Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH KONSELING CLIENT CENTERED TERHADAP SELF


EFFICACY PADA SISWA DI SMPN 2 NGANTRU KABUPATEN
TULUNGAGUNG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Seminar Proposal

Dosen Pembimbing:
“Zun Azizul Hakim, M. Psi.”

Disusun oleh:
Seyliana Ratnasari NIM. 17306163033

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap manusia dilahirkan ke dunia dengan di anugerahi kondisi mental
dan fisik yang berbeda-beda. Hal tersebut menjadi sebab bahwa setiap
manusia memiliki ciri khas dan pembawaan masing-masing. Kondisi mental
dan fisik berangsur-angsur tumbuh dan berkembang seiring bejalannya waktu.
Pengaruh lingkungan sekitar turut menjadi faktor penunjang tumbuh
kembang. Pengaruh baik akan membawa dampak baik bagi pada
kepribadiannya, begitu sebaliknya pengaruh buruk akan membawa dampak
buruk pada dirinya. Individu dapat menyesuaikan diri dengan baik secara
otomatis mampu mengahadapi berbagai kondisi lingkungan di sekitarnya.
Kemampuan untuk menghadapi kondisi lingkungan tersebut pada dasarnya
berbeda pada setiap individu. Individu yang dapat menggunakan dan
memanfaatkan kemampuannya dengan baik tentunya dapat dengan mudah
beradaptasi. Pada kenyataannya individu sekarang banyak yang kurang yakin
akan kemampuan yang telah dimiliki.
Era zaman yang terus menerus mengalami kemajuan dan perkembangan
ini, kecanggihan teknologi khususnya di era millennial ini terkadang
membawa dampak tersendiri dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi
keyakinan akan kemampuan diri dalam menghadapi era tersebut. Dampak
positif ketika individu memiliki keyakinan yang kuat akan kemampuannya di
dunia yang serba teknologi ini. Dapat dipastikan individu tersebut menjadi
eksis atau lebih terkenal di kalangan sebayanya, di anggap lebih up to date dan
mengikuti tren masa kini. Berbeda dengan individu yang kurang bisa
mengeksplorasi kemampuannya, yang cenderung merasa tidak yakin jika
kemampuannya itu bisa diterima oleh lingkungan sekitar. Keyakinan diri
individu atas kemampuan yang dimiliki itu sering disebut dengan istilah
efikasi diri (self efficacy).

2
Menurut Bandura (dalam Ghufron dan Risnawita, 2014:77) mengatakan
bahwa persepsi terhadap efikasi diri pada setiap individu berkembang dari
pencapaian secara berangsur-angsur akan kemampuan dan pengalaman
tertentu secara terus menerus. Kemampuan mempersepsikan secara kognitif
terhadap kemampuan yang dimiliki memunculkan keyakinan diri yang akan
digunakan sebagai landasan bagi individu untuk berusaha semaksimal
mungkin mencapai target yang telah ditetapkan. Individu yang memiliki
efikasi diri tinggi akan lebih aktif dan berani dalam menetapkan tujuan yang
ingin mereka capai, baik dalam di kehidupan di rumah maupun di sekolah.
Sebaliknya, individu yang memiliki efikasi diri rendah jika di hadapkan
dengan tugas yang sulit mereka akan cenderung menghindari dan mudah putus
asa sebelum mencoba.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini “Apakah penggunaan
konseling Client Centered dapat mempengaruhi efikasi diri (self efficacy)
siswa pada kelas VIII SMPN 2 Ngantru?”.

C. Tujuan Masalah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh
pelaksanaan konseling client centered terhadap efikasi diri (self efficacy) siswa
pada kelas VIII SMPN 2 Ngantru.

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan
informasi yang dapat memperkaya pengetahuan tentang pengaruh
konseling client centered pada efikasi diri.
2. Secara Praktis
a. Diharapkan dapat menjadi bahan informasi guru pembimbing dan
konseling untuk memahami pengaruh konseling client centered
terhadap efikasi diri pada siswa.

3
b. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan efikasi diri dengan
melalui konseling client centered, sehingga siswa merasa lebih yakin
akan kemampuan yang dimiliki.

E. Asumsi Penelitian
Asumsi dalam penelitian ini adalah jika pelaksanaan konseling client
centered membawa pengaruh untuk digunakan, maka efikasi diri yang rendah
pada siswa dapat teratasi.

F. Definisi Operasional
Konseling pendekatan client centered (dalam Corey, 2013:91) diartikan
sebagai penunjang pertumbuhan pribadi individu dengan jalan membantu
individu untuk mengaktualkan potensi dan bergerak kearah meningkatkan
kesadaran, spontanitas, dan keyakinan diri. Memandang bahwasannya setiap
individu memiliki kemampuan untuk menjadi sadar atas setiap masalah dan
cara mengatasinya, serta kepercayaan dan keyakinan diletakkan pada
kesanggupan individu untuk mengarahkan dirinya sendiri.
Menurut Bandura (dalam Ghufron dan Risnawati, 2014:135)
bahwasannya efikasi diri (self efficacy) merupakan keyakinan diri terhadap
kemampuan yang dimiliki untuk menampilkan tingkah laku yang akan
mengarahkan kepada hasil yang diharapkan.

G. Keterbatasan Penelitian
Adapun batasan tersebut adalah penelitian berjudul “Pengaruh
Konseling Client Centered Terhadap Self Efficacy Pada Siswa di SMPN 2
Ngantru Kabupaten Tulungagung” hanya bertujuan untuk mendeskripsikan
variabel-variabel dalam penelitian dan mencari pengaruh antar variabel.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

H. Landasan Teori
1. Efikasi Diri (Self Efficacy)
a. Pengertian Efikasi Diri (Self Efficacy)
Bandura meyakini bahwa self efficacy merupakan elemen
kepribadian yang krusial, dimana keyakinan diri terhadap kemampuan
sendiri untuk menampilkan tingkah laku yang akan mengarahkannya
kepada hasil yang diharapkan (Nurihsan, 2011:135). Ketika efikasi diri
tinggi, individu merasa percaya diri bahwa ia dapat melakukan respon
tertentu untuk memperoleh keberhasilan. Sebaliknya, efikasi diri
rendah maka ia merasa cemas bahwa ia tidak mampu melakukan
respon tersebut. Efikasi diri atau self efficacy (Nelson, 2011:432)
dipersepsikan mengacu pada keyakinan orang pada kapabilitasnya
untuk mengorganisasikan dan melaksanakan rangkaian tindakan yang
dibutuhkan untuk mengelola situasi prospektif.
Menurut Bandura (dalam Ghufron dan Risnawita, 2014:77)
mengatakan bahwa persepsi terhadap efikasi diri pada setiap individu
berkembang dari pencapaian secara berangsur-angsur akan
kemampuan dan pengalaman tertentu secara terus menerus.
Kemampuan mempersepsikan secara kognitif terhadap kemampuan
yang dimiliki memunculkan keyakinan diri yang akan digunakan
sebagai landasan bagi individu untuk berusaha semaksimal mungkin
mencapai target yang telah ditetapkan.
Efikasi (Alwisol, 2009:287) adalah penilaian diri individu untuk
melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau
tidak bisa mengerjakan sesuatu dengan yang diharapkan. Efikasi diri
berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan
melakukan tindakan yang diharapkan, cenderung menggambarkan
penilaian kemampuan diri. Berdasarkan pendapat tersebut dapat

5
dipahami bahwa efikasi diri merupakan salah satu aspek struktur
kepribadian seseorang dimana setiap kemampuan yang dimiliki perlu
di yakini sehingga perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku
yang dilakukan itu akan mencapai hasil yang diharapkan.

b. Sumber Efikasi Diri (Self Efficacy)


Menurut Bandura (dalam Ghufron dan Risnawita, 2014:78)
menyatakan bahwa efikasi diri dapat di tumbuhkan dan dipelajari
melalui empat sumber, yakni:
1) Pengalaman Keberhasilan (mastery experience)
Sumber informasi ini memberikan pengaruh besar pada efikasi
diri individu yang didasarkan pada pengalaman pribadi individu
secara nyata yang berupa keberhasilan dan kegagalan. Pengalaman
keberhasilan akan menaikkan efikasi diri individu, sedangkan
pengalaman kegagalan akan menurunkannya.
2) Pengalaman Orang Lain (vicarious experience)
Pengamatan terhadap keberhasilan orang lain dengan
kemampuan yang sebanding dalam mengerjakan suatu tugas akan
meningkatkan efikasi diri individu dalam mengerjakan tugas yang
sama. Begitu pula sebaliknya, pengamatan terhadap kegagalan
orang lain akan menurunkan efikasi diri.
3) Persuasi Verbal (verbal persuasion)
Individu yang diyakinkan secara verbal cenderung akan
berusaha lebih keras untuk mencapai suatu keberhasilan. Persuasi
verbal berhubungan dengan kondisi atau situasi yang tepat
bagaimana dan kapan persuasi tersebut diberikan agar dapat
meningkatkan efikasi diri pada individu.
4) Kondisi Fisiologis (physiological state)
Individu akan mendasarkan informasi mengenai kondisi
fisiologis mereka untuk menilai kemampuannya. Ketegangan fisik
dalam situasi yang menekan dipandang individu sebagai suatu

6
tanda ketidakmampuan karena hal itu dapat melemahkan
performasi kerja individu.

c. Aspek-Aspek Efikasi Diri (Self Efficacy)


Menurut Bandura (dalam Ghufron dan Risnawita, 2014:80)
menyatakan bahwa setiap individu mempunyai efikasi diri yang
berbeda berdasarkan tiga dimensi, yaitu:
1) Dimensi Tingkat (level), berkaitan dengan derajat kesulitan tugas
setiap individu. Dimensi ini berimplikasikan terhadap pemilihan
tingkah laku yang akan dicoba berdasarkan pada ekspektasi efikasi
pada tingkat kesulitan tugas. Individu akan mencoba melakukan
tugas yang sekiranya dapat ia lakukan dan ia akan menghindari
tingkah laku yang di luar batas kemampuannya.
2) Dimensi Kekuatan (strength), berkaitan dengan kekuatan pada
keyakinan individu atas kemampuannya. Keyakinan yang kuat
akan mendorong individu untuk gigih dalam berupaya mencapai
tujuan yang diharapkan, walaupun belum memiliki pengalaman
penunjang. Sebaliknya, keyakinan yang lemah pada kemampuan
diri akan mudah digoyahkan oleh pengalaman yang tidak
menunjang atua tidak menyenangkan.
3) Dimensi Generalisasi (generality), berkaitan dengan luas bidang
tingkah laku yang mana individu merasa yakin akan
kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan
dirinya. Apakah terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu
atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang bervariasi.

2. Konseling Client Centered


a. Konsep Dasar Konseling Client Centered
Konseling client centered sering dikenal sebagai teori non-direktif
atau berpusat pada klien. Pendekatan konseling client centered
menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting
bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Konsep pokok yang

7
mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri
(self), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat kecemasan.
Konseling pendekatan client centered (dalam Corey, 2013:91)
diartikan sebagai penunjang pertumbuhan pribadi individu dengan
jalan membantu individu untuk mengaktualkan potensi dan bergerak
kearah meningkatkan kesadaran, spontanitas, dan keyakinan diri.
Memandang bahwasannya setiap individu memiliki kemampuan untuk
menjadi sadar atas setiap masalah dan cara mengatasinya, serta
kepercayaan dan keyakinan diletakkan pada kesanggupan individu
untuk mengarahkan dirinya sendiri.
b. Ciri-Ciri Pendekatan Client Centered
Menurut Roger (dalam Corey, 2013:92) mengunggkapkan
beberapa ciri dari pendekatan client centered, yaitu sebagai berikut:
1) Fokus pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk
menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara penuh. Klien
sebagai orang yang paling mengetahui dirinya sendiri harus
menemukan tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya.
2) Menekankan dunia fenomenal klien dengan empati yang cermat
dan dengan usaha untuk memahami klien, menerima klien tanpa
syarat.
3) Sebagai perjalanan bersama dimana baik terapis maupun klien
memperlihatkan kemanusiawiannya dan berpartisipasi dalam
pengalaman pertumbuhan.

c. Tujuan Konseling Client Centered


Menyediakan suatu iklim yang aman dan kondusif bagi eksplorasi
diri klien sehingga ia mampu menyadari penghambat-penghambat
pertumbuhan dan aspek-aspek pengalaman diri yang sebelumnya
diingkari. Selain itu, membantu klien agar mampu bergerak kearah
keterbukaan terhadap pengalaman serta meningkatkan spontanitas dan
perasaan hidup

8
d. Karakteristik Konseling Client Centered
Berikut ini uraian ciri-ciri pendekatan Client Centered dari
Rogers:
1) Klien dapat bertanggungjawab, memiliki kesanggupan dalam
memecahkan masalah dan memilih perliku yang dianggap pantas
bagi dirinya.
2) Menekankan dunia fenomenal klien. Dengan empati dan
pemahaman terhadap klien, terapis memfokuskan pada persepsi
diri client dan persepsi client terhadap dunia.
3) Prinsip-prinsip psikoterapi berdasarkan bahwa hasrat kematangan
psikologis manusia itu berakar pada manusia sendiri. Maka
psikoterapi itu bersifat konstrukstif dimana dampak psikoteraputik
terjadi karena hubungan konselor dan klien.
4) Efektivitas terapeutik didasarkan pada sifat-sifat ketulusan,
kehangatan, penerimaan non posesif dan empati yang akurat.
5) Pendekatan ini bukanlah suatu sekumpulan teknik ataupun dogma.
Tetapi berakar pada sekumpulan sikap dan kepercayaan dimana
dalam proses terapi, terapis dan client memperlihatkan
kemanusiawiannya dan partisipasi dalam pengalaman
pertumbuhan. klien dapat bertanggungjawab, memiliki
kesanggupan dalam memecahkan masalah dan memilih perliku
yang dianggap pantas bagi dirinya.

e. Teknik Konseling Client Centered


Konseling ini tidak memiliki teknik yang spesifik. Sikap-sikap
dasar konselor dan kepercayaan antara konselor dan konselilah yang
berperan penting dalam proses konseling. Pada umumnya konseling ini
menggunakan teknik dasar mencakup mendengarkan aktif,
merefleksikan perasaan-perasaan atau pengalaman, menjelaskan, dan
“hadir” bagi konseli. Selain itu, tiga sikap dasar konselor, yaitu:
1) Congruence or genuine

9
Konselor tampil nyata, utuh, otentik dan tidak palsu serta
terintegrasi selama pertemuan konseling. Seorang konselor harus
dapat menampilkan kekongruenan antara perasaan dan pikiran
yang ada dalam dirinya dengan perasaan, pandangan dan tingkah
laku yang diekspresikan (outer).
2) Unconditional positive regard and acceptance
Agar proses terapi berhasil maka perhatian tak bersayarat tidak
dicampuri oleh evaluasi atau penilaian terhadap pemikiran-
pemikiran dan tingkah laku konseli sebagai hal yang buruk atau
baik. Semakin besar derajat kesukaan, perhatian dan penerimaan
hangat terhadap konseli, maka semakin besar pula peluang untuk
menunjung perubahan pada konseli.
3) Accurate empathic understanding
Sikap ini merupakan sikap dimana konselor benar-benar dituntut
untuk menggunakan kemampuan inderanya dalam berempati guna
mengenali dan menjelajahi pengalaman subjektif konseli. Rogers
percaya bahwa apabila konselor mampu menjangkau dunia pribadi
konseli sebagaimana dunia pribadi itu diamati dan dirasakan oleh
konseli.

I. Kerangka Konseptual
Berdasarkan paparan landasan teori di atas, konseling client centered
adalah variabel X atau variabel bebas (independen), sedangkan efikasi diri
adalah variabel Y atau variabel terikat (dependen). Dimana variabel X atau
variabel bebas (independen) yang akan mempengaruhi variabel Y atau
variabel terikat (dependen), begitu pula sebaliknya.

J. Kajian Penelitian Relevan


Susi Susanti (2018) dalam penelitiannya yang berjudul: “Pengaruh
Konseling Pendekatan Client Centered terhadap Peningkatan Kepercayaan
Diri Siswa Kelas XI di SMKN 1 Solok”. Penelitian ini termasuk penelitian
kuantitatif, metode eksperimen dengan tipe single subject experiment. Adapun

10
sampel dalam penelitian ini berjumlah 4 orang, dengan cara pengambilan
sampel menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data
menggunakan skala kepercayaan diri model likert. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan dengan konseling pendekatan client centered dalam
meningkatkan kepercayaan diri siswa menunjukan tren peningkatan
kepercayaan diri siswa yang mulanya kepercayaan diri siswa rendah setelah
diberikan konseling pendekatan client centered sebanyak enam kali maka
kepercayaan diri siswa menjadi baik. Artinya kepercayaan diri siswa
meningkat dengan di berikan layanan konseling client centered.
Lulu Lubna Abharina (2018) dalam penelitiannya yang berjudul:
“Metode Konseling Dalam Meningkatkan Efikasi Diri Siswa Korban Broken
Home di MTs Negeri 8 Sleman”. Penelitian ini menggunakan pendekatan
metode kualitatif. Seubjek penelitiannya adalah guru BK, siswa korban
broken home, dan wali kelas. Pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Adapun analisa data yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa cara yang
digunakan guru BK konseling dalam meningkatkan efikasi diri siswa korban
broken home kelas VIII tahun ajara 2017/2018 di MTs Negeri 8 Sleman
adalah dengan menggunakan cara direktif dan elektif. Adapun langkah-
langkah yang ditempuh adalah identifikasi masalah, diagnosis, prognosis,
penyelesaian masalah, dan evaluasi.
Melisa Putri Oktaviani (2018) dalam penelitiannya yang berjudul:
“Tingkat Efikasi Diri Dalam Belajar Siswa SMK (Studi Deskriptif pada Siswa
Kelas X SMK Sahid Jakarta Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya
Terhadap Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi”. Jenis dari penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data
dengan menggunakan Kuesioner Efikasi Diri yang terdiri dari 37 item
pernyataan berdasarkan teknik skala likert. Subjek penelitian berjumlah 116
orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efikasi diri siswa sangat
baik dengan kategori sangat tinggi sebanyak 32 orang (27,58%), kategori
tinggi sebanyak 68 orang (58,62%), kategori sedang sebanyak 19 orang
(16,32%). Terdapat 2 butir capaian skor yang masuk dalam kategori rendah

11
yang selanjutnya digunakan sebagai dasar menyusun topik bimbingan belajar
yang implikatif untuk meningkatkan efikasi diri.

BAB III

METODE PENELITIAN

K. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah pre-
eksperiment one group pre-test-posttest. Desain ini melibatkan satu kelompok
yang diberi pre-test (O₁), diberi treatment (X), dan diberi post-test (O₂).
L. Sasaran Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh kelas VIII di SMPN 2 Ngantru pada
semester genap tahun ajaran 2019/2020, yang berjumlah 86 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut mengartikan sampel sebagai bagian dari populasi yang
dianggap mewakili untuk dijadikan sumber data. Jenis sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis sampel nonrandom. Teknik
yang digunakan adalah dengan metode purposive sampling (sampel
bertujuan).

M. Variabel Penelitian
Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel bebas (independent)
dan variabel terikat (dependent). Maka dalam penelitian ini terdapat dua
variabel, yaitu :
1. Variabel bebas (independent) : Konseling Client Centered
2. Variabel terikat (dependent) : Efikasi Diri (Self Efficacy)
N. Instrumen Penelitian

12
1. Angket Skala Efikasi Diri
Skala yang digunakan untuk melihat efikasi diri pada siswa adalah
skala efikasi diri yang dikembangkan dari jenis skala likert. Dalam
penelitian ini, peneliti akan menggunakan variabel efikasi diri diukur
dengan menggunakan skala efikasi diri. Skala ini dipergunakan untuk
mengungkap data tentang masalah siswa menyangkut efikasi diri di SMPN
2 Ngantru.

2. Wawancara Subjek Penelitian


Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data wawancara akan
digunakan pada saat pelaksanaan konseling client centered kemudian hasil
dari wawancara tersebut akan diperoleh data mengenai subjek yang
memiliki efikasi diri rendah.

O. Teknik Pengumpulan Data


1. Tahap persiapan, meliputi :
a. Perancangan penelitian
b. Studi literature
c. Pembuatan skenario konseling client centered.
d. Validasi skenario konseling client centered dan instrument penelitian.
2. Tahap pelaksanaan penelitian, meliputi :
a. Pengelompokkan sampel.
b. Melaksanakan pretest untuk mengetahui efikasi diri pada siswa.
c. Penggunaan konseling client centered.
d. Pemberian posttest untuk mengetahui efikasi diri pada siswa setelah
diberikan treatment dengan konseling client centered.
3. Pengolahan dan analisis data
4. Menyimpulkan hasil penelitian

P. Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan suatu kegiatan mengelompokkan data
berdasarkan variabel dan jenis responden, tabulasi data, menyajikan data, dan
melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah (Sugiono,

13
2010:207). Teknik analisis data pada penelitian ini adalah pendekatan analisis
kuantitatif deskriptif dan inferensial menggunakan uji t untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan antara rata-rata hasil data sebelum dan sesudah
dilakukan perlakuan, sehingga dapat dinyatakan terdapat pengaruh atau
tidaknya perlakuan tersebut. Analisis data pada penelitian ini berbantuan
software IBM SPSS Statistics 20 for windows.

14

Anda mungkin juga menyukai