Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Jenis Pupuk


Pupuk merupakan unsur hara tanaman yang sangat diperlukan oleh tanaman
dalam proses produksi. Ada beberapa 2 jenis pupuk, yaitu
1. Pupuk organik yaitu pupuk yang berasal dari pembusukan mahluk hidup
2. Pupuk an-organik yaitu pupuk yang tidak berasal dari pembusukan mahluk
hidup.

Ada beberapa jenis pupuk anorganik, diataranya adalah :


1. Pupuk tunggal : Mengandung satu hara utama
2. Pupuk tunggal : Mengandung satu hara utama, tidak terlalu mahal per kg
hara, mahal dibiaya kerja, mudah diberikan sesuai rekomendasi.
3. Pupuk Campur : Campuran beberapa pupuk tunggal secara manual, sekali
aplikasi, tidak semua pupuk dapat dicampur, keseragaman campuran
beragam, sulit untuk diterapkan untuk tanaman menghasilkan.
4. Pupuk Majemuk : Satu formulasi mengandung beberapa hara utama, harga
per kg hara
5. Pupuk Majemuk Khusus : Pupuk majemuk yang dibuat secara khusus, seperti
dalam bentuk tablet atau pellet, efektivitas masih perlu diuji.
(www.Pusri Keluarga Petani, 2009)

Universitas Sumatera Utara


2.2 Sifat Pupuk
Sifat pupuk sangatlah beragam, sehingga hendaklah pemilihan pupuk sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang telah ada.
Tabel 2.1 Sifat pupuk an-organik

Sumber Hara Hara Utama N P2O5 K2O MgO CaO B Cu S Cl

1. Pupuk Tunggal

- Urea N 46
- Ammonium Nitrat
N 35
(AN)
- Sulphate of Ammonia
N, S 21 24
(SOA - ZA)
- Rock Phosphate (RP) P, Ca 30 45
- Triple Super
P, Ca 46 20
Phosphate (TSP)
- Single Super
P, Ca, S 18 25 11
Phosphate (SSP)
- Muriate of Potash
K, Cl 60 35
(MOP - KCl)
- Sulphate of Potash
K, S 50 17
(SOP-ZK)
- Kieserite Mg, S 27 23
- Dolomit Mg, Ca 22 30
- Sulfur S 97
- Borate B 11
- Copper Sulphate
Cu 25 13
(CuSO4.H2O)
- Langbeinite K, Mg, S 22 18 22

2. Pupuk Majemuk

- Diammonium
N, P 18 46
Phosphate (DAP)
- NPK (12-12-17-2) N,P,K,Mg 12 12 17 2
- NPK (15-15-6-4) N,P,K,Mg 15 15 6 4
- NPK (15-15-15) N,P,K 15 15 16

(Sumber : www.Pusri Keluarga Petani, 2009)

Universitas Sumatera Utara


2.3 Di-Amonium Fosfat (DAP)
Pembuatan pupuk fosfat secara komersial dimulai dengan pengolahan asam
fosfat. Salah satu jenis pupuk yang menggunakan bahan dasar asam fosfat adalah di-
amonium fosfat (DAP). Asam fosfat yang digunakan adalah asam fosfat hasil proses
wet dengan konsentrasi 40%. Pupuk fosfat yang lebih dikenal secara komersial
adalah monoamonium fosfat (MAP). Di-amonium fosfat (DAP) adalah jenis pupuk
yang diperoleh dari reaksi antara amonia cair atau gas dengan asam fosfat cair. Hasil
reaksi ini berupa monoamonium fosfat (MAP) dan di-amonium fosfat (DAP) dalam
bentuk slurry. Hasil reaksi kemudian ditambahkan dengan amonia sehingga
menghasilkan di-amonium fosfat. Di-Amonium Fosfat (DAP) yang dikomersialkan
biasanya dalam bentuk granular atau butiran dengan kelembaban maksimum adalah
0,2%. DAP lebih banyak digunakan sebagai pupuk karena mengandung 60%
Nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.

2.2 Kegunaan Di-Amonium Fosfat


Di-amonium fosfat (DAP) adalah pupuk yang berbentuk butiran yang telah
banyak diaplikasikan di dalam dunia pertanian.
Banyak sektor yang telah memanfaatkan DAP, diataranya adalah :
1. Sektor pertanian yang menggunakan DAP sebagai pupuk karena mengandung
Nitrogen (N) dan Fosfor (F) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman
2. Industri rokok menggunakan DAP sebagai bahan tambahan dalam campuran
rokok yaitu untuk menambah kenikmatan rokok
3. Dalam Industri makanan, DAP digunakan sebagai bahan tambahan
pembuatan ragi roti
4. Dalam Industri minuman, DAP digunakan sebagai bahan tambahan dalam
pembuatan anggur, bir
(wikipedia, 2009)

Universitas Sumatera Utara


2.3 Sifat-Sifat Bahan Baku dan Produk
2.3.1 Sifat-Sifat Bahan Baku
A. Asam fosfat
1. Rumus kimia : H3PO4
2. Berat molekul : 98 gr/ mol
3. Titik didih : 158C
4. Ttitik lebur : 21C
5. Ph : 1,5
6. Densitas : 3,4 gr/ L
7. Kelarutan dalam air : 100%
8. Berbentuk cairan kental dan tidak berwarna
9. Bersifat korosif, jika terkena mata dapat menyebabkan kerusakan sementara,
terkena kulit menyebabkan kulit terbakar

B. Amonia
1. Rumus Kimia : NH3
2. Berat molekul : 17,031 gr/ mol
3. Titik didih : −33.34 °C
4. Titik lebur : −77.73 °C
5. Densitas : 0.73 kg/m3 (pada 1.013 ; 15 °C)
6. Kelarautan dalam air : 702 g/100 mL (20 °C)
7. Dapat berbentuk padatan, cairan, dan gas
8. Sebagian besar digunakan sebagai pupuk dan sebagai pembersih
9. Amonia dalam bentuk cairan dapat digunakan sebagai pelarut
10. Bereaksi dengan asam dapat membentuk garam
Reaksi : NH3 + HCl → NH4Cl
(wikipedia, 2009)

Universitas Sumatera Utara


C. Monoetanolamina (MEA)
1. Rumus Kimia : C2H7ON
2. Berat mmolekul : 61 gr/ mol
3. Titik didih : 171C (pada 760 mmHg)
4. Titik lebur : 10,5C
5. Viskositas : 24,1 cps pada 20C; 1 atm
6. Panas Penguapan : 825,7376 kJ/ kg K pada pada 20C; 1 atm
7. Tekanan uap : 0,36 mmHg pada 20C
8. Merupakan larutan dari golongan Alkanolamina
(Khol & Arthur, 1997)

2.3.2 Sifat-Sifat Produk


A. Di-Amonium fosfat
1. Titik lebur : < 100C
2. Berat Molekul : 231,06 gr/ mol
3. Densitas : 1,6 gr/ cm3
4. Ph : 7,3
5. Kelarutan dalam air : 690 mg/ L pada 25C
6. Berbentuk kristal berwarna putih hingga kecoklatan
7. Kontak dengan kulit yang berkepanjangan menyebabkan iritasi
8. Jika tertelan dapat menyebabkan iritasi pada lambung
9. Tidak menyebaban kebakaran, tetapi saat dipanaskan akan menghasilkan gas
yang berbahaya.
(wikipedia, 2009)

2.4 Pembuatan Di-Amonium fosfat (DAP)


Ada beberapa teknik pembuatan DAP, diantaranya adalah (US Patent, 2009)
1. Pembuatan DAP dengan menggunakan Kneading Mill
Pembuatan butiran DAP dengan metode ini dilengkapi dengan alat kneading
mill yang berfungsi untuk menyeragamkan ukuran partikel yang berasal dari proses
netralisasi, sebelum dilanjutkan ke granulator. Pada proses ini terjadi penambahan
kalium dalam bentuk padatan atau yang telah dilarutkan dalam asam. Kalium yang

Universitas Sumatera Utara


biasa digunakan adalah KCL atau KNO3 atau K2SO4 atau K3PO4. Jumlah kalium
yang ditambahkan adalah 0-50% dari jumlah produk ahir yang dihasilkan.
Penambahan kalium dilakukan pada tahap kedua yaitu pada kneading mill, Karena
jika dilakukan penambahan kalium pada netralisasi dapat menghasilkan asam klorida
(HCl) yang dapat mengganggu proses netralisasi, sehingga penambahan kalium
dilakukan pada kneading mill.
Asam fosfat dan amonia dimasukkan ke dalam reaktor hingga terjadi proses
netralisasi, hasil reaksi berupa slurry dikirim ke kneading mill dan disini terjadi
penambahan amonia, tujuan dikirim ke kneading mill adalah agar ukuran slurry
menjadi lebih seragam. Setelah dari kneading mill dilanjutkan ke granulator. Pada
granulator terjadi penambahan amonia. Keluaran dari granulator adalah DAP dalam
bentuk butiran, kemudian dikeringkan di dalam dryer dan dilanjutkan ke cooler.
DAP kemudian disaring di screen. Ukuran yang diinginkan ditampung dalam sebuah
bejana sedangkan ukuran kecil dikirim kembali ke kneading mill dan DAP yang
berukuran besar diperkecil dengan mengirim ke crusher, dan disaring kembali dalam
screen.
(Brown, dkk, 1977)

2. Pembuatan DAP dengan menggunakan Rotary Drum Granulator


Amonia dan Asam fosfat direaksikan dalam sebuah reaktor kontinu sehingga
terjadi proses netralisasi, hasil reaksi berupa amonium fosfat dan diamonium fosfat
dalam bentuk slurry. Slurry kemudian dipompakan ke dalam granulator, pada alat
ini terjadi penambahan amonia untuk menghasilkan di-amonium fosfat dalam bentuk
butiran yang memiliki ukuran yang berbeda-beda. Butiran ini kemudian dikeringkan
di dryer, ukuran besar dikirim ke mill untuk diperkecil dan dikembalikan ke
granulator, sedangkan ukuran yang diinginkan disaring dan hasilnya ditampung
dalam sebuah bejana. Untuk ukuran yang kecil dikembalikan lagi ke granulator.
(Fairchild, dkk, 1986)

Universitas Sumatera Utara


3. Pembuatan DAP dengan menggunakan reaktor pipa bertekanan tinggi
Pembuatan DAP dengan menggunakan reaktor pipa bertekanan tinggi
haruslah diperhatikan karena reaktor bertekanan di atas 45 psig dapat menyebabkan
kerusakan pada hasil reaksi. Metode ini dilengkapi dengan alat absorber yang
berfungsi untuk menyerap amonia dari campuran gas, yang merupakan hasil reaksi.
Hasil absorpsi adalah amonia dan dikembalikan kembali ke reaktor pipa.
Asam fosfat yang digunakan adalah asam fosfat konsentrasi 40%. Amonia
dan asam fosfat direaksikan dalam reaktor pipa bertekanan tinggi, hasil reaksinya
berupa slurry. Slurry kemudian dikirimkan ke granulator, pada granulator terjadi
penambahan amonia. Keluaran granulator berupa di-amonium fosfat (DAP)
berbentuk butiran yang kemudian dikeringkan dengan menggunakan dryer. Hasil
keluaran dryer adalah butiran DAP yang memiliki ukuran yang berbeda-beda. DAP
kemudian disaring di screen. DAP yang berukuran besar dihancurkan di ball mill dan
kemudian dikirim kembali ke granulator, yang berukuran kecil dikembalikan ke
granulator dan ukuran yang diinginkan ditampung dalam bejana penampung. DAP
yang dihasilkan dari proses ini menghasilkan yield yang besar dan alat yang
digunakan mudah untuk didapatkan.
(Salladay, dkk.1988)

2.5 Pemilihan Proses


Dari berbagai proses pembuatan DAP, dipakai proses pembuatan di-amonium
fosfat (DAP) dengan menggunakan reaktor pipa, karena pada proses ini diperoleh
beberapa keuntungan antaranya adalah :
a. Peralatan yang digunakan lebih praktis, lebih ekonomis, mudah untuk
dioperasikan, dan cepat untuk diperoleh.
b. Proses pemanfaatan bahan kimia panas secara cepat dan efektif dapat
mengevaporasi air dari umpan asam dan menghasilkan produk berupa butiran
yang seragam.
c. Dilengkapi dengan peralatan distributor slurry yang memiliki karakter bentuk
dengan sudut yang besar dan gesekan yang kecil, sehingga dengan karakter
ini dapat mengurangi laju yang tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan
lapisan padatan pada granulator.

Universitas Sumatera Utara


d. Pemanfaatan distributor slurry dalam proses membawa keuntungan yaitu
dapat menguapkankan air dalam jumlah yang besar sehingga ketika slurry
keluar dari distributor maka tekanan turun dari tekanan reaktor menjadi
tekanan atmosfer.
e. Pemanfaatan distribusi slurry pada proses yang cepat dapat meningkatkan
persentase ukuran produk di dalam granulator
f. Tekanan tinggi, semprotan gesekan yang kecil yang terjadi pada slurry
menghasilkan pendinginan pada granulator

2.6 Deskripsi Proses


Di-amonium fosfat diperoleh dari hasil reaksi antara amonia dengan asam
fosfat cair. Dengan reaksi : 2NH3 + H3PO4  (NH4)2PO4 (Anonim, 2009)
Asam fosfat dengan konsentrasi 40% yang berasal dari tangki penyimpanan
(T-102) dengan kondisi operasi 30C dengan tekanan 1 atm dimasukkan ke dalam
menara absorpsi (A-202) yang digunakan sebagai absorben untuk mengabsorpsi
amonia dari campuran gas yang merupakan hasil reaksi dari reaktor pipa. Kondisi
operasi pada menara absorpsi terjadi pada tekanan 1 atm. Campuran gas H2S dan
amonia yang berasal dari menara absorpsi kemudian dikirimkan ke reaktor pipa (R-
201). Amonia yang berasal dari tangki penyimpanan (T-103) dengan kondisi operasi
30C dan tekanan 11,5 atm dikirimkan ke reaktor pipa untuk direaksikan dengan
asam fosfat, sehingga terjadi proses netralisasi. Kondisi operasi pada reaktor pipa
adalah 171C dan tekanan 6,12 atm. Tujuan penambahan air adalah untuk menjaga
temperatur reaksi agar tidak terlalu tinggi sehingga tidak merusak produk yang akan
dihasilkan. Hasil proses netralisasi adalah monoamonium fosfat (MAP), sebagian
kecil di-amonium fosfat (DAP) dan gas yang mengandung NH3 dan H2S. Gas hasil
reaksi kemudian dikirim ke menara absorpsi sehingga amonia dapat diabsorpsi
kembali. Hasil proses absorpsi adalah amonia dan gas buang dan uap air. Amonia
kemudian digunakan kembali pada reaktor pipa. Monoamonium fosfat (MAP) dan
di-amonium fosfat (DAP) yang dihasilkan dari proses netralisasi pada reaktor pipa
berbentuk slurry. Kemudian slurry dikirimkan ke granulator (TT-203) dengan
menggunakan pompa (J-212). Kondisi operasi pada granulator adalah 87,78C.

Universitas Sumatera Utara


Di dalam granulator terjadi penambahan amonia dengan tujuan untuk menghasilkan
di-amonium fosfat (DAP). Reaksi slurry dan amonia yang terjadi pada granulator
menghasilkan panas yang digunakan untuk mengeraskan butiran di-amonium fosfat
yang telah terbentuk.
Butiran DAP yang terbentuk masih memiliki kelembaban yang besar, yaitu
sekitar 3-4%, sehingga diperlukan proses pengeringan untuk mengurangi kadar air di
dalam DAP. DAP dikeringkan dalam Rotary Drum Dryer (CD-204). Pada dryer ini
terjadi penambahan panas dengan tujuan untuk mengurangi kadar air didalam DAP.
DAP yang telah dikeringkan dari Rotary Drum Dryer mengandung kelembaban
0,2%.
Butiran di-amonium fosfat (DAP) kering kemudian disaring dalam screen (S-
301). Pada proses screening akan dipisahkan antara DAP yang berukuran besar (> 4
mm) dengan DAP yang berukuran produk (< 4 mm). DAP yang berukuran besar
akan dikirim ke Ball Mill (SR-303) dengan menggunakan Belt Conveyor (C-305).
Pada Ball Mill butiran DAP akan dihaluskan dan kemudian dikirim ke granulator
untuk direaksikan kembali bersamaan dengan DAP ukuran kecil dan slurry dari hasil
proses netralisasi. DAP yang berukuran lebih kecil dari 4 mm atau sama dengan 4
mm akan disaring kembali menggunakan screen (S-302) untuk memisahkan DAP
yang berukuran produk (2-4 mm) dan DAP yang berkuran lebih kecil dari 2-4 mm (<
2-4 mm). DAP yang berukuran < 2-4 mm akan dikembalikan ke dalam granulator
dengan menggunakan Buklet Elevator (C- 308) dan DAP yang berukuran produk (2-
4mm) akan dikirim di dalam bejana penyimpan (T-304) dengan menggunakan belt
Conveyor (C-307) (Salladay, dkk.1988).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai