Tugas Rangkuman
Tugas Rangkuman
5.1 Pendahuluan
Dalam membahas elemen-elemen sistem kontrol, istilah aksi langsung digunakan bagi
elemen di mana pertambahan pada sisi masukannya akan memberikan pertambahan pada sisi
keluarannya. Istilah aksi balik digunakan ketika pertambahan pada sisi masukan akan
menghasilkan pengurangan pada sisi keluaran,
Dalam setiap sistem kontrol yang dilengkapi dengan umpan balik, sistemnya tidak
dapat dengan segera merespons setiap perubahan yang terjadi sehingga muncul waktu tunda
sistem untuk mengakomodasi perubahan tersebut. Penundaan semacam ini dikenal dengan
istilah dead time atau lag. Dead time dapat secara efektif menyamarkan suatu gangguan dari
sistem kontrol sehingga harus dibuat sekecil mungkin.
5.1.3 Kapasitansi
Dalam proses kontrol level air di dalam sebuah tangki, salah satu atribut penting yang
dimiliki oleh sistemnya adalah kapasitansi. Disini yang dibahas adalah sistem yang memiliki
kapasitansi; dan semakin besar kapasitansinya, maka semakin lama waktu yang diperlukan
untuk bereaksi terhadap perubahan yang terjadi. Jika kapasitansinya dikurangi, maka sistem
akan bereaksi lebih cepat dalam melakukan perubahan yang diperlukan untuk memulihkan
level air pada level yang diinginkan. Kapasitansi memiliki kecenderungan untuk meredam
gangguan.
Dengan mode kontrol on-off, pada intinya pengontrol merupakan sebuah saklar yang
diaktivasi oleh sinyal error dan hanya menyuplai sinyal pengoreksi on-off. Pengontrol on-off
sering dikenal dengan istilah pengontrol dua-langkah. Keluaran pengontrol hanya memiliki
kondisi on atau off sehingga sinyal pengoreksinya juga hanya memiliki kondisi on atau off.
Karena aksi kontrolnya besifat diskontinu, serta terdapat ketertinggalan waktu di
dalam sistem, maka akan muncul kondisi osilasi dari nilai variable yang dikontrol di sekitar
nilai yang diharapkan. Kontrol on-off merupakan mode kontrol yang sederhana dan murah,
dan sering kali digunakan di mana osilasi dapat direduksi hingga level yangdapat diterima.
5.2.1 Relai
Salah satu bentuk pengontrol on-off yang banyak digunakan adalah relai. Suatu arus
kecil pada nilai tegangan rendah yang dikenakan pada sebuah solenoid menghasilkan medan
magnet, yaitu elektromagnet. Jika sinyal error diberikan pada relai, maka relainya akan terus
bekerja saat effor mencapai suatu besaran tertentu dan selanjutnya dapat digunakan untuk
mengalirkan arus yang lebih besar pada elemen koreksi seperti misalnya pemanas ataupun
motor.
Dengan metode kontrol on-off, keluaran pengontrol adalah sinyal on atau off sehingga
keluaran tidak memiliki relasi dengan besarnya effor yang muncul. Dengan kontrol
proporsional, besarnya keluaran pengontrol adalah proporsional terhadap besarnya error yang
terjadi merupakan masukan pengontrol. Jadi didapat relasi: keluaran pengontrol x masukan
pengontrol.
Keluaran berbanding lurus terhadap error, dengan gain sama dengan x/y. Sinyal error
merupakan masukan untuk bola yang terpasang pada ujung tuas, dan keluaran adalah
pergerakan dari ujung tuas yang lain. Jadi, didapat pergerakan keluaran = (x/y) x error.
Biasanya keluaran dinyatakan sebagai persentase dari jangkauan skala penuh keluaran
yang dapat dilewatkan ke elemen koreksi. Dengan katup sebagai elemen koreksi,
sebagaimana kontrol ketinggian yang dikendalikan oleh pelampung, maka diinginkan agar
katupnya tertutup penuh ketika keluaran pengontrol adalah 0% dan terbuka penuh ketika
keluaran pengontrol I00%. Ketika erornya sama dengan 50% nilai maksimumnya, maka
keluaran pengontrol akan sama dengan 50% dari jangkauan skala penuhnya. Beberapa istilah
yang digunakan dalam menggambarkan pengontrol diantaranya: jangkauan, span (rentang),
deviasi absolut, deviasi fraksional.
Dengan kontrol derivatif, perubahan keluaran pengontrol dari titik pengaturan akan
berbanding lurus dengan laju perubahan terhadap waktu dari sinyal error. Jadi, keluaran
pengontrol α laju perubahan error dan dirumuskan sebagai berikut:
5.4.1 Kontrol PD
Laju perubahan keluaran pengontrol α error. Suatu error dengan nilai konstan akan
memberikan perubahan keluaran pengontrol dengan laju yang konstan.
5.5.1 Kontrol PI
Kontrol dengan mode integral I saja tidak umum digunakan, tetapi digunakan
bersama-sama dengan mode proporsional P sehingga membentuk kombinasi kontrol PI.
Apabila aksi integral ditambahkan terhadap suatu sistem control proporsional.
Pengontrol dapat dioperasikan dalam ketiga mode dengan cara menekan tombol-
tombol kunci yang sesuai.
1. Mode Manual
Operator mengontrol operasi secara langsung serta dapat menambah atau mengurangi
sinyal keluaran pengontrol dengan cara menekan tombol M dan tombol tanda panah
naik dan turun.
2. Mode Otomatis
Pengontrol beroperasi sebagai pengontrol tiga mode dengan titik pengaturan
dispesifikasikan oleh operator.
3. Mode Otomatis Jarak Jauh
Pengontrol dioperasikan dengan cara yang serupa seperti halnya mode otomatis tetapi
dengan nilai pengaturan diperoleh dari sinyal eksternal.
5.7 Penalaan
Dengan metode ini, aksi integral dan derivatif pertama-tama direduksi menjadi nilai
efektif terkecilnya. Konstanta proporsional K, selanjutnya disetel rendahdan secara bertahap
ditingkatkan hingga osilasi pada variabel yang dikontrol mulai terjadi. Nilai kritikal konstanta
proporsional KPC di mana osilasi ini mulai terjadi dicatat, dan waktu periodik osilasi T C
diukur.
Pada metode ultimate cycle, tidak ada pengaturan sistem kontrol untuk osilasi yang
berkesinambungan, tetapi pengaturan untuk osilasi yang mempunyai peluruhan amplitudo
kuartal. Pengontrol hanya disetel pada mode proporsional saja. Kemudian, dengan
diberikannya sinyal tangga pada sistem kontrol, keluaran sistem diamati dan peluruhan
amplitudo yang terjadi pun ditentukan. Jika peluruhan amplitudo kurang dari seperempat,
maka gain proporsionalnya ditambah, jika lebih dari seperempat gain-nya dikurangi.
Masukan sinyal tangga selanjutnya diulangi dan peluruhan amplitudo kembali ditentukan.