Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Stroke

1. Pengertian

Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan

defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemorogi

sirkulasi sadara otak (Sudoyo Aru, 2009)

Stroke adalah cedera vascular akut pada otak yang disebabkan oleh

sumbatan bekuan darah, penyempitan pembuluh darah, sumbatan dan

penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah. Semua ini menyebabkan

kurangnya pasokan darah yang memadai dengan gejala tergantung

pada tempat dan ukuran kerusakan (Feigin, 2006).

Stroke adalah penyakit gangguan fungsional akut, fokal maupun

global, akibat gangguan aliran darah ke otak karena perdarahan

ataupun sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang

terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau

berakibat kematian (Ganong, 2003).

2. Etiologi

Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu : stroke iskemik dan stroke

hemoragik (Nur Arif dan Hardi, 2015).

a. Stroke Iskemik (non hemoragic) yaitu tersumbatnya pembuluh

darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau

keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik.

Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :


1. Stroke Trombotik : proses terbentuknya thrombus yang

membuat penggumpalan.

2. Stroke Embolik : tertutupya pembuluh arteru oleh bekuan

darah.

3. Hipoperfusion Sistemik : berkurangnya aliran darah ke

seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut

jantung.

b. Stroke Hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya

pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi

pada penderita hipertensi.

Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu :

1. Hemoragik Intraserebral : pendarahan yang terjadi didalam

jaringan otak.

2. Hemoragik Subaraknoid : pendarahan yang terjadi pada

ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak

dan lapisan jaringan yang menutupi otak).


Faktor-faktor yang menyebabkan stroke

1. Faktor yang tidak dapat dirubah (Non Revesible)

a. Jenis kelamin : Pria lebih sering ditemukan menderita stroke

dibanding wanita.

b. Usia : Makin tinggi usia makin tinggu pula resiko terkena

stroke.

c. Keturunan : adanya riwayat keluarga yang terkena stroke.

2. Faktor yang dapat dirubah (Reversible)

a. Hipertensi.

b. Penyakit \jantung

c. Kolestrol tinggi

d. Obesitas

e. Diabetes Melitus

f. Polisetemia

g. Stress Emosional

3. Kebiasaan Hidup

a. Merokok, peminum alkohol, obat-obatan terlarang

b. Aktivitas yang tidak sehat : Kurang olahraga, makanan

berkolestrol
3. Anantomi dan Fisiologi

Gambar 2.1
Anatomi Iskemik
1. Stroke non hemoragik

Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak

oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena

berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga

arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi

berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia

akhirnya terjadi infark pada jaringan otak (Yayan Adi Sumaryana, 2011)

Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral

melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan

iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist

fokal. Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding

pembuluh darah oleh emboli (Yayan Adi Sumaryana, 2011)


2. Stroke hemoragik

Gambar 2.2
Anatomi Hemoragik

Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke

substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan

komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan

komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan

menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan

herniasi otak sehingga timbul kematian (Yayan Adi Sumaryana, 2011)

Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang

subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak

dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang

atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak (Yayan Adi

Sumaryana, 2011)
4. Patofisologi

Stroke sering dikenal dengan penyakit yang dapat menyebabkan

kematian dan disability. Stroke Non hemoragik yaitu suatu gangguan

fungsional otak akibat gangguan aliran darah ke otak karena adanya

bekuan darah yang telah menyumbat aliran darah (Yastroki, 2007).

Penyakit stroke yang terjadi sekitar 80% adalah iskemik, dan 20%

adalah hemoragik. Stroke iskemik dapat diklasifikasikan sebagai akibat

dari thrombotik maupun emboli. Terjadinya thrombotik yang pada

umumnya akibatnya 75% menjadi stroke iskhemik adalah hasil dari

proses patofisiologi yang terjadi secara bertahap dengan penyakit

arterosklerosis (Schretzman, 2001).

Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada umur 55 sampai 75

tahun. Stroke hemoragik dibagi menjadi 2 yaitu Intracerebral hemorage

sebesar 10% dari kasus stroke dan diiringi dengan gejala sakit kepala

dan Subarachnoid hemorage sebesar 7% dari kasus stroke, yang juga

dapat disebabkan sakit kepala yang berat, serangan, dan kehilangan

kesadaran (Schretzman, 2001). Faktor resiko dari Intracereberal

hemorage dipengaruhi oleh usia, ras, jenis kelamin (laki-laki), tekanan

darah tinggi, konsumsi alkhohol. Sedangkan Subaracnhoid hemorage

sering terjadi sobek atau ruptur dari kongenital aneurysms atau vascular

malformation yang berada didalam permukaan subarachnoid, tekanan

darah tinggi (hipertensi) dan merokok (Harwood, et al., 2010).


Bagan 1
Pathway Stroke

Sumber : Price 2006


1. Manifestasi Klinis

a. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separuh badan.

b. Tiba-tiba hilang rasa peka

c. Bicara cadel atau pelo

d. Gangguan bicara dan bahasa

e. Gangguan penglihatan

f. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai

g. Gangguan daya ingat

h. Nyeri kepala hebat

i. Vertigo

j. Kesadaran menurun

k. Proses kencing terganggu

l. Gangguan fungsi otak

2. Komplikasi

Menurut Satyanegara, 2010 terdapat 3 macam komplikasi stroke sebagai

berikut :

Dini (0-48 jam pertama)

Edema serebri. Defisit neurologis cenderung memberat, dapat

mengakibatkan peningkatan TIK, herniasi, dan akhirnya menimbulkan

kematian. Infark miokard. Penyebab kematian mendadak pada stroke

stadium awal. Jangka Pendek (1-14 hari) Pneumonia akibat immobilisasi

lama. Infark miokard. Emboli paru. Cenderung terjadi 7-14 hari pasca

stroke, sering kali terjadi pada penderita Stroke rekuren : dapat terjadi
setiap saat. Jangka Panjang (>14 hari), stroke rekuren, infark miokard,

gangguan vaskuler lain : penyakit vaskuler perifer

3. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Arif Muttaqin, 2008. Pemeriksaan penunjang Stroke

sebagai berikut :

a. Angiografi serebri

Membantu menetukkan penyebab dari stroke secara spesifik

seperti pendarahan arteriovena atau adanya ruptur dan bentuk

untuk mencari perdarahan seperti aneurisma atau malformasi

vaskuler.

b. Lumbal pungsi, CT Scan, EEG, Magnetic Imaging Resnance

(MRI)

c. USG Doppler

Untuk mengindentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah

sistem karotis)

d. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis

Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi diuretik

untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat

maksimum 3-5 hari setelah infark serebral. Antikoagulan dapat

diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya

trombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem

kardiovaskuler. Medikasi antitrombisit dapat diresepkan karena


trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan

trombus dan embolisasi (Aru W Sudoyo,2009. hal 892-897).

b. Penatalaksanaan pembedahan

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebri

dengan (Arif Muttaqin, 2008):

1) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri

karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di leher

2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan

pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh klien

TIA

3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut

4) Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada

aneurisma.

c. Penatalaksanaan stroke di unit gawat darurat

Pasien yang koma dalam pada saat masuk rumah sakit

dipertimbangkan mempunyai prognosis buruk. Sebaliknya, pasien

sadar penuh menghadapi hasil yang lebih dapat diharapkan. Fase

akut biasanya berakhir 48-72 jam. Dengan mempertahankan jalan

napas dan ventilasi adekuat adalah prioritas dalam fase akut ini.

Selain itu tindakan yang dapat dilakukan untuk menyatabilkan

keadaan pasien dengan konsep gawat darurat yang lain yaitu

dengan konsep ABC yaitu (Aru W Sudoyo,2009. hal 892-897):

1) Airway artinya mengusahakan agar jalan napas bebas dari segala

hambatan, baik akibat hambatan yang terjadi akibat benda asing


maupun sebagai akibat strokenya sendiri. Contoh tindakannya

adalah pasien dipantau untuk adanya komplikasi pulmonal

(aspirasi, atelektasis, pneumonia), yang mungkin berkaitan

dengan kehilangan refleks jalan napas, imobilitas, atau

hipoventilasi dan Jangan biarkan makanan atau minuman masuk

lewat hidung

2) Breathing atau fungsi bernapas yang mungkin terjadi akibat

gangguan di pusat napas (akibat stroke) atau oleh karena

komplikasi infeksi di saluran napas. Contoh tindakannya adalah

intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik perlu untuk pasien

dengan stroke masif, karena henti pernapasan biasanya faktor

yang mengancam kehidupan pada situasi ini dan berikan oksigen

2-4 L/menit melalui kanul nasal

3) Cardiovaskular function (fungsi kardiovaskular), yaitu fungsi

jantung dan pembuluh darah. Seringkali terdapat gangguan irama,

adanya trombus, atau gangguan tekanan darah yang harus

ditangani secara cepat. Gangguan jantung seringkali merupakan

penyebab stroke, akan tetapi juga bisa merupakan komplikasi dari

stroke tersebut. Contoh tindakannya adalah pasien ditempatkan

pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala tempat

tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang

dan jantung diperiksa untuk abnormalitas dalam ukuran dan irama

serta tanda gagal jantung kongestif.


Tindakan lain yang dapat dilakukan antara lain setelah

keadaan pasien stabil yaitu (Arif Mansjoer, 2000. hal 17-26):

1) Pasang jalur intravena dengan larutan salin normal 0,9%

dengan kecepatan 20 ml/jam, jangan memakai cairan

hipotonis seperti dekstrosa 5 % dalam air dan salin

0,45% karena dapat memperhebat edema otak

2) Buat rekamanan EKG dan lakukan foto rontgen otak

3) Tegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik.

5. Discharge Planning

1. Mencegah terjadinya luka dikulit akibat tekanan

2. Mencegah terjadinya kekakuan otot dan sendi

3. Memulai latihan dengan mengaktifkan batang tubuh atau torso

4. Mengontrol faktor resiko stroke

5. Diet rendah lemak, garam, berhenti merokok

6. Kelola stres dengan baik

7. Mengetahui tanda dan gejala stroke

(Nur Arif dan Hardi, 2015)


B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke

1. Pengertian

Hambatan mobilitas fisik suatu keterbatasan pada pergerakan fisik

tubuh atau satu atau lebih ekstermitas secara mandiri dan terarah. (Nur

Arif dan Hardi, 2015).

2. Batasan Karakteristik

Penurunan waktu reaksi, kesulitan membolak balik posisi, perubahan

cara berjalan, gerakan bergetar, keterbatasan kemampuan melakukan

keterampilan motorik halus dan motorik kasar, keterbatasan rentang

pergerakan sendi, pergerakan lambat, pergerakan tidak terkoordinasi.

(Nur Arif dan Hardi, 2015).

3. NOC (Nursing Out Care)

Joint movement : active, mobility level, self care, transfer perfomance

(Nur Arif dan Hardi, 2015).

4. Kriteria Hasil

Klien mampu meningkatkan dalam aktivitas fisik, mengerti tujuan

peningkatan mobilitas, memverbalisasikan perasaan dalam

meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah, memperagakan

pengunaan alat, bantu untuk mobilisasi (walker). (Nur Arif dan Hardi,

2015).

5. NIC (Nursing In Care)

Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon klien

saat latihan, konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana

ambulasi sesuai dengan kebutuhan, bantu klien untuk menggunakan


tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera, ajarkan klien atau

keluarga lain tentang teknik ambulasi, kaji kemampuan klien dalam

mobilisasi, dampingi dan bantu klien saat mobilisasi dan bantu penuhi

kebutuhan ADLs ps, ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan

berikan bantuan jika diperlukan. (Nur Arif dan Hardi, 2015).


C. Konsep Terapi Range of Motion (ROM) dan Terapi Gengam Bola

Karet

1. Pengertian

Range of motion (ROM) adalah latihan gerak sendi yang

memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakkan otot sesuai

gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif (Potter dan Perry,

2005). Terapi genggam bola karet adalah latihan dimana memerlukan

gerakan dalam menggenggam bola untuk mempengaruhi kinerja otot

pada penderita stroke (Dirga, 2017)

2. Tujuan

Untuk membantu klien agar dapat melakukan mobilisasi dan

mengurasi resiko cidera atau lesi. (Irdawati, 2012). Untuk

mempengaruhi kekuatan otot pada pasien stroke (Dirga, 2017)

3. Manfaat

Range of Motion dapat membantu pergerakan sendi klien yang tidak

dapat digerakan secara bebas dengan bantuan alat atau pun latihan

gerak yang diajarkan oleh perawat agar dapat menjaga keseimbangan

pada klien. (Irdawati, 2012). Untuk memperkuat otot pada penderita

stroke (Dirga, 2017)

4. Cara latihan gerak atau Range of Motion dan Terapi genggam bola

Perawat memberikan latihan gerak kepada klien dan keluarga klien

agar klien dan keluarga dapat menggerakan anggota tubuh nya yang

tidak bisa digerakan terutama pada bagian tangan kanan dan kaki
kanan. (Irdawati, 2012). Menggunakan metode intervensi berupa terapi

aktif menggenggam bola karet selama 5menit (Dirga, 2017)

Anda mungkin juga menyukai