Sri Wahyuni - Sumaary - Peptic Ulcer - 04
Sri Wahyuni - Sumaary - Peptic Ulcer - 04
SUMMARY
PERCOBAAN IV : PEPTIC ULCER
OLEH:
NAMA : SRI WHYUNI
STAMBUK : 18.031.014.001
KELOMPOK : I (SATU)
KELAS : 4A
ASISTEN : SITI REZKI SYAFIRA
ATPase adalah enzim yang menfasilitasi pertukaran hidrogen dan kalium melalui sel, yang
biasanya menghsilkan ekstruksi kalium dan asam klorida (HCl) (drugbank). Ion H + berasal dari
proses metabolisme-metablisme sel pariental. secara spesifik, ion H + dieksresi sebagai hasil
pemeahan dari molekul H2O menjadi H+ dan OH-. disel parental disekresi kelumen oleh pompa
H+/ K+ ATPase yan berada d membran luminal sel pariental. Transpor aktif primer ini juga
memompa K+ yan telah ditransporkan, secara pasif balik ke lumen, elalui kanal K +, sehingga
jumlah K+ tidak berubah setelah sekresi H+. Sel-sel pariental memiliki banyak karbonat anhidrase
(ca). Dengan adanya karbonat anhidrase, H 2O lebih mudah berikata dengan CO2, yang diproduksi
oleh sel pariental melalui proses metabolisme atau berdifusi masuk dri darah. Kombinasi antara
H2O dan CO2 menghasilakan H2CO3 yang secara parsial terurai menjadi H + dan HCO3-. HCO3- mines
dipindahkan ke plasma oleh antipoter Cl - dan HCO3- pada membran basoteral dari sel pariental.
kemudian mengangkat Cl- dari plasma ke lumen lambung (Sherwood, 2010). Sekresi asam
diekspresikan sebagai jumlah asam yang disekresikan dalam kondisi basal atau puasa, output
asam basal (BAO); setelah stimulasi maksimal, output asam maksimal (MAO); atau sebagai
respons terhadap makanan. Sekresi asam basal, maksimal, dan stimulasi makan bervariasi
menurut waktu hari dan status psikologis, usia, jenis kelamin, dan status kesehatan individu.
PAB mengikuti ritme sirkadian, dengan sekresi asam tertinggi terjadi di malam hari dan terendah
di pagi hari. Peningkatan rasio PAB: MAO menunjukkan keadaan hipersekresi basal seperti ZES.
Ulasan sekresi asam lambung dan pengaturannya dapat ditemukan di tempat lain (Dipiro 7, 2009)
Mekanisme pertahanan mukosa meliputi sekresi lendir dan bikarbonat, pertahanan sel
epitel intrinsik, dan aliran darah mukosa. Perbaikan mukosa setelah cedera terkait dengan
restitusi sel epitel, pertumbuhan, dan regenerasi. Pemeliharaan integrasi mukosa dan perbaikan
yang dilakukan oleh produksi prostaglandin secara progresif. Proteksi otot sering digunakan
untuk menggambarkan proses ini, tetapi pertahanan mukosa dan perlindungan mukosa lebih
akurat, seperti halnya di beberapa tempat. Hiperemia lambung dan peningkatan sintesis
prostaglandin mengkarakterisasi proteksi adaptif, adaptasi jangka pendek pada sel mukosa
terhadap iritasi topikal ringan. Fenomena ini memungkinkan perut untuk awalnya menahan efek
iritasi yang merusak. Perubahan pertahanan mukosa yang diinduksi oleh HP atau NSAID adalah
kofaktor paling penting dalam pembentukan tukak lambung (Dipiro 7 ,2009).
5. penggolongan obat peptic ulcer
Menurut (Dipiro 7, 2009 & Tarigan, 2001)
a. Inhibitor Pompa Proton
Inhibitor pompa proton merupakan “prodrug”, yang memerlukan aktivasi di lingkungan
asam. Mekanisme kerjanya adalah memblokir kerja enzim K+/H+ ATP-ase yang akan memecah
K+/H+ ATP. Pemecahan K+/H+ ATP akan menghasilkan energi yang digunakan untuk
mengeluarkan asam dan kanalikuli sel pariental kedalam lumen lambung. Efek samping :
Gangguan saluran cerna (seperti mual, muntah, nyeri lambung, kembung, diare dan
konstipasi), sakit kepala dan pusing. Contoh obat :omeprazol, lasoprazol, rabeprazol,
pantoprazol dan ezomeprazol (Pasricha dan Hoogerwefh, 2008)
b. Antagonis Reseptor H2
Kerja antagonis reseptor H2 yang paling penting adalah mengurangi sekresi asam
lambung. Obat ini menghambat sekresi asam yang dirangsang histamin, gastrin, obat-obat
kolinomimetik dan rangsangan vagal. Volume sekresi asam lambung dan konsentrasi pepsin
juga berkurang. Mekanisme kerjanya memblokir histamin pada reseptor H2 sel pariental
sehingga sel pariental tidak terangsang mengeluarkan asam lambung. Inhibisi ini bersifat
reversibelI. Efek samping : Konstipasi, kejang, hiposfatemia. Contoh obat :Famotidine,
ranitidin, simetidin, nizatidin (Rani, 2011)
c. Sukralfat
Pada kondisi adanya kerusakan yang disebabkan oleh asam, hidrolisis protein mukosa
yang diperantarai oleh pepsin turut berkontribusi terhadap terjadinya erosi dan ulserasi
mukosa. Protein ini dapat dihambat oleh polisakarida bersulfat. Selain menghambat hidrolisis
protein mukosa oleh pepsin, sulkrafat juga memiliki efek sitoprotektif tambahan, yakni
stimulasi produksi lokal prostagladin dan faktor pertumbuhan epidermal
(Parischa dan Hoogerwefh, 2008). Efek samping yang sering dilaporkan adalah konstipasi,
mual dan mulut kering (Berardy dan Lynda, 2005). Contoh obat : Episan, profit, gitafat,
sulfate.
d. Koloid bismuth
Mekanisme kerja melalui sitoprotektif membentuk lapisan bersama protein pada dasar
tukak dan melindunginya terhadap rangsangan pepsin dan asam. Obat ini mempunyai efek
penyembuhan hampir sama dengan H2RA serta adanya efek bakterisidal terhadap H. pylori
sehingga kemungkinan relaps berkurang. Efek samping : Garam bismut dapat memberikan
warna hitam pada tinja dan mungkin lidah (preparat cair). Contoh obat :Sediaan Bismut
Submisilat dan bismut subtitrat kalium (biskalcitrate) (McGuigan, 2000)
e. Antasida
Kandungan antasida berupa magnesium dan aluminium berfungsi untuk menetralkan
asam lambung, aluminium juga menekan H. pylori dan meningkatkan pertahanan mukosa, dan
kandungan antasida lain yaitu simetikan berfungsi untuk menetralka asam lambug dan juga
mencegah efek samping yang disebabkan oleh aluminium dan magnesium. Efek samping : GI
paling umum terjadi dengan antasida dan tergantung dosis. Garam magnesium menyebabkan
diare osmotik, sedangkan garam aluminium menyebabkan sembelit. Diare biasanya
mendominasi dengan preparat magnesium/aluminium. Antasida yang mengandung aluminium
(kecuali aluminium fosfat) membentuk garam yang tidak larut dengan fosfor makanan dan
mengganggu penyerapan fosfor (Pasricha dan Hoogerwefh, 2008),
f. Analog Prostaglandin
Mekanisme kerjanya mengurangi sekresi asam lambung menambah sekresi mukus,
sekresi bikarbonat dan meningkatkan aliran darah mukosa. Efek samping yang sering
dilaporkan diare dengan atau tanpa nyeri dan kram abdomen. Conth obat : Misoprostol
(Tarigan, 2001)
Regimen pengobatan (Dipiro edisi 8, 2011)
DAFTAR PUSTAKA
Berardy, R.R, dan Lynda, S.W., 2005. Peptic Ulcer Disease dalam Pharmacotherapy a
Phatophysiologic Approach,. Sixth Edition. McGraw-Hill, Medical Publishing Division
by The McGra-Hill Companies
Dipiro.JT., 2009. Pharmacoterapy Handbook 7th edition. Mc Graw Hill: New York
Dipiro J.T. Wells B.G., Scwinghammer T.L., and Dipiro C.V., 2015 “Pharmacoteraphy Handbook
eight edit., McgRAW-Hill Education companies : Inggris
Hoogerwerf, W. A. dan P.J. Pasricha. 2008. Pharmacotherapy of Gastric Acidity. Peptic Ulcers
and Gastroesophageal Reflux Disease. Dalam Manual of Pharmacology and
Theraupetics. Editor Brunton, L., K. Parker, D Blumenthal dan I .Buxton. Chpter
37th.The Mc Graw-Hill Companies.Inc: USA
McGuigan JE. 2000. Ulkus Peptikum dan Gastritis, Dalam Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD,
Martin JB, Fauci AS, Kasper DL. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, (Edisi kedua).
EGC : Jakarta
Rani, A. A., Jacobus, A., 2011. Buku Ajar Gastroenterologi, In: Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 1st
ed. Interna Publishing : Jakarta Pusat
Sherwood, L. 2010. Human physiology : from cells to system. 7th Ed. Yolanda Cossio. Canada
Taringan, P. 2001. Tukak gstre. Buku ajaran penyakit dalam.Edisi 4 jlid 1. Pusat penerbit
fakultas kedokteran. Jakarta