Anda di halaman 1dari 15

vSpasia : ruang atau tempat

Bilateral: dua bagian, kbbi; dua belah pihak, dua sisi

Karies profunda terbuka : karies yang telah mengenai lebih dr setengah dentin dan bahkan menembus
pulpa. Karies profunda stadium III yaitu pulpa telah terbuka. Pada karies ini telah terjadi peradangan
pulpa. Karies profunda stadium III : Pulpa telah terbuka dan dijumpai bermacam-macam radang pulpa

Hipersalivasi : Hipersalivasi adalah kondisi yang diakibatkan oleh produksi cairan saliva yang terlalu
banyak sehingga liur dapat keluar dengan sendirinya tanpa disadari.

Radiolusen difus : gambaran berwarna hitam yang menyebar, tidak terlokalisasi atau terbatas;
menyebar luas melalui jaringan atau zat

Ludwig angina, benjolan berisi nanah di leher dalam

Ludwig’s Angina (Phlegmon) Merupakan infeksi cellular akut yang secara bilateral melibatkan ruang
submandibular, sublingual, dan submental serta dapat berakibat fatal ditidak dilakukan perawatan.
Peyebabnya dapat berasal dari infeksi periapikal atau periodontal pada gigi mandibula khususnya pada
gigi yang memiliki apeks di bawah musculus mylohyoid. Pasien mengalami demam disertai kesulitan
menelan, berbicara dan bernafas. Secara klinis terlihat bebesaran yang keras seperti papan dikarenakan
pus terletak pada jaringan yang dalam. Secara intra oral, terdapat edema dasar mulut yang keras
sehingga lidah terangkat dan menyebabkan tersumbatnya saluran udara. Perawatan dilakukan dengan
pembedahan untuk drainase infeksi dan pemberian antibiotik dosis ganda. Insisi dilakukan secara
bilateral, intra oral, sejajar di medial batas bawah mandibula pada regio premolar dan molar. Lalu insisi
intra oral sejajar dengan 10 duktus submandibula. Rubber drain di tempatkan minimal selama 3 hari
sampai gejala klinis reda. Pada kasus dengan obstruksi nafas yang parah, pembedahan saluran nafas
harus dilakukan.
Ludwig angina adalah infeksi bakteri langka yang terjadi di dasar mulut, di bawah lidah. Ludwig angina
sering terjadi setelah infeksi pada akar gigi, seperti abses gigi (nanah di dalam gigi), atau cedera di
daerah mulut. Bisa juga diakibatkan oleh jenis infeksi mulut lainnya. Biasanya, orang dewasa lebih
rentan mengalami Ludwig angina dibanding anak-anak.

Ludwig's angina (lat .: Angina ludovici) adalah jenis selulitis parah yang melibatkan dasar mulut.  Awal di
lantai mulut dinaikkan dan ada kesulitan menelan air liur, yang mungkin mengalir dari mulut
seseorang.  Ketika kondisinya memburuk, jalan napas dapat terganggu dengan pengerasan ruang di
kedua sisi lidah.  Kondisi ini memiliki onset cepat dalam beberapa jam.

FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor predisposisi pada pasien Angina Ludwig berupa karies dentis, perawatan gigi terakhir, sickle cell
anemia, trauma, dan tindikan pada frenulum lidah (Hartmann, 1999). Selain itu penyakit sistemik seperti
diabetes melitus, neutropenia, aplastik anemia, glomerulositis, dermatomiositis dan lupus eritematosus
dapat mempengaruhi terjadinya angina Ludwig (Winters, 2003). Penderita terbanyak berkisar antara
umur 20-60 tahun, walaupun pernah dilaporkan terjadi pada usia 12 hari –84 tahun. Kasus ini dominan
terjadi pada laki-laki, 3-4 kali lebih banyak daripada perempuan.

GEJALA
Angina Ludwig adalah bentuk selulitis difus berat dengan keterlibatan bilateral, terutama dari ruang
submandibular dengan ruang sublingual dan submental juga terlibat. Ini datang dengan onset akut dan
menyebar sangat cepat yang berarti diagnosis dini dan perencanaan perawatan segera adalah kunci
untuk menyelamatkan nyawa. [7] Tanda-tanda eksternal mungkin termasuk pembengkakan wajah
bawah bilateral di sekitar mandibula dan leher bagian atas. Tanda-tanda di dalam mulut mungkin
termasuk ketinggian lantai mulut karena keterlibatan ruang sublingual dan perpindahan posterior lidah,
menciptakan potensi jalan napas yang terganggu. [7] Gejala tambahan mungkin termasuk
pembengkakan leher yang menyakitkan, sakit gigi, disfagia , sesak napas, demam, dan malaise
umum. [8] Stridor, trismus , dan sianosis juga dapat dilihat saat krisis jalan napas yang akan datang
sudah dekat. [8]
Gejala klinis umum angina Ludwig meliputi malaise, lemah, lesu, nyeri leher yang berat dan bengkak,
demam, malnutrisi, dan dalam kasus yang parah dapat menyebabkan stridor atau kesulitan bernapas
(Hartmann, 1999). Gejala klinis ekstra oral meliputi eritema, pembengkakan, perabaan yang keras
seperti papan (board-like) serta peninggian suhu pada leher dan jaringan ruang submandibula-
sublingual yang terinfeksi; disfonia (hot potato voice) akibat edema. Gejala klinis intra oral meliputi
pembengkakkan, nyeri dan peninggian lidah; nyeri menelan (disfagia); hipersalivasi; kesulitan dalam
artikulasi bicara (disarthria)

Kondisi ini menyebabkan terbentuknya abses atau benjolan berisi nanah di dalam leher hingga
sekitarnya. Selain itu, Ludwig angina juga menyebabkan lidah bengkak, nyeri leher, dan masalah
pernapasan.

Saat kondisi ini diikuti oleh infeksi lain di mulut, gejala yang meliputi adalah:

 Rasa nyeri pada bagian bawah mulut atau bawah lidah.


 Terasa ada benjolan yang menyebabkan kesulitan menelan dan bicara, serta terus
mengeluarkan air liur.
 Leher bengkak dan terasa nyeri.
 Leher menjadi kemerahan.
 Tubuh lemah dan mudah lelah.
 Telinga terasa sakit.
 Lidah membengkak.
 Demam.
 Tubuh panas dingin.

Saat infeksi berlangsung, Anda mungkin mengalami kesulitan bernapas disertai nyeri dada. Ini bisa jadi
pertanda serius dan bisa berkembang menjadi komplikasi yang bisa menyebabkan kematian.

Komplikasi Ludwig angina dapat berupa sepsis (infeksi bakteri di darah) atau penyumbatan saluran


pernapasan akibat respons tubuh terhadap bakteri yang menyebabkan peradangan parah.

ETIOLOGI
Benjolan berisi nanah di leher dalam akibat Ludwig angina disebabkan oleh infeksi bakteri,
umumnya bakteri Streptococcus dan Staphylococcus.

Penyebab angina Ludwig yang paling umum adalah odontogenik, [9] menyumbang sekitar 75% hingga
90% kasus. [9] [10] [11] [12] Infeksi pada molar kedua dan ketiga yang lebih rendah biasanya
berimplikasi karena akarnya memanjang di bawah otot mylohyoid. [9] [13] Abses periapikal dari gigi-gigi
ini juga menghasilkan penetrasi kortikal lingual, yang menyebabkan infeksi submandibular. [9]
Namun, ulserasi oral, infeksi keganasan oral, fraktur mandibula, infeksi kelenjar submandibular terkait
sialolithiasis bilateral, [9] dan cedera penetrasi dari dasar mulut [14] juga telah dilaporkan sebagai
penyebab potensial dari angina Ludwig. Faktanya, mikroorganisme yang sama yang bertanggung jawab
untuk infeksi kepala dan leher yang kurang sehat ditemukan dalam menyebabkan infeksi yang luas di
seluruh dasar mulut dan leher [14] ketika angina Ludwig diperiksa secara kritis. [9] Pasien dengan
penyakit sistemik, seperti diabetes mellitus, malnutrisi, sistem kekebalan tubuh yang terganggu, dan
transplantasi organ juga umumnya cenderung ke angina Ludwig. [12]
Ditemukan bahwa sepertiga dari kasus Ludwig's angina berhubungan dengan penyakit
sistemik. [12] Sebuah ulasan yang melaporkan kejadian penyakit yang terkait dengan Ludwig angina
menemukan bahwa 18% kasus melibatkan diabetes mellitus, 9% melibatkan sindrom defisiensi imun
yang didapat, dan 5% lainnya adalah human immunodeficiency virus (HIV) yang positif. [15]

Penyakit ini biasanya sering terjadi pada orang dengan kondisi berikut:

 Kebersihan mulut dan gigi yang buruk.


 Pernah mengalami trauma atau sobekan pada mulut.
 Baru saja mencabut gigi.
 Memiliki infeksi mulut atau gigi.

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat sakit gigi, gejala dan tanda klinik. Pada “Pseudo Angina
Ludovici”, dapat terjadi fluktuasi (Fachruddin, 2007). Diagnosis menurut kriteria Grodinsky yaitu :
•Keterlibatan secara bilateral atau lebih ruang leher dalam
•Gangren yang disertai dengan pus serosanguinous

•Keterlibatan jaringan ikat, fasia, dan otot tetapi tidak mengenai struktur kelenjar.

•Penyebaran melalui ruang fasial lebih sering daripada melalui sistem limfatik

Pemeriksaan fisik dasar bisa bantu dokter menentukan apakah bengkak di leher tersebut benar
disebabkan oleh Ludwig angina. Misalnya, kemerahan dan bengkak pada leher atau lidah yang sangat
terlihat jelas.

Dokter juga bisa mengambil sampel cairan ludah untuk cari tahu adanya infeksi bakteri, dan tes
pencitraan l

her serta mulut.

Infeksi yang berasal dari akar gigi dapat diidentifikasi dengan X-ray gigi . [16] [17] CT scan leher dengan
bahan kontras digunakan untuk mengidentifikasi infeksi ruang dalam leher. [18] Jika ada
kecurigaan infeksi rongga dada , pemindaian dada terkadang dilakukan. [17]
Edema angioneurotik, karsinoma lingual , dan pembentukan hematoma sublingual setelah antikoagulasi
harus disingkirkan sebagai diagnosa yang mungkin. 

PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan x-ray secara periapikal dan panoramik perlu dilakukan
sebagai skrining awal untuk menentukan etiologi dan letak fokal infeksi. 2. Tes Serologi Tes
Serologi yang paling sering digunakan adalah tes fiksasi komplemen dan tes aglutinasi. Kedua tes
ini digunakan untuk mengetahui etiologi.
2. Metode pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dapat berguna untuk menegakkan
diagnosis. Pemeriksaan darah: tampak leukositosis yang mengindikasikan adanya infeksi akut.
Pemeriksaan waktu bekuan darah penting untuk dilakukan tindakan insisi drainase. Pemeriksaan
kultur dan sensitivitas untuk menentukan bakteri yang menginfeksi (aerob dan/atau anaerob)
serta menentukan pemilihan antibiotik dalam terapi
Meskipun diagnosis Phlegmon dapat diketahui berdasarkan anamnesa danpemeriksaan fisik, beberapa
metode pemeriksaan penunjang seperti laboratorium maupun pencitraan dapat berguna untuk
menegakkan diagnosis.
Laboratorium:
1. Pemeriksaan darah: pemeriksaan darah rutin dan darah lengkap. Tampak leukositosis yang
mengindikasikan adanya infeksi akut. Pemeriksaan waktu bekuan darah penting untuk dilakukan
tindakan insisi drainase.7
2. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas: untuk menentukan bakteri yang menginfeksi (aerob dan / atau
anaerob) serta menentukan pemilihan antibiotik dalam terapi.7
3. Radiografi: Walaupun radiografi foto polos dari leher kurang berperan dalam mendiagnosis atau
menilai dalamnya abses leher, foto polos ini dapat menunjukkan luasnya pembengkakkan jaringan
lunak. Foto thorax dapat menunjukkan perluasan proses infeksi ke mediastinum dan paru-paru. Foto
panoramik rahang dapat membantu menentukan letak fokal infeksi atau abses, serta struktur tulang
rahang yang terinfeksi.8
4. USG dapat menunjukkan lokasi dan ukuran pus, serta metastasis dari abses. USG dapat membantu
diagnosis pada anak karena bersifat non-invasif dan non-radiasi. USG juga membantu pengarahan
aspirasi jarum untuk menentukan letak abses.8
5. CT-scan: CT-scan merupakan metode pencitraan terpilih karena dapat memberikan evaluasi radiologik
terbaik pada abses leher dalam. CT-scan dapat mendeteksi akumulasi cairan, penyebaran infeksi serta
derajat obstruksi jalan napas sehingga dapat sangat membantu dalam memutuskan kapan
dibutuhkannya pernapasan buatan.7
6. MRI: MRI menyediakan resolusi lebih baik untuk jaringan lunak dibandingkan dengan CT-scan.
Namun, MRI memiliki kekurangan dalam lebih panjangnya waktu yang diperlukan untuk pencitraan
sehingga sangat berbahaya bagi pasien yang mengalami kesulitan bernapas.7

PENGOBATAN

sebagai gold standard dalam penanganan angina ludovici adalah bebaskan jalan nafas, kemudian
diberikan terapi antibiotika dengan dosis tinggi, untuk kuman aerob dan anaerob, dan diberikan secara
parenteral. Selain itu dilakukan eksplorasi yang dilakukan untuk tujuan dekompresi (mengurangi
ketegangan) dan evakuasi pus (pada angina ludovici jarang terdapat pus) atau jaringan nekrosis. Insisi
dilakukan di garis tengah secara horizontal setinggi os hyoid (3-4 jari di bawah mandibula), dengan
demikian menghentikan ketegangan yang terbentuk di dasar mulut. Sebelum dilakukan insisi dan
drainase, sebaiknya dilakukan persiapan terhadap kemungkinan trakeostomi karena ketidakmampuan
dilakukan intubasi pada pasien
Dilansir dari Health Line, pengobatan Ludwig angina bsa berbeda berdasarkan penyebab aslinya.

KOMPLIKASI

Penanganan yang tertunda meningkatkan risiko komplikasi dan membahayakan jiwa, seperti:

 Saluran udara yang tersumbat


 Sepsis, yang merupakan reaksi berat terhadap bakteri atau kuman lainnya
 Syok septik, yang merupakan infeksi yang menyebabkan tekanan darah sangat rendah

Pembengkakan yang terjadi akibat Ludwig angina bisa mengganggu pernapasan Anda. Dokter akan
memasukkan tabung pernapasan melalui hidung atau mulut dan ke paru-paru untuk membersihkan
saluran udara. Dalam kasus yang parah dan darurat, tabung pernapasan akan dimasukkan melalui leher
dan tenggorokan melalui prosedur trakeostomi.

Selain itu, kondisi ini sering menyebabkan edema, yaitu pembengkakan akibat kelebihan cairan. Jadi,
prosedur pembedahan diperlukan untuk menguras kelebihan cairan pada rongga mulut yang
membengkak.

Kemungkinan Anda juga memerlukan antibiotik yang disuntikkan pada pembuluh darah sampai gejala
hilang. Setelah itu, Anda akan direkomendasikan untuk minum obat minum sampai tes berikutnya
menunjukkan bahwa bakteri telah hilang.

 Untuk setiap pasien, rencana perawatan harus dilakukan dengan pertimbangan masing-masing
faktor berbeda pasien individu. Mereka adalah tahap penyakit dan kondisi komorbid pada saat
presentasi, pengalaman dokter, sumber daya yang tersedia, dan personel adalah faktor penting
dalam perumusan rencana perawatan. [23] Ada empat prinsip yang memandu pengobatan
Angina Ludwig: [24] Manajemen jalan napas yang memadai, terapi antibiotik dini dan agresif,
sayatan dan drainase bagi siapa saja yang gagal dalam manajemen medis atau membentuk
abses yang terlokalisasi, dan dukungan nutrisi dan hidrasi yang adekuat. 
PENCEGAHAN

Menjaga kebersihan dan kesehatan mulut, kunci mencegah Ludwig angina


jangan lupa untuk rutin menggosok gigi setiah hari dua kali sehari, pada pagi hari setelah makan dan
malam hari sebelum tidur.

Kurangi makanan yang bisa melukai gigi, gusi, lidah, atau mulut, misalnya makanan terlalu panas atau
terlalu keras dan kasar.

Penuhi kebutuhan vitamin C yang melindungi Anda dari sariawan sekaligus meningkatkan sistem
kekebalan tubuh terhadap bakteri dan virus. Kemudian, cek gigi ke dokter gigi secara rutin minimal 6
bulan sekali.

menurut vanya pencegahannya dengan menjaga kebersihan dan kesehatan mulut, jgn lupa
untuk menggosok gigi dua hari sekali, kurangi makanan yang bisa melukai gigi, gusi, lidah,

atau mulut, misalnya makanan terlalu panas atau terlalu keras dan kasar

Ludwig's angina (lat .: Angina ludovici) adalah jenis selulitis parah yang melibatkan dasar mulut. [2] Awal
di lantai mulut dinaikkan dan ada kesulitan menelan air liur, yang mungkin mengalir dari mulut
seseorang. [3] Ketika kondisinya memburuk, jalan napas dapat terganggu dengan pengerasan ruang di
kedua sisi lidah. [4] Kondisi ini memiliki onset cepat dalam beberapa jam.

Angina Ludwig

Nama lain Angina Ludovici


Pembengkakan di daerah submandibula pada
seseorang dengan Ludwig's angina.

Keistimewaan Otorhinolaryngology , bedah mulut


dan maksilofasial 

Gejala Demam, nyeri, lidah terangkat,


kesulitan menelan, pembengkakan
leher [1]

Komplikasi Kompromi jalan nafas [1]

Onset biasa Cepat [1]

Faktor risiko Infeksi gigi [1]

Metode Berdasarkan gejala dan


diagnostik pemeriksaan, CT scan [1]

Pengobatan Antibiotik , kortikosteroid , intubasi
endotrakeal , trakeostomi [1]

Sebagian besar kasus mengikuti infeksi gigi . [3] Penyebab lain termasuk abses parapharyngeal , fraktur


mandibular , luka atau penindikan di dalam mulut, atau batu saliva submandibular . [5] Ini adalah infeksi
yang menyebar jaringan ikat melalui ruang jaringan, biasanya dengan organisme yang ganas dan
invasif. Ini secara khusus melibatkan ruang submandibular , submental , dan sublingual . [1]
Pencegahan dilakukan dengan perawatan gigi yang tepat termasuk manajemen infeksi gigi. Perawatan
awal umumnya dengan antibiotik spektrum luas dan kortikosteroid . [1] Pada kasus yang lebih
lanjut, intubasi atau trakeostomi endotrakeal mungkin diperlukan. [1]
Dengan munculnya antibiotik pada tahun 1940-an, peningkatan kesehatan gigi dan mulut, dan
pendekatan bedah yang lebih agresif, tingkat dan risiko kematian di antara mereka yang terinfeksi telah
berkurang secara signifikan. Dinamai setelah seorang dokter Jerman, Wilhelm Frederick von Ludwig ,
yang pertama kali menggambarkan kondisi ini pada tahun 1836. [6]
 

MIKROBIOLOGI
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan mikrobiologi angina Ludwig. Salah satu
metode yang digunakan secara tradisional adalah mengambil sampel kultur meskipun memiliki
beberapa keterbatasan. [19] [20] Dengan mengambil sampel nanah dari pasien dengan Ludwig's angina,
mikrobiologi yang ditemukan umumnya bersifat polimikroba dan anaerob . [21] [22] Beberapa mikroba
yang umum ditemukan adalah Viridans
Streptococci , Staphylococci , Peptostreptococci , Prevotella , Porphyromonas ,
dan Fusobacterium . [21] [22]
PERAWATAN

Untuk setiap pasien, rencana perawatan harus dilakukan dengan pertimbangan masing-masing faktor
berbeda pasien individu. Mereka adalah tahap penyakit dan kondisi komorbid pada saat presentasi,
pengalaman dokter, sumber daya yang tersedia, dan personel adalah faktor penting dalam perumusan
rencana perawatan. [23] Ada empat prinsip yang memandu pengobatan Angina
Ludwig: [24] Manajemen jalan napas yang memadai, terapi antibiotik dini dan agresif, sayatan dan
drainase bagi siapa saja yang gagal dalam manajemen medis atau membentuk abses yang terlokalisasi,
dan dukungan nutrisi dan hidrasi yang adekuat. Masing-masing akan dijelaskan secara rinci di bawah ini.
Manajemen jalan napas

Penempatan tabung endotrakeal untuk membantu pernapasan.

Manajemen jalan napas telah ditemukan menjadi faktor yang paling penting dalam merawat pasien
dengan Ludwig's Angina, [19] yaitu itu adalah "perhatian terapi utama". [25] Kompromi jalan nafas
diketahui sebagai penyebab utama kematian dari Ludwig's Angina. [5]
 Metode dasar untuk mencapai ini adalah untuk memungkinkan pasien untuk duduk dalam posisi
tegak, dengan oksigen tambahan yang disediakan oleh masker atau garpu hidung. [19] Pasien tidak
boleh dibiarkan tanpa pengawasan, terutama jika tidak ada intubasi atau jalan napas bedah di
tempatnya. [19]
 Metode manajemen jalan napas berkisar dari manajemen jalan napas konservatif - terdiri dari
pengamatan ketat dan antibiotik intravena, hingga intervensi jalan napas dengan intubasi endotrakeal
atau trakeostomi . [19]
 Jika tingkat saturasi oksigen memadai dan antimikroba telah diberikan, pengamatan jalan nafas
sederhana dapat dilakukan. [19] Ini adalah metode yang cocok untuk diadopsi dalam pengelolaan anak-
anak, sebagaimana penelitian retrospektif menggambarkan bahwa hanya 10% anak-anak yang
memerlukan kontrol jalan napas. Namun, trakeostomi dilakukan pada 52% dari mereka yang
terpengaruh dengan Ludwig's Angina yang berusia lebih dari 15 tahun. [26]
 Kontrol jalan napas adalah wajib jika prosedur bedah diperlukan. [5]
o Intubasi nasotrakeal yang fleksibel membutuhkan keterampilan dan pengalaman. [5]
o Jika intubasi nasotrakeal tidak memungkinkan, cricothyrotomy dan trakeostomi dengan
anestesi lokal dapat dilakukan. Prosedur ini dilakukan pada pasien dengan stadium lanjut Ludwig's
Angina. [5]
o Intubasi endotrakeal ditemukan berhubungan dengan tingkat kegagalan yang tinggi
dengan penurunan status pernapasan akut. [5]
o Trakeostomi elektif dijelaskan sebagai metode manajemen jalan napas yang lebih aman
dan lebih logis pada pasien dengan Ludina's Angina yang berkembang sepenuhnya. [27]
o Nasoendoskopi serat optik juga dapat digunakan, terutama untuk pasien dengan
pembengkakan mulut . [19]
 Adalah penting bahwa sayatan dan drainase didahului dengan berkonsultasi dengan ahli
anestesi tentang kemungkinan masalah jalan nafas saat intubasi. [19] Satu set trakeostomi harus selalu
ada di ruang operasi jika ada persyaratan untuk trakeostomi lokal atau kricothyrotomy darurat. [19]

Antibiotik
 Terapi antibiotik bersifat empiris , diberikan sampai hasil kultur dan
sensitivitas diperoleh. [19] Terapi empiris harus efektif terhadap spesies bakteri aerob dan anaerob
yang umumnya terlibat dalam Ludwig's Angina. [19] Hanya ketika hasil kultur dan sensitivitas kembali,
terapi disesuaikan dengan kebutuhan spesifik pasien. [19]
o Cakupan empiris harus terdiri dari penisilin dengan inhibitor B-
laktamase seperti amoksisilin / tikarsilin dengan asam klavulanat atau antibiotik resisten Beta-
laktamase seperti cefoxitin , cefuroxime , imipenem atau meropenem . [19] Ini harus diberikan dalam
kombinasi dengan obat yang efektif melawan anaerob seperti klindamisin atau metronidazol . [19]
 Antibiotik parenteral disarankan sampai pasien tidak lagi demam selama setidaknya 48
jam. [19] Terapi oral dapat dimulai selama 2 minggu, dengan amoksisilin dengan asam
klavulanat , klindamisin , ciprofloxacin , trimethoprim-sulfamethoxazole , atau metronidazole . [19]

sayatan dan drainase


 Insisi bedah dan drainase adalah metode utama dalam mengelola infeksi leher dalam yang
parah dan rumit yang gagal merespons manajemen medis dalam waktu 48 jam. [19]
 Ini ditunjukkan dalam kasus-kasus: [19]
o Kompromi jalan nafas
o Keracunan darah
o Kondisi memburuk
o Infeksi yang menurun
o Diabetes mellitus
o Bukti teraba atau radiografi dari pembentukan abses
 Insisi submandibular bilateral harus dilakukan selain insisi midmental garis tengah. Akses ke
ruang supramylohyoid dapat diperoleh dengan diseksi tumpul melalui otot mylohyoid dari bawah. [19]
 Kuras Penrose direkomendasikan dalam ruang supramylohyoid dan inframylohyoid secara
bilateral. Selain itu, melalui dan melalui saluran dari ruang submandibular ke ruang submental di kedua
sisi harus ditempatkan juga. [19]
 Proses sayatan dan drainase selesai dengan debridemen jaringan nekrotik dan irigasi
menyeluruh. [19]
 Hal ini diperlukan untuk menandai saluran air untuk mengidentifikasi lokasi mereka. Mereka
harus dijahit dengan loop juga sehingga akan memungkinkan untuk memajukan mereka tanpa membius
pasien kembali sementara drainase dijahit kembali ke kulit. [19]
 Pembalut penyerap kemudian diterapkan. Retainer ganti pita dapat dibangun untuk mencegah
penggunaan pita. [19]

Dukungan nutrisi
Nutrisi yang memadai dan dukungan hidrasi sangat penting dalam menentukan hasil pada setiap pasien
setelah operasi, terutama anak-anak. [24] Dalam hal ini, rasa sakit dan pembengkakan di daerah leher
biasanya akan menyebabkan kesulitan dalam makan atau menelan, sehingga mengurangi asupan
makanan dan cairan pasien. Akibatnya, pasien menderita penurunan berat badan karena kehilangan
lemak, otot dan kulit pada awalnya, diikuti oleh tulang dan organ dalam pada fase akhir. Sementara itu,
pada tingkat sel, sel-sel akan kurang mampu mempertahankan homeostasis di hadapan pemicu stres
seperti infeksi dan pembedahan. Karena itu, pasien harus diberi nutrisi dan hidrasi yang baik untuk
meningkatkan penyembuhan luka dan melawan infeksi. [28]
Perawatan pasca operasi
Ekstubasi , yang merupakan pengangkatan endotrakeal tube untuk membebaskan pasien dari ventilasi
mekanis, hanya boleh dilakukan ketika jalan napas pasien terbukti paten, memungkinkan pernapasan
yang memadai. Hal ini ditunjukkan oleh penurunan pembengkakan dan kemampuan bernapas pasien
secara memadai di sekitar tabung endotrakeal yang tidak tertutup dengan lumen yang tersumbat. [28]
Selama dirawat di rumah sakit, kondisi pasien akan dipantau dengan ketat oleh:
 melakukan tes kultur dan sensitivitas untuk memutuskan apakah perlu dilakukan perubahan
terhadap antibiotik pasien
 mengamati suhu tubuh pasien - kenaikan berarti infeksi lebih lanjut
 memantau jumlah sel darah putih pasien - penurunan berarti drainase yang efektif dan
memadai
 mengulangi CT scan untuk membuktikan status kesehatan pasien pulih atau jika infeksi meluas,
area anatomi yang terpengaruh. [28]

Selain itu, disarankan untuk tidak pernah meninggalkan anak kecil dengan pembengkakan leher yang
signifikan tanpa pengawasan dan mereka harus selalu duduk untuk mencegah mati lemas. [24]

PROGNOSIS

Prognosis phlegmon tergantung pada kecepatan proteksi jalan napas untuk mencegah asfiksia, eradikasi
infeksi dengan antibiotik, serta pengurangan radang. Sekitar 45% – 65% penderita memerlukan insisi
dan drainase pada area yang terinfeksi, disertai dengan pemberian antibiotik untuk memperoleh hasil
pengobatan yang lengkap. Selain itu, 35% dari individu yang terinfeksi memerlukan intubasi dan
trakeostomi.10 Phlegmon dapat berakibat fatal karena membahayakan jiwa.4 Kematian pada era
preantibiotik adalah sekitar 50%. Namun dengan diagnosis dini, perlindungan jalan nafas yang segera
ditangani, pemberian antibiotik intravena yang adekuat serta penanganan dalam ICU, penyakit ini dapat
sembuh tanpa mengakibatkan komplikasi.

DIAGNOSIS BANDING

1, Angioneurotik edema

Persamaan : Terjadinya pembengkakan disekitar wajah, sumbatan jalan nafas yang


berakibatfatal

Perbedaan: Terjadi akibat reaksi alergi, tidak sakit, gatal-gatal, pembengkakan dapat menjalar
ketangan dan kaki

2. Peritosillar abses

Persamaan: Terjadi pembengkakan pada daerah leher, menyebabkan sesak nafas,


disfagia,trismus, dan sulit bicara.
Perbedaan: Pembengkakan pada daerah palatum molle, uvula, dan tonsil, terdapat gejala
muntah-muntah

3. Mumps

Persamaan: terjadi pembengkakan pada leher, demam, terasa sakit, trismus.

Perbedaan: merupakan infeksi virus, telinga akan teras sakit dan terangkat.

4.limfadenitis

Persamaan: terjadi pembengkakan pada daerah leher, demam, nyeri tekan, nadi cepat.

Perbedaan: konsistensi lunak, biasanya disebabkan infeksi Streptococcus dan


Staphlylococcus,dapat juga terinfeksi dari virus, protozoa, jamur, dan basil TB

5.Selulitis

Persamaan: Pasien demam, trismus, kesulitan menelan, infeksi dapat dari gigi,
cenderungmembentuk pus.

Perbedaan: sayap hidung terangkat, kelopak mata atas dan bawah tertutup, zygoma teraba.

vanya ingin menjawab limfadenitis Persamaan: terjadi pembengkakan pada daerah leher,
demam, nyeri tekan, nadi cepat. Perbedaan: konsistensi lunak, biasanya disebabkan

infeksi Streptococcus dan Staphlylococcus,dapat juga terinfeksi dari virus, protozoa,


jamur, dan basil TB. makasih

Anda mungkin juga menyukai