Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ANALISIS

GEOGRAFI TUMBUHAN DAN HEWAN

Dosen Pengampu Mata Kuliah Geografi Tumbuhan dan Hewan : Aisyah Tress Sandy, M.Sc

Disusun Oleh :

Umi Kholifatus Saniah

(1805155006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2020
BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 5

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan:

a. Perlindungan sistem penyangga kehidupan


b. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
c. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Hasil analisis :

Berdasarkan hasil analisis yang saya dapat pada BAB I Pasal 5 dimana disebutkan bahwa
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan:

a. Perlindungan sistem penyangga kehidupan


b. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
c. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

Berdasarkan dari ketiga kegiatan tersebut diperoleh hasil bahwa kegiatan penyelenggaran
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya ini belum sepenuhnya berjalan secara
efektif dimana masih banyaknya kondisi meningkatnya kerusakan kawasan, keterancaman
spesies flora dan fauna, meningkatnya konflik satwa demi kepentingan manusia (sebagai contoh
yaitu terjadinya konflik manusia dengan harimau yang terjadi di bentang alam Bukit Barisan
Selatan dan Bukit Balai Renjang Selatan yang mencapai 128 konflik dan sebanyak 223 konflik
manusia dengan gajah sedangkan dalam kurun waktu yang sama 1.544 konflik manusia dan
gajah yang terjadi di Taman Nasional Way Kambas) dan konflik kepemilikan lahan di daerah
kawasan konservasi. Lebih buruknya lagi munculnya stigma negative mengenai bahwasannya
kegiatan konservasi ini tidak sejalan dengan kesejahteraan masyarakat, konservasi hanya untuk
konservasi, dan konservasi dapat menghambat pembangunan. Hal ini diperkirakan muncul
diakibatkan dari kakunya praktik kegiatan konservasi di Indonesia dan legislasi yang kirang
efektif dan implementasi pada saat dilapangan yang tidak berjalan secara konsisten.belum
efektifnya kegiatan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya terjadi
dikarenakan akibat lemahnya kelembagaan (Sumber Daya Manusia dan sarpras pengelolaannya)
serta belum baiknya kebijakan public dalam mengatur penyelenggaraan Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Lemahnya kebijakan public di bidang konservasi ini
berkaitan dengan kurangnya keberpihakan perundang-undangan terhadap rakyat. Hal ini dapat
terlihat dari terbatasnya ketentuan yang mengatur ketersediaan peluang bagi masyarakat di dalam
dan sekitar wilayah konservasi, baik dalam bentuk peluang lapangan pekerjaan maupun peluang
pemanfaatan.

BAB III

PENGAWETAN KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA


BESERTA EKOSISTEMNYA

Pasal 12

Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, dilaksanakan


dengan menjaga keutuhan kawasan suaka alam agar tetap dalam keadaan asli.

Hasil analisis :

Berdasarkan hasil analisis yang saya dapat pada BAB III Pasal 12 UU Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, dilaksanakan dengan menjaga keutuhan kawasan suaka
alam agar tetap dalam keadaan asli. Namun ketentuan dalam pasal ini tidak mungkin untuk
diimplementasikan dikarenakan dengan diberlakukannya Putusan Mahkamah Konstitusi
No.35/PUU/2012 yang menegaskan bahwa hutan adat adalah hutan yang berada di wilayah adat
dan bukan lagi milik Negara maka dari itu Negara mengakui dan menghormati hutan adat
sebagai hutan hak yang dapat dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat hukum adat sehingga
bagian kawasan suaka alam hutan adat tidak mungkin lagi tetap dalam keadaan asli sebagaimana
yang diamanatkan dalam pasal 12 UU Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Pasal 13

1) Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dilaksanakan di dalam dan di luar kawasan suaka
Alam
2) Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di dalam kawasan suaka alam dilakukan dengan
membiarkan agar populasi semua jenis tumbuhan dan satwa tetap seimbang menurut
proses alami di habitatnya
3) Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di luar kawasan suaka alam dilakukan dengan
menjaga dan mengembangbiakkan jenis tumbuhan dan satwa untuk menghindari bahaya
kepunahan.

Hasil analisis :

Dengan diberlakukannya Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU/2012 maka UU


Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya harus direvisi dikarenakan pengawetan
jenis tumbuhan dan satwa yang dilaksanakan di dalam dan di luar kawasan suaka alam
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 13 ayat (1) UU Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya yang harus diberikan ketentuan tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa
yang berada di kawasan hutan adat yang telah menjadi hutan hak yang sebelum Putusan
Mahkamah Konstitusi ditentukan dan ditetapkan sebagai hutan Negara atau kawasan suaka alam.

BAB IV

KAWASAN SUAKA ALAM

Pasal 14

Kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 terdiri dari:

a. Cagar alam
b. Suaka margasatwa.

Hasil analisis :

Berdasarkan hasil analisis yang saya peroleh pada BAB IV Pasal 14 Ayat (1) dan Pasal 16
UU Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, mengatur mengenai pengelolaan
kawasan suaka alam yang terdiri dari cagar alam dan suaka margasatwa yang dilaksanakan oleh
pemerintah. Pengaturan yang sempit ini menyebabkan sumber daya alam yang menjadi tempat
lahir, hidup dan berkembang bagi semua makhluk hidup tidak mendapatkan perhatian yang
memadai. Selain itu berbagai institusi pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang tidak
memiliki pedoman yang jelas dan tegas mengenai apa yang menjadi kewajiban, wewenang dan
tanggung jawabnya sehingga hal ini memperlama proses penanganan permasalahan Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya bahkan dapat menyebabkan tidak adanya jalan
keluar dari permasalahan yang mengakibatkan tidak terselesaikannya permasalahan yang terkait
dengan pengelolaan, pemanfaatan dan pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya.

Pasal 18

1) Dalam rangka kerjasama konservasi internasional, khususnya dalam kegiatan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, kawasan suaka alam dan kawasan tertentu
lainnya dapat ditetapkan sebagai cagar biosfer
2) Penetapan suatu kawasan suaka alam dan kawasan tertentu lainnya sebagai cagar biosfer
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Hasil analisis :

Dalam UU Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Pasal 18 Ayat (1),
dimana pada pasal ini mengamanatkan agar dalam rangka kerjasama konservasi internasional,
khususnya dalam kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, kawasan suaka alam dan
kawasan tertentu lainnya dapat ditetapkan sebagai cagar biosfer. Kawasan yang ditetapkan
pemerintah sebagai cagar biosfer juga dapat beralih pengelolaan dan pemanfaatannya dari
Negara kepada masyarakat hukum adat dikarenakan hutan adat yang terdapat dalam kawasan
cagar biosfer tersebut sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2012 yang
beralih sebagian maupun seluruhnya pengelolaannya dan pemanfaatannya kepada masyarakat
hukum adat yang diakui dan dihormati hak-haknya termasuk ha katas hutan adat yang
merupakan hak masyarakat hukum adat.

Anda mungkin juga menyukai