4 km dari Makkah
(GPS: E40 25 25 N21 37 51); d. Yalamlam – miqat bagi penduduk Yaman dan orang‐
orang yang melalui jalan mereka, nama sekarang as‐Sa'diyyah 72,8 km dari Makkah
(GPS: E39 52 11 N20 31 01)– inilah miqat bagi orang Indonesia yang bertolak dari
tanah air; e. Dzatu'Irq – miqat bagi penduduk Iraq dan orang‐orang yang melalui
jalan mereka, nama sekarang adalah adh‐Dhariibah 94 km dari Makkah (GPS: E40 25
57 N21 56 05). Ketika umroh, KHUSUS bagi penduduk Makkah atau orang yang
mukim di Tanah Haram harus berihram dari Hill (selain Tanah Haram), seperti di
Ji'raanaah sekitar 35 km dari Makkah (GPS: E39 57 03 N21 34 06) dan Tan’iim sekitar
6‐7 km dari Makkah (GPS: E39 48 08 N21 28 02). Lihat Shohih al‐Bukhori no. 1524
dan Muslim no. 1182. Sedangkan untuk haji boleh miqatnya dari tempat tinggalnya
masing‐masing. Lihat Fathul Bari 3/487 cet. Daarus Salam. Miqat zamani/waktu:
22
Mandi (seperti mandi besar).
Boleh untuk memakai minyak wangi di badan bukan di baju
ihrom!!
Mengenakan pakaian ihram.
Apabila melakukan umroh dari Madinah maka miqatnya
adalah Dzul Hulaifah, disunnahkan untuk melakukan sholat
dua rokaat di masjid Dzul Hulaifah.12
Setelah menaiki/duduk dalam kendaraan13, berniat dalam
hati (ikhlas) kemudian mengucapkan lafazh:
،ﻚ ـﱠﺒﻟ
َ ﻚَﻟ ﻚ ﻳ
ﺮِ
َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ُ ﻚ اﻟﻠ
ﻴ ـ ـ ـ ـ ﺷ ﻻ
َ ﻚ ﻴـﱠﺒﻟ
َ ،ﻚ ﻴـﱠﺒ ﻟ
َ ﻢ
ﱠ ﻬ ﱠ َ ﻟَﺒﱠـْﻴ
َ َ ْ َ ُ ُ َ َ َ ْ َ َْ إ
.ﻚ ﻟ
َ ﻚ ﻳِ
ﺮ ﺷ ﻻ
َ ﻚ ﻠ
ْ ﻤﻟ
ْ ا
و ﻚ ﻟ
َ ﺔ
َ ﻤﻌ ـﻨ
ﱢ اﻟ
و ﺪَ ﻤاﳊ
ْ نﱠ ِ
Labbaika allahumma labbaik, labbaika la syariika laka
labbaik, innalhamda wan ni'mata laka wal mulku la
syariika laka
Aku sambut panggilan‐Mu, ya Allah, aku sambut panggilan‐Mu. Aku
sambut panggilan‐Mu, tiada sekutu bagi‐Mu, aku sambut
panggilan‐Mu. Sesungguhnya segala puji, kenikmatan dan ke‐
rajaan adalah milik‐Mu, tiada sekutu bagi‐Mu.” (HR. Al‐Bukhori no.
1549 dan Muslim no. 1184 (20‐21) dari Ibnu Umar radhiallahu’anhuma)
Setelah membaca doa ini maka apabila kita ditimpa sakit atau
halangan meskipun ritual umroh belum sempurna maka boleh bagi
14
Lihat Nailul Author 9/141.
15
HR. Al‐Bukhori no. 4801 dan Muslim no. 1207 (158).
24
kita untuk melakukan tahalul (penghalalan dari apa‐apa yang
diharamkan ketika kita masih dalam keadaan muhrim – seperti
mencium istri dsb) tanpa harus membayar dam (menyembelih
hewan kurban untuk dishodaqahkan kepada fuqoro yang ada di
Mekah dalam ibadah haji/umroh).
إِ ﱠن،ﻚ
َ ﻚ ﻟَﺒﱠـْﻴ َ ْﻚ ﻻَ َﺷ ِﺮﻳ
َ َﻚ ﻟ َ ﻟَﺒﱠـْﻴ،ﻚ َ ﻚ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ﻟَﺒﱠـْﻴَ ﻟَﺒﱠـْﻴ
.ﻚ ﻟ
َ ﻚ ﻳِ
َ َ ْ ﻚ ﻻَ َﺷ
ﺮ ُ ﻚ َواﻟْ ُﻤ ْﻠ
َ َﱢﻌ َﻤﺔَ ﻟْ اﳊَ ْﻤ َﺪ َواﻟﻨـ
ْ
Labbaika allahumma labbaik, labbaika la syariika laka labbaik,
innalhamda wan ni'mata laka wal mulku la syariika laka
Setelah mengucapkan lafazh labbaika Allahumma Umrotan maka
tidak boleh melakukan larangan‐larangan ihram.17
16
Hal ini berdasarkan dalil:
ْ ﻓَِﺈﻧـﱠ َﻬﺎ ِﻣ ْﻦ ِﺷ َﻌﺎ ِر،َﺻ َﻮاﺗَـ ُﻬ ْﻢ ﺑِﺎﻟﺘﱠـ ْﻠﺒِﻴَ ِﺔ
اﳊَ ﱢﺞ ْ ﻚ ﻓَـ ْﻠﻴَـ ْﺮﻓَـﻌُﻮا أ
َ ََﺻ َﺤﺎﺑ
ْ ُﻣ ْﺮ أ، ﻳَﺎ ُﳏَ ﱠﻤ ُﺪ: ﻓَـ َﻘ َﺎل،ﻳﻞِْ َﺟﺎءِﱐ ِﺟ
ﱪ
ُ َ
“Jibril datang kepadaku kemudian berkata: ‘Wahai Muhammad, perintahkan para
shahabatmu agar mengeraskan suara mereka ketika bertalbiyah, karena se‐
sungguhnya talbiyah termasuk dari syiar ibadah haji.” (HR. Ibnu Majah no. 2923,
Ahmad 5/192 no. 21678, dan Ibnu Hibban (Mawaarid) no. 974, Hadits Shohih lihat
Silsilah Ahaadits ash‐Shohihah no. 830). Hukum mengeraskan suara talbiyah adalah
wajib dan mengeraskan suara berlaku bagi laki‐laki juga perempuan. (Lihat al‐Muhalla
7/93 juga Nailul Author Min Asror muntaqal Akhbar 9/145 tahqiq Muh. Subhi Hasan Halaq, cet.
Dar Ibnul Jauzi 1427 H)
17
Yang dilarang ketika ihrom: jimak, bercumbu, mencium, memandang dengan
syahwat, mencukur rambut kepala (kalau sakit atau ada penyakit di kepala lalu
bercukur maka harus membayar fidyah – memberi makan kepada 6 orang fakir
miskin atau berpuasa selama tiga hari atau menyembelih seekor kambing /domba),
memotong kuku, menikah/menikahkan, membunuh/berburu binatang buruan,
memakan daging binatang buruan dari orang lain yang dia ikut membantu dalam
perburuannya, memakai minyak wangi, berbaju dengan yang berjahit yaitu yang
membentuk lekuk tubuh atau memisahkan anggota badan, menutup kepala
/memakai kopiah, bantah‐bantahan dalam hal yang batil. (Lihat Nailul Author 9/168‐
255)
25
Setelah sampai ke Masjidil Haram, yang harus dilakukan adalah:
1. Tidak ada talbiyah lagi setelah masuk batas tanah Haram18.
2. Berwudhu jika telah batal.
3. Masuk masjid dengan mendahulukan kaki kanan dan berdoa
dengan lafazh:
ِ ﺼﻼَةُ و اﻟ ﱠﺴﻼَم ﻋﻠَﻰ رﺳﻮِل
، اﷲ ﱠ اﻟ
و ِ ﺑِﺴ ِﻢ
اﷲ
ُْ َ َ ُ َ َ ْ
ﻚ ِ
ﺘ ﲪ
ْ ر ابﻮ ـ ﺑَ
أ ﱄِ
َ َ َ َ َ ْ ْ َ ُ اَﻟﻠ
ﺢ ﺘـْﻓ ا ﻢ
ﱠ ﻬﱠ
Bismillahi wassholatu wassalamu 'ala Rasulillahi
Allahummaftahlii Abwaaba rahmatika.
Dengan menyebut Asma Allah, dan shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Rasulullah, “Ya Allah bukalah pintu
rahmat‐Mu untukku” (HR. Muslim no. 713, dan Ibnu Sunni dalam
Amalul Yaum wal Lailah no. 88)
4. Melakukan thawaf.19
Ketika melihat ka'bah maka hendaknya berdoa dengan doa yang
dilakukan oleh Shahabat Umar radhiallahu'anhu yang lafazhnya:
23
Hal ini berdasarkan dalil :
ﺎض ﻓِﻴ ِﻪ ِ ِ
َ َ اﻟﱠﺬي أَﻓ،ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ » َﱂْ ﻳَـ ْﺮُﻣ ْﻞ ِﰲ اﻟ ﱠﺴْﺒ ِﻊ أَ ﱠن اﻟﻨِ ﱠ
َ ﱠﱯ
“Bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wassalam tidak pernah melakukan roml di tujuh
putaran thawaf ifadhoh.” (HR. Abu Dawud no. 2001 dan Ibnu Majah no. 3060,
Shohih lihat Shohih Abi Dawud al‐Umm no. 1746).
28
اﻟﻨﱠﺎ ِر ابﺬَ ﻋ ﺎﻨِوﻗ
َ َ ََ
Rabbana Aatinaa Fiddunya Hasanah wa fil Akhirati
Hasanah Waqinaa 'adzabannar.
“Wahai Rabb kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di Akhirat dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka.”
(HR. Abu Dawud no. 1892, Ahmad III/411. Hadits ini hasan, lihat Shahih
Abi Dawud I/354.)
Kalau orang yang berthawaf itu padat maka doa tersebut boleh
diucapkan secara berulang‐ulang.
Pada putaran ke 6 atau sebelum selesai thawaf atau setelah
selesai thawaf, dianjurkan kepada yang mempunyai kesem-
patan untuk berdoa di Multazam (antara hajar aswad dan pintu
ka'bah) dengan cara menempelkan kedua telapak tangan,
kedua lengan, muka, kedua siku dan dada, berdoa dengan doa
yang bebas.24 Tempat ini adalah termasuk tempat yang makbul
(dikabulkan doa). Hal ini kalau memungkinkan jika tidak dapat
yang demikian itu maka tidak mengapa. Berdoa di multazam
(iltizam) dapat dilakukan ketika selesai umroh yaitu ketika
melakukan Tawaf Sunnah.25
12. Setelah selesai putaran yang ketujuh maka kita harus
mengubah posisi kain dari idthiba' ke posisi semula (dikalung‐
kan kainnya ke kedua pundak)
24
Atsar yang hasan ini riwayat Ibnu Majah no. 2962, disebutkan oleh Syaikh Albani
dalam Silsilah Ahaadits Shohihah no. 2138.
25
Tawaf sunnah adalah tawaf yang dilakukan setelah selesai umroh, caranya sama
dengan tawaf ketika umroh 7x putaran tanpa memakai kain ihrom, tidak ada
idtiba’ juga raml (berlari2 kecil) dan diakhiri dengan sholat dua rokaat dibelakang
ِ َرْﻛﻌﺘ
Maqam Ibrahim. Sebagaimana hadits “ ﺎن
َ َ “ َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ َﺳْﺒ ٍﻊSetiap tawaf tujuh
putaran diakhiri dengan sholat dua rokaat” (HR. Abdir Razaq no. 9012 shohih,
Lihat Manasikul Haj wal Umroh Syaikh Albani no. 112). Imam al‐Bukhori memberi‐
kan nama bab dalam kitab Shohihnya Bab Nabi Shallallahu’alaihi wassalam sholat
dua rakaat untuk 7 kali tawafnya (hadits no. 1623).
29
13. Jika ketika tawaf ada iqamat dikumandangkan maka shalatlah
bersama Imam Masjidil Haram, lalu lanjutkan thawaf dari
tempat shalat Anda.26
14. Pada akhir tawaf (putaran ketujuh) ketika telah tiba kembali di
Hajar Aswad tidak lagi mengusap Hajar Aswad dan tidak pula
memberi isyarat kepadanya. –Tawaf selesai.
15. Menuju maqam Ibrahim.
27
1. Tidak ada perbuatan mengusap maqam Ibrahim.
2. Membaca surat al‐Baqarah : 125 dengan suara yang keras
(cukup terdengar)
26
Lihat Shohih al‐Bukhori Bab Idza Waqafa fit Thawaf (Bab apabila berhenti ketika
thowaf). Dibawah hadits 1622.
27
Tempat berdiri Nabi Ibrahim Alaihis Salam diwaktu membuat Ka'bah.
30
Tentang Sandal, sebaiknya dibawa kemanapun dan apabila
tidak ada tempat yang aman untuk meletakkannya maka
hendaknya diletakkan di tengah kedua kaki ketika sholat28
4. Tidak ada doa lagi.
5. Lalu menuju ke tempat yang telah disediakan air zam‐zam,
minum air zam‐zam dengan doa apa saja, boleh melakukan doa
seperti yang dicontohkan Shahabat Abdullah bin Abbas
radhiallahu'anhuma29
ﺎء ﻔ
َ ِ
ﺷ و ﺎ ﻌ ِ
اﺳو ﺎ
ً ﻗ
ز ِ
ر و ﺎ ﻌ ِ
ﻓَﺎ ﻧ ﺎ ﻤ ﻠ
ْ ِ
ﻋ ﻚ ﻟ
َُﺄَﺳ أ ﱐﱢ ِ
إ ﻢ
ﱠ ﻬ ﱠ
ﻠ اﻟ
ً َ ً َ ْ َ ً ً َ ْ ُ
ِﻣ ْﻦ ُﻛ ﱢﻞ َد ٍاء
Allahumma Inni Asluka 'ilman naafi'an wa rizqaan
waasi'an wa syifaan min kulli daain.
28
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi wassalam:
ﺼ ﱢﻞ ﻓِﻴ ِﻬ َﻤﺎ ﻴِ ﻟِﻴﺠﻌ ْﻠﻬﻤﺎ ﺑـﲔ ِرﺟﻠَﻴ ِﻪ أَو ﻟ،إِ َذا ﺻﻠﱠﻰ أَﺣ ُﺪ ُﻛﻢ ﻓَﺨﻠَﻊ ﻧَـﻌﻠَﻴ ِﻪ ﻓَ َﻼ ﻳـﺆِذ ِِﻤﺎ أَﺣ ًﺪا
َ ُ ْ ْ ْ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ َ ُْ ْْ َ َ ْ َ َ
"Apabila salah seorang di antara kalian shalat dengan melepaskan kedua
sandalnya, janganlah mengganggu orang lain dengannya, hendaklah dia
meletakkan kedua sandalnya di antara kedua kakinya atau dia shalat dengan
menggunakan keduanya." (HR. Abu Dawud no. 655, dishohihkan Syaikh Al‐Albani,
lihat Shohih Abi Dawud (Al‐Umm) no. 662)
ُﻟَﻪ بِ
ﺮ ﺷ ﱂِ زﻣﺰم ﻣﺎء
َ ُ َ ََ َْ ُ َ
“Air zam‐zam itu tergantung dari tujuan orang yang me‐
minumnya.” (HR. Ibnu Majah no. 3062, shahih dari Jabir bin Abdillah.
Lihat Irwa'ul Ghalil IV/320)
Lalu diguyurkan kepalanya dengan air zam‐zam (jika memungkinkan)
6. Lalu menuju ke hajar aswad lagi untuk mengusapnya atau
kalau tidak bisa cukup memberi isyarat mengucap lafazh:
Bismillahi Allahu Akbar . Lalu menuju tempat sa'i.
1. Dalam sa'i tidak disyaratkan untuk bersuci30 sedangkan dalam
thawaf harus dalam keadaan suci. (lihat Fiqhus Sunnah II/224)
2. Mengawali sa'i dari bukit Shofa dan berakhir di Marwah
sebanyak 7 kali. Shofa ke Marwah adalah 1 putaran.
3. Apabila telah mendekati bukit Shofa, maka ucapkanlah lafazh
ayat al‐Baqarah ayat 158:
30
Dianjurkan untuk melakukan sa’i dalam keadaan suci jika memungkinkan.
32
yaththowwafa bihima, wa man tathawwa'a khairan fa
innallaha syaakirun 'aliimun.
"Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar
Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber‐
'umroh, Maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara
keduanya. dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan
dengan kerelaan hati, Maka Sesungguhnya Allah Maha Men‐
syukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui."
Kemudian mengucapkan sekali saja:
4. Setelah berada di atas bukit Shofa lalu menghadap Ka’bah
(melihat Ka'bah jika memungkinkan), lalu membaca lafazh:
31
HR. Muslim (no. 1218 (147))
33
Allah wahdahu anjaza wa'dahu wa nashara 'abdahu wa
hazamal ahzaaba wahdahu
ِ
ﺑ ذ
ُ ﻮ َﻋ أ و ِ
َ ْ ُ َ ُْ َ َ ْ ُ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ إ
ﻚ أَ ْن ﱭ اﳉ
ْ ﻦ ِ
ﻣ ﻚ ِ
ﺑ ذ
ُ ﻮ َﻋأ ﱐ
ﱢ ِ
ﻚ ِﻣ ْﻦ ﻓِﺘَـﻨَ ِﺔ ِ
ﺑ ذ
ُ ﻮَﻋ
أ و ِ
ﺮ ﻤ اﻟﻌ
َ ْ ُ َ ْ ُ ْ َ أ َُرﱠد إ
لِ ذ
َ َر
أ ﱃ ِ
ِ ﻚ ِﻣﻦ َﻋ َﺬ
اب اﻟْ َﻘ ِْﱪ ِ
ﺑ ذ ﻮ ﱡ
ْ َ ُ ْ َ َ اﻟ
َﻋ
ُ أ و ﺎ ﻴـْﻧﺪ
Allahumma Inni A'udzubika minal Jubni wa a'udzubika
an uradda ila ardzalil 'umri wa a'udzubika min fitnatid
dunya wa a'udzubika min 'adzabil qabri
"Ya Allah sesungguhnya aku berlindung pada‐Mu dari sifat
pengecut, dari dikembalikannya aku kepada umur yang paling
lemah (pikun) dan fitnah dunia dan dari siksa kubur." (HR.
Bukhori no. 2822)
6. membaca lagi poin 4.
7. kemudian berdoa sesuai dengan no. 5
8. kemudian membaca lagi point ke 4.
34
9. kemudian berdoa sesuai dengan no. 5
Turun menuju MARWAH
10. Rute antara shofa dan marwah itu ada 2 tanda hijau.
11. Sebelum tanda hijau maka boleh berdzikir bebas, seperti:
ﻚ َو ﻠ
ْ ـ ـ اﳌ ﻪﻟ
َ ، ﻪ
ُ ُ ُ ُ َ ْ َ َُ ْ َ ُﻟ
َ ﻚ ﻳِ
ﺮ ﺷ ﻻ
َ ﻩ ﺪ ﺣو اﷲ ﱠ
ﻻ ِ
إ ِ
َ ﻻَ إ
ﻪ ﻟ
َ
اﳊَ ْﻤ ُﺪ َو ُﻫ َﻮ َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ْﻲ ٍء ﻗَ ِﺪﻳْـٌﺮ
ْ ُﻟَﻪ
Laailla ha Illa Allah Wahdahu La Syarikalah lahul mulku
walahul hamdu wa huwa 'ala kulli syaiin qadiir
Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan
hanya Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi‐Nya. Bagi‐
Nya kerajaan dan pujian. Dia‐lah Yang Mahakuasa atas segala
sesuatu.”
Atau
Subhanallah Wal hamdulillah wa laa ilaha illa
huwallahu akbar wala haula walaquwwata illabillah.
12. Kemudian setelah itu masuk ke antara dua tanda hijau dengan
berlari‐lari kecil sembari mengucapkan lafazh;
35
melihat Ka'bah) lalu dilakukan takbir sebanyak 3 kali dan lafazh
dzikir di poin ke 4 sampai dengan 9.
PENTING:
Untuk umrah dalam rangka haji Tamatu’, bagi laki‐laki hendaknya
memendekkan rambutnya (disisakan) ini boleh dilakukan di luar
Masjidil Haram (hotel/barber shop), kemudian ketika bertahallul
haji setelah melempar jumrah Aqabah pada 10 Dzulhijjah maka
memangkas habis/menggunduli rambutnya kepala hingga plontos
karena Nabi Shallallahu'alahi wassalam mendoakannya sebanyak 3
kali dan yang hanya sekali bagi yang memendekkan rambut saja.32
32
Berdasarkan hadits:
ﺻﻠﻰ ‐ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﻮل َ َر ُﺳ أَ ﱠن ‐ ﻋﻨﻬﻤﺎ اﷲ رﺿﻰ ‐ ﻋُ َﻤَﺮ ﺑْ ِﻦ اﻟﻠﱠ ِﻪ َﻋْﺒ ِﺪ َﻋ ْﻦ
ﻳﻦ ِ
ﺮ ﺼ
ﱢ ﻘ
َ ﻤ ﻟ
ْ ا
و اﻮ ُﻟ ﺎَﻗ . « ﲔ ﻘِ اﻟْﻤﺤﻠﱢ ارﺣ ِﻢ اﻟﻠﱠﻬ ﱠﻢ » ﺎل َ َﻗ ‐ وﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ اﷲ
َ ُ َ َ َ ُ َْ ُ
ﻳَﺎ ﻳﻦ ِ
ﺮ ﺼ
ﱢ ﻘ
َ ﻤ ﻟ
ْ ا
و اﻮ ُﻟ ﺎَﻗ . « ﲔ ﻘِ اﻟْﻤﺤﻠﱢ ارﺣ ِﻢ اﻟﻠﱠﻬ ﱠﻢ » ﺎل َ ﻗ
َ ﻪِ اﻟﻠﱠ ﻮل َ َر ُﺳ ﻳَﺎ
َ ُ َ َ َ ُ َْ ُ
َرِﺣ َﻢ » ﻧَﺎﻓِ ٌﻊ َﺣ ﱠﺪﺛَِﲎ ﺚ ُْ ﻴﱠ
ﻠ اﻟ ﺎل
َ ﻗ
َو . «
َ َ ُ َ ﻳﻦ ِ
ﺮ ﺼﱢ ﻘَ ﻤ ﻟ
ْ او » ﺎل
َ ﻗ
َ ِ
ﻪ ﱠ
اﻟﻠ ﻮل
َ َر ُﺳ
ﻧَﺎﻓِ ٌﻊ َﺣ ﱠﺪﺛَِﲎ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﻋُﺒَـْﻴ ُﺪ ﺎل
َ َ َوﻗ ﺎل ِ ْ َﻣﱠﺮﺗَـ أ َْو َﻣﱠﺮًة « ﲔ
َ َﻗ . ﲔ ﻘ
َ َُ ُ
ِ اﻟْﻤﺤﻠﱢ اﻟﻠﱠﻪ
« ﻳﻦ ِ
ﺮ ﺼﱢ ﻘ
َ ﻤ ﻟ
ْ ا
و » ِ اﻟﱠﺮاﺑِﻌ ِﰱ ﺎل
ﺔ َ ََوﻗ
َ ُ َ َ
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu'anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi
wassalam bersabda: "Ya Allah berikanlah kasih sayang kepada orang‐orang yang
membotaki kepala" Para shahabat bertanya: "Dan orang‐orang yang memen‐dekkan
rambut, wahai Rasulullah?" Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam berkata: "Ya Allah
berikanlah kasih sayang kepada orang‐orang yang membotaki kepala" Para shahabat
berkata: "Dan orang‐orang yang memendekkan rambut, wahai Rasulullah?" Rasulullah
shallallahu'alaihi wassalam menjawab "Lalu orang‐orang yang memendekkan rambut.
Dan telah berkata al‐Laits, telah berkata kepada‐ku (al‐Laits) Nafi', "Ya Allah berikanlah
kasih sayang kepada orang yang membotaki kepala", sekali atau dua kali,(dari jalur hadits
yang lain) telah berkata Ubaidillah, telah berkata kepada‐ku (Ubaidillah) Nafi', Dan
Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam berkata pada kali yang keempat "Dan bagi yang
memendekkan rambut" (HR. Bukhori no. 1727, Muslim no. 3204, 3206)
36
Bagi perempuan cukup memendekkan semua rambutnya
sedikit saja secara merata dan tidak digunduli 33 , dengan cara
mengumpulkan rambutnya (menggenggam) lalu diukur dari rambut
yang paling ujungnya, dipotong sepanjang 1 inchi/2,54 cm atau satu
ruas jari34. Tidak harus dilakukan di Marwah, manakala penuh sesak
dan ditakutkan tersingkap aurat maka boleh melakukannya di hotel
/tempat lain. Tidak boleh bagi perempuan untuk menampakkan
rambutnya di depan umum.
Setelah itu maka telah halal bagi laki‐laki dan perempuan
melakukan apa‐apa yang diharamkan ketika berihrom. Selesai
Umroh.
1. Mandi.
2. Boleh untuk memakai minyak wangi di badan bukan di baju
ihrom!!
3. Memakai pakaian ihram. Adapun bagi wanita, maka hendak‐nya
menggunakan pakaian apa saja yang dikehendakinya dengan
syarat tidak menampakkan perhiasannya, tidak me‐makai
penutup muka (cadar), juga tidak memakai kaos tangan.
4. Lalu berniat ditempat tinggalnya sambil menghadap kiblat
untuk menunaikan ibadah haji dengan mengucapkan
33
Lihat Silsilah Ahaadits ash‐Shahiihah no. 605 dan Shahih Sunan Abi Dawud no. 1732.
34
Lihat Manasiikul Hajj wal Umroh hal. 68 Syaikh Muhammad Sholeh Al‐Utsaimin.
35
Disebut hari Tarwiyah karena pada hari itu orang‐orang mengenyangkan diri
dengan minum air untuk (persiapan ibadah) selanjutnya.
37
Kemudian mengucapkan seperti yang diucapkan Rasulullah
Shallallahu'alahi wassalam :
ْ َإِﻟَﻪ ﻚ
اﳊَ ﱢﻖ َ ﻟَﺒﱠـْﻴ
Labbaika ilaahal Haq
"Aku sambut panggilanmu, wahai Rab Kebenaran"36
Memperbanyak talbiyah ini berlaku terus bagi laki‐laki dan
perempuan dengan mengeraskan suara sampai melempar
jumrah aqabah pada hari Nahar (10 Dzulhijjah).
5. Setelah matahari terbit, pada tanggal 8 Dzulhijjah berangkatlah
ke Mina dan terus membaca talbiyah. Menunaikan shalat
Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya' dan Shubuh tepat pada waktu‐
nya, dilakukan dengan qashar (hanya dua rokaat untuk Zhuhur,
Ashar dan Isya), tanpa jama' (menggabung 2 sholat pada satu
waktu). Pada malam tersebut diwajibkan bermalam di Mina.
6. Sholat di masjid al‐Khoif jika mampu.
7. Hendaknya memanfaatkan waktu‐waktu luangnya untuk segala
sesuatu yang bermanfaat. Seperti mendengarkan cera‐mah
agama, membaca Al‐Qur'an, membaca buku tentang manasik
haji dsb.
36
HR. An‐Nasai no. 2752 dan Ibnu Majah no. 2920. Dishahihkan oleh Syaikh Al‐
Albani dalam Silsilah Ahaadits ash‐Shohihah no. 2146
37
Jangan lupa membaca doa pagi.
39
2. Tidak ada ada sunnahnya bagi orang yang sedang menunaikan
haji berpuasa pada hari Arafah.38
3. Singgah sebentar di Namirah. (jika memungkinkan, apabila
terhalang karena sangat padat orang maka tidak mengapa
untuk tidak singgah di tempat tersebut.)
4. Ke masjid Namirah, lalu mendengarkan khutbah disana, namun
apabila tidak bisa maka boleh mendengarkan khotbah di tenda
masing‐masing.
5. Setelah itu menjalankan Shalat Zhuhur dan Ashar di Arafah
dengan cara Jamak dan Qashar pada waktu Zhuhur (jamak
taqdim) dengan satu adzan dan dua iqamah. Tidak ada shalat
sunnah apapun diantara Shalat Zhuhur dan Ashar yang dijamak
itu.
6. Memperbanyak dzikir dan do'a pada saat wukuf di Arafah
(pastikan anda benar‐benar di Arafah) dengan menghadap
kiblat hingga matahari terbenam sambil mengangkat tangan,
hal ini berdasarkan Sabda Nabi Shallallahu'alaihi wassalam :
ِﻣ َﻦ َﻋْﺒ ًﺪا ﻓِْﻴ ِﻪ ُاﷲ ﻳَـ ْﻌﺘِ َﻖ أَ ْن ﻣﻦ َ ٍ ِ
ْ ُ َ ْ َ ْ َﻣﺎ
ﺮ ـﺜﻛ أ م ﻳﻮ ﻦ ﻣ
ِِ ُﻢ ﻳُﺒﺎَ ِﻫ ْﻲ ُﰒﱠ ﻟَﻴَ ْﺪﻧـُ ْﻮ ُ َوإِﻧﱠﻪ َﻋَﺮﻓَﺔ ﻳَـ ْﻮِم ِﻣ ْﻦ اﻟﻨﱠﺎ ِر
؟ َﻫ ُﺆﻻَِء أ ََر َاد َﻣﺎ ﻓَـﻴَـ ُﻘ ْﻮ ُل اﻟْ َﻤﻼَﺋِ َﻜﺔ
"Tidak ada hari yang ketika itu Allah lebih banyak mem‐
bebaskan hamba dari (siksa) Neraka selain hari Arafah. Dan
sungguh ia telah dekat, kemudian Allah membanggakan mereka
di hadapan para malaikat, seraya berfirman, 'Apa yang mereka
kehendaki?'" (HR. Muslim no. 1348 (436))39
38
Lihat Fathul Bari Syarah Shohih Al‐Bukhori 4/595.
39
Lihat takhrij lengkapnya di Silsilah Ash‐Shahiihah no. 2551).
40
7. Memperbanyak bacaan Laailla ha Illa Allah Wahdahu La
Syarikalah lahul mulku walahul hamdu wa huwa 'ala kulli
syaiin qadiir hal ini karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
َ ِ ِ
َأَﻧﺎ ﺖُ ْ ُ َ ُ َ ْ َ َ َ ََ ْ َ ُ َ ُ ﱡﻋ
ﻠ ـﻗ ﺎ ﻣ ﻞ ـ ﻀﻓ أ
و ﺔ ﻓ
ﺮ ﻋ مﻮ ـﻳ ﺎء ﻋ د ﺎء َ اﻟﺪ ﻀ ـ ُﻞَ ْأَﻓ
ِ ﱠ ِ ِ ِ ِ ِ
ُﻟَﻪ ﻚ ﻳ
ﺮ ﺷ َ
َ ْ َ َُ ْ َ
ﻻ ﻩﺪ ﺣ و اﷲ ﻻ إ ﻪ
َ ﻟ
َ إ َﻻ ﻲ ﻠ ْ ْ ْ َواﻟﻨﱠﺒ
ﺒ ـ
َﻗ ﻦ ﻣ نَ ﻮ ـﻴ
ﱡ
ﻗَ ِﺪﻳْـٌﺮ َﺷ ْﻲ ٍء ُﻛ ﱢﻞ َﻋﻠَﻰ ُﻫ َﻮ َو اﳊَ ْﻤ ُﺪ
ْ ُ َوﻟَﻪ ﻚ
ُ اﻟْ ُﻤ ْﻠ
"Yang paling utama aku ucapkan, juga yang diucapkan oleh para
Nabi pada sore hari Arafah adalah,
Laailla ha Illa Allah Wahdahu La Syarikalah lahul mulku
walahul hamdu wa huwa 'ala kulli syaiin qadiir
'Tidak ada sesembahan yang haq melainkan Allah semata, tidak
ada sekutu bagiNya, bagiNya kerajaan dan segala puji, dan Dia
Mahakuasa atas segala sesuatu'." (HR. Malik dalam al‐Muwaththo'
no. 500 dan yang lainnya, dihasankan oleh Syaikh al‐Albani dalam
Silsilah Ahaadits ash‐Shahiihah no. 1053)
8. Pergi menuju ke Muzdalifah setelah matahari terbenam.40
PERINGATAN:
1. Kesalahan pada hari Arafah yang berkaitan dengan doa dan
dzikir adalah41:
Menyia‐nyiakan waktu dengan mengobrol, berjalan‐jalan,
tidur dan sebagainya, pada hari tersebut syaitan sangat kuat
40
Jangan lupa membaca doa sore.
41
Lihat Mu’jamul Bida’ hal. 186‐190 oleh Raid bin Shabri bin Abu Alafah, Tashhih ad‐
Du’a hal. 522 oleh Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid ‘Ashimah, KSA, Manaasikul
Haji wal Umrah hal. 54 oleh Imam al‐Albany.
41
berusaha untuk melalaikan jama’ah haji dari berdzikir
kepada Allah. Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi was‐
salam telah mencontohkan untuk bersungguh‐sungguh
menghabiskan waktu hanya untuk berdoa, berdzikir dan
Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam saat itu masih duduk
di atas untanya.42
Mengkhususkan doa atau dzikir tertentu seperti doa Khidir
yang dinukilkan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin.
Berdiam diri dan tidak berdzikir.
Dzikir dan doa yang terlarang, diantaranya seperti berikut
ini:
membaca atau wirid/berdoa bersama yang dikomandoi
satu orang (kor).
membaca surat al‐Ikhlas 100 kali. (tidak ada dalilnya)
membaca shalawat Ibrahimiyyah (yaitu shalawat yang
dibaca akhir tahiyyat dalam shalat) sebanyak 100 kali. Di
dalamnya (perbuatan membaca 100 kali) terdapat hadits
tentang hal itu namun tidak shahih.
2. Tidak ada dalil dari Nabi Shallallahu'alaihi wassalam tentang
mandi di Namirah.
3. Hendaknya setiap Haji yakin bahwa dirinya benar‐benar berada
di wilayah Arafah. Batasan‐batasan Arafah itu dapat diketahui
dengan spanduk‐spanduk besar yang ada di sekeliling Arafah.
4. Masjid Namirah tidak semuanya berada di wilayah Arafah,
tetapi sebagiannya berada di wilayah Arafah (bagian belakang
42
Berdasarkan hadits:
ٍ َ » ُﻛْﻨﺖ رِدﻳﻒ اﻟﻨِﱠﱯ ﺻﻠﱠﻰ اﷲ ﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﺑِﻌﺮﻓ:ﺎل أُﺳﺎﻣﺔُ ﺑﻦ زﻳ ٍﺪ
، ﻓَـَﺮﻓَ َﻊ ﻳَ َﺪﻳِْﻪ ﻳَ ْﺪﻋُﻮ،ﺎت ََ َ َ َ ْ َ ُ َ ُ َ َ ﱢ َْ ُ ْ َ َ َ َﻗ
ِ ِ ِْ ﻂ ِﺧﻄَﺎﻣﻬﺎ ﻓَـﺘَـﻨَﺎوَل ِِﻓَﻤﺎﻟَﺖ ﺑ
«ُﺧَﺮى ْ َوُﻫ َﻮ َراﻓ ٌﻊ ﻳَ َﺪﻩُ ْاﻷ،اﳋﻄَ َﺎم ﺑِِﺈ ْﺣ َﺪى ﻳَ َﺪﻳْﻪ َ َ ُ َ ﻘ
َ ﺴ
َ ﻓ
َ ، ﻪ
ُ ﺘ
ُ ـ
َ ﻗ ﺎﻧ
َ ﻪ ْ َ
Usamah bin Zaid berkata, “Aku pernah membonceng Nabi shallalla’ahaihi wassalam di Arafah,
lalu beliau mengangkat tangannya dan berdoa, kemudian untanya condong dan tali
kekangnya jatuh, Beliau shallallau’alaihi wassalam mengambil tali kekangnya itu dengan salah
satu tangannya sedang tangan yang lainnya masih terangkat. (HR. An‐Nasa‐i no. 3011, hadits
shohih, lihat Syarah An‐Nasa‐i Syaikh Ali Adam Al‐Ethiobi 25/ 354 cet. Dar Ibnul Jauzi)
42
masjid), dan sebagian lain berada di luar Arafah (bagian depan
masjid).
5. Sebagian orang mengira jika jabal (bukit) Arafah (biasa disebut
jabal Rahmah) memiliki keutamaan. Ini adalah tidak benar.
6. Sebagian jama'ah haji tergesa‐gesa, sehingga keluar dari Arafah
menuju Muzdalifah sebelum tenggelamnya matahari. Ini adalah
salah. Yang wajib adalah tinggal/berdiam di Arafah hingga
tenggelamnya matahari.
1. Jika telah sampai Muzdalifah kerjakanlah shalat Maghrib dan
Isya' secara jama' dan diqashar dengan satu adzan dan dua
iqamat43. Diharamkan mengakhirkan shalat Isya' hingga
setelah lewat pertengahan malam, berdasarkan sabda Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam:
ِﺼ
اﻟﻠﱠْﻴ ِﻞ ﻒ ِﻧ إِﱃ اﻟْﻌِ َﺸ ِﺎء وﻗْﺖ
ْ َ ُ َ
"Waktu Isya' adalah sampai pertengahan malam." (HR. Muslim
no. 612 (172) dari Abdullah bin Amr radhiallahu'anhu).
Apabila ia takut akan lewatnya waktu, hendaknya ia shalat
Maghrib dan Isya' di tempat mana saja, meskipun masih di
Arafah.
43
Yang dilakukan Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam adalah melakukan jama’
ta’khir (diwaktu Isya’), namun apabila lebih cepat (karena naik kereta) tiba di
Muzdalifah sebelum sholat Isya’ maka hendaknya langsung sholat Maghrib dan
Isya dengan jama’ taqdim (di waktu maghrib) sebagaimana dalil:
ِ ْ اﺣ ٍﺪ وإِﻗَ َﺎﻣﺘَـ
ِ ٍ ِ ِ ﻓَﺼﻠﱠﻰ ِ ﺎ اﻟْﻤ ْﻐ ِﺮ،َﺣ ﱠﱴ أَﺗَﻰ اﻟْﻤﺰدﻟَِﻔﺔ
ﲔ َ ب َواﻟْﻌ َﺸﺎءَ ﺑﺄَ َذان َو
َ َ َ َ َُْ َ
Sampai beliau shallallahu’alaihi wassalam tiba di Muzdalifah, kemudian beliau
mendirikan sholat Maghrib dan Isya’ dengan satu Adzan dan dua iqomah. (HR.
Muslim no. 1218 (147))
43
2. Bermalam di Muzdalifah hingga terbit fajar/sholat Shubuh.
Yang dianjurkan adalah beristirahat sebagai persiapan
menjalankan ritual pada hari Nahar (10 Dzulhijjah).
3. Dibolehkan untuk mengambil dan mengumpulkan batu kerikil.
4. Kemudian Shalat Shubuh di awal waktunya.
5. Lalu menuju Masy'aril Haram, yaitu bukit yang berada di
Muzdalifah, jika hal itu memungkinkan baginya. Jika tidak, maka
seluruh Muzdalifah adalah mauqif 44 (tempat berhenti yang
disyari'atkan).
6. Di sana hendaknya ia menghadap kiblat dan memanjatkan
pujian kepada Allah, bertakbir, dan berdo'a kepada‐Nya. 45
(Disebut Wukuf di Muzdalifah dan hukumnya adalah wajib)
7. Jika pagi telah tampak sangat menguning, atau setelah terbit
matahari, maka berangkatlah menuju Mina disertai dengan
mengumandangkan talbiyah, teruslah bertalbiyah dengan
mengeraskan suara hingga sampai melempar jumrah Aqabah.
8. Membaca doa pagi.
9. Adapun bagi orang‐orang yang lemah dan para wanita maka
mereka dibolehkan langsung menuju Mina pada akhir malam.
(namun tidak dibolehkan bagi mereka untuk memulai
melempar jumrah pada akhir malam itu, harus setelah terbit
matahari. Bagi wanita hamil dan orang‐orang lemah boleh
baginya untuk mewakilkan dalam melempar jumroh namun
bagi yang mewakilkannya tersebut harus mendahulukan
lemparan untuk dirinya lalu lemparan untuk orang lain).
PERINGATAN:
44
Dasarnya adalah hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam:
ﻒ ِ ِ
ٌ َﻣ ْﻮﻗ ُﻣ ْﺰَدﻟ َﻔﺔ ُﻛ ﱡﻞ
"Seluruh Muzdalifah itu adalah mauqif (kecuali lembah muhassir karena itu
termasuk Mina)." (HR. Ahmad IV/82. Dishahihkan oleh Syaikh Alalbani dalam Shahih
Jami'ush Shaghir no. 4537. Lihat pula Hajatun Nabiy oleh Syaikh al‐Albani hal. 78)
45
Lihat Shohih Muslim no. 1218 (147).
44
1. Sebagian orang mempercayai bahwa batu‐batu kerikil untuk
melempar jumrah diambil dari sejak kedatangan mereka di
Muzdalifah. Ini adalah kepercayaan yang salah dan tidak
pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Batu‐
batu kerikil itu boleh diambil dari tempat mana saja.
2. Sebagian orang mengira bahwa pertengahan malam adalah
pukul dua belas malam. Ini adalah keliru. Yang benar,
pertengahan malam adalah separuh dari seluruh jam yang ada
pada malam hari dari waktu setelah maghrib sampai shubuh.
3. Sebagian jama'ah haji mendirikan shalat Shubuh sebelum tiba
waktunya, padahal shalat itu tidak sah jika dilakukan sebelum
masuk waktunya.
4. Hendaknya setiap Haji meyakini benar bahwa ia berada di
wilayah Muzdalifah. Hal itu bisa diketahui melalui spanduk‐
spanduk besar yang ada di sekeliling Muzdalifah.
Beberapa amalan pada hari 10 Dzulhijjah adalah:
46
Besarnya kerikil adalah al‐Khodzfu (batu kecil yang dipergunakan untuk melempar
dengan dua jari telunjuk) seperti kacang merah atau isi buah zaitun, tidak perlu
mengambil batu yang ukurannya besar. Lihat Shohih Muslim no. 1282 (268).
45
3. Melempar Jumrah Aqabah ini waktunya dari sesudah matahari
terbit 47 dan dibolehkan bagi yang mempunyai hambatan/‐
keterlambatan/udzur (yang tidak mampu me‐lempar pada
waktu dhuha) untuk melemparnya pada malam hari.
4. Jika memungkinkan kiblat berada di sisi kirimu dan mina
berada sebelah kananmu.
5. Menyembelih hadyu/hewan sembelihan (bagi orang yang
melakukan haji tamattu' dan qiran).
6. Disunnahkan untuk menyembelih dengan tangan sendiri kalau
dirasa mudah, namun kalau tidak mampu boleh diwakilkan
kepada orang lain atau yayasan yang amanah (dalam jangka
waktu selama 3 hari).
7. Ketika menyembelih mengucapkan :
ﺗَـ َﻘﺒﱠ ْﻞ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ﻚﻟ و ﻚﻨﻣِ ﻢ ﻬﱠﻠاﻟ ﺮ ـﺒﻛ َ
أ اﷲ و ِ
اﷲ ﻢِ ﺴ ِ
َ
َ َ َ ْ َ ُ َُ ُ ﱠ
ْ ْﺑ
ِﻣ ﱢ ْﲏ
"(Dengan Nama Allah dan Allah Mahabesar). Ya Allah ini dari‐
Mu dan milik‐Mu. (Ya Allah terimalah (amalan ini) dariku)."
(HR. Abu Dawud no. 2810 dan yang lainnya dari hadits Jabir bin
47
Hal itu berdasarkan hadits Ibnu Abbas radhiyallahu anhu ia berkata:
ِ
َ ﻗَﺪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻋﻠَْﻴﻪ ُاﷲ ﺻﻠﱠﻰ
ﺗَﻄْﻠُ َﻊ َﺣ ﱠﱴ اﳉَ ْﻤَﺮَة ﻳـَ ْﺮُﻣ ْﻮا َﻻ أَ ْن َوأ ََﻣَﺮُﻫ ْﻢ ُأ َْﻫﻠَﻪ ﱠم اﻟﻨِ ﱠ أَ ﱠن
َ ﱠﱯ
ﺲ
ُ ﱠﻤ
ْ اﻟﺸ
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendahulukan kami anak‐anak Bani Abdul
Muththalib pada malam Muzdalifah dengan mengendarai keledai, maka Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam menepuk paha‐paha kami seraya bersabda: "Wahai
anak‐anakku, jangan kalian melempar jumrah sehingga matahari terbit." (HR. An‐
Nasa‐i no. 3065, dihasankan oleh Syaikh al‐Albani dalam Hajatun Nabi hal. 80).
Sedangkan hadits dari Asma' binti Abi Bakar yang mengandung perintah jelas
bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam mengizinkan bagi wanita dan orang
yang lemah untuk pergi dari muzdalifah setelah tengah malam, namun hal itu tidak
berlaku bagi pelemparan jumrah ketika malam, karena tidak ada perintah dan izin
dari Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam tentang hal itu.
46
Abdillah dan terdapat syahid dari hadits Abu Sa'id al‐Khudry.
Dishahihkan oleh Syaikh al‐Albani dalam Irwa‐ul Ghalil no. 1118)
8. Kalau memungkinkan memakan dari daging sembelihannya.
9. Barangsiapa yang dia tidak mampu mendapatkan hewan
sembelihan maka baginya adalah puasa pada hari tasyriq yang
tiga. (11, 12, 13 Dzulhijjah)48. Lihat QS. Al‐Baqarah: 196, dan
setelah pulang ke kampung halaman puasa sebanyak 7 hari.
10. Mencukur (gundul) rambut kepala atau memendekkannya,
tetapi mencukur (gundul) adalah lebih utama. Ini berlaku bagi
laki‐laki. Sedangkan untuk perempuan adalah cukup men‐
cukur sedikit bagian ujung rambutnya saja seperti yang telah
dijelaskan 49 . Dimulai mencukur dari kepala sebelah kanan
berdasarkan hadits Anas. (HR. Muslim dan yang lainnya, lihat
Irwa‐ul Ghaliil no. 1085).
11. Setelah menggunduli kepala maka itu telah masuk pada
tahallul yang pertama maka boleh baginya segala sesuatu yang
diharamkan baginya ketika sedang berihram kecuali jima'
dengan isteri50.
12. Mandi, istirahat di kemah (kalau memungkinkan), berganti
pakaian biasa.
13. Menuju ke Mekkah
14. Lalu melakukan Thawaf Ifadhah (TERMASUK RUKUN) seperti
thawaf qudum yaitu masuk ke Masjidil Haram membaca doa
masuk masjid, terus shalat tahiyatul masjid kemudian
melakukan thawaf seperti thawaf qudum yang telah
dijelaskan, lalu shalat dua rakaat dibelakang maqam Ibrahim
48
Berdasarkan hadits dari Aisyah yang tercantum dalam Shahih Bukhori no. 1894
ي ﺪ
ْ ﳍا ﺪِ َِﳚ َﱂ ﻟِﻤﻦ إِﻻﱠ ﻳﺼﻤﻦ أَ ْن اﻟﺘ ْﺸ ِﺮﻳ ِﻖ أَﻳ ِﺎم ِﰲ ﻳـﺮ ﱢﺧﺺ َﱂ
َ َ ْ ْ َ َ َْ ُ ْ َ َ ْ َُ ْ
Tidak diperbolehkan di hari tasyriq untuk berpuasa kecuali bagi orang yang tidak
mendapati hewan sembelihan
49
Lihat Silsilah Ahaadits ash‐Shahiihah no. 605 dan Shahih Sunan Abi Dawud no.
1732.
50
Lihat Musnad Imam Ahmad 1/234, Ibnu Majah no. 3041, Shohih. Lihat Silsilah
Ahaadits ash‐Shahiihah no. 239.
47
jika hal itu memungkinkan. Jika tidak, maka boleh melakukan
shalat di tempat mana saja dari Masjidil Haram.
15. Barangsiapa ingin tahallul kedua maka dia harus mengerjakan
thawaf ifadhah sebelum Maghrib, jika tidak maka ia harus
tetap dalam keadaan ihromnya sebagaimana keadaannya
ketika sebelum melempar jumroh, dan yang demikian berlaku
sampai thawaf ifadhah dikerjakan.51
16. Minum air zam‐zam dan kemudian mengarah ke Hajar Aswad
mengucapkan bismillah Allahu Akbar lalu menuju Shofa untuk
melakukan sa'i sebanyak 7 kali putaran antara Shofa dan
Marwa untuk haji (lihat penjelasan Umrah).
17. Setelah dari Marwa maka telah selesailah tahallul yang kedua
artinya yaitu apa yang dilarang pada tahallul yang pertama
yaitu jima' dengan isteri maka setelah itu adalah halal kembali.
18. Kemudian kembali lagi ke Mina untuk melempar jumrah
PERINGATAN PENTING:
a. Tertib di atas adalah sunnah, dan kalau tidak dikerjakan secara
tertib juga tidak mengapa (hal ini kalau sudah berusaha keras
untuk melakukannya secara tertib dan tidak boleh menyelisihi
tertib tanpa ada udzur). Seperti orang yang mendahulukan
thawaf daripada mencukur rambut, atau mendahulukan
mencukur rambut daripada melempar jumrah, atau
mendahulukan sa'i daripada thawaf, atau lainnya.
b. Melempar jumrah Aqabah adalah dengan tujuh batu kerikil
dengan secara berurutan. Ialu mengangkat tangannya dan
mengucapkan takbir setiap kali melempar batu kerikil.
Disunnahkan ia menghadap ke jumrah dan menjadikan
Makkah berada di sebelah kirinya dan Mina berada di sebelah
kanannya.
c. Jumroh Aqabah, penampungan (batu kerikil)nya adalah
separuh penampungan. Karena itu ia harus yakin bahwa batu‐
51
Lihat shahih di Shahih Sunan Abi Dawud no.1999.
48
batu kerikilnya masuk ke dalam penampungan tsb, tetapi jika
setelah itu tergelincir (keluar) maka tidak mengapa.
d. Disunnahkan untuk segera menyembelih hadyu, mencukur
rambut, thawaf dan sa'i, tetapi jika diakhirkan hingga setelah
hari Raya Kurban maka tidak mengapa.
e. Menyembelih hadyu adalah wajib bagi yang melakukan haji
tamattu' dan qiran. Adapun yang melakukan haji ifrad maka
tidak wajib menyembelih hadyu. Orang yang tidak bisa
menyembelih hadyu diwajibkan puasa tiga hari pada waktu
haji (hari Tasyriq) dan tujuh hari ketika mereka pulang kepada
keluarganya. Penyembelihan itu tidak harus dilakukan di Mina,
tetapi boleh dilakukan di Makkah atau tanah suci lainnya.
Dibolehkan pula bagi tujuh orang untuk berserikat dalam satu
ekor unta atau sapi. Disunnahkan pula untuk menelentangkan
hadyu (sapi atau kambing) pada sisi kirinya dan
menghadapkannya ke kiblat, sedang telapak kaki (orang yang
menyembelih) diletakkan di atas leher hewan tersebut.
Adapun unta, maka disunnahkan ketika menyembelihnya
dalam keadaan berdiri, tangan kirinya diikat serta dihadapkan
ke kiblat.
f. Waktu penyembelihan masih terus berlangsung hingga
tenggelam‐nya matahari dari akhir hari tasyriq, yaitu tanggal
13 Dzul Hijjah.
g. Sa'i antara Shafa dan Marwah adalah tujuh putaran, tata
caranya sebagaimana yang ada pada sa'i untuk umrah. Adapun
orang yang melakukan haji qiran dan ifrad maka cukup baginya
sa'i yang pertama, jika mereka telah melakukan sa'i pada
thawaf qudum.
h. Jika seorang Haji telah melempar jumrah aqabah dan
mencukur atau menggunting rambut maka ia telah tahallul
awal. Artinya, boleh baginya melakukan segala sesuatu dari
yang dilarang ketika ihram kecuali jima' dengan isteri.
i. Haram memangkas habis jenggot atau memotongnya.
Berdasarkan Hadits Rasulullah Shallallahu'alahi wassalam
49
َﺣ ُﻔ ْﻮا
أ و ، ﻰ ﺤﱢﻠاﻟ ا
و ﺮ ﱢ
ـﻓو و ، ﲔِﺧﺎﻟُِﻔﻮا اﻟْ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ــﻤ ْﺸ ِﺮﻛ
ْ َ َ ُْ َ َ َ ْ ُ ْ َ
ب ِ
َ ﱠﻮا
ر َ اﻟﺸ
"Selisihilah Kaum Musyrikin, peliharalah jenggot, dan
tipiskanlah kumis kalian" 52
1. Wajib bermalam di Mina pada malam‐malam hari tasyriq, yakni
malam ke‐11 dan ke‐12 (bagi yang terburu‐buru ‐ NAFAR
AWAL 53 ) serta malam ke‐13 (bagi yang mengakhirkan/tetap
tinggal – NAFAR TSANI).
2. Wajib melempar jumrah pada hari‐hari tasyriq, caranya adalah
sebagai berikut:
Setiap Haji melempar ketiga jumrah (Ula/Sughro, Wustha,
Aqabah) pada setiap hari dari hari‐hari tasyriq setelah zawal/
setelah adzan sholat Dzuhur. Yakni dengan tujuh batu kerikil
secara berurutan untuk masing‐masing jumrah, dan hendaknya
ia bertakbir setiap kali melempar. Dengan demikian jumlah
batu kerikil yang wajib ia lemparkan setiap harinya adalah 21
batu kerikil ukurannya adalah al‐khadf yaitu kerikil kecil seperti.
3. Jama'ah haji memulai dengan melempar jumrah Ula/Sughro,
yakni jumrah yang letaknya dekat masjid Al‐Khaif, kemudian
hendaknya ia maju ke sebelah kanan seraya berdiri dengan
menghadap kiblat. Di sana hendaknya ia berdiri lama untuk
berdo'a dengan mengangkat tangan. Lalu ia melempar jumrah
Wustha, kemudian mencari posisi di sebelah kiri dan berdiri
52
HR. Al‐Bukhori no. 5892 dan Muslim no. 259 (54).
53
Keluar dari Mina pada tanggal 12 Dzulhijjah namanya Nafar Awal dan keluar
tanggal 13 Dzulhijjah namanya Nafar Tsani.
50
menghadap kiblat. Di sana hendaknya ia berdiri lama untuk
berdo'a seraya mengangkat tangan.
4. Selanjutnya ia melempar jumrah Aqabah dengan menghadap
kepadanya serta menjadikan kota Makkah berada di sebelah
kirinya dan Mina di sebelah kanannya. Di sana ia tidak berhenti
(untuk berdo'a). Jadi berdoa itu hanya pada jumrah Ula dan
Wustha. Demikianlah, hal yang sama hendaknya ia lakukan
pada tanggal 12 dan 13 Dzul Hijjah.
5. kembali ke kemah.
PERINGATAN PENTING:
51
yang dengan mudahnya mewakilkan melempar jumrah adalah
hal keliru.
5. Hendaknya melempar ketiga jumrah tersebut secara tertib,
yakni dimulai dari Shughra kemudian Wustha lalu Aqabah.
6. Sungguh keliru orang yang mencaci dan mencerca ketika
melempar jumrah, atau melempar dengan sepatu, payung dan
batu besar, serta kepercayaan sebagian orang bahwa setan
diikat pada tiang yang ada di tengah penampungan batu kerikil.
7. Bermalam yang wajib dilakukan di Mina adalah dengan tinggal
di sana pada sebagian besar waktu malam. Misalnya, jika
seluruh waktu malam adalah sebelas jam maka ia wajib tinggal
di Mina lebih dari lima jam 30 menit.
8. Diperbolehkan bagi orang yang tergesa‐gesa untuk
meninggalkan Mina pada tanggal 12 Dzul Hijjah, yakni setelah
melempar jumrah dan hendaknya ia keluar dari Mina sebelum
tenggelamnya matahari. Jika matahari telah tenggelam dan ia
masih berada di Mina maka ia wajib bermalam dan melempar
lagi keesokan harinya, kecuali jika ia telah bersiap‐siap
meninggalkan Mina lalu matahari tenggelam karena jalan
macet atau sejenisnya maka ia dibolehkan tetap pergi dan hal
itu tidak mengapa baginya.
9. Ketika pagi dan sore harus memanfaatkan waktunya dengan
membaca al‐Qur‐an, berdoa, membaca doa pagi dan sore,
mendengarkan ceramah, membaca buku‐buku yang ber‐
manfaat serta berdzikir. Jika Anda telah selesai melempar
jumrah pada tanggal 12 Dzul Hijjah, lalu Anda ingin bersegera
pulang maka Anda dibolehkan keluar dari Mina sebelum
matahari tenggelam (nafar awal), tetapi jika Anda ingin tetap
tinggal maka hal itu lebih utama. Bermalamlah (sehari lagi) di
Mina pada tanggal 13 Dzul Hijjah, dan lemparlah ketiga jumrah
(ula, wustha, aqabah ) setelah tergelincirnya matahari dan
sebelum matahari tenggelam, sebab hari‐hari tasyriq berakhir
dengan tenggelamnya matahari.
52
10. Jika matahari telah tenggelam pada tanggal 12 Dzul Hijjah (hari
kedua dari hari‐hari tasyriq) dan Anda masih berada di Mina
maka Anda wajib bermalam kembali di Mina pada malam itu
kemudian melempar jumrah keesokan harinya, kecuali jika
Anda telah bersiap‐siap berangkat, tetapi jalan macet misalnya
sehingga matahari tenggelam maka Anda dibolehkan keluar
dari Mina dan hal itu tidak mengapa bagi Anda.
11. Ketika Anda hendak meninggalkan Makkah, Anda wajib
melakukan thawaf wada' sebanyak tujuh kali putaran,
setelahnya Anda disunnahkan shalat dua rakaat di belakang
maqam Ibrahim.
12. Hendaknya menjadikan thawaf Wada’ sebagai amalan terakhir
sebelum pergi meninggalkan mekkah, jadi setelah thawaf
Wada’ tidak ada lagi kegiatan/kesibukan bahkan tidak ada lagi
bermalam di hotel/mukim lagi.54
13. Perempuan yang sedang haid atau nifas tidak diwajibkan me‐
lakukan thawaf Wada'. Dengan demikian selesailah pekerjaan‐
pekerjaan haji.
1. Perjalanan dari Mekah ke Mina pada hari ke‐8 yang shohih
adalah setelah terbit Matahari namun kebanyakan hamlah
mulai bergerak pada malam ke‐8 dengan dalih untuk meng‐
hindari keramaian.
2. Perjalanan antara Mina ke Arafah hendaknya dilakukan setelah
terbit matahari pada hari ke‐9 namun kebanyakan hamlah
mulai bergerak pada malam ke‐9.
3. Perjalanan antara Arafah ke Muzdalifah hendaknya dilakukan
setelah tenggelamnya matahari namun ada beberapa hamlah
54
Lihat Kitab al‐Mughni libnil Qudamah V/87 cet. Daarul Hadits Kairo th. 1425 H.
55
Disarikan dari kitab Al‐Mughni Libnil Qudamah IV/298 – V/217 dari Materi Kajian
Syaikh Sholih al‐Masy‐ari al‐Emaraty hafizhahullah.
53
mulai bergerak meninggalkan Arafah sebelum matahari
tenggelam.
4. Mabit (bermalam) di Muzdalifah hukumnya wajib dilakukan
sampai fajar dan melakukan Wukuf di Muzdalifah setelah fajar
beberapa saat (15 menit – 30 menit) bagi yang tidak ada udzur
namun kebanyakan hamlah mulai bergerak ketika tengah
malam.
5. Wajib bermalam di Muzdalifah namun kebanyakan hamlah
tidak menyediakan tenda sehingga mereka menganjurkan
untuk bermalam di Mina karena dekatnya jarak antara Mina
dan Muzdalifah.
6. Thawaf wada’ (perpisahan) adalah amalan ibadah yang terakhir
sebelum meninggalkan Mekkah dan tidak dibolehkan untuk
bermalam lagi di hotel atau sibuk dengan perdagangan.
Sebagaimana orang berpamitan – maka hendaknya thawaf
wada’ adalah amalan terakhir sebelum pergi dari Mekkah
namun Kebanyakan hamlah setelah thawaf wada’ mereka
masih menginap beberapa hari di hotel dan masih bolak‐balik
ke Masjidil Haram.
1. Kota Madinah56
2. Masjid Nabawi, untuk sholat disana.
3. Makam Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam dan kedua
sahabat beliau Abu Bakar dan Umar radhiallahu'anhum, untuk
mengucapkan salam kepada mereka.
56
Kota Madinah dijaga oleh para malaikat dan tidak akan dimasuki Dajjal dan juga
tidak akan ada penyakit mewabah, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi
wassalam :
ُ ﺎب اﻟْ َﻤ ِﺪﻳﻨَ ِﺔ َﻣ َﻼﺋِ َﻜﺔٌ َﻻ ﻳَ ْﺪ ُﺧﻠُ َﻬﺎ اﻟﻄﱠﺎﻋُﻮ َن َوَﻻ اﻟ ﱠﺪ ﱠﺟ
ﺎل ِ َﻋﻠَﻰ أَﻧْـ َﻘ
“Di atas jalan‐jalan kota Madinah ada para Malaikat, Madinah tidak akan dimasuki
penyakit tho‐un (mewabah) dan tidak pula dimasuki Dajjah” (HR. al‐Bukhori no.
1880 dan Muslim no. 1379 dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu)
54
4. Kuburan kaum muslimin di Baqi', untuk mengucapkan salam
dan mendoakan mereka.
5. Kuburan Syuhada Uhud, untuk mengucapkan salam dan men‐
doakan mereka. Mengucapkan salam ketika berziarah ke
kuburan kaum Muslimin secara umum termasuk Baqi' dan
Uhud sebagai berikut:
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam mengajari para Sahabat agar
ketika berziarah kubur mengucapkan:
1. Disyari’atkan melakukan safar (perjalanan) untuk tujuan shalat
di Masjid Nabi Shalallaahu alaihi wasalam pada waktu kapan
saja. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam Shahihain dari Abu
Hurairah Radhiallaahu anhu ia berkata, Rasulullah Shalallaahu
alaihi wasalam bersabda:
ﻓِْﻴ َﻤﺎ ﺻﻼٍَة
َ ﻒِ ْأَﻟ ِﻣﻦ َﺧْﻴـﺮ َﻫ َﺬا ﻣﺴ ِﺠ ِﺪي ِﰲ ٌﺻﻼَة
ْ ٌ َْ َ
55
ْ اﻟْ َﻤ ْﺴ ِﺠ َﺪ إِﻻﱠ ُِﺳ َﻮاﻩ
اﳊََﺮ َام
“Shalat di masjidku ini lebih baik dari seribu kali shalat di
(masjid) selainnya, kecuali Masjidil Haram.” (HR. al‐Bukhori no.
1133 dan Muslim no. 1394).
2. Safar untuk melakukan shalat di Masjid Nabi Shallallahu'alaihi
wassalam sama sekali tidak ada kaitannya dengan haji. Karena
itu, ia tidak termasuk sunnah atau kesempurnaan haji, baik
yang dilakukan sebelum haji atau yang dilakukan sesudahnya.
3. Jika seorang muslim sampai di Masjid Nabawi, disunnahkan
baginya apa yang disunnahkan ketika memasuki setiap masjid,
yaitu hendak‐nya mendahulukan kaki kanannya ketika masuk
seraya berdo’a:
ِ رﺳ ـﻮِل ﻋﻠَﻰ اﻟ ﱠﺴ ـﻼَم و ُﺼ ـﻼَة
، اﷲ ﱠ اﻟو ِ ﺑِﺴ ـ ِﻢ
اﷲ
َُْ َ ُ َ َ ْ
ﻚ ِ ﲪ ْ ر ابﻮ ـ ﺑَ
َ َ َ َ َ ْ ْ َ ُ أَﻟﻠ
ﺘ أ ﱄِ ﺢ ﺘـْﻓ ا ﻢ
ﱠ ﻬﱠ
Bismillahi wassholatu wassalamu 'ala Rasulillahi
Allahummaf‐tahlii Abwaaba rahmatika.
Dengan menyebut Asma Allah, dan shalawat dan salam semoga
tercurah kepada Rasulullah, “Ya Allah bukalah pintu rahmat‐Mu
untukku” (Lihat HR. Muslim no. 713, dan Ibnu Sunni dalam Amalul
Yaum wal Lailah no. 88)
4. Lalu hendaknya ia shalat Tahiyatul Masjid dua rakaat.
5. Setelah shalat, disunnahkan baginya pergi ke kuburan Nabi
Shalallaahu alaihi wasalam dan kuburan dua sahabat beliau,
Abu Bakar dan Umar Radhiallaahu anhu dan hendaknya
memberi salam kepada mereka seraya mengucapkan:
56
ﻳَﺎ ﻚ ﻴﻠ ﻋ مﻼ
َ َْ َ ُ َ ﱠ
ﺴ اﻟ ، ِ
اﷲ َر ُﺳ ْﻮَل ﻳَﺎ ﻚ
َ َﻋﻠَْﻴ اﻟ ﱠﺴﻼَ ُم
ِ ُور ْﲪﺔ .ﻋﻤﺮ و ﺑ ْﻜ ٍﺮ أَﺑﺎ
ُ َوﺑـََﺮَﻛﺎﺗُﻪ اﷲ َ ََ َ َ ُ َ َ َ
“Semoga salam sejahtera, rahmat dan berkah Allah selalu
dilimpahkan kepadamu wahai Nabi. Semoga salam sejahtera
dilimpahkan kepadamu wahai Abu Bakar dan Umar”
Setelah itu hendaknya ia pergi tanpa berdiri (di situ). Demikian
seperti yang dilakukan oleh Ibnu Umar Radhiallaahu anhu
ketika datang dari perjalanan‐nya. Namun jika menambah
beberapa do’a untuk mereka tanpa melakukannya secara rutin
maka hal itu tidak mengapa, insya Allah.
6. Disunnahkan bagi orang yang berada di Madinah untuk
mensucikan diri di rumahnya (hotel) kemudian pergi ke masjid
Quba’ dan shalat dua rakaat di dalamnya. Hal itu berdasarkan
sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam
57
ﺗُ َﺬ ﱢﻛُﺮ ﻓَِﺈﻧـﱠ َﻬﺎ ﻓَـُﺰْوُرْوَﻫﺎ اﻟْ َﻘ ِْﱪ ِزﻳَ َﺎرِة َﻋ ْﻦ ﻧَـ َﻬْﻴﺘُ ُﻜ ْﻢ ﺖ
ُ ُﻛْﻨ
ِ
اﻵﺧَﺮَة
“Dulu aku melarang kalian berziarah kubur, (kini) berziarahlah
kalian, karena yang demikian itu dapat mengingatkan tentang
akhirat!” (HR. Muslim no. 977, An‐Nasa‐i no. 5652 dan selainnya).
8. Hal yang wajib diketahui adalah bahwasanya mendirikan
bangunan di atas kuburan, baik berupa kubah atau lainnya, atau
mendirikan masjid di atas kuburan, atau mengubur jenazah di
dalam masjid itu semua adalah termasuk dosa besar yang
sangat dilarang oleh Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam
berdasarkan dalil‐dalil shohih yang banyak, di antaranya:
Dari Aisyah Radhiallaahu anha ia berkata, Nabi Shalallaahu
alaihi wasalam bersabda pada saat beliau sakit yang
kemudian tidak bangun lagi:
58
،ﺼﺎﻟِ ُﺢ ا ﻞ ﺟ ﺮ اﻟ ﻢﻬ ﻴِ
أُوﻟَﺌ َ َ َ َ ْ ُ ﱠ ُ ُ ﱠ إِ ﱠن
ﻟ ِ ﻓ ن ﺎ ﻛ اذ ِ
إ ﻚ ِ
ﻓِْﻴ ِﻪ ﺻ ﱠﻮُرْوا و ،اﺪ ﺠِ ﻣﺴ ﻗَـ ِﱪِﻩ ﻋﻠَﻰ ﺑـﻨـﻮا ،ﻓَﻤﺎت
َ َ ً ْ َ ْ َ ْ ََ َ َ
ﻳَـ ْﻮَم اﷲ َْ ِﺷَﺮ ُار ﻚ
ِ ِﻋْﻨ َﺪ اﳋ ْﻠ ِﻖ َ ِ
ﺌَﻟوُ
أ ، رﻮ ﺼ
ﱡ اﻟ ﻚ
َ ﻠ
ْ ِﺗ
ََ
اﻟْ ِﻘﻴَ َﺎﻣ ِﺔ
“Sesungguhnya mereka adalah orang‐orang yang bila
terdapat seorang shalih dari mereka meninggal dunia,
mereka membangun masjid di atas kuburannya dan
menggambar berbagai gambar di dalamnya, mereka adalah
sejahat‐jahat makhluk di hadapan Allah pada hari Kiamat.”
(HR. Bukhori no. 417 dan Muslim no. 528).
Dari Jabir bin Abdillah Radhiallaahu anhu ia berkata:
57
Disarikan dari Kitab Ahkamul Janaaiz wa Bida’uha hal. 103‐166 oleh Syaikh Al‐
Albani rahimahullah cet. Maktabah al‐Ma’arif , 1412 H.
63
1. Bertakbir 4 kali, takbir pertama dengan mengangkat tangan,
lalu tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri (bersedekap)
sebagaimana hal ini dilakukan pada shalat‐shalat lain.58 Syaikh
Al‐Albani rahimahullah berkata: “Tidak didapatkan dalam As‐
Sunnah adanya dalil yang menunjukkan disyariat‐kannya
mengangkat tangan pada selain takbir yang pertama. Sehingga
kita memandang mengangkat tangan di selain takbir pertama
tidaklah disyariatkan. Demikianlah pendapat madzhab
Hanafiyyah dan selain mereka. Pendapat ini yang dipilih oleh
Asy‐Syaukani dan ulama lainnya dari kalangan muhaqqiqin.”
Demikian pula Ibnu Hazm menyatakan: “Adapun mengangkat
tangan ketika takbir dalam shalat jenazah, maka tidak ada
keterangan yang menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu’alaihi
wassalam melakukannya, kecuali hanya pada awal takbir saja.”
(Al‐Muhalla, 5/128, lihat Ahkamul Jana`iz , hal.148, juga Nailul
Author 7/364)
2. Kemudian berta‘awwudz lalu membaca Al‐Fatihah dan surah
lain dari Al‐Qur`an. Bacaan dalam shalat jenazah tidaklah
dijahrkan (dikeraskan) namun dengan sirr (pelan), berda‐
sarkan keterangan yang ada dalam hadits Abu Umamah bin
Sahl tersebut. Imam Asy‐Syaukani rahimahullah berkata:
“Jumhur ulama berpendapat tidak disunnahkan menjahrkan
bacaan dalam shalat jenazah.” (Nailul Authar 7/360 tahqiq Muh.
Subhi bin Hasan al‐Halaaq)
3. Takbir kedua, (tidak mengangkat tangan) lalu bershalawat
untuk Nabi Shallallahu’alaihi wassalam sebagaimana lafadz
shalawat dalam tasyahhud. (Nailul Author 7/360).
4. Takbir ketiga, lalu berdoa secara khusus untuk si mayat secara
sirr menurut pendapat jumhur ulama. Nabi Shallallahu’alaihi
wassalam bersabda:
َﱡﻋﺎء
ﺪ اﻟ ﻪﻟ
َ ا
ﻮ ﺼِﺖ ﻓَﺄَﺧﻠ
ِ إِ َذا ﺻﻠﱠﻴﺘُﻢ ﻋﻠَﻰ اﻟْﻤﻴﱢ
َ ُ ُ ْ َ َ ْ َْ
58
Lihat HR. at‐Tirmidzi no. 1077, ad‐Daruquthni no. 192, al‐Baihaqy no. 284.
Dihasankan Syaikh Al‐Albani dalam Shohih wa Dhaif Sunan at‐Tirmidzi no. 1077.
64
“Apabila kalian menshalati mayat, ikhlaskanlah doa untuk‐
nya.” (HR. Abu Dawud no. 3199, dan Ibnu Majah no. 1497,
dihasankan Syaikh Al‐Albani dalam Irwaul Ghalil no. 732).59
Contoh doa yang pernah diucapkan Nabi Shallallahu’alaihi
wassalam untuk jenazah adalah:
ِ ﻚ اﻟْﻤ
ﺼ ُﻴﺮ ِ َ ِ ﱠ
َ ْ َ ْ ْ َ ﻚ ﺗَـ َﻮ
َ ﻴَﻟإو ﺎﻨ
َ ـ ﺒ ـ
َ ﻧأ ﻚ
َ ﻴَﻟإو ﺎﻨ
َ ﻠ
ْ ﻛ َ َرﺑﱠـﻨَﺎ َﻋﻠَْﻴ
"Ya Rabb kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan
hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada
Engkaulah kami kembali.” (QS. Al‐Mumtahanah: 4)
67
ِﺸ
ِ ﺎﻫ ﱠ
ﻳﻦ
َ ﺪ اﻟ ﻊ
َ ﻣ
َ ﺎﻨ
َ ـ ﺒ
ْ ﺘ
ُ ﻛ
ْ ﺎﻓ
َ ﱠﺎ
ﻨ آﻣ
َ ﺎﻨ
َ ـ
ﱠ ﺑر
َ
"Ya Rabb kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama
orang‐orang yang menjadi saksi (atas kebenaran al‐Qur'an dan
kenabian Muhammad Shallallahu'alaihi wassalam).” (QS. Al‐
Maaidah: 83)
68
ب ِز ْدﻧِﻲ ِﻋ ْﻠ ًﻤﺎ
َر ﱢ
“Ya Rabb‐ku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS.
Thaahaa: 114)
ﻮم ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ُ َ َ ْ َ َ ْ ُ َ َرﺑﱠـﻨَﺎ ا ْﻏ ْ َ َ َ ﱠ
ﻘ ـ ﻳ مﻮ ـ ﻳ ﻴﻦ ﻨ ﻣﺆ ﻤ ﻠ
ْ ﻟو يﺪ اﻟﻮ ﻟو ﻲ ﻟ ﺮﻔ
ﺎب ﺴ ِ اﻟ
ْﺤ
ُ َ
“Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku & sekalian
orang‐orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)." (QS.
Ibrahim: 41)
ﻴﻦِ ِ َ ِ
َ َ ُ ْ َ َ ْ َ ً ْ َ ب َﻻ ﺗَ َﺬ ْرﻧ
ﺛر اْﻮ
ﻟ ا ﺮـ ﻴ ﺧ ﺖ ﻧأو ادﺮـ ﻓ ﻲ َر ﱢ
69
"Ya Rabbku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan
Engkaulah Waris Yang Paling Baik.” (QS. al‐Anbiyaa: 89)
ﻴﻊ ِ ﻚ ﺳــﱠ ِ ِ ِ
ُ َ َ ً َﺐ ﻟ ْ ُ ْ َ ُ ﱢﱠ ً ﱢ
ﻤ ﻧإ ﺔ ﺒ ﻴَﻃ ﺔ ﻳر ذ ﻚ ﻧﺪَﻟ ﻦﻣ ﻲ ْ ب َﻫ َر ﱢ
اﻟ ﱡﺪ َﻋ ِﺎء
"Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik.
Sesungguhnya Engkau Mahapendengar do'a". (QS. Ali Imran: 38)
ِ اﻟﻠﱠﻬ ﱠﻢ أ
َوأَ ْﻏﻨِﻨِﻲ،ﻚ ِ
اﻣﺮﺣ ﻦ ﻋ ﻚ
َ ََ ْ َ َ َِﻼﻟ ﺤ ِ
ﺑ ﻲ ِ
ﻨ ِ
ﻔ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ا ْﻛ
َ ﻚ َﻋ ﱠﻤ ْﻦ ِﺳ َﻮ
اك ِ
َ ْ َﺑ
ﻠ ﻀ ﻔِ
“Ya Allah, cukupilah aku dengan rizki‐Mu yang halal (hingga aku
dijauhkan) dari yang haram. Cukupkanlah aku dengan karunia‐Mu
(hingga aku tidak memohon) kepada selain‐Mu.” (HR. Ahmad 1/153
no. 1319, dan at‐Tirmidzi no. 3563. Hasan, lihat Silsilah Ahaadits Ash‐
Shohihah no. 266.)
ﻻ ﺎﻤﻴ ِ
َ ً ْ َ َو ﻧ، ﻚ إِﻳْ َﻤﺎﻧﺎً ﻻَ ﻳَـ ْﺮﺗَ ﱡﺪ
ﻌ َ ْ ْ ُ اﻟﻠ
ﻟ
ُ ﺄ
َ َﺳأ ﻲ ﱢ
ﻧ ِ
إ ﻢ
ﱠ ﻬ ﱠ
ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ٍ و ﻣﺮاﻓَـ َﻘﺔَ ﻣﺤ ﱠﻤ، ﻳـ ْﻨـ َﻔ ُﺪ
ﺪ
َ َ ُ َُ َ َ
َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓِ ْﻲ أَ ْﻋﻠَﻰ َﺟﻨ ِﱠﺔ اﻟْ ُﺨ ْﻠ ِﺪ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada‐Mu iaman yang
tidak akan lepas, nikmat yang tidak akan habis dan menyertai
Muhammad ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ di Surga yang paling tinggi selama‐
lamanya.” (HR. Ibnu Hibban no. 2436, dari Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu,
lihat Shahih Mawaarid azh‐Zham‐aan no. 2065)
ﻚ ﻓَِﺈﻧﱠ ُﻪ ِ
ﺘ ﻤ ﺣرو ﻚ ِ
ﻠ ﻀ ﻓ ﻦ ِ ﱢ ﱠ
َ َ ْ ََ َ ْ َ ْ َ ْ ْ ُ اﻟﻠ
ﻣ ﻚ ﻟ
َُﺄَﺳأ ﻲ ﻧ إ ﻢ
ﱠ ﻬ
ﺖ ﻧ َ
أ ﱠ
ﻻ ِ
إ ﺎ ﻬ ِ
َْ َ ﻻَ ﻳَ ْﻤﻠ
ﻜُ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada‐Mu dan rahmat‐
Mu, karena tidak ada yang memilikinya kecuali hanya Engkau.” (HR.
At‐Thabrani, Majma‐uz Zawaa‐id X/159. Lihat Silsilah Ahaadits as‐Shahiihah
no. 1543.)
ًّﺎدﻳﺎً َﻣ ْﻬ ِﺪﻳﺎ
ِ اﻟﻠﱠﻬ ﱠﻢ ﺛَـﺒﱢْﺘﻨِﻲ واﺟﻌ ْﻠﻨِﻲ َﻫ
ْ َْ َ ْ ُ
“Ya Allah, teguhkanlah diriku, jadikanlah diriku pemberi petunjuk
yang selalu memberi petunjuk.” (HR. Bukhori no. 6333 sebagaimana
73
Doa Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam kepada shahabat Jarir
radhiallahu'anhu)
ﻚ َﺷ ْﻴﺌ ًﺎ ِ
ﺑ ك ِ
ﺮ ﺷ ُأ ن َأ ﻦ ِ
ﻣ ﻚ ِﺑ ذ ﻮ ﱢ ِ ﱠ
َ َ ْ ْ ْ َ ُ ْ ُ ْ ُ اﻟﻠ
َﻋ أ ﻲ ﻧ إ ﻢ
ﱠ ﻬ
أَ ْﻋﻠَ ُﻤﻪُ َو أَ ْﺷﺘَـﻐْ ِﻔ ُﺮ َك ﻟِ َﻤﺎ ﻻَ أَ ْﻋﻠَ ُﻤ ُﻪ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada‐Mu dari menye‐
kutukan‐Mu, sedang aku mengetahuinya dan aku memohon
ampunan kepada‐Mu atas apa yang aku tidak mengetahuinya.” (HR.
Ahmad IV/403 dan lainnya dari Abu Musa al‐‘Asy’ari. Lihat Shahiih at‐
Targhiib wat Tarhiib I/121‐122 no. 36.)
ﻚُﻟ
َ َْﺄَﺳ
أ ﻲﱢﻧِإ ﻢ
ﱠ ﻬ ﱠ
ﻠ اﻟ ، ﻲِﻧ د ﱢ ِ
ْ َ َ ْ ُ اﻟﻠ
ﺪ ﺳ و ﻲ ﻧﺪِ اﻫ ﻢ
ﱠ ﻬ ﱠ
ُ
اد
َ ﺴ َﺪ
اﻟ ُْﻬ َﺪى َواﻟ ﱠ
75
“Ya Allah, berikanlah petunjuk kepadaku dan luruskanlah diriku, Ya
Allah, sesungguhnya aku memohon petunjuk dan kelurusan
kepada‐Mu.” (HR. Muslim no. 2725 (78))
، ﺴ ِﻞ ﻜ ْ
ﻟ ا و ، ِ
ﺰ ﺠ اﻟﻌ ﻦ ﻣِﻚ ِ
ﺑ ذ ﻮ َﻋأ ﻲ ﱢ
ﻧ ِإ ﻢ ﻬ ﱠ
َ َ َ ْ َ َ َ ُْ ُ ﱠ ُ اﻟﻠ
ِ َو َﻋـ َﺬاب، َو اﻟْ َﻬﺮِم، َو اﻟْﺒُ ْﺨـ ِﻞ، َو اﻟْ ُﺠ ْﺒ ِﻦ
َ
َو َزﱢﻛ َﻬﺎ، آت ﻧَـ ْﻔ ِﺴـ ـ ـ ـﻲ ﺗَـ ْﻘ َﻮ َاﻫﺎ
ِ اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ، اﻟْ َﻘ ْﺒ ِﺮ
، ﺖ َوﻟِﻴﱡـ َﻬﺎ َو َﻣ ْﻮﻻَ َﻫﺎ َ ْ أَﻧ، ﺎﻫﺎ َ ﺖ َﺧ ْﻴـ ُﺮ َﻣ ْﻦ َزﱠﻛ َ ْأَﻧ
َو ِﻣ ْﻦ، ﻚ ِﻣ َﻦ ِﻋ ْﻠ ٍﻢ ﻻَ ﻳَـ ْﻨـ َﻔ ُﻊ ِ
ﺑ
َ ُْ ذ
ُ ﻮ َﻋ أ ﻲ ﱢ
ﻧ ِ
إ ﻢ
ﱠ ﻬ ﱠ
ُ اﻟﻠ
َو، ﺲ ﻻَ ﺗَ ْﺸـ ـﺒَ ُﻊ ٍ َو ِﻣ ْﻦ ﻧَـ ْﻔ، ﺸـ ـ ُﻊَ ﺐ ﻻَ ﻳَ ْﺨ ٍ ﻗَـ ْﻠ
ﺎب ﻟَ َﻬﺎ ﺠ ﺘ ﺴ ﻳ ﻻ ٍ
ة ﻮ ﻋ د ﻦ ﻣِ
ُ َ َْ ُ َ َْ َ ْ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memahon perlindungan kepada‐Mu
dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, kekikiran, pikun &
adzab kubur. Ya Allah, berikanlah ketakwaan pada diriku &
sucikanlah ia, karena Engkau‐lah sebaik‐baik Dzat yang menyuci‐
kannya. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada‐Mu dari
ilmu yang tidak ber‐manfaat, hati yang tidak khusyu’, nafsu yang
76
tidak pernah puas dan do’a yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim no.
2722)
78
ﻚ ِ
ﺑ ذ
ُ ﻮ َﻋأ و ، ﻦ ﺒ اﻟﺠ ﻦ ﻣِ
َ ْ ُ َ ْ ُ َ َ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ إِﻧﱢ ْﻲ أَﻋُ ْﻮذُﺑ
ِ ﻚ ِ
ﻚ ِﻣ ْﻦ أَ ْن أ َُر ﱠد إِﻟَﻰ أ َْر َذ ِل ِ
ﺑ ذﻮ َﻋأ و
َ ُ ُْ َ ْ ُ َ ، ﻞ ِ ﺨ اﻟﺒ ﻦ ﻣِ
ﻚ ِﻣ ْﻦ ﻓِ ْﺘـﻨَ ِﺔ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ َو ِ
َ َو أَﻋُ ْﻮذُ ﺑ، اﻟﻌُ ُﻤ ِﺮ
ِ َﻋ َﺬ
اب اﻟ َﻘ ْﺒ ِﺮ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada‐Mu
dari sifat pengecut, aku berlindung kepada‐Mu dari sifat kikir, dan
aku berlindung kepada‐Mu dari dikembalikan kepada umur yang
paling hina (pikun), serta aku berlindung kepada‐Mu dari fitnah
dunia dan adzab kubur.” (HR. Al‐Bukhori no. 6374.)
79
َو، ﺖﻠْ ِ
ﻤ ﻋ ﺎﻣ ﺮﺷ ﻦ ِ
ﻣ ﻚ ِ
ُ َ َ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ إِﻧﱢ ْﻲ أَﻋُ ْﻮذُﺑ َ ْ َ ﱢ
ِﻣ ْﻦ َﺷ ﱢﺮ َﻣﺎ ﻟَ ْﻢ أَ ْﻋ َﻤ ْﻞ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada‐Mu dari keburuk‐
an apa yang telah aku kerjakan dan dari keburukan apa yang belum
aku kerjakan.” (HR. Muslim no. 2716, Abu Dawud no. 1550)
80
ِ َﺸ ْﻴﻄ
ﺎن اﻟ ﱠﺮِﺟ ِﻴﻢ ِ أَﻋُﻮذُ ِﺑﺎ
ﷲ ِﻣ َﻦ اﻟ ﱠ
81
Mahatinggi lagi Mahabesar.” (Al‐Baqarah:255) (dibaca sekali
setiap pagi dan sore)60
(2) َﺧﻠَ َﻖ َﻣﺎ َﺷ ﱢﺮ ِﻣ ْﻦ (1) اﻟْ َﻔﻠَ ِﻖ ب ﺑَِﺮ ﱢ ُأَﻋُﻮذ ﻗُ ْﻞ.3
َﺷ ﱢﺮ َوِﻣ ْﻦ (3) ﺐ ﻗ
َ
َ َ و اذَ ِ
إ ﻖ ٍ ِ َﻏ َﺷ ﱢﺮ وِﻣﻦ
ﺎﺳ ْ َ
ِ ﺣ َﺷ ﱢﺮ وِﻣﻦ (4) اﻟْﻌ َﻘ ِﺪ ﻓِﻲ ﺎت
إِ َذا ﺎﺳ ٍﺪ ِ َاﻟﻨﱠـ ﱠﻔﺎﺛ
َ ْ َ ُ
(5) ﺴ َﺪ
َ َﺣ
3. Katakanlah: "Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai
Shubuh, dari kejahatan makhluk‐Nya, dan dari kejahatan ma‐
lam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan‐kejahatan
wanita tukang sihir yang mengembus pada buhul‐buhul, dan
dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki".
(Surat Al‐Falaq, dibaca pagi dan sore 3 x )62
60
HR. Hakim 1/562, Shahih At‐Targhib wat Tarhib 1/417‐418 no. 662, Shahih.
61,
HR. Abu Daud no.5082, An‐Nasaai 8/250 dan At‐Tirmidzy no. 3575, Ahmad 5/312,
Shahih At‐Tirmidzy 3/182 no. 2829, Tuhfatul Ahwadzy 10/28 no.3646, Shahih At‐
Targhib wat Tarhib 1/411 no. 649, hasan shahih.
82
83
ُأَﻋُ ْﻮذ ب ر ، ِ
ﺮ ﺒ ِ
اﻟﻜ ِ
ﻮء ﺳ ِ ِ ِ
َ َﱢ ُ َ َ َ َ ﺑ ُأَﻋُ ْﻮذ
و ، ﻞ ﺴ ﻜ
َ ْ
ﻟ ا ﻦ ﻣ ﻚ
اﻟ َﻘ ْﺒ ِﺮ ﻓِﻲ اب ٍ َو َﻋ َﺬ اﻟﻨﱠﺎ ِر ﻓِﻲ ب ٍ َ َﻋﺬا ِﻣ ْﻦ ﻚِ
َﺑ
5 “Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik
Allah, segala puji bagi Allah. Tiada Rabb (yang berhak disembah)
kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi‐Nya. Bagi‐Nya
kerajaan dan bagi‐Nya pujian. Dialah Yang Mahakuasa atas
segala sesuatu. Wahai Rabb, aku mohon kepada‐Mu kebaikan
di hari ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada‐Mu
dari kejahatan hari ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Rabb,
aku berlindung kepada‐Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari
tua. Wahai Rabb, aku berlindung kepada‐Mu dari siksaan di
neraka dan kubur”. (dibaca 1 x)64
Dan ketika sore Rasulullah وﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ اﷲ ﺻﻠﻰ membaca :
64
HR. Muslim no. 2723, Abu Daud no. 5071, At‐Tirmidzy 3390, shahih
84
ِﻣ ْﻦ ﻚِﺑ ذﻮَﻋأ ب ر ، ِ
ﺮ ﺒ ِ
اﻟﻜ ِ
ﻮء ﺳ و ، ِ
ﻞ ﺴ ﻜْ
ﻟ ا ﻦﻣِ
َ ُ ُْ َ َ ﱢ
َُ ََ َ
اﻟ َﻘ ْﺒ ِﺮ ﻓِﻲ اب ٍ َو َﻋ َﺬ اﻟﻨﱠﺎ ِر ﻓِﻲ ب
ٍ ََﻋﺬا
“Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik
Allah, segala puji bagi Allah. Tiada Rabb (yang berhak disembah)
kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi‐Nya. Bagi‐Nya
kerajaan dan bagi‐Nya pujian. Dialah Yang Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Wahai Rabb, aku mohon kepada‐Mu kebaikan
di malam ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada‐
Mu dari kejahatan malam ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai
Rabb, aku berlindung kepada‐Mu dari kemalasan dan kejelekan
di hari tua. Wahai Rabb, aku berlindung kepada‐Mu dari siksaan
di neraka dan kubur”. (dibaca 1 x)
Dan ketika pagi Rasulullah وﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ اﷲ ﺻﻠﻰ membaca :
65
HR. At‐Tirmidzy no. 3391, Shahih At‐Tirmidzy no. 2700 dan Abu Daud no. 5068,
Ahmad 2/354, Ibnu Majah no 3868, dan Shahih Adabul Mufrad no. 911, shahih
85
، ﻧَ ْﺤﻴَﺎ ﻚ ِ
ﺑو ، ﺎﻨﺤ ﺒ َﺻ
أ ﻚ ِ
ﺑو ِ ﱠ
َ َ َ ْ َْ
َ ْ َ ْ َ ُ اﻟﻠ
، ﺎ
َ ﻨ ﻴ ﺴ َﻣ
أ ﻚ ﺑ ﻢﱠ ﻬ
ﺼ ُﻴﺮِ اﻟْﻤ ﻚ ِ ِ
َ َ ْ َ ُ ُ َ َ َوﺑ .
ﻴَﻟإو ، ﻮت ﻤ ﻧ ﻚ
“Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan‐Mu kami me‐masuki
sore dan dengan rahmat dan pertolongan‐Mu kami memasuki
waktu pagi. Dengan rahmat dan kehendak‐Mu kami hidup dan
dengan rahmat dan kehendak‐Mu kami mati. Dan kepada‐Mu
tempat kembali (bagi semua makhluk).” (dibaca 1 x)
66
HR. Al‐Bukhori 7/150 ( Fathul Bary 11/97‐98, 130), Ahmad 4/122‐125, An‐Nasaai
8/279‐280
86
69
HR. At‐Tirmidzi no. 3392 dan Abu Dawud no.5067, lihat Shahih At‐Tirmidzi no. 2071,
Shahih Adabul Mufrad no. 914, shahih
70
HR. At‐Tirmidzi no. 3388, Abu Daud no. 5088, Ahmad no. 446 & 476 Tahqiq Ahmad
Syakir dan Ibnu Majah no. 3869, lihat Shahih Ibnu Majah no. 3120, Hakim 1/513,
Shahih Adabul Mufrad no. 513, Shahih At‐Targhib wat Tarhib 1/413 no. 655,
sanadnya shahih
71
HR. Ahmad 4/337, Abu Daud no. 5072, At‐Tirmidzi no. 3389, Shahih At‐Targhib wat
Tarhib 1/415 no. 657, An‐Nasaai dalam Amalul Yaum wal Lailah no. 4 dan Ibnu Sunny
no. 68, dishahihkan oleh Imam Hakim dalam Mustadrak 1/518 dan disetujui oleh
Imam Adz‐Dzahaby, hasan
89
ﻟِ ْﻲ َﺻﻠِ ْﺢ
ْ أ ـﺚ
ُ ﻴ ِ
ﻐ ﻚ ِ
ﺘ ﻤ ﺣ ﺮِ
َ ْ َ َ ْ َ ﺑ ﻮم
ـﺘ أﺳ ُ ﻗَـﻴﱡ ﻳَـﺎ ـﺎﺣ ﱡﻲ
َ َﻳ.13
َﻋ ْﻴ ٍﻦ َﻃَ ْﺮﻓَﺔ ﻧَـ ْﻔ ِﺴﻲ إِﻟَﻰ ﺗَ ِﻜ ْﻠﻨِﻲ َ َوﻻ ُ ُﻛﻠﱠﻪ َﺷﺄْﻧِﻲ
13. “Wahai Rabb Yang Mahahidup, Wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri
(tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat‐Mu aku memohon
pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserah‐
kan kepadaku sekalipun sekejap mata (tanpa pertolongan dari‐
Mu)”. (dibaca setiap pagi dan sore 1 x )72
Dan ketika pagi Rasulullah وﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ اﷲ ﺻﻠﻰ membaca :
72
HR. An‐Nasaai dan Bazar dan Al‐Hakim 1/545, lihat Shahih At‐Targhib wat Tarhib
1/417 no. 661, hasan
73
HR. Ahmad 3/406‐407, 5/123, Ad‐Darimy 2/292 dan Ibnu Sunny dalam Amalul
Yaum wal Lailah no. 34, Misykatul Mashabiih no. 2415, Shahih Jamiush Shaghir no.
4674, shahih
90
َﻛﻠِ َﻤ ِﺔ َﻋﻠَﻰ َو , ا ِﻹﺳـﻼَِم ﻓِﻄْ َﺮِة َﻋﻠَﻰ ﺴ ْﻴـﻨَﺎ َ أ َْﻣ
اﷲ ﺻﻠﻰ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ ﻧَﺒِﻴﱢـﻨَﺎ ِدﻳْ ِﻦ َو َﻋﻠَﻰ ، ص ِ َا ِﻹ ْﺧﻼ
ُﻣ ْﺴﻠِ ًﻤﺎ َﺣﻨِﻴ ًﻔﺎ إِﺑْﺮاَ ِﻫ ْﻴ َﻢ أَﺑِْﻴـﻨَﺎ ِﻣﻠﱠ ِﺔ َو َﻋﻠَﻰ وﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ
اﻟﻤ ْﺸ ِﺮﻛِ ْﻴ َﻦ ﻦﻣِ َﻛﺎ َن وﻣﺎ
ُ َ ََ
“Di waktu sore kami memegang agama Islam, kalimat ikhlas,
agama Nabi kita Muhammad وﺳ ـ ــﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ اﷲ ﺻ ـ ــﻠﻰ, dan agama ayah
kami, Ibrahim, yang berdiri diatas jalan yang lurus, muslim dan
tidak tergolong orang‐orang yang musyrik”. (dibaca 1 x )
ُ َوﻟَﻪ ﻚ
ُ اﻟ ُْﻤ ْﻠ ُﻟَﻪ ، ُﻟَﻪ ﻚ َ ْﻻَ َﺷ ِﺮﻳ ُ َو ْﺣ َﺪﻩ اﷲ إِﻻﱠ َﻻَإِﻟَﻪ.16
ﻳْـ ٌﺮ ﻗَ ِﺪ َﺷ ْﻲ ٍء ُﻛ ﱢﻞ َﻋﻠَﻰ َو ُﻫ َﻮ ْﺤ ْﻤ ُﺪ
َ اﻟ
74
HR. Muslim 2/572 no. 2693, Ahmad 5/420, Silsilah Shahihah no. 113 & 114, Shahih
At‐Targhib wat Tarhib 1/416 no. 660, shahih
75
HR.Abu Daud no. 5077, Ibnu Majah no. 3867 Shahih Jamiush Shaghir no. 6418,
Misykatul Mashabiih no. 2395, Shahih At‐Targhib wat Tarhib 1/414 no. 656,
shahih
91
16. “Tiada Rabb (yang berhak disembah) selain Allah Yang Maha
Esa, tidak ada sekutu bagi‐Nya. Bagi‐Nya kerajaan dan bagi‐Nya
segala puji. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu”. (dibaca setiap
pagi dan sore 100 x)76
، ﻧَـ ْﻔ ِﺴ ِﻪ ﺿﺎرِ
َ َ و ، ﻪِ ِ
ﻘ ﻠ
ْ ﺧ دﺪ ﻋ ﻩِ ِ
َ َ َ َ َوﺑِ َﺤ ْﻤ اﷲ ُﺳ ْﺒ َﺤﺎ َن.17
ﺪ
َﻛﻠِﻤﺎَﺗِِﻪ اد ِ ِ ِ
َ َ َ َﻋ ْﺮ ََوِزﻧَﺔ
ﺪ ﻣو ﻪ ﺷ
17. “Mahasuci Allah, aku memuji‐Nya sebanyak makhluk‐Nya,
sejauh kerelaan‐Nya, seberat timbangan Arsy‐Nya, dan
sebanyak tinta tulisan kalimat‐Nya”. (dibaca ketika pagi 3 x)77
76
HR. Bukhori 4/95 dan Muslim 4/2071 no. 2691, shahih
77
HR. Muslim 4/2090 no. 2726, Syarah Muslim 17/44, shahih
78
HR. Ibnu Majah no. 925, Ahmad 6/294, 305, 318, 322 dan Ibnu Sunny dalam Amalul
Yaum wal Lailah no. 102, shahih
79
HR. Muslim 4/2071 no. 2691, Syarah Muslim 17/17‐18, Shahih At‐Targhib wat
Tarhib 1/413 no. 653, shahih
92
إِﻟَْﻴ ِﻪ ـﻮبـ ﺗَأو اﷲ ﺮﻔِ ْأَﺳﺘَـﻐ.20
ُ ُ ََ ُ ْ
20. “Aku memohon ampunan kepada Allah dan bertobat kepada‐
Nya”. (dibaca setiap hari 100 x )80
80
HR. Bukhori dalam Fathul Baary 11/101dan Muslim 4/2075, shahih
81
HR. Ahmad 2/290, An‐Nasaai dalam Amalul Yaum wal Lailah no. 590, Ibnu Sunny
no.68, Shahih At‐Targhib wat Tarhib 1/412 no. 652, Shahih Jamiush Shaghir no.
6427, shahih
93
14. Manasiikul Hajj wal Umroh Syaikh Muhammad Sholeh Al‐Utsaimin
15. Mu’jamul Bida’ oleh Raid bin Shabri bin Abu Alafah
16. Al‐Mughni libnil Qudamah V/87 cet. Daarul Hadits Kairo th. 1425 H.
17. Tashhih ad‐Du’a hal. 522 oleh Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid ‘Ashimah, KSA
18. Penjelasan kitab Nailul Author oleh Syaikh Sholeh bin Al‐Masyari Al‐Emiraty
hafizhahullah.
19. Penjelasan kitab Fathul Bari oleh Syaikh Sholeh bin Al‐Masyari Al‐Emiraty
hafizhahullah.
20. Penjelasan kitab al‐Mughni libnil Qudamah oleh Syaikh Sholeh bin Al‐Masyari Al‐
Emiraty hafizhahullah.
Al faqiir Illallah,
Zaki Rakhmawan ‐ Abu Kayyisa
Di desa Ar‐Rahbah, Abu Dhabi UAE
Semoga bermanfaat.
www.belajarhadits.com
(zak1rach@yahoo.com)
Follow kajian online di: http://www.wiziq.com/zaki‐abu‐kayyisa
94
95
96