Anda di halaman 1dari 20

TERAPI MODALITAS PADA KARDIOVASKULAR

LOGO

Nama Kelompok dan NIM

Program Studi Pendidikan Ners


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Patria Husada Blitar
2017
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

Hal.
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Tujuan........................................................................................... 6
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................... 7
BAB 3 KESIMPULAN................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 19
LAMPIRAN.................................................................................................. 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung yang juga dikenal dengan istilah penyakit
kardiovaskular adalah berbagai kondisi di mana terjadi penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah yang dapat menyebabkan serangan jantung,
nyeri dada (angina), atau stroke.Beberapa penyakit yang dikategorikan
sebagai penyakit jantung adalah :
1. Penyakit pembuluh darah, seperti penyakit arteri koroner
2. Masalah irama jantung yang disebut aritmia
3. Cacat jantung bawaan
4. Kondisi jantung lainnya, seperti kondisi yang mempengaruhi otot jantung,
katup jantung, atau irama jantung.
Fungsi sistem kardiovaskular adalah memberikan dan mengalirkan
suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang
diperlukan dalam proses metabolisme. Secara normal, setiap jaringan dan
organ tubuh akan menerima aliran darah dalam jumlah yang cukup sehingga
jaringan dan organ tubuh menerima nutrsi dengan adekuat.
Sistem kardiovaskular yang berfungsi sebagai sistem regulasi
melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespons seluruh aktivitas
tubuh. Salah satu contoh adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar
aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan tertentu darah akan lebih
banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak untuk
memelihara sistem sirkulasi organ tersebut.
Menurut WHO (2004) Terjadi ± 17,1 juta/tahun kematian karena
penyakit Kardiovaskular dengan mortalitas total 29,1 % yang sebagian besar
disebabkan oleh ventrikel takikardi tanpa nadi atau ventrikel fibrilasi.
Penyakit kardiovaskular dengan tingkat mortalitas 35% merupakan masalah
kesehatan utama dan penyebab utama kematian di dunia. Tingkat mortalitas
penyakit pada negara maju 40% dan berkembang 28% (Fauci et al., 2012).
Angka kematian akibat penyakit jantung diperkirakan akan terus meningkat

1
2

hingga mencapai 23,3 juta pada tahun 2030. Berdasarkan Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI Tahun 2013 prevalensi penyakit
jantung koroner di Indonesia mencapai 0,5% dan gagal jantung sebesar
0,13% dari total penduduk berusia 18 tahun keatas.
Menurut data WHO (2015) cardiovascular disease (CVD) merupakan
penyebab kematian nomor satu di dunia. Pada tahun 2012 sekitar 17,5 juta
orang meninggal karena CVD dan menyumbangkan angka kematian
sebanyak 31%, diperkirakan penyebab dari kematian tersebut sekitar 7,4 juta
dikarenakan oleh penyakit jantung koroner dan 6,7 juta karena stroke.
Selain itu data dari American Heart Association/ AHA (2014)
menyebutkanbahwa :
1. Lebih dari sepertiga perempuan dewasa menderita salah satu bentuk PKV
(Penyakit Kardiovaskular)
2. Sejak 1984, jumlah kematian akibat PKV pada perempuan melebihi laki -
laki.
3. Tahun 2012, sekitar 56% penyebab kematian perempuan adalah PKV
Data-data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan
bahwa :
1. Prevalensi PJK di Indonesia berdasarkan wawancara terdiagnosis sebesar
0,5% dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar1,5%.
2. Prevalensi PJK meningkat seiring dengan bertambahnya usia,
tertinggipada kelompok umur 65-74 tahun yaitu 2,0% dan 3,6%, menurun
sedikitpada kelompok umur ≥ 75 tahun
3. Prevalensi PJK menurut jenis kelamin, untuk yang
didiagnosisberdasarkan wawancara dokter, lebih tinggi pada perempuan
dibandinglaki-laki (0,5% vs 0,4%); juga yang didiagnosis dokter atau
gejala (1,6% vs 1,3%)
Prevalensipenyakitkardiovaskular di UK tahun 2014, Padalaki-
lakisebanyak 29% yang terdiridaripenyakitjantungkoroner (16%), stroke
(6%), penyakitjantung lain (4%), penyakitarteri, arterioldankapiler (2%),
hipertensi (1%), penyakit lain terkait system sirkulasi (<0,5%).
Sedangkanpadaperempuansebanyak 28% yang
3

terdiridaripenyakitjantungkoroner(10%), stroke (9%), penyakitjantung lain


(5%), penyakitarteri, arterioldankapiler (2%), hipertensi (1%), penyakit lain
terkait system sirkulasi (1%). (Gambar 1)

Gambar.1 Prevalensipenyakitkardiovaskular di UK tahun 2014

Coronary Artery Syndrome(ACS) merupakan tipe penyakit kardiovaskular


yang paling sering terjadi dan menjadi penyebab kematian di dunia (Sharifnia et
al. 2013). ACS menyumbang lebih dari 450.000 kematian di AS pada tahun 2004.
Beban PJK di AS sangat besar, lebih dari 13 juta orang yang terkena (Hopewell,
et al, 2010). Dari hasil penelitian, kejadian ACS terbanyak pada usia 35-74 tahun
(Koenig, et al, 2013). Dari hasil studi penyakit yang dilakukan oleh Global
Burdern, menyebutkan bahwa hampir 30% kematian didunia disebabkan oleh
penyakit kardiovaskuler (CVD)
4

Menurut Wan, Ke, et.al. (2015), Zheng et. al. (2015), Notara, et.al. (2014),
Shehab, Abdulla, et.al., (2013), dan Ali, W.M., et.al. (2012),beberapa faktor risiko
terjadinya acute coronary syndrome meliputi; merokok, obesitas, hipertensi,
hiperlipidemia, dan diabetes melitus.
1. Usia
Peningkatan usia, terutama pada wanita post menopause meningkatkan risiko
terjadinya ACS pada wanita yang secara normal dilindungi oleh estrogen di
dalam tubuh pada usia produktif.
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil review penelitian yang dilakukan oleh Shehab, Abdullah,
et.al (2013) di Timur Tengah (Bahrain, Saudi Arabia, Qatar, Oman, United
Arab Emirates, dan Yaman) menunjukkan bahwa angka mortalitas ACS pada
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki – laki.
3. Hipertensi
Hipertensi banyak terjadi di Timur Tengah pada pasien dengan ACS
khususnya pada wanita, kelompok usia tua dan suku Arab di Timur Tengah.
Hipertensi dihubungkan dengan peningkatan risiko gagal jantung dan stroke.
Pada kasus STEMI, hipertensi menyebabkan risiko lebih tinggi pada
mortalitas di rumah sakit dan stroke.
4. Diabetes
Peningkatan prevalensi intoleransi glukosa dilaporkan terjadi pada pasien
dengan acute coronary syndrome di Eropa. Pada tahun 2005 telah dilakukan
penelitian di Jepang tentang pengaruh intoleransi glukosa terhadap ACS.
Hasil postchallenge hyperglycemia secara primer disebabkan oleh gangguan
sekresi insulin awal, yang sering ditemukan pada pasien ACS di Jepang, yang
sebelumnya tidak didiagnosis menderita diabetes, dan fenomena ini
dipertimbangkan berhubungan dengan aterosklerosis koroner lanjutan.
5. Merokok
Pasien yang merokok >60 pak /tahun memiliki 57,8% mortalitas ACS lebih
tinggi dan risiko ACS 24,6%. Selain itu, 52 % pasien ACS dilaporkan
terpapar secondhand smoke (Notara, et.al., 2015).The British Heart
Foundation melaporkan bahwa pasien yang berhenti merokok mengurangi
5

angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 40%. Penjelasan


yang memungkinkan yaitu merokok dapat mempercepat terjadinya proses
atherosclerosis (yaitu kerusakan lapisan endotel) yang diakibatkan oleh
peningkatan kolesterol LDL dan menurunan HDL pada darah, peningkatan
tekanan darah, peningkatan kecenderungan terbentuknya bekuan darah oleh
fibrinolisis endogen dan rusaknya sel – sel pada lapisan arteri koronaria.
6. Alkoholik
Wanita dengan peminum alkohol moderat - berat meningkatkan risiko
mortalitas total penyakit jantung 10% dibandingkan dengan laki – laki.
7. Gaya Hidup
The American Heart Association danthe American College of Cardiology
sangat merekomendasikan gaya hidup sehat yang dapat menurunkan “risk-
reduction therapy” untuk pencegahan sekunder dari penyakit kardiovaskular.
8. Kolesterol
Rasio TG/HDL-C merupakan faktor pedisposisi terjadinya mortalitas pada
pasien jantung. Patofisiologi yang menghubungkan antara ACS dengan rasio
kolesterol ini belum dapat dijelaskan. Namun, berdasarkan data, peneliti
menyarankan agar rasio kolesterol (TG/HDL-C) tetap diwaspadai terhadap
peningkatan risiko kematian dan harus diobservasi ketat.

Penyakitkaridovaskulardapatdiobatidenganpengobatanawalterutamadifok
uskanpada diet danperubahangayahidup. Selainitujugaterdapatobat-
obatanfarmakologisepertigolonganantikoagulan (aspirin) yang
diindikasimencegahagregasi platelet, Statin yang
efektifdalammencegahpenyakitkardiovaskularpada orang
denganriwayatpenyakitkardiovaskular, golonganobat vasodilator
sepertiisosorbidedinitrat (ISDN), beta blocker yang bekerjamemboklirefek
adrenalin sehinggamengurangiefekhipertensi.
Penggunaansuplemenantioksidandanmineraltidakseberapaberpengaruhterhadappe
nyakitkardiovaskular.Niacin, jenis vitamin B3
menurunkanresikokejadiankardovaskularpadamereka yang
beresikotinggi.Suplemen magnesium menurunkantekanandarah.Terapi
magnesium direkomendasikanuntukpasiendenganaritmia.
6

B. Tujuan
1. Pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang
aplikasi terapi modalitas pada kasus kardiovaskular
2. Pembelajaran meningkatkan wawasan, pengetahuan dan pemahaman
tentang tindakan keperawatan untuk meningkatkan kualitas tidur pasien
jantung.
7

BAB 2
PEMBAHASAN

Berdasarkan AHA (2014) macam – macam penyakit kardiovaskular


meliputi; masalah katub jantung, aritmia, serangan jantung, dan stroke.Masalah
keperawatan yang sering muncul pada kasus kardiovaskular meliputi; nyeri,
cemas, gangguan tidur, sesak, intoleran aktivitas, stres, gangguan pemenuhan
ADL, dll.
Kebutuhan – kebutuhan dasar yang sering mengalami deficit/ tidak
terpenuhi pada kasus kardiovaskular meliputi; kebutuhan oksigen, kebutuhan
eliminasi, kebutuhan pemenuhan ADL termasuk aktivitas/mobilitas fisik,
kebutuhan nutrisi, kebutuhan rasa nyaman dan aman, kebutuhan istirahat,
kebutuhan sosial berupa dukungan keluarga/teman/sahabat/juga tenaga kesehatan.

“Tindakan Keperawatan untuk Meningkatkan Kualitas Tidur Pasien


Jantung” (Journal Review) dalam Upaya Pemeliharaan keseimbangan antara
aktivitas dan istirahat (termasuk kebutuhan tidur) menurut Orem
Menurut Allison (2007) dalam Jurnal “Self Care Requirements for
activity and Rest; An Orem Nursing Focus” Istirahat atau restmeliputi;
activity, inactivity, atau perubahan aktifitas. Maksud dari rest sebagai
inactivity adalah pergerakan yang minimal termasuk diantaranya adalah tidur,
makan, duduk menonton televisi, membaca, atau bekerja di depan komputer,
dan passive commuting. Tidur adalah kondisi istirahat yang terjadi secara
teratur yaitu 6-8 jam /24 jam. Tidur memberikan manfaat pada tubuh untuk
me-restore energi baik fisik, mental, dan emosional. Oleh karena itu
gangguan tidur membutuhkan terapi.
Gangguan tidur banyak terjadi pada pasien kardiovaskular. Sekitar
56% pasien sindrom koroner akut menderita masalah ini (Abolhassani SH.,
2006). Gangguan tidur biasa terjadi pada pasien rawat inap di Coronary Care
Unit (CCU). Hasil studi di Shahrekord-Iran, menyatakan bahwa sekitar 51%
dari pasien gagal jantung kongestif mengalami gangguan tidur (Aslani U
8

et.al., 2003). Gangguan tidur biasanya dipengaruhi beberapa faktor antara


lain; faktor lingkungan (kegaduhan) dan sesuatu yang berhubungan dengan
intervensi seperti ketidaknyamanan dan nyeri. Selain itu stres psikologi
terkait penyakit yang mengancam kehidupan atau komplikasi dari penyakit
akan menyebabkan gangguan tidur (Moeini M et.al., 2010 ; Chokroverty S
and Sahota P., 2010). Usia dewasa tua mengalami gangguan tidur lebih
tinggi dibandingkan kelompok usia yang lebih muda. Diperkirakan 40% -
70% dewasa tua mengalami gangguan tidur (Leland, et.al., 2014).
Gangguan tidur pada pasien kardiovaskular dapat meningkatkan
tekanan darah dan heart rate. Kualitas tidur yang tinggi dapat meningkatkan
perbaikan dari penyakit (Elliott R et.al., 2011). Meningkatkan kualitas tidur
pada pasien kardiovaskular merupakan hal yang penting. Penggunaan obat-
obatan sedatif dan hipnotik dapat secara signifikan meningkatkan kualitas
tidur (Glass J et.al., 2005). Namun, disisi lain agen farmakologi dapat
menimbulkan berbagai macam efek samping. Terapi komplementer termasuk
terapi musik, penggunaan eye mask, earplugs juga dapat meningkatkan
kualitas tidur tanpa efek samping yang serius (Saeedi M et.al., 2012; Jones C
et.al., 2012).
Berbagai penelitian telah mencoba menjelaskan tentang pengaruh
penggunaan terapi nonfarmakologi yang dikaitkan dengan kualitas tidur
pasien kardiovaskular. Beberapa faktor yang menyebabkan gangguan tidur
telah dikemukakan seperti kebisingan, ketidaknyamanan dan nyeri. Namun
masih terdapat kelemahan seperti rentang waktu dan populasi penelitian yang
kecil sehingga belum cukup menyimpulkan pengaruh penggunaan terapi non
farmakologi terhadap kualitas tidur pasien dengan gangguan kardiovaskular.
Tujuan dari studi ini adalah melakukan literature review tentang pengaruh
terapi nonfarmakologi terhadap kualitas tidur pasien kardiovaskular
nonkomplikatif yang mengalami gangguan tidur.
Terdapat 6 Jurnal Internasional yang kami review tentang terapi non
farmakologis untuk meingkatkan kualitas tidur pasien jantung meliputi;
penggunaan eye mask, earplugs, dan kombinasi eye mask-earplugs-musik.
1. Penggunaan eye mask terhadap kualitas tidur pasien.
9

Terdapat tiga penelitian yang dilakukan untuk membuktikan


efektifitas eye mask terhadap kualitas tidur pasien. Pada tahun 2012,
Mohammad Daneshmandi, et.al. melakukan penelitian dengan desain RCT
terhadap 60 pasien jantung usia >18 tahun yang dibagi menjadi 2
kelompok; 30 kelompok perlakuan dan 30 kelompok kontrol. Eye mask
digunakan selama 2 malam berturut-turut pada kelompok perlakuan,
kemudian pada hari ketiga dilakukan penilaian menggunakan PSQI
(Petersburg’s Sleep Quality Index) pada kedua kelompok. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengguanaan eye mask dapat meningkatkan kualitas
tidur pada pasien dengan ACS di CCU (p<0.05).
Tahun 2013, Mashayekhi, et.el. melakukan penelitian RCT jenis
cross over design pada 60 pasien jantung usia 47-62 tahun yang dirawat di
CCU yang dibagi menjadi dua; 30 kelompok perlakuan dan 30 kelompok
kontrol. Instrumen yang digunakan berbeda dengan penelitian sebelumnya
yaitu menggunakan Verran and Snyder-Halpern Sleep Scale (VSH Sleep
Scale) dengan 16 item yang terdiri dari 3 item besar yaitu disturbance,
effectiveness, and supplementation. Kelompok perlakukan dipasang eye
mask selama 2 malam berturut – turut dan dievaluasi dengan VSH Sleep
Scale setiap hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur di
malam hari pada pasien CCU meningkat secara signifikan setelah
menggunakan eye mask (p<0.05) dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Metode penggunaan eye mask selain harga terjangkau juga dinilai cukup
nyaman untuk pasien sehingga bisa direkomendasikan untuk
meningkatkan kualitas tidur pasien CCU.
Pada tahun 2015 Atye Babaii, et.al. melakukan penelitian yang
sama dengan desain RCT dan alat ukur PSQI pada 60 pasien jantung yang
dibagi menjadi dua kelompok; 30 kelompok perlakuan dan 30 kelompok
kontrol. Pada kelompok perlakukan eye mask digunakan selama 3 malam
berturut-turut kemudian dilakukan post test PSQI pada kedua kelompok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan eye mask dapat
meningkatkan kualitas tidur pada pasien jantung secara signifikan (p
value< 0.05) dibandingkan dengan kelompok kontrol.
10

2. Earplugs terhadap kualitas tidur pasien.


Fateme Neyse, et.al., (2011) melakukan penelitian tentang
efektifitas earplugs dalam meningkatkan kualitas tidur dengan desain RCT
dan instrumen PSQI pada 60 pasien jantung yang dibagi menjadi 2
kelompok; 30 kelompok perlakuan dan 30 kelompok kontrol. Pemasangan
earplugs dilakukan setiap malam selama pasien di rumah sakit sampai
pulang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan earplugs dapat
meningkatkan kualitas tidur (p value< 0.05) pada kelompok perlakukan
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
3. Kombinasi eye mask, earplugs, dan musik terhadap kualitas tidur
Penelitian dilakukan oleh Rong-Fang Hu, et.al., (2015) dengan
desain RCT pada 45 pasien dewasa yang dibagi menjadi 2 secara acak; 25
kelompok perlakuan dan 25 kelompok kontrol dengan cara
mengombinasikan antara earplugs, eye mask, dan pemberian musik selama
30 menit pada pkl. 21.00 – 06.00 dibandingkan dengan kelompok kontrol
yang tidak dilakukan intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
subjective sleep quality lebih tinggi pada kelompok intervensi
dibandingkan dengan kelompok kontrol (p value< 0.05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa kualitas tidur pada kelompok perlakuaan lebih baik
dibandingkan kelompok kontrol.
Pada tahun yang sama (2015) Hua Wei Huang, et.al. melakukan
penelitian RCT dengan cross over design yang dilakukan pada 40 pasien
ICU usia >18 tahun. Proses perlakuan dibagi dalam dua tahap, tahap
pertama dibagi 2 kelompok kemudian tahap kedua dibagi menjadi 4
kelompok masing – masing 10 orang diberikan intervensi yang berbeda.
Instrumen (alat ukur yang digunakan) meliputi; PSG (Polysomnography),
Subjective sleep quality (visual analog scale), dan Serum melatonin
concentration. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan
melatonin lebih baik dalam meningkatkan kualitas tidur dibandingkan
dengan penggunaan earplugs maupun eye mask. Hasil evaluasi respon
responden pada pemakaian eye mask dan earplugs didapatkan bahwa eye
mask lebih nyaman, lebih mudah, dan lebih efektif digunakan
11

dibandingkan dengan earplugs. Sebagai nursing intervention penggunaan


terapi non farmakologis lebih diutamakan sebelum penggunaan terapi
farmakologis.
Hasil literatur review dari 6 Jurnal Internasional yang kami
dapatkan dari tahun 2011 sampai 2015, dapat disimpulkan sebagai berikut;
1. Eye mask dapat meningkatkan kualitas tidur pasien jantung secara
signifikan (3 jurnal)
2. Earplugs dapat meningkatkan kualitas tidur pasien jantung secara
signifikan (1 jurnal)
3. Kombinasi eye mask, earplugs, dan terapi musik dapat meningkatkan
kualitas tidur pasien jantung secara signifikan (1 jurnal)
4. Kombinasi eye mask, earplugs dan melatonin oral dapat meningkatkan
kualitas tidur secara signifikan (1 jurnal)

BAB 3
KESIMPULAN

Penyakit kardiovaskular dengan tingkat mortalitas 35% merupakan


masalah kesehatan utama dan penyebab utama kematian di dunia. Tingkat
mortalitas penyakit pada negara maju 40% dan berkembang 28%. Acute Coronary
Syndrome (ACS) merupakan tipe penyakit kardiovaskular yang paling sering
terjadi dan menjadi penyebab kematian di dunia.
Peran perawat sangat dibutuhkan pada perawatan pasien kasus
kardiovaskular meliputi promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif.
Berbagai penelitian telah dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas tindakan
keperawatan yang berdasarkan pada Evidence Base of Nursing yang bisa
dijadikan pedoman dalam Evidence Based Practice pada keperawatan
kardiovaskular khususnya ACS. Teori keperawatan sebagai dasar perawatan di
rumah sakit pada ACS adalah Teori Self Care Deficit- Orem yaitu perawat
membantu pasien berdasarkan need yang mengalami masalah / kebutuhan dasar
yang tidak terpenuhi akibat kondisi penyakit yang menyebabkan self care deficit.
Tindakan keperawatan (Nursing actions) yang diberikan berdasarkan teori sistem
12

keperawatan meliputi : Wholly compensatory (Perawat memberikan perawatan


terapeutik kepada pasien secara penuh), Partly compensatory (perawat memenuhi
kebutuhan perawatan diri pasien sebagian), dan Supprotive educative system
(pasien mampu melakukan perawatan diri sendiri dengan sedikit bantuan
perawat). Salah satu aplikasi Teori Self Care Deficit Orem pada pasien jantung di
rumah sakit yaitu pemenuhan kebutuhan aktifitas dan istirahat (tidur) pasien yang
mengalami gangguan tidur yaitu pemakaian eye mask, earplugs, dan atau
kombinasi yang didasarkan pada hasil Evidence Base Nursing yang terbukti
efektif dalam meningkatkan kualitas tidur pasien jantung di ICU.
Sedangkan untuk perawatan pasien di rumah dapat menggunakan Teori
Keperawatan Self Care Orem sebagai upaya memandirikan pasien dan keluarga
dalam masa pemulihan, maintenance perawatan kesehatan di rumah, pencegahan
ACS berulang, dan pencegahan hospitalisasi berulang, dan pencegahan
komplikasi.
13

DAFTAR PUSTAKA

Abolhassani SH. (2006). Effect Of Sensory Stimulation On Sleep Deprivation


Symptoms In Patients Admitted To Coronary Care Unit. Journal of
Semnan Medical Sciences, 7(1-2):71-6.

Ali, W.M, Al Habib, K.F., Hersi, A., Asaad, N., Sulamina, K., Ali, Al Shiek, dan
Al Suwaidi, J. (2012).In-hospital complications and 1-year outcome of
acute coronary syndrome in patients with hypertension: findings from the
2nd Gulf Registry of Acute Cardiac Events. Eastern Mediterranean
Health Journal, 18 (9). Diakses 15 November 2016, dari Proquest
database.

Alligood, Martha Raile. (2014). Nursing Theorist and their Work. 8th. Ed. USA:
Elseiver.

Allison, Sarah E. (2007). Self Care Requirements for Activity and Rest : An Orem
Nursing Focus. Nursing Science Quarterly, 20 (1), 68-76. Diakses 15
November 2016, dari SagePublications database.

Babaii, A., Adib-Hajbaghery, M., & Hajibagheri, A. (2015). Effect of Using Eye
Mask on Sleep Quality in Cardiac Patients: A Randomized Controlled
Trial. Nursing and Midwifery Studies, 4(4), e28332. Diakses 13 Oktober
2016, dari Pubmed database.

Cox, K.R. & Taylor, S.G. (2005). Orem's Self Care Deficit Nursing Theory:
Pediatric Asthma as Exemplar. Nursing Science Quarterly, 18 (3), 249-
257. Diakses 15 November 2016, dari Sage Publications database.

Daneshmandi, M., Neiseh, F., Sadeghi Shermeh, M., & Ebadi, A. (2012). Effect
of Eye Mask On Sleep Quality In Patients With Acute Coronary
Syndrome. Journal of Caring Sciences, 1(3), 135–43. Diakses 13 Oktober
2016, dari Pubmed database.

Huang, H.-W., Zheng, B.-L., Jiang, L., Lin, Z.-T., Zhang, G.-B., Shen, L., & Xi,
X.-M. (2015). Effect Of Oral Melatonin And Wearing Earplugs And Eye
Masks On Nocturnal Sleep In Healthy Subjects In A Simulated Intensive
Care Unit Environment: Which Might Be A More Promising Strategy For
ICU Sleep Deprivation? Critical Care (London, England), 19(1),124.
Diakses 13 Oktober 2016, dari BioMed Central database.

Hu, Rong Fang, Jiang, X.Y., Hegadoren, K.M., & Zhang, Y.H. (2015). Effect Of
Earplugs and Eye Mask Combine With Relaxing Music On Sleep,
Melatonin, And Cortisol Level in ICU patients: a randomized contolled
trial. Critical Care. 19,115. Diakses 25 September 2016, dari Biomed
Central database.
14

Koenig, J., Jarczok, M.N., Warth, M., Harmat, L., Hesse, N., Jespersen, K.V.,
Thayer, J.F., & Hillecke, T.K. (2013). Music Listening Has No Positive Or
Negative Effect On Sleep Quality Of Normal Sleepers: Results Of
Randomized Controlled Trial. Nordic Journal Of Music Therapy, 22(3).
Diakses tanggal 13 Oktober 2016. http://tandfonline.com.

Koichi, Hashimoto, et.al. (2005). Glucose Intolerance Is Common In Japanese


Patients With Acute Coronary Syndrome Who Were Not Previously
Diagnosed With Diabetes. Diabetes Care, 25 (5). Diakses 14 November
2016, dari Proquest database.

Mashayekhi, F., Arab, M., Pilevarzadeh, M., Amiri, M., & Rafiei, H. (2013). The
Effect of Eye Mask on Sleep Quality in Patients of Coronary Care Unit, 6
(3), 108-111. Diakses 2 November 2016, dari PubMed database.

Mohammadpour, A., Mohammadian, B., Moghadam, M.B., & Nemmatollahi,


M.R. (2014). The Effect of Topical Heat Therapy on Chest Pain in
Patients with Acute Coronary Syndrome: a Randomised Double-Blind
Placebo-Controlled Clinical Trial. Journal Of Clinical Nursing, 23, 3460-
3467. Diakses 14 November 2016, dari Ebschohost database.

Neyse, F., Daneshmandi, M., Sharme, M. S., & Ebadi, A. (2011). The effect of
earplugs on sleep quality in patients with acute coronary syndrome,
Journal Of Caring Sciences, 4(3), 127–134. Diakses 13 Oktober 2016, dari
Pubmed database.

Notara, V., Panagiotakos, D.B., & Pitsavos, C.E. (2014).Secondary Prevention Of


Acute Coronary Syndrome. Socio-Economic And Lifestyle Determinants:
A Literature Review. Cent Eur J Public Health, 22 (3): 175–182. Diakses
14 November 2016, dari Proquest database.

Notara, Venetia, et.al. (2015). Smoking determines the 10-year (2004–2014)


prognosis in patients with Acute Coronary Syndrome: the GREECS
observational study. 13 (38). Diakses 14 November 2016, dari BioMed
Central database.

Shehab, A., et.al. (2013). Gender Disparities in the Presentation, Management and
Outcomes of Acute Coronary Syndrome Patients: Data from the 2nd Gulf
Registry of Acute Coronary Events (Gulf RACE-2). 8 (2). Diakses 14
November 2016, dari Ebschohost database.

Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever. (2010). Brunner & Suddarth’s Text Book of
Medical Surgical Nursing. 12th. Ed. China: Lippincott Williams & Wilkin.

Wan, K, Zhao, J., Huang, H., Zhang, Q., Chen, Xi., Zeng, Z., Zhang, L., & Chen.
Y. (2015). The Association between Triglyceride/High-Density
Lipoprotein Cholesterol Ratio and All-Cause Mortality in Acute Coronary
15

Syndrome after Coronary Revascularization PLOS ONE |


DOI:10.1371/journal.pone.0123521. Diakses 14 November 2016, dari
Proquest database.

Zheng, L.Y., Lian, F., Shi, Q., Zhang, Chi., Chen, Y.W., Zhou, Y.H., & He, Jia.
(2015). Alcohol intake and associated risk of major cardiovascular
outcomes in women compared with men: a systematic review and meta-
analysisof prospective observational studies. 15: 773. Diakses 14
November 2016, dari BioMed Central database.
16
LAMPIRAN. 1 : Tabel Review Jurnal kardiovaskular

No Variabel, Sampel,& Teknik Instrumen Desain


Judul Penelitian Hasil
Sampling (Alat ukur) Penelitian
1 Effects of earplugs and Variabel : RCSQ RCT Kualitas tidur yang lebih baik
eye masks combined Eyemask+earplugs+music, Richards- pada kelompok intervensi. tidak
with relaxing music on Melatonin Campbell ditemukan perbedaan pada
sleep, melatonin, and sleep kortisol dan melatonin pada urin
cortisol levels in ICU Jumlah sampel 50 pasien ICU usia questionare pasien sebelum dan setelah
patients: a RCT. ≥40 thn, 20 responden klp tindakan pembedahan.
Rong-Fang Hu, et al. intervensi dan 25 responden klp
2015 kontrol, 5 responden di drop
2 Effect of Using Eye Variabel : Eye mask, PSQI RCT Penggunaan eye mask dapat
mask on sleep quality Sleep quality (Petersburg’s pre dan meningkatkan kualitas tidur
in Cardiac patients: Sleep Quality post test pasien jantung dengan signifikan
Randomized controlled Sampel 60 pasien jantung usia 47 Index) design (p<0,05)
trial —69 thn,
Ateye Babaii, et al. Kemudian sampel dibagi menjadi 2
2015 yang dipilih secara random
3 Effect of oral melatonin Variabel : Melatonin, PSG RCT - Penggunaan melatonin lebih
and wearing earplugs Earplugs, (Polysomnogra Cross over baik dalam meningkatkan
and eye masks on Eye mask, phy), design kualitas tidur dibandingkan
nocturnal sleep in Sleep quality Subjective dengan penggunaan earplugs
healthy subjects in a sleep quality dan eye masks.
simulated ICU Sampel 40 pasien ICU usia > 18 (visual analog Serum melatonin meningkat
environment. tahun, scale), pada pasien yg menggunkan
Hua-Wei Huang, et al. Teknik sampling menggunakan Serum melatonin dibandingkan
2015 random sampling melatonin intervensi yang lain
concentration
17

4 The Effect Of Eye Variabel : Eye mask, Verran and RCT Penggunaan eye mask selama
Mask on Sleep Quality Sleep quality Snyder- Cross tidur malam meningkatkan
in Patient of Coronary Halpern Sleep Over meningkatkan kualitas tidur
Care Unit. Sampel sebanyak 60 pasien jantung Scale (VSH Design dengan signifikan (p<0,05)
Masyhayekhi, Fateme, dibagi dalam 2 kelompok, masing- Sleep Scale)
dkk masing 30 responden
2013

5 Effect of eye mask on Variabel : Eye mask, PSQI RCT Pengguanaan eye mask dapat
sleep quality in patient’t Sleep quality (Petersburg’s pre post meningkatkan kualitas tidur
with acute coronary Sleep Quality test design pada pasien dengan ACS
syndrome. Sampel = 60 pasien jantung usia Index) (p<0,05)
Mohammad danesh >18 thn,
mandi, dkk. 2012
6 The Effect of earplugs Variabel : Earplugs, PSQI RCT Penggunaan Earplugs dapat
on sleep quality in Sleep quality, (Petersburg’s meningkatkan kualitas tidur
patients with acut Acute coronary syndrome’s patients Sleep Quality yang signifikan
coronary syndrome. Index)
Fateme Neyse, Sampel 60 pasien jantung
dkk.2012 Dibagi 2 grup
Secara random

Anda mungkin juga menyukai