Pulpitis merupakan sebuah peradangan yang terjadi pada saraf gigi (pulpa) akibat
infeksi bakteri. Saraf gigi (pulpa) terdapat di dalam setiap gigi yang ada pada
mulut kita dan terdiri dari saraf-saraf serta pembuluh darah. Pulpitis dapat
berawal dari lubang pada gigi yang tidak segera ditangani ataupun tidak
tertangani dengan tepat sehingga berkembang semakin parah. Peradangan ini
dapat terjadi baik pada anak-anak (gigi sulung) maupun orang dewasa (gigi
permanen).
Pulpitis dapat terjadi pada satu gigi maupun lebih dan dapat menimbulkan rasa
sakit. Berdasarkan intensitas sakit yang dirasakan, pulpitis dapat dibagi dalam dua
kategori, yaitu:
1. Reversible pulpitis
2. Irreversible Pulpitis
Pada pulpitis jenis ini, saraf gigi (pulpa) sudah tidak dapat kembali normal serta
dibutuhkan perawatan yang lebih rumit untuk mempertahankan gigi tersebut.
Apabila tidak ditangani, irreversible pulpitis dapat memicu terjadinya
pembengkakan yang berisi nanah (abses) pada area akar gigi yang kemudian
dapat menyebar pada bagian lain seperti rahang, sinus, maupun otak.
Beberapa gejala yang juga dapat timbul pada pulpitis adalah:
Penyebab pulpitis
Pada dasarnya, penyebab pulpitis adalah terbukanya pulpa (saraf gigi) sehingga
dapat terpapar oleh bakter yang kemudian menimbulkan peradangan. Beberapa
faktor pemicu yang dapat menyebabkan terpaparnya pulpa dengan bakteri adalah
sebagai berikut:
Lubang pada gigi yang tidak ditangani atau tidak tertangani dengan baik.
Meskipun lubang pada gigi Anda sudah ditambal, penambalan gigi yang
tidak baik dapat mengakibatkan terjadinya lubang kembali pada gigi
sehingga menimbulkan terjadinya pulpitis.
Gigi yang patah sehingga menyebabkan terbukanya saraf pada bagian
dalam gigi.
Kebiasaan buruk untuk menggesek-gesekkan gigi sehingga gigi menjadi
aus hingga saraf pada bagian dalam gigi menjadi terbuka.
Selain itu, terdapat beberapa faktor seperti kesehatan dan kebersihan rongga
mulut yang buruk sehingga mudah menyebabkan gigi berlubang serta seringnya
konsumsi makanan-makanan yang mempermudah timbulnya lubang pada gigi
(misalnya makanan dan minuman manis) dapat meningkatkan risiko terjadinya
pulpitis.
Diagnosis pulpitis
Pemeriksaan mengenai pulpitis biasanya dilakukan oleh dokter gigi. Beberapa
pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:
Dokter gigi akan memeriksa seluruh gigi, termasuk gigi yang berlubang,
dengan beberapa alat-alat standar kedokteran gigi untuk melihat keadaan
gigi bahkan kedalaman lubang pada gigi.
Tes sensitivitas gigi terhadap rangsangan panas ataupun dingin untuk
melihat kondisi saraf dalam gigi. Intensitas rasa nyeri yang dirasakan pada
pemeriksaan ini dapat menentukan kategori pulpitis.
Mengetuk gigi secara ringan pada gigi yang diduga mengalami pulpitis
untuk mendeteksi penjalaran peradangan yang terjadi.
Rontgen (X-ray) pada area gigi yang sakit juga dapat membantu untuk
melihat apakah saraf gigi (pulpa) sudah terbuka akibat gigi yang berlubang
maupun gigi yang patah.
Electric pulp test adalah sebuah pemeriksaan dengan alat elektrik yang dapat
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kerusakan yang terjadi pada saraf gigi
(pulpa).
Pulpitis tidak dapat hilang dengan sendirinya. Maka dari itu, bila Anda merasakan
gejala-gejala yang mengarah pada pulpitis, baik reversible maupun irreversible
pulpitis, sebaiknya segera konsultasikan pada dokter gigi. Untuk mengatasi
peradangan dan rasa nyeri, dokter gigi tentu akan membantu dengan meresepkan
obat antiradang dan antinyeri untuk meredakan gejala tersebut. Akan tetapi, gigi
yang mengalami pulpitis juga harus ditangani dengan baik. Penanganan pulpitis
selanjutnya didasarkan pada jenis pulpitis.
Pulpitis dapat dicegah dengan cara:
Menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut dengan menyikat gigi dua
kali sehari (setelah sarapan pagi dan sebelum tidur) serta membersihkan
sela-sela gigi dengan dental floss guna menghindari terjadinya lubang pada
gigi.
Rutin konsultasi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk memeriksa
keadaan seluruh gigi sehingga apabila terdapat masalah, dapat terdeteksi,
dan tertangani sejak dini.
Mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang dapat memicu
terjadinya gigi berlubang seperti permen, kue, dan minuman bersoda.
Apabila memiliki kebiasaan buruk menggesek-gesekkan gigi,
penggunaan tooth guard dapat membantu.
Segera konsultasi pada dokter gigi apabila mengalami nyeri pada gigi. Semakin
cepat rasa nyeri tersebut ditangani, maka semakin besar pula kemungkinan gigi
kembali sehat.
Saat melakukan konsultasi dengan dokter gigi untuk penanganan pulpitis, pada
awalnya dokter akan memeriksa seluruh keadaan gigi hingga mendapatkan
kategori pulpitis. Selanjutnya, dokter akan menjelaskan pilihan perawatan yang
dapat dilakukan untuk menyembuhkan gigi. Untuk penanganan berupa
penambalan gigi, umumnya dapat dilakukan dalam sekali kunjungan. Akan tetapi,
apabila gigi membutuhkan perawatan saraf, maka penanganan dilakukan dalam
beberapa kali kunjungan mengingat prosedur atau tahapan perawatan yang lebih
rumit.
KLASIFIKASI
Menurut Walton dan Torabinejad (2008) terdapat beberapa klasifikasi dari penyakit pulpa
diantaranya adalah pulpitis reversibel, pulpitis ireversibel, pulpitis hiperplastik dan nekrosis
pulpa.
a. Pulpitis Reversibel
Pulpitis reversibel adalah radang pulpa yang tidak parah, penyebab radang dihilangkan maka
pulpa akan kembali normal. 13 Faktor-faktor yang menyebabkan pulpitis reversibel adalah erosi
servikal, stimulus ringan atau sebentar contohnya karies insipien, atrisi oklusal, kesalahan
dalam prosedur operatif, kuretase perodontium yang dalam, dan fraktur email yang
menyebabkan tubulus dentin terbuka (Walton & Torabinejad, 2008). Gejala-gejala pulpitis
reversibel diantaranya rasa sakit hilang saat stimulus dihilangkan, rasa sakit sulit terlokalisir,
radiografik periradikuler terlihat normal, dan gigi masih normal saat diperkusi kecuali jika
terdapat trauma pada bagian oklusal (Heasman, 2006).
b. Pulpitis Ireversibel
Pulpitis ireversibel adalah radang pada pulpa yang disebabkan oleh jejas sehingga sistem
pertahanan jaringan pulpa tidak dapat memperbaiki dan pulpa tidak dapat pulih kembali
(Rukmo, 2011). Gejala dari pulpitis ireversibel diantaranya adalah nyeri spontan yang terus
menerus tanpa adanya penyebab dari luar, nyeri tidak dapat terlokalisir, dan nyeri yang
berkepanjangan jika terdapat stimulus eksternal seperti rangsangan panas atau dingin (Walton
& Torabinejad, 2008).
c. Pulpitis Hiperplastik
Pulpitis hiperplastik adalah bentuk dari pulpitis ireversibel dan sering dikenal dengan pulpa
polip. Hal ini terjadi karena hasil dari proliferasi jaringan pulpa muda yang telah terinfalamasi
akut (Heasman, 2006). Penyebab terjadinya pulpitis hiperplastik adalah 14 vaskularisasi yang
cukup pada pulpa yang masih muda, proliferasi jaringan, dan daerah yang cukup besar untuk
kepentingan drainase (Walton & Torabinejad, 2008).
d. Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa adalah keadaan dimana pulpa sudah mati, aliran pembuluh darah sudah tidak
ada, dan syaraf pulpa sudah tidak berfungsi kembali. Pulpa yang sudah sepenuhnya nekrosis,
maka gigi tersebut asimtomatik hingga gejala-gejala timbul sebagai hasil dari perkembangan
proses penyakit ke dalam jaringan periradikuler (Cohen, 2011). Secara radiografis, jika pulpa
yang nekrosis belum sepenuhnya terinfeksi, jaringan periapikalnya akan terlihat normal. Secara
klinis, pada gigi yang berakar tunggal biasanya tidak merespon pada tes sensitivitas, namun
pada gigi yang berakar jamak pada tes sensitivitas terkadang dapat mendapatkan hasil yang
positif maupun negatif tergantung syaraf yang berdekatan pada permukaan gigi mana yang
diuji (Harty, 2010).
PEMERIKSAAN
pemeriksaan radiografis harus selalu dievaluasi bersama-sama dengan pemeriksaan klinis dan
tes diagnostik lainnya seperti pemeriksaan histologis. Tes sensitivitas awal dapat menentukan
pemeriksaan radiograf mana yang lebih menguntungkan, jika gigi dalam keadaanvital yang akan
dievaluasi,
maka teknik radiograf bitewing akan menguntungkan karena dapat mendeteksi karies atau
penyebab potensial lain yang menyeb abkan inflamasi pulpa. Radiograf periapikal digunakan
jika penyakit periapikal telah terdeteksi dari pemeriksaan sebelumnya
a) Definisi Inflamasi pulpa ringan dan jika penyebabnya dihilangkan, inflamasi akan pulih
kembali dan pulpa akan kembali sehat.
b) Patofisiologi Ditimbulkan oleh stimulasi ringan seperti karies erosi servikal, atrisi oklusal,
prosedur operatif, karetase periodontium yang dalam, fraktur mahkota oleh karena trauma.
c) Gejala klinis dan pemeriksaan Asimptomatik, jika ada rasa nyeri biasanya oleh karena adanya
rangsangan (tidak spontan), rasa nyeri tidak terus menerus. Nyeri akan hilang jika rangsangan
dihilangkan misal taktil, panas/dingin, asam/manis, rangsangan dingin lebih nyeri dari pada
panas.
e) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM 23.2 restoration of tooth by filling 23.70 root canal NOS
a. Bersihkan karies dengan hati-hati, pada titik terdalam dapat menggunakan excavator yang
tajam ujung membulat ukuran 0,1 mm;
b. Bersihkan kavitas dari jaringan infeksius sampai benar-benar bersih (ditandai dengan tidak
adanya material yang masih dapat terbawa oleh excavator yang tajam tersebut);
c. Lakukan aplikasi bahan proteksi pulpa pada titik terdalam (jangan terlalu lebar/luas agar
tidak mengganggu tumpatan tetap diatasnya);
d. Dianjurkan menggunakan bahan RMGI (resin modified glass ionomer) apabila tumpatan
diatasnya menggunakan resin komposit;
e. Apabila menggunakan tumpatan tuang, maka dapat dipilih bahan dari GIC tipe 1.
a. Bersihkan karies dengan hati-hati, pada titik terdalam dapat menggunakan excavator yang
tajam ujung membulat ukuran 0,1mm;
b. Bersihkan kavitas dari jaringan infeksius sampai benar-benar bersih (ditandai dengan tidak
adanya material yang masih dapat terbawa oleh excavator yang tajam tersebut);
c. Lakukan aplikasi pasta Ca(OH)2 untuk kasus hiperemi pulpa atau pulpitis reversibel pada titik
terdalam yang mendekati pulpa, kemudian ditutup diatasnya dengan tumpatan dari GIC
sebagai basis;
d. Lakukan aplikasi bahan pulp proteksi pada titik terdalam (jangan terlalu lebar/luas agar tidak
mengganggu tumpatan tetap diatasnya); e. Beri tumpatan sementara diatas basis dari GIC,
pasien diminta untuk dapat berkunjung lagisetelah 2-4 minggu;
f. Pada kunjungan kedua, lakukan tes vitalitas pada gigi tersebut, perhatikan apakah ada
perubahan saat gigi menerima rangsangan;
g. Apabila masih terdapat rasa sakit yang jelas, cek kondisi basis apakah ada kebocoran tepi,
apabila ditemukan maka lakukan prosedur aplikasi Ca(OH)2 dengan ditutup dengan basis dari
GIC lagi;
h. Apabila sudah tidak ada keluhan, maka dapat dilakukan tumpatan tetap dengan resin
komposit atau tumpatan tuang.
g) Pemeriksaan Penunjang
Foto X-ray gigi periapikal
h) Peralatan dan bahan/obat - Dental unit lengkap, - alat diagnosis, - alat konservasi, - bahan
untuk perawatan Pulpitis reversibel/awal yang mendekati pulpitis ireverbel/pulpitis sedang.
l) Keberhasilan perawatan Gigi sehat, tidak ada keluhan spontan dan tidak sensitif terhadap
perubahan suhu.
n) Faktor sosial yang perlu diperhatikan Pasien dengan kepatuhan kunjungan yang baik
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang etiologi dan mekanisme nyeri
ETIOLOGI :
1. Etiologi nyeri
a. Trauma
1. Mekanik, rasa nyeri timbuk akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya
akibat benturan, gesekan, luka dll.
2. Thermis, nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas dingin,
misalnya kena api.
3. Khermis, nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa akut.
4. Elektrik, nyeri timbul karena aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang
menimbulkan kekejanga otot dan luka bakar.
b. Neoplasma
1. Jinak
2. Ganas
c. Peradangan – nyeri karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan
atau terjepit oleh pembengkakan.
d. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
e. Trauma psikologis (physical modalities in the management of pain, maria a. moeliono,
bandung 1 nov 2008, PIT IDI)
c. Nyeri viseral
Nyeri karena perangsangan organ viseral atau membran yang menutupinya (pleura parietalis,
perikardium, peritoneum). Nyeri tipe ini dibagi lagi menjadi nyeri viseral terlokalisasi, nyeri
parietal terlokalisasi, nyeri alih viseral dan nyeri alih parietal. ( Mangku, G., Diktat Kumpulan
Kuliah, Bagian/SMF Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
Denpasar, 2002.)
Nyeri nosiseptif adalah nyeri inflamasi yang dihasilkan oleh rangsangan kimia, mekanik dan
suhu yang menyebabkan aktifasi maupun sensitisasi pada nosiseptor perifer (saraf yang
bertanggung jawab terhadap rangsang nyeri). Nyeri nosiseptif biasanya memberikan respon
terhadap analgesik opioid atau non opioid.
Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang ditimbulkan akibat kerusakan neural pada saraf perifer
maupun pada sistem saraf pusat yang meliputi jalur saraf aferen sentral dan perifer, biasanya
digambarkan dengan rasa terbakar dan menusuk. Pasien yang mengalami nyeri neuropatik
sering memberi respon yang kurang baik terhadap analgesik opioid.
MEKANISME
Reseptor nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor mencakup ujung ujung saraf bebas yang
berespon terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan mekanis, deformasi, suhu yang
ekstrim, dan berbagai bahan kimia. Pada rangsangan yang intensif, reseptor-reseptor lain
misalnya badan Pacini dan Meissner juga mengirim informasi yang dipersepsikan sebagai nyeri.
Zat-zat kimia yang memperparah nyeri antara lain adalah histamin, bradikini, serotonin,
beberapa prostaglandin, ion kalium, dan ion hydrogen. Masing-masing zat tersebut tertimbun
di tempat cedera, hipoksia, atau kematian sel. Nyeri cepat (fast pain) disalurkan ke korda
spinalis oleh serat A delta, nyeri lambat (slow pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat C
lambat.
Ketika pulpa meradang, terjadi reaksi pada kamar pulpa yang memberikan efek pada saraf dan jaringan
sekitarnya. Peradangan dapat dirasa sebagai rasa nyeri ringan hingga hebat tergantung pada tingkat
keparahan peradangan dan respon tubuh, tidak seperti bagian lain dari tubuh yang rasa nyerinyadapat
dibagi ke jaringan lunak di sekitarnya.9 Rongga pulpa merupakan bagian tubuh yangsangat tertutup,
respon sistem kekebalan tubuh yang berkerja sangat sulit diredakan
Rangkaian proses yang menyertai antara kerusakan jaringan sebagai sumber stimuli nyeri
sampai dirasakannya persepsi nyeri adalah suatu proses elektrofisiologik yang disebut sebagai
nosisepsi. Terdapat empat proses dalam nosisepsi, yakni : transduksi, transmisi, modulasi dan
persepsi. (Mangku G, Senapathi TGA. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Indeks. Jakarta
Barat. 2010. hal 217-232)
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang etiologi dan gejala pada gigi
vital
ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan pulpitis reversibel adalah erosi servikal, stimulus
ringan atau sebentar contohnya karies insipien, atrisi oklusal, kesalahan dalam prosedur
operatif, kuretase perodontium yang dalam, dan fraktur email yang menyebabkan
tubulus dentin terbuka (Walton & Torabinejad, 2008).
Torabinejad M, Walton. Endodontics: principles and practice. 4th Ed. Elsevier Health Sciences;
2008
GEJALA
Gigi dengan pulpa yang sehat tidak akan menunjukkan gejala gejala secara spontan jika
cedera. Pulpa akan merespon jika dilakukan tes pulpa, dan gejala-gejala yang timbul
ringan, tidak menyebabkan pasien menderita, hanya menimbulkan sensasi terluka yang
sementara dan hilang dalam hitungan detik (Cohen, 2011)
Ketika panas diaplikasikan pada gigi dengan pulpa yang tidak terinflamasi, respon awal
yang langsung terjadi (tertunda), intensitas nyeri akan meningkat bersamaan dengan
naiknya temperatur. Sebaliknya respon nyeri terhadap dingin pada pulpa normal akan
segera terasa; intensitas nyerinya cenderung menurun jika stimulus dingin dipertahankan.
Gejala-gejala pulpitis reversibel diantaranya rasa sakit hilang saat stimulus dihilangkan,
rasa sakit sulit terlokalisir, radiografik periradikuler terlihat normal, dan gigi masih
normal saat diperkusi kecuali jika terdapat trauma pada bagian oklusal (Heasman,
2006).
Gejala klinis dan pemeriksaan Asimptomatik, jika ada rasa nyeri biasanya oleh karena
adanya rangsangan (tidak spontan), rasa nyeri tidak terus menerus. Nyeri akan hilang
jika rangsangan dihilangkan misal taktil, panas/dingin, asam/manis, rangsangan dingin
lebih nyeri dari pada panas.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemeriksaan pada gigi vital
Radiografi digital CBCT-3D, merupakan jenis radiografi yang mampu memperlihatkan detail dari
gambaryangdiambilnya.DalamCBCT, ditampilkan densitas atau kepadatan jaringan, berupa
gambaran histogram. Pada kondisi pulpitis, terdapat banyak perubahanyangterjadipada
jaringan pulpa termasuk bertambahnya cairan radang yang merupakan ciri kondisi peradangan.
CBCT mampu menampilkan detaildarikondisidensitas dan histogram dari kamar pulpa. (Analisis
gambaran histogramdan densitas kamar pulpa pada gigi suspek pulpitis reversibel dan
ireversibel dengan menggunakan radiografi cone beam computed tomography . Lusi Epsilawati,
Suhardjo Sitam, Sam Belly, Fahmi Oscandar Departemen Radiologi Dentomaksilofasial, Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung, Indonesia)
Electric pulp test adalah sebuah pemeriksaan dengan alat elektrik yang dapat
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kerusakan yang terjadi pada saraf gigi
(pulpa).
Tes sensitivitas awal dapat menentukan pemeriksaan radiograf mana yang lebih
menguntungkan, jika gigi dalam keadaanvital yang akan dievaluasi,
maka teknik radiograf bitewing akan menguntungkan karena dapat mendeteksi karies atau
penyebab potensial lain yang menyeb abkan inflamasi pulpa. Radiograf periapikal digunakan
jika penyakit periapikal telah terdeteksi dari pemeriksaan sebelumnya
Implementasi pengolahan citra radiograf periapikal menggunakan metode PCA tanpa menggunakan
metode watershed sebagai metode untuk menentukan ROI mampu mendeteksi pulpitis dengan hasil
performansi yang lebih baik
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang diagnosis pada gigi vital
Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis reversibel adalah anamnese dengan ditemukan
rasa sakit/nyeri sebentar, dan hilang setelah rangsangan dihilangkan. Gejala subyektif ditemukan
lokasi nyeri lokal (setempat), rasa ngilu timbul bila ada rangsangan, durasi nyeri sebentar. Gejala
obyektif kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel, kadang-kadang mencapai selapis tipis
dentin), perkusi, tekanan tidak sakit. Tes vitalitas dengan gigi masih vital.1,2,3
Penatalaksanaan seluruh kasus pulpitis adalah pemberian analgetik, perawatan saluran akar, dan
menghilangkan factor penyebab dengan pulpektomi. Peradangan mereda jika penyebabnya di obati. Jika
pulpitis diketahui pada stadium dini maka penambalan sementara yang megandung obat penenang
saraf bisa menghilangkn nyeri. Tambalan ini bisa dibiarkan sampai 6-8 minggu kemudian diganti dengan
Prognosis
Baik bila iritan di ambil cukup dini kl tidak kondisinnya bs berkembang menjadi pulpitis
Kaping Pulpa
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang prosedur kerja pada gigi vital
a. Bersihkan karies dengan hati-hati, pada titik terdalam dapat menggunakan excavator
yang tajam ujung membulat ukuran 0,1 mm;
b. Bersihkan kavitas dari jaringan infeksius sampai benar-benar bersih (ditandai dengan
tidak adanya material yang masih dapat terbawa oleh excavator yang tajam tersebut);
c. Lakukan aplikasi bahan proteksi pulpa pada titik terdalam (jangan terlalu lebar/luas agar
tidak mengganggu tumpatan tetap diatasnya);
d. Dianjurkan menggunakan bahan RMGI (resin modified glass ionomer) apabila tumpatan
diatasnya menggunakan resin komposit;
e. Apabila menggunakan tumpatan tuang, maka dapat dipilih bahan dari GIC tipe 1.
a. Bersihkan karies dengan hati-hati, pada titik terdalam dapat menggunakan excavator
yang tajam ujung membulat ukuran 0,1mm;
b. Bersihkan kavitas dari jaringan infeksius sampai benar-benar bersih (ditandai dengan
tidak adanya material yang masih dapat terbawa oleh excavator yang tajam tersebut);
c. Lakukan aplikasi pasta Ca(OH)2 untuk kasus hiperemi pulpa atau pulpitis reversibel pada
titik terdalam yang mendekati pulpa, kemudian ditutup diatasnya dengan tumpatan dari
GIC sebagai basis;
d. Lakukan aplikasi bahan pulp proteksi pada titik terdalam (jangan terlalu lebar/luas agar
tidak mengganggu tumpatan tetap diatasnya); e. Beri tumpatan sementara diatas basis dari
GIC, pasien diminta untuk dapat berkunjung lagisetelah 2-4 minggu;
f. Pada kunjungan kedua, lakukan tes vitalitas pada gigi tersebut, perhatikan apakah ada
perubahan saat gigi menerima rangsangan;
g. Apabila masih terdapat rasa sakit yang jelas, cek kondisi basis apakah ada kebocoran tepi,
apabila ditemukan maka lakukan prosedur aplikasi Ca(OH)2 dengan ditutup dengan basis
dari GIC lagi;
h. Apabila sudah tidak ada keluhan, maka dapat dilakukan tumpatan tetap dengan resin
komposit atau tumpatan tuang.
Sumber:
Abbot, P.V. dan Yu, C., 2007, A clinical classification of the status of
the pulp and the root canal system, Australian Dental Jornal
Endodontic Supplement, 52(1): S17-S31.
Andersson, L., Kahnberg, K., dan Progrel, M.A., 2010, Oral and
Maxillofacial Surgery, Iowa, Wiley-Blackwell, hal. 184.
DeLong, L. dan Burkhart, N., 2008, General and Oral Pathology for the
Dental Hygienist, Philadelphia, Lippincott Wiliams & Wilkins, hal. 53.
Eliyas, S., Barber, M.W., dan Harris, I., 2013, Do general dental
practitioners leave teeth on ‘open drainage’?,British Dental
Journal, 215(12): 611-616
8. Michaelson PL, Holland GR. Pulpitis pain. Endodont J Int 2002; 35: 829-32
9. Seltzer S, Bender IB. Dental pulp. Editor: Hargreaves KM. Goodis HE. Chichago: Quintessence Publish;
2002
10. Carranza's. Clinical Periodontology. 9th Ed. Philadelphia: W.B. Saunders; 2002. p. 435
11. Torabinejad M, Walton. Endodontics: principles and practice. 4th Ed. Elsevier Health Sciences; 2008