Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit gout atau dalam bahasa Indonesia disebut pirai adalah salah satu tipe
penyakit arthritis (radang pada persendiaan). Penyakit ini sudah dikenal sejak zaman
Yunani Kuno dengan julukannya “penyakit para raja dan raja penyakit “

Gout Arthritis adalah penyakit yang sering ditemukan dan tersebar di seluruh
dunia. Gout (pirai) merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi
kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam
cairan ekstraselular. Gangguan metabolisme yang mendasarkan gout adalah
hiperurisemia yang didefinisikan sebagai peninggian kadar asam urat lebih dari 7,0
ml/dl dan 6,0 mg/dl (Sudoyo, 2009).

Penyakit asam urat atau penyakit gout merupakan penyakit yang muncul akibat
zat purin yang berlebih dalam tubuh. zat purin ini sebenarnya dapat di olah tubuh
menjadi asam urat. Menurut WHO (2015) Di dunia prevalensi penyakit asam urat
mengalami kenaikan jumlah penderita hingga dua kali lipat antara tahun 1990-2010.
Pada orang dewasa di Amerika Serikat penyakit gout mengalami peningkatan dan
mempengaruhi 8.3 juta (4%) orang Amerika. Penyakit asam urat diperkirakan terjadi
pada 840 orang dari setiap 100.000orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia
terjadi pada usia di bawah 34tahun sebesar 32 % dan di atas 34 tahun sebesar 68 %
(WHO, 2015).
WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari
populasi, yang pergi ke dokter hanya 24% sedangkan yang langsung mengkonsumsi
obat pereda nyeri yang di jual secara bebas hanya 71%. Angka tersebut menempatkan
Indonesia sebagai negara tertinggi menderita gangguan sendi apabila di bandingkan
dengan negara lain. Apabila di dalam negeri penyakit asam urat menjadi ancaman
tertinggi maka dari itu untuk skala Internasional berdasarkan survei WHO, Indonesia
merupakan negara terbesar di dunia yang penduduknya menderita penyakit asam urat.
Survei badan kesehatan dunia tersebut menunjukkan rincian bahwa di Indonesia
penyakit asam urat 35% terjadi pada pria usia 34 tahun ke bawah. Berdasarkan jurnal
penelitian Best Practice & Research Clinical Rheumatology pada tahun 2010,
terhadap 4683 orang dewasa menunjukkan bahwa angka prevalensi penyakit asam
urat dan hiperurisemia di Indonesia pada pria adalah 1,7 dan 24,3%. Dimana rasio
perbandingan pria dan wanita adalah 34:1 untuk penyakit asam urat dan 2:1 untuk
hiperurisemia.
Di Indonesia sendiri penyakit artritis gout pertama kali diteliti oleh seorang dokter
Belanda yang bernama dr. van den Horst, pada tahun 1935. Ia menemukan bahwa
terdapat 15 kasus gout berat pada masyarakat kurang mampu di pulau Jawa. Hasil
penelitian oleh Darmawan (1988) di Bandungan Jawa Tengah menunjukkan bahwa
diantara 4683 orang yang diteliti, 0.8% menderita asam urat tinggi berusia antara 15-
45 tahun. 1.7% pada pria dan 0.05% pada wanita, bahkan di antara mereka sudah
sampai pada tahap gout (Damayanti, 2012). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas)
tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit sendi di Indonesia berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan (nakes) sebesar 11.9% dan berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar
24.7%, sedangkan berdasarkan daerah diagnosis nakes tertinggi di Provinsi Bali
sebesar 19.3% dan berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi yaitu di Nusa Tenggara
Timur sebesar 31.1%. Prevalensi penyakit sendi di Jawa Tengah tahun 2013
berdasarkan diagnosis nakes sebesar 11.2% ataupun berdasarkan diagnosis dan gejala
sebesar 25.5% (Riskesdas, 2013).
Standar akreditasi rumah sakit yang dikeluarkan oleh JCI (Joint Commision
International) tahun 2011 bahwa hak pasien untuk mendapatkan asesmen dan
pengelolaan nyeri. Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif, pasien
yang kesakitan mendapat asuhan sesuai pedoman pengelolaan nyeri (Kemenkes RI,
2011).
Penyakit asam urat masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan,
dibuktikan dari berbagai kasus komplikasi dari penyakit asam urat ini seperti gagal
ginjal, batu ginjal dan lain-lain masih cukup tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh
kurangnya kesadaran masyarakat yang kurang memperhatikan kesehatannya seperti
masih banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi makanan tanpa memperhatikan
kandungan dari makanan tersebut. Faktor aktivitas yang berlebihan juga dapat
memperburuk dan mendukung adanya komplikasi penyakit asam urat tersebut
(Damayanti, 2012).
Gambar 1.1

Prevalensi penyakit sendi pada penduduk umur ≥ 15 tahun

Menurut provinsi 2013-2018

Sumber :Kemenkes RI, 2018

Penatalaksanaan nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri pada gout yaitu dengan


terapi komplementer yaitu terapi yang bersifat pengobatan alamiah yang diantaranya
adalah dengan terapi herbal (Price & Wilson, 2005). Jenis obat yang digunakan dalam
terapi herbal yang dapat mengobati berbagai penyakit diantaranya gout, nyeri haid,
reumatik, infeksi kandung kemih, asma, masuk angin, sembelit dan lainnya dengan
buah sirsak/daun sirsak (Annona Muricata), buah manggis (Garcinia Mangostana),
Mengkudu (Morinda Citrifolia) (Fanany, 2013).
pengobatan secara tradisional dengan tanaman obat juga dapat menjadi pilihan
untuk mengobati gout ini disebabkan efek samping yang dimiliki tanaman/tumbuhan
lebih rendah dibandingkan obat-obatan kimia, selain itu murah dan mudah diperoleh.
Salah satu contoh tanaman yang dapat mengatasi nyeri pada gout adalah daun
sirsak.Sirsak (Annona muricataL.) merupakan salah jenis tanaman dari familia
Annonaceae yang mempunyai manfaat besar bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai
tanaman buah yang syarat dengan gizi dan merupakan bahan obat tradisional yang
memiliki multikhasiat. Dalam industri makanan, sirsak dapat diolah menjadi selai
buah dan sari buah, sirup, dan dodol sirsak. Tanaman sirsak banyak digunakan
sebagai tanaman obat, karena tanaman ini memiliki khasiat obat dan dapat digunakan
sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Pengertian
berkhasiat obat adalah mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit
tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi mengandung efek yang
sinergis dari berbagai zat yang berfungsi mengobati Pengaruh mengkonsumsi rebusan
daun sirsak terhadap penurunan nyeri pada penderita goutarthritis karena kandungan
tanin, resin,dan crytallizable dalam daun sirsak dan responden tidak menunjukan efek
samping karena kandungan dalam daun sirsak tidak berbahaya dalam tubuh.Dimana
kandungan daun sirsak memiliki ekstrak etanol yang berperan sebagai antiinflamasi.
Di dalam etanol terdapat ekstrak mangostin yang mempunyai aktivitas sebagai
penghambat, pelepasan prostagladin sebagai mediator inflamasi, dan etanol dari daun
sirsak mempunyai efek meredam nyeri yang terjadi pada penderita gout (Jhons
Fatriyadi,& Reffilia Irfa 2016)
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah “Apakah

ada pengaruh” Efektivitas pemberian rebusan daun sirsak (Annona Muricate)

terhadap penurunan nyeri sendi pada klien dengan Gout Atrithis?”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memberikan terapi Efektivitas pemberian rebusan daun sirsak (Annona Muricate)

untuk membantu menurunkan nyeri sendi pada klien dengan Gout Atrithis

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Gout Atrithis

b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa pada klien dengan Gout Atritis

c. Mahasiswa mampu menyusun intervensi pada klien dengan Gout Atritis


d. Mahasiswa mampu mengimplementasikan asuhan keperawatan pada klien

dengan Gout Atritis

e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada klien dengan Gout Atritis

f. Mahasiswa mampu menganalisa hasil tindakan terapi efektivitas rebusan daun

sirsak (Annona Muricate) pada penderita Gout Atrithis

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bagi Institusi Pendidikan,

Institusi Kesehatan, Profesi, dan Masyarakat, antara lain:

1. Bagi Mahasiswa

a. Sebagai pengalaman dalam praktik di lapangan, sehingga tercipta perawat

yang tidak hanya cerdas dalam teori, namun mampu melakukan tindakan

asuhan keperawatan dengan baik dan benar.

b. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III

Keperawatan di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin

Timur.

2. Bagi Institusi Pendidikan

a. Memberi kontribusi literatur keperawatan khususnya keperawatan keluarga

dengan Gout Atrithis.

b. Sebagai tolak ukur terhadap keberhasilan mahasiswa keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan serta dokumentasi keperawatan khususnya

pada klien dengan Gout Atrithis.

3. Bagi Puskesmas

Sebagai tolak ukur terhadap kompetensi serta keberhasilan bimbingan

mahasiswa selama mengikuti proses praktik klinik di Puskesmas, sehingga

nantinya dapat dihasilkan tenaga perawat yang kompeten serta terampil dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok maupun

masyarakat, khususnya klien dengan Gout Atrithis.

4. Bagi Klien

Menambah wawasan atau pengetahuan tentang terapi efektivitas rebusan daun

sirsak (Annona Muricate) pada penderita nyeri sendi Gout Atrithis


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Gout Artrithis


1. Definisi Gout Arthritis
Artritis gout merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling sering
ditemukan, yang ditandai dengan penumpukan kristal monosodium urat di dalam
ataupun di sekitar persendian. Monosodium urat ini berasal dari metabolisme purin.
Hal penting yang mempengaruhi penumpukan kristal adalah hiperurisemia dan
saturasi jaringan tubuh terhadap urat. Apabila kadar asam urat di dalam darah terus
meningkat dan melebihi batas ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit artritis gout
ini akan memiliki manifestasi berupa penumpukan kristal monosodium urat secara
mikroskopis maupun makroskopis berupa tophi (Zahara, 2013).

Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang
nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan
dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).
Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam urat yang
menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005).
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan defek
genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia. (Brunner & Suddarth. 2001).
Artritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal asam urat
di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut.
Jadi, Gout atau sering disebut “asam urat” adalah suatu penyakit metabolik dimana
tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang
menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.
2. Klasifikasi Gout Arthritis
a. Ada 3 klasifikasi berdasarkan manifestasi klinik
1) Gout artritis stadium akut
Radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur
tanpa ada gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang hebat
dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat monoartikular dengan keluhan
utama berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengn gejala sistemik
berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Apabila proses penyakit
berlanjut,
dapat terkena sendi lain yaitu pergelangan tangan/kaki, lutut, dan siku.
Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi
purin, kelelahan fisik, stress, tindakan operasi, pemakaian obat diuretik
dan
lain-lain. Pemilihan regimen terapi merekomendasikan pemberian
monoterapi sebagai terapi awal antara lain NSAIDs, kortikosteroid atau
kolkisin oral. Kombinasi diberikan berdasarkan tingkat keparahan
sakitnya,
jumlah sendi yang terserang atau keterlibatan 1-2 sendi besar
(Fatwa,2014).
2) Stadium interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode
interkritik. Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-tanda
radang akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini
menunjukkan bahwa proses peradangan masih terus berlanjut, walaupun
tanpa keluhan (Fatwa, 2014).
3) Stadium artritis gout kronik
Stadium ini umumnya terdapat pada pasien yang mampu mengobati
dirinya sendiri (selfmedication). Sehingga dalam waktu lama tidak mau
berobat secara teratur pada dokter. Gout artritis menahun biasanya disertai
tofi yang banyak dan poliartikular. Tofi ini sering pecah dan sulit sembuh
dengan obat. Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder. Secara umum
penanganan gout artritis adalah memberikan edukasi pengaturan diet,
istrahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan dini agar tidak terjadi
kerusakan sendi ataupun komplikasi lainnya. Tujuan terapi meliputi
terminasi serangan akut, mencegah. serangan di masa depan, mengatasi
rasa sakit dan peradangan dengan cepat dan aman, mencegah komplikasi
seperti terbentuknya tofi, batu ginjal, dan arthropati destruktif (Fatwa,
2014).
b. Klasifikasi Berdasarkan Penyebabnya
1) Gout primer
Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat
berlebihan, penurunan ekskresi asam urat melalui ginjal. Gout primer
disebabkan faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik adalah faktor
yang disebabkan oleh anggota keluarga yang memiliki penyakit yang
sama. Dan buruknya jika kita mengalami penyakit yang disebabkan dari
gen. Sulit
sekali untuk disembuhkan. Makannya untuk keluarga mana pun, harus
menjalankan kehidupan yang sehat, agar penyakit tidak menyerang pada
anggota keluarganya. Masih ada banyak lagi penyakit yang disebabkan
oleh faktor keturunan. pernyataan ini adalah faktor penyebab asam urat
tinggi.
2) Gout sekunder
Gout sekunder disebabkan oleh penyakit maupun obat-obatan.
a) Obat-obatan
Obat TBC seperti obat etambutol dan pyrazinamide dapat
menyebabkan kenaikan asam urat pada beberapa pasien. Hal ini terjadi
karena adanya efek dari obat ini yang berefek terhambatnya seksresi
dari ginjal, termasuk sekresi asam urat yang menghasilkan terjadinya
peningkatan asam urat pada tubuh.
b) Penyakit lain
Penyebab asam urat bisa terjadi jika memiliki tekanan darah
yang terlalu tinggi, atau pun memiliki kadar gula darah yang terlalu
tinggi, dan menimbulkan penyakit hipertensi atau pun penyakit
diabetes dan kolesterol dan penyakit tersebut bisa menyebabkan organ
tubuh menurunkan fungsi nya sehingga tidak dapat mengeluarkan
limbah tubuh dengan baik seperti limbah asam urat, oleh sebab itu
salah satu penyebab asam urat akibat penyakit di dalam tubuh.
3. Etiologi Gout Arthritis
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan
kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit
dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam
pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :
a. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan
asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi
gangguan ginjal yang akan menyebabkan :
1) Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
2) Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat
seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta
zolamid dan etambutol.

4. Patofisiologi Gout Arthritis


Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat
akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam
tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon
inflamasi. (Price, Sylvia.A. 2006)
Hiperurecemia merupakan hasil :
a. Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
b. Menurunnya ekskresi asam urat.
c. Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka
asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang
akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh,
penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut
dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi
juga menyebabkan inflamasi. (Putra, T.R 2009.)
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat
maningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan
menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini
meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang
menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi
metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata
kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai
dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan
dengan interval yang tidak teratur. (Sugiyanto, 2007).
Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan
gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2
tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan polyarticular
yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya
disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout kronik ditandai
dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada kartilago,
membrane synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari, tangan,
lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal seperti
ginjal. Kulit luar mengalami ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran, eksudat yang
terdiri dari Kristal asam urat. (Syaifiddin. 2006)
5. Pathway Gout Arthritis

Faktor genetik Konsumsi Penyakit dan obat


makanan  purin – obatan

Produksi asam Sekresi asam urat


urat  

Gangguan
Metabolisme
purin Respons  Suhu Tubuh
inflamasi

HIPERUREMIA Thopi / Tofas Hipertermi


( N : Pria ( 3.0 – 7 ) Wanita ( 2.4 -6 ) mengendap di
bagian perifer
Nefropati Gout Akumulasi pada Penimbunan kristal monoatrium di tubuh
ginjal sendi

GOUT
Perubahan pada bentuk
tubuh pada tulang dan
sendi Pembentukan
Pelepasan medioator Sirkulasi pd  Permeabilitas kapiler tukas pd sendi
kimia oleh sel Mast : daerah inflamasi
bradikinin, histamin, 
prostagladin deformitas Tofus – Tofus
mengering
Akumulasi cairan ke
Vasodilatasi dr jaringan intertisial 
kapiler Membatasi
Hipotalamus Gg. Konsep diri pergerakan sendi
Edema

Eritema, rasa Gg. Mobilisasi


panas
NYERI Menekan jaringan pada
sendi

Terjadi pd Malam Gg. Perfusi Jaringan


Penipisan pd
hari Kulit
6. Manifestasi Gout Arthritis
a. Nyeri tulang sendi
b.   Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi
c.   Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga
d.   Peningkatan suhu tubuh.
Gangguan akut:
a. Nyeri hebat
b. Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang
c. Sakit kepala
d. Demam.
Gangguan kronis :
a. Serangan akut
b. Hiperurisemia yang tidak diobati
c. Terdapat nyeri dan pegal
d. Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi (penumpukan
monosodium urat dalam jaringan)
7. Penatalaksanaan Gout Arthritis
Tujuan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan
berulang, dan pencegahan komplikasi.
a. Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian oral),
b. Colchicine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), phenilbutazone,
Indomethacin.
c.  Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)
d. Kompres dingin
e. Diet rendah purin
f. Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)
g. Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari
Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
h. Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi.
i. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk
mencegah serangan.
j. Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan ekskresi
asam urat dan menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya dibatasi pada
pasien dengan gagal ginjal).
k. Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat
menggunakan probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada
pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan
asam urat dengan Allopurinol 100 mg 2 kali/hari.
8. Komplikasi
a. Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis dan
tofi yang menyebabkan degenerasi sendi.
b. Hipertensi dan albuminuria.
c. Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.
B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, umur (sekitar 50 tahunan), alamat, agama, jenis kelamin (biasanya 95%
penderita gout adalah pria), dll
b. Keluhan Utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu jari kaki
(sendi lain)
c. Riwayat Penyakit Sekarang
P (Provokatif) : Kaji penyebab nyeri
Q (Quality / qualitas) : Kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan klien
R (Region) : Kaji bagian persendian yang terasa nyeri (biasanya
pada pangkal ibu jari)
S (Saverity) : Apakah mengganggu aktivitas motoric ?
T (Time) : Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan ?
(Biasanya terjadi pada malam hari)
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan pada klien apakah menderita penyakit ginjal ?
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit
yang sama seperti yang diderita klien sekarang ini.
d. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
Psikologi : Biasanya klien mengalami peningkatan stress
Sosial : Cenderung menarik diri dari lingkungan
Spiritual : Kaji apa agama pasien, bagaimana pasien menjalankan
ibadah menurut agamanya
e. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1) Kebutuhan nutrisi
a) Makan : Kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan
kaya protein)
b) Minum : Kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)
2) Kebutuhan eliminasi
      a) BAK : kaji frekuensi, jumlah, warna,bau
      b) BAB : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
3) Kebutuhan aktivitas
Biasanya klien kurang / tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara mandiri akibat nyeri dan pembengkakan.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum :
1) Tingkat kesadaran
2) GCS
3) TTV
b. Peningkatan penginderaan
1) Sistem integument
Kulit tampak merah atau keunguan, kencang, licin, serta teraba hangat
2) Sistem penginderaan
Mata : Kaji penglihatan, bentuk, visus, warna sklera, gerakan bola
mata
Hidung : Kaji bentuk hidung, terdapat gangguan penciuman atau tidak
Telinga : Kaji pendengaran, terdapat gangguan pendengaran atau tidak,
biasanya terdapat tofi pada telinga
3) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : Apakah ada pembesaran vena jugularis
Palpasi : Kaji frekuensi nadi (takhikardi)
Auskultasi : Apakah suara jantung normal S1 + S2 tunggal / ada suara
Tambahan
4) Sistem pencernaan
Inspeksi :Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya pembesaran pada
abdomen
Palpasi : Apakah ada nyeri tekan pada abdomen
Perkusi : Apakah kembung / tidak
Auskultasi : Apakah ada peningkatan bising usus
5) Sistem muskuluskeletal
Biasanya terjadi pembengkakan yang mendadak (pada ibu jari) dan nyeri
yang luar biasa serta juga dapat terbentuk kristal di sendi-sendi perifer,
deformitas (pembesaran sendi)
6) Sistem perkemihan
Hampir 20% penderita gout memiliki batu ginjal
3. Diagnosa Keperawatan
Berikut diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien hipertensi
berdasarkan buku NANDA-I Diagnosis Keperawatan 2018-2020 Edisi 11, yaitu:
a. Nyeri Akut (Domain 12, Kelas 1, Kode Diagnosis 00132)
1) Definisi
Nyeri akut yaitu pengalaman sensori dan emosional tidak

menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan

potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International

Association for the Study of Pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat

dengan intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya dapat

diantisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan.

2) Batasan karekteristik
a. Perubahan selera makan
b. Perubahan pada parameter fisiologis
c. Diaforesis
d. Perilaku distraksi
e. Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri
untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya
f. Perilaku ekspresif
g. Ekspresi wajah nyeri
h. Sikap tubuh melindungi
i. Putus asa
j. Fokus menyempit
k. Sikap melindungi area nyeri
l. Perilaku protektif
m. Laporan tentang perilaku nyeri/ perubahan aktivitas
n. Dilatasi pupil
o. Fokus pada diri sendiri
p. Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri
q. Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar
instrumen nyeri
3) Faktor yang berhubungan
a. Agens cedera biologis
b. Agens cedera kimiawi
c. Agens cedera fisik
b. Hambatan mobilisasi fisik (domain 4, kelas 2, kode diagnosis 00085)
1) Definisi
Keterbatasan dalam Gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri atau terarah.
2) Batasan karekteristik
a. Gangguan sikap berjalan
b. Penurunan keterampilan motorik halus
c. Penurunan rentang gerak
d. Waktu reaksi memanjang
e. Kesulitan membolak-balik posisi
f. Ketidaknyamanan
g. Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan
h. Dipsnea setelah beraktivitas
i. Tremor akibat bergerak
j. Instabilitas postur
k. Gerakan lambat
l. Gerakan spasik
m. Gerakan tidak terkoordinasi
3) Faktor yang berhubungan
a. Intoleran aktivitas
b. Ansietas
c. Indeks masa tubuh di atas persentil ke-75 sesuai usia
d. Kepercayaan budaya tentang aktivitas yang tepat
e. Penurunan kekuatan otot
f. Penurunan kendali otot
g. Penurunan masa otot
h. Penurunan ketahanan tubuh
i. Depresi
j. Disuse
k. Kurang dukungan lingkungan
l. Kurang pengentahuan tentang nilai aktivitas fisik
m. Kaku sendi
n. Malnutrisi
o. Nyeri
p. Fisik tidak bugar
q. Keengganan memulai pergerakan
r. Gaya hidup kurang gerak
c. Gangguan Citra Tubuh (domain 6, kelas 3, kode diagnosis 00118)
1) Definisi
Konfusi dalam gambaran mental tentang diri fisik individu
2) Batasan karakteristik
a. Tidak ada bagian tubuh
b. Perubahan fugsi tubuh
c. Perubahan struktur tubuh
d. Perubahan pandangan tentang penampilan tubuh seseorang
e. Menghindari melihat tubuh orang lain
f. Prilaku mengenali tubuh seseorang
g. Prilaku memantau tubuh seseorang
h. Prubahan pada kemapuan memperkirakan hubungan spaial tubuh
dengan lingkungan
i. Perubahan gaya hidup
j. Perubahan dalam keterlibatan soia
k. Dipersonalisasi bagian tubuh melalui penggunaan kata ganti
impersonal
l. Menekankan pada kekuatan yang tersisa
m. Memperluas Batasan tubuh
n. Takut reaksi orang lain
o. Berfokus pada penampilan masa lalu
p. Berfokus pada fungsi masa lalu
q. Berfokus pada kekuatan sebelumya
r.

Anda mungkin juga menyukai