Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibat dari berkurangnya
jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga kemampuan jaringan tubuh untuk
mempertahankan fungsi secara normal menghilang, sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Fatmah, 2010). Rasa
cemasyang dialami oleh lansia yang tidak dapat diatasi akan mengganggu pola
tidur lansiayang menyebabkan terjadinya insomnia.Gangguan tidur pada lansia
merupakan keadaan individu yang mengalami suatu perubahan dalam kuantitas
dan kualitaspola istirahatnya yang menyebabkan rasatidak nyaman pada lansia.
Dampak darigangguan tidur jika lansia tidakmendapatkan tidur yang cukup untuk
mempertahankan kesehatan tubuh akan menimbulkan efek seperti tidak produktif,
tidak fokus, mudah pelupa, menjadi pemarah,depresi, dan menyebabkan tubuh
rentan terhadap penyakit (Siregar, 2011). Sebagian besar lansia beresiko
mengalami gangguan tidur salah satunya insomnia yang akibat berbagai faktor.
Ada beberapa dampak serius gangguan tidur pada lansia misalnya mengantuk
berlebihan di siang hari, gangguan memori, mood, depresi, sering terjatuh,
penggunaan hipnotik yang tidak semestinya, dan penurunan kualitas hidup (Sohat
et al., 2014).
Berdasarkan artikel (Kartini & Saiful, 2013) Menunjukkan bahwa
frekuensi tingkat kecemasan dari responden yang terbanyak adalah kecemasan
berat yaitu sebanyak 32 orang dengan proporsi (35,2%) dan frekuensi terendah
adalah kecemasan sedang yaitu sebanyak 29 orang dengan proporsi (31,9%). Dan
Kejadian Insomnia Pada Lansia menunjukkan bahwa lebih banyak lansia yang
tidak mengalami insomnia yaitu sebanyak 49 orang dengan proporsi (53,8%),
dibandingkan dengan lansia yang mengalami insomnia hanya sebanyak 42 orang
dengan proporsi (46,2%) (Kartini & Saiful, 2013). Meurut (Dhin, 2015) diketahui
dari 40 responden mayoritas mengalami kategori kecemasan ringan yaitu 23
responden (57,5%) dan minoritas pada kategori kecemasan berat yaitu 2
responden (5%). Diketahui dari 40 responden yang mengalami insomnia sebanyak
36 responden (90%) dan yang tidak mengalami insomnia sebanyak 4 responden
(10%) (Dhin, 2015). Menurut Dhin,2015 ada bebeerapa responden yang tidak
mengalami kecemasan berjumlah 12 responden (30%) dimana mayoritas
mengalami insomnia sebanyak 8 responden (20,0%) dan yang tidak mengalami
insomnia terdapat 4 responden (10%). Yang mengalami tingkat kecemasan ringan
berjumlah sebanyak 23 responden (57,5%) semuanya mengalami insomnia, yang
mengalami tingkat kecemasan sedang berjumlah sebanyak 3 responden (7,5%)
semuanya mengalami insomnia, yang mengalami tingkat kecemasan berat
berjumlah sebanyak 2 responden (5,0%) semuanya mengalami insomnia, dan
tingkat kecemasan berat sekali tidak ada responden (Dhin, 2015).
Semakin tinggi tingkat kecemasan yang dialami maka usia lanjut akan
mengalami insomnia. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kecemasan
yang dialami oleh usia lanjut maka usia lanjut akan semakin terhindar dari
kejadian insomnia (Giastiningsih, 2011).menurut Prasasty,2012 ada hubungan
yang positif antara kecemasan dengan insomna di posyandu usia Lanjut Jati
Husada Jatisawit Balcatur Gamping Sleman Yogyakarta diketahui dari hasil
perhitungan chi square sebesar 35,00 > 7,81. Maka semakin tinggi tingkat
kecemasan yang dialami maka semakin tinggi juga kejadan insomnia. Pada lansia
yang mengalami kecemasan biasanya mengalami insomnia karena dengan adanya
cemas mereka akan terganggu secara psikologis yang akhirnya akan berpengaruh
terhadap tidurnya. Kecemasan ini dikarenakan adanya kehilangan pasangan,
kehilangan pekerjaan, memikirkan anak yang belum mapan, dukungan sosial,
penyakit yang diderita, respon yang berlebihan terhadap kejadian hidup dan
pemikiran akan datangnya kematian (Rodiyah, 2017).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang diangkat adalah
“adakah hubungan antara tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia pada
lansia?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan kejadian
imsomnia pada lansia.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus pada penelitian ini adalah
a. Untuk mengetahui tingkat kecemasan lansia.
b. Untuk mengetahui kecenderungan insomnia.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Menambah khasanah ilmu keperawatan gerontologi terutama mengenai
terjadinya kecemasan lansia.
2. Secara praktis
a. Bagi
1) Mengetahui masalah kecemasan dan insomnia pada lansia.
2) mengatasi masalah kecemasan dan insomnia pada lansia.
b. Bagi profesi keperawatan
1) Menambah khasanah pengetahuan tentang tingkat kecemasan dengan
kejadian insomnia pada lansia.
2) Memberikan sumbangan pemikiran mengenai gangguan kecemasan
yang terjadi pada usia lanjut.

Anda mungkin juga menyukai