Anda di halaman 1dari 9

Brugia malayi

Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Parasitologi

Dosen Pengampu:
1. Ni Putu A, S.ST, M.Biomed

Ditulis oleh
Nama : Rosy Rahayu Ningsih
Nomor Mahasiswa : P3.73.34.1.19.068
Semester : II

Poltekkes Kemenkes Jakarta III


Jurusan Teknologi Laboratorium Medik
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Brugia malayi pertama kali diakui oleh Lichentenstein dan Brug sebagai patogen
yang berbeda pada tahun 1927. Mereka melaporkan terjadinya suatu spesies filariae
manusia di Sumatera Utara baik fisiologis dan morfologis yang berbeda dari W. bancrofti
mikrofilaria umumnya ditemukan di Jakarta dan bernama patogen Filaria malayi. Namun
demikian, meskipun studi epidemiologi mengidentifikasi malayi Filaria di India, Sri
Lanka, Cina, Vietnam Utara, dan Malaysia pada tahun 1930-an, hipotesis Lichentenstein
dan Brug tidak diterima sampai 1940-an, ketika Rao dan Mapelstone mengdentifikasi
cacing dewasa di India.

Berdasarkan kesamaan dengan W. bancrofti, Rao dan Mapelstone mengusulkan


untuk menyebutnya parasit Wuchereria malayi Pada tahun 1960, bagaimanapun Buckley
mengusulkan untuk membagi genus tua Wuchereria, ke dalam dua generasi, Brugia dan
Wuchereria dan nama Filaria malayi Brugia malayi sebagai hasilnya. Wuchereria W.
bancrofti, yang sejauh ini hanya ditemukan menginfeksi manusia, dan Brugia berisi B.
genus malayi, yang menginfeksi manusia dan hewan, serta spesies zoonosis lainnya.

B. TUJUAN

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk membahas cacing Brugia
malayi mulai dari morfologi sampai pengobatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. MORFOLOGI
1. Klasifikasi

Kerajaan : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Order : Spirurida
Keluarga : Onchocercidae
Genus : Brugia
Spesies : Brugia malayi

2. Ciri Morfologi

Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan pembulu limfe.
Bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu. Yang betina berukuran 55
mm x 0, 16 mm dan yang jantan berukuran 22-23 mm x 0,009 mm. Cacing betina
mengeluarkan microfilaria yang bersarung. Ukuran microfilaria Brugia malayi
adalah 200-260 mikron x 8 mikron. Perioditas microfilaria Brugia malayi adalah
periodic nokturna, superiodik nokturna atau nonperiodik. Brugia malayi yang hidup
pada manusia di tularkan oleh nyamuk Anopheles barbirostris dan yang hidup pada
manusia dan hewan ditularkan oleh nyamuk mansonia.

B. SIKLUS HIDUP
1. Tuan rumah adalah manusia yang merupakan hospes definitive. Larva infektif akan
masuk kedalam tubuh manusia saat nyamuk yang membawa filaria menghisap darah
manusia. Larva infektif tersebut akan menuju pembuluh limfe dan kelenjar limfe. Dalam
waktu kurang lebih 1 tahun larva akan menjadi matang. Dalam waktu 3 tahun akan
menjadi cacing dewasa (makrofilaria) dan selanjutnya akan menghasilkan mikrofilaria
yang dikeluarkan secara bertahap ke aliran darah.
2. Pada saat nyamuk menghisap darah manusia, mikrofilaria masuk ke dalam tubuh
nyamuk. Dalam beberapa jam mikrofilaria akan berubah menjadi infektif dan akan masuk
dalam abdomen nyamuk sampai ke probocisnya.
C. EPIDEMOLOGI

Brugia malayi menginfeksi 13 juta orang di selatan dan Asia Tenggara dan yang
bertanggung jawab untuk hampir 10% dari total kasus di dunia filariasis limfatik. Infeksi
Brugia malayi adalah endemik atau berpotensi endemik di 16 negara, di mana ia paling
umum di Cina selatan dan India, tetapi juga terjadi di Indonesia, Thailand, Vietnam,
Malaysia, Filipina, dan Korea Selatan.

Penyebaran Brugia malayi tumpang tindih dengan W. bancrofti di wilayah ini,


tetapi tidak hidup berdampingan dengan B. timori. Daerah fokus dari endemisitas
ditentukan sebagian oleh vektor nyamuk. Brugia malayi hanya terdapat di pedesaan,
karena vektornya tidak dapat berkembang di perkotaan.
Brugia malayi yang hanya hidup pada manusia dan hewan biasanya terdapat
dipinggiran pantai atau aliran sungai, dengan rawa-rawa. Penyebaran Brugia malayi
bersifat local, dari Sumatra sampai Kepulauan Maluku. Yang terkena penyakit ini
terutama adalah petani dan nelayan.

D. GEJALA KLINIS YANG DITIMBULKAN

B.malayi adalah salah satu agen penyebab filariasis limfatik , suatu kondisi yang
ditandai dengan infeksi dan pembengkakan dari sistem limfatik. Penyakit ini terutama
disebabkan oleh adanya cacing dalam pembuluh limfatik dan respon host yang
dihasilkan. Tanda-tanda infeksi biasanya konsisten dengan yang terlihat di bancroftian-
filariasis demam, limfadenitis, lymphangitis, lymphedema, dan infeksi bakteri sekunder-
dengan beberapa pengecualian. Dalam perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan
adenolimfangitis akuta berulang dan berakhir dengan terjadinya obstruksi menahun dari
sistem limfatik. Perjalanan penyakit tidak jelas dari satu stadium ke stadium berikutnya
tetapi bila diurut dari masa inkubasi maka dapat dibagi menjadi :

1. Masa prepaten
Masa prepaten, masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya mikrofilaremia
berkisar antara 3–7 bulan. Hanya sebagian saja dari penduduk di daerah endemik
yang menjadi mikrofilaremik, dan dari kelompok mikrofilaremik inipun tidak semua
kemudian menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa kelompok ini termasuk
kelompok yang asimtomatik amikrofilaremik dan asimtomatik mikrofilaremik.
2. Masa inkubasi
Masa inkubasi, masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya gejala klinis
berkisar antara 8–16 bulan.
3. Gejala klinik akut
Gejala klinik akut merupakan limfadenitis dan limfangitis disertai panas dan malaise.
Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan gejala klinis akut dapat
amikrofilaremik maupun mikrofilaremik.
4. Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10–15 tahun setelah serangan akut pertama. Mikrofilaria
jarang ditemukan pada stadium ini, sedangkan adenolimfangitis masih dapat terjadi.
Gejala menahun ini menyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas
penderita serta membebani keluarganya. Elefantiasis terjadi di tungkai bawah di
bawah lutut dan lengan bawah, sedang ukuran pembesaran ektremitas tidak lebih dari
2 kali ukuran asalnya.
E. DIAGNOSIS LABORATORIUM
1. Diagnosis Klinik
Ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinik.Diagnosis klinik penting
dalam menentukan angka kesakitan akut dan menahun (Acute and Chronic Disease
Rate).Pada keadaan amikrofilaremik, gejala klinis yang mendukung dalam diagnosis
filariasis adalah : gejala dan pengalaman limfadenitis retrograd, limfadenitis berulang
dan gejala menahun.
2. Diagnosis Parasitologik
Ditemukan mikrofilaria pada pemeriksaan darah jari pada malam hari. Pemeriksaan
dapat dilakukan slang hari, 30 menit setelah diberi dietilkarbamasin 100 mg. Dari
mikrofilaria secara morfologis dapat ditentukan species cacing filaria. Pada keadaan
amikrofilaremia seperti pada keadaan prepaten, inkubasi, amikrofilaremia dengan
gejala menahun, occult filariasis, maka deteksi antibodi dan/atau antigen dengan cara
immunodiagnosis diharapkan dapat menunjang diagnosis. Adanya antibodi tidak
menunjukkan korelasi positif dengan mikrofilaremi, tidak membedakan infeksi dini
dan infeksi lama.Deteksi antigen merupakan deteksi metabolit, ekskresi dan sekresi
parasit tersebut, sehingga lebih mendekati diagnosis parasitologik.
3. Diagnosis Epidemiologik
Endemisitas filariasis suatu daerah ditentukan dengan menentukan microfilarial rate
(mf rate), Acute Disease Rate (ADR) dan Chronic Disease Rate (CDR) dengan
memeriksa sedikitnya 10% dari jumlah penduduk. Pendekatan praktis untuk
menentukan daerah endemis filariasis dapat melalni penemuan penderita
elefantiasis.Dengan ditemukannya satu penderitaelefantiasis di antara 1000
penduduk, dapat diperkirakan ada 10 penderita klinis akut dan 100 yang
mikrofilaremik.
F. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
1. Pengobatan
Dietilkarbamasin adalah satu-satunya obat filariasis yang ampuh baik untuk
filariasis bancrofti maupun malayi, bersifat makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Obat
ini ampuh, aman dan murah, tidak ada resistensi obat, tetapi memberikan reaksi
samping sistemik dan lokal yang bersifat sementara dan mudah diatasi dengan obat
simtomatik. Dietilkarbamasin tidak dapat dipakai untuk khemoprofilaksis.

Pengobatan diberikan oral sesudah makan malam, diserap cepat, mencapai


konsentrasi puncak dalam darah dalam 3 jam, dan diekskresi melalui air kemih.
Dietilkarbamasin tidak diberikan pada anak berumur kurang dari 2 bulan, ibu
hamil/menyusui, dan penderita sakit berat atau dalam keadaan lemah. Di Indonesia
dosis yang dianjurkan adalah 5 mg/Kg berat badan perhari selama 10 hari.

2. Pencegahan

Penanggulangan filariasis dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu pengurangan


reservoir penular, penanggulangan vektor (nyamuk), dan pengurangan kontak vektor
dan manusia.

BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan ini yaitu cacing Brugia
malayi merupakan jenis parasit yang ditularkan oleh nyamuk Anopheleas dan nyamuk
Mansonia yang dapat meyebabkan penyakit filaris.

B. SARAN

Karena keterbatasan referensi, kami menyarankan agar ada pembahsan lanjutan


mengenai materi ini, hal ini karena dianggap sangat penting dalam perkembangan
kesehatan dimasa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Brugia malayi. (On-line) http://analiskesehatan-


pontianak.blogspot.com/2010/07/brugia-malayi.html. Diakses tanggal 30 April 2011.

Kurniawan Liliana. 1994. Filariasis - aspek klinis, diagnosis, pengobatan dan pemberantasanny.
Cermin Dunia Kedokteran hal 96 tahun 1994.

Sodikin. 2010. Filariasis. (On-line) "http://www.sodiycxacun.web.id. Diakses tanggal 30 April


2011.

Zains. Nina, 2011. Wucheria Brancroftii. (On-Line)


http://nizazains.blogspot.com/2011/05/nemathelminthes-wucheria-brancroftii.html.
Diakses tanggal 30 April 2011

Anda mungkin juga menyukai