PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Proposal ini disusun agar dapat digunakan menjadi acuan dalam acuan
proses pelaksanaan ronde masalah yang dihadapi pasien sesuai dengan teori dan
ilmu Keperawatan Profesional.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Menciptakan komunitas keperawatan yang professional.
2) Menjalin kerjasama antar tim kesehatan.
3) Mengatasi masalah pasien.
4) Memenuhi kebutuhan pasien.
5) Melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar.
1
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi perawat
1. Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor
2. Meningkatkan komunikasi antar perawat, dokter, ahli gizi, farmasi,
fisioterapi, perawat ahli dan pembiayaan.
3. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar
perawat.
1.3.2 Bagi klien
1. Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat masa
penyembuhan.
2. Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien.
1.3.3 Bagi rumah sakit
1. Menngkatkan mutu dan pelayanan rumah sakit.
2. Evaluasi mutu dan pelayanan rumah sakit.
2
BAB 2
KONSEP DASAR TEORI
2.1 Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada
kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala
ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim
kesehatan (Nursalam, 2014).
Karakteristik :
1) Pasien dilibatkan secara langsung
2) Pasien merupakan fokus kegiatan
3) PA, PP, dan konselor melakukan diskusi bersama
4) Konselor memfasilitasi kreatifitas
5) Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA dan PP dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
2.2 Tujuan
2.2.1 Tujuan umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi melalui pendekatan
kritis dan diskusi.
2.2.2 Tujuan khusus
1) Menjustifikasi masalah yang belum teratasi.
2) Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim
kesehatan lain.
3) Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien.
4) Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien.
2.3 Manfaat
1) Masalah pasien dapat teratasi.
2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
3) Terciptanya komunitas keperawatan yang professional.
3
4) Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.
5) Perawat dapat malaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar.
2.4 Kriteria Pasien
Menurut Nursalam (2014), pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde
keperawatan adalah pasien yang memliki kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan.
2. Pasien dengan kasus baru atau langka.
3. Pasien yang hari rawat lama melebihi ekspektasi
4. Pembiayaan membengkak
2.5 Alur Ronde Keperawatan
Langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah
sebagai berikut :
Tahap pra
ronde PP
Tahap persiapan:
Informed consent Apa diagnosis
Hasil pengkajian/ validasi data keperawatan?
Apa data yang
Tahap pelaksanaan di mendukung
nurse station Penyajian masalah Bagaimana
intervensi yang
sudah
Validasi data dilakukan?
Ruang perawatan
Apa hambatan
yang
Tahap pelaksanaan PP1-PP2, PA1-PA2, Konselor,
ditemukan?
di nurse station dr, Ahli gizi, Farmasi, Karu
4
Keterangan :
1. Pra-Ronde
1) Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan atau
kasus yang langka).
2) Menentukan tim ronde
3) Mencari sumber atau literature
4) Membuat proposal
5) Mempersiapkan pasien : informed concent dan pengkajian
6) Diskusi: apa diagnosis keperawatan?, apa data yang mendukung?,
bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?, dan apa hambatan yang
ditemukan selama perawatan?
2. Pelaksanaan Ronde
1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan
dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu
didiskusikan.
2) Diskusi antara anggota tim tentang kasus tersebut.
3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
3. Pasca-Ronde
1) Evaluasi, revisi dan perbaikan.
2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya.
2.6 Peran
Menurut Nursalam (2014), peran masing-masing anggota tim :
1. Peran perawat primer dan perawat associate
1) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.
2) Menjelaskan diagnosis keperawatan.
3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
4) Menjelaskan hasil yang didapat.
5
5) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) dari tindakan yang diambil.
6) Mengambil masalah-masalah pasien yang belum terkaji.
2. Peran perawat konselor
1) Memberikan justifikasi.
2) Memberikan penghargaan.
3) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan.
4) Mengarahkan dan mengoreksi.
5) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari.
3. Kriteria evaluasi
Struktur
1) Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya).
2) Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan.
3) Persiapan dilakukan sebelumnya
Proses
1) Peserta sering mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
2) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan
Hasil
1) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
2) Masalah pasien dapat teratasi
3) Perawat dapat :
a. Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
b. Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
c. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
d. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose keperawatan
e. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi
g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
6
BAB 3
RENCANA KEGIATAN
1.1 Pengorganisasian
Penanggung Jawab : Iin Rohmawati, S.Kep
: Ayyinatul Muawwanah, S.Kep
Kepala Ruangan : Ganang Melly R.T, S.Kep
PP 1 : Ayyinatul Muawwanah, S.Kep
PA 1 : Iin Rohmawati, S.Kep
PP 2 : Nimas Ajeng Galuh.S,S, S.Kep
PA 2 : Ima Aulia Nur S, S.Kep
Tim Medis
Dokter : dr. Zuhdiyah nihayati
Ahli gizi : Mahdian, S.Gz
Farmasi : Ruly Yuliandari, M.Farm., Klin., Apt.
Perawat Konselor : Najma Zunairoh, S.Kep., Ns
: Dwi Ayu Wulandari, S.Kep
Supervisor : Ninik Endang, S.Kep., Ns
Pembimbng Klinik : Azizatun Nisa’, S.Kep., Ns
Pembimbing Akademik : Nur Hidayati, S.Kep., Ns., M.Kep
: Trijati Puspita L, S.Kep., Ns., M.Kep
Kepala Ruangan : Titah Khlimatus Sya’diyah, S.Kep., Ns
7
I. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi, yaitu melalui
pendekatan kritis dan diskusi.
b. Tujuan Khusus
a. Menjustifikasi masalah yang belum teratasi.
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim
kesehatan lain.
c. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien.
d. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah
pasien.
II. Sasaran
Pasien Ny. S (56 tahun) yang dirawat dikelas III (17.4) dipaviliun marwah
III. Materi : Ronde Keperawatan
a. Teori asuhan keperawatan pasien dengan
CKD, CHF, Efusi pleura, Anemia.
b. Masalah-masalah yang muncul pada
pasien dengan CKD, CHF, Efusi pleura dan Anemia
serta intervensi keperawatan pada pasien CKD, CHF,
Efusi pleura dan Anemia dengan masalah keperawatan
kelebihan volume cairan, nyeri akut dan intoleransi
aktivitas
IV. Metode : Diskusi
V. Media
1. Dokumentasi/status pasien
2. Sarana diskusi: kertas dan bulpen
3. Materi yang disampaikan secara lisan
8
3.3 Kegiatan Ronde Keperawatan
WAKTU TAHAP KEGIATAN PELAKSANA TEMPAT
1 hari Pra-ronde Pra-ronde: PP1 Nurse
sebelum 1. Menentukan kasus dan Station
ronde topik
2. Menentukan tim ronde
3. Menentukan literatur
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan
pasien dengan
pemberian informed
consent
5 Menit Ronde Pembukaan: Kepala Nurse
1. Salam Pembuka Ruangan Station
2. Memperkenalkan tim
ronde
3. Menjelaskan tujuan
ronde
4. Mengenalkan
masalah pasien secara
sepintas
30 Menit Penyajian masalah: PP1 Nurse
1. Memberi salam dan Station
memperkenalkan
pasien dan keluarga
kepada tim ronde
2. Menjelaskan riwayat
penyakit dan
keperawatan pasien
3. Menjelaskan masalah
pasien dan rencana
tindakan yang telah
dilaksanakan dan
serta menetapkan
prioritas yang perlu
didiskusikan
Validasi data (bed
pasien) :
4. Mencocokkan dan Karu, PP, PA Bed pasien
menjelaskan kembali Dokter, Ahli
data yang telah Gizi, Farmasi,
disampaikan dengan Perawat
wawancara, observasi Konselor
dan pemeriksaan
9
keadaan pasien secara
langsung dan
melibatkan
dokumentasi
5. Diskusikan antar
anggota tim dan
pasien tentang
masalah keperawatan
tersebut di bed pasien.
6. Pemberian justifikasi Karu, PP,
oleh perawat primer Dokter, Ahli
atau konselor atau Gizi, Farmasi,
kepala ruangan Perawat
tentang masalah Konselor
pasien
10
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran
yang telah ditentukan
3. Hasil
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan
b. Masalah pasien dapat teratasi
c. Perawat dapat:
1. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis
2. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
4. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
5. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
6. Meningkatkan kemampuan justifikasi
7. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
11
BAB 4
RESUME HASIL KEGIATAN
PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN
4.1 Presensi
1. Supervisor sebanyak 1 orang
2. Pembimbing Ruangan marwah 1 orang dan kepala ruangan 1 orang
3. Pembimbing Akademik 2 orang
4. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Lamongan sebanyak 14 orang
4.2 Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
- Persiapan dilakukan 3 hari sebelum acara dimulai.
- Acara tidak sesuai dengan jadwal gannt chart yang telah dibuat.
- Pengorganisasian sesuai dengan rencana kegiatan.
2. Evaluasi Proses
No Waktu Kegiatan
12
5. Rekomendasi karu ditunjukkan kepada PP1
13
6. Setelah hasil yang disajikan oleh PP1, seharusnya PP1
bertanya ke tim ronde (apakah sudah faham, adakah yang
belum difahami)
7. Masalah dari tgl 15-22 yang tidak selesai dan belum
dijelaskan apa saja yang sudah dilakukan
8. Rekomendasi dari KARU seharusnya ditunjukkan ke PP1
9. Masalah yang muncul tiap tgl 15-22
- Terselesaikan yang mana
- Intervensi sudah terimplementasikan yang mana
4.3 Hasil
1) Selama kegiatan mahasiswa yang berperan kurang begitu paham dengan
perannya masing-masing.
2) Acara dimulai tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan (dimulai
pukul 12.30 s/d 13.15 WIB).
14
3) Kegiatan berjalan kurang sesuai dengan prosedur ronde keperawatan.
4.4 Hambatan
1. Mahasiswa yang tidak dinas dalam roleplay ikut menggerombol saat ronde
keperawatan, sehingga peran mahasiswa yang bertugas dalam roleplay
seperti PP dan PA kurang maksimal.
2. KARU, PP dan PA kurang memahami peran dan tugasnya masing-masing.
4.5 Dukungan
1) Pengorganisasian acara ronde keperawatan terstruktur
2) Proses bimbingan pelaksanaan ronde keperawatan oleh pembimbing
akademik dan ruangan
3) Adanya kerjasama dan kesempatan yang seluas-luasnya antara pihak
ruangan dengan mahasiswa
4) Hubungan saling percaya terjalin antara keluarga pasien dengan
mahasiswa
15
HASIL OBSERVASI
16
Validasi data (bed pasien) : Karu, PP, PA Bed pasien
5. Mencocokkan dan menjelaskan Dokter, Ahli Gizi, √
kembali data yang telah Farmasi, Perawat
disampaikan dengan wawancara, Konselor
observasi dan pemeriksaan keadaan
pasien secara langsung dan
melibatkan dokumentasi
6. Diskusikan antar anggota tim dan √
pasien tentang masalah
keperawatan tersebut di bed pasien.
7. Pemberian justifikasi oleh perawat Karu, PP, Dokter, √
primer atau konselor atau kepala Ahli Gizi, Farmasi,
ruangan tentang masalah pasien Perawat Konselor
10 Menit Pasca Ronde 1. Melanjutkan diskusi dan masukkan Karu, Supervisor, Nurse Station √
dari tim perawat konselor,
2. Menyimpulkan untuk menentukan pembimbing √
tindakan
3. Merekomendasikan intervensi √
4. Merekomendasikan intervensi √
keperawatan
5. Penutup √
17
BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat selain itu melibatkan pasien dalam
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.Saat pada kasus tertentu ronde
keperawatan dilaksanakan oleh perawat primer dan atau perawat konselor, kepala ruangan,
perawat pelaksana yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam,
2014).
5.2 SARAN
1. Pelaksanaan ronde yang sudah
dilaksanakan sesuai dengan tujuan ronde keperawatan.
2. Perlu adanya pengkajian lebih
lengkap tentang etiologi penyakit sehingga menimbulkan masalah keperawatan kelebihan
volume cairan.
3. Seharusnya lembar observasi intake
dan output dilengkapi serta alat ukur untuk menentukan jumlah cairan
18
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Penyakit cronic kidney disease(CKD) atau gagal ginjal kronik menduduki peringkat ke-
12 tertinggi angka mortalitas dan 17 angka kecacatan hingga tahun 2015 WHO memperkirakan
sebanyak 36 juta orang disini meninggal akibat penyakit ini (Joyce, 2014).
Di indonesia peningkatan penderita penyakit ini mencapai angka 20%. Pusat data dan
informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PDPERSI) menyatakan jumlah
penderita gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk.berdasarkan
data dari Indonesia Renal Registry, suatu kegiatan registrasi dari perhimpunan nefrologi
Indonesia, pada tahun 2008 jumlah pasien hemodialisa (cuci darah) mencapai 2260 orang dari
2146 orang pada tahun 2007.
Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal cukup tinggi. Di Amerika Serikat
misalnya angka kejadian penyakit gagal ginjal meningkat tajam dalam 10 tahun. Tahun 1996
terjadi 166.000 kasus. GGT (gagal ginjal tahap akhir) dan pada tahun 2000 menjadi 372.000
kasus, angka ini diperkirakan, masih akan terus naik.
Bila seseorang mengalami penyakit CKD sampai pada stadium 5 dimana laju filtrasi
glomerulus (15 ml/menit) ginjal tidak mampu lagi menjalankan seluruh fungsinya dengan
baik maka dibutuhkan, Terapi untuk menggantikan fungsi ginjal. Hingga saat ini dialisis dan
transplantasi ginjal adalah tindakan yang efektif sebagai terapi untuk gagal ginjal
terminal(Greenberg's, 2008).
Pasien gagal ginjal kronik sangat bergantung kepada terapi hemodialisa untuk
menggantikan fungsi ginjalnya. “HD dapat memperpanjang usia tanpa batas yang jelas, namun
tindakan ini tidak akan mengubah perjalanan alami penyakit ginjal yang mendasari, juga tidak
akan memperbaiki seluruh fungsi ginjal. Pasien tetap akan mengalami sejumlah permasalahan
dan komplikasi”. Secara tidak langsung menjalani terapi hemodialisa juga berarti menggangu
pekerjaannya dan gairah bekerja menurun, karna harus menjalankan peraturan pengobatan yang
dirasakan. Begitu juga perilaku yang dijalankan selama ini harus berubah, seperti perubahan
diet yang tadinya bebas sekarang dibatasi baik dalam asupan protein maupun jumlah cairan
yang masuk, tidak boleh merokok, tidak boleh minum yang beralkohol dan lain sebagainya.
Perubahan perilaku ini sangat sulit sehingga kecenderungan untuk mengikuti peraturan
pengobatan yang telah ditetapkan sangat rendah karna peraturan tersebut sangat mengikat
dengan aktifitas individu(Saleh, 2013).
19
Jika terlambat penanganannya dan tidak dilakukan tindakan yang tepat bisa
menurunkan kualitas hidup individu dan bahkan berakibat fatal seperti terjadi kematian
karena pada penyakit gagal ginjal kronik ini angka mortalitasnya tinggi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka menjadi penting untuk menyusun makalah
tentang konsep penyakit gagal ginjal kronik dan konsep asuhan keperawatannya untuk
mengetahui lebih dalam tentang karakteristik penyakit serta bagaimana penatalaksanaan
keperawatan yang tepat. Sehingga kejadian yang tidak diinginkan seperti adanya komplikasi
lebih lanjut dan angka kesakitan akibat penyakit ini dapat dikurangi.
1. 2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa definisi dari cronic kidney disease(CKD) atau gagal ginjal kronik?
1.2.2 Apa etiologi dari cronic kidney disease(CKD) atau gagal ginjal kronik?
1.2.3 Sebutkan klasifikasi cronic kidney disease(CKD) atau gagal ginjal kronik?
1.2.4 Apa manifestasi klinis dari cronic kidney disease(CKD) atau gagal ginjal kronik?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi dari cronic kidney disease(CKD) atau gagal ginjal kronik?
1.2.6 Bagaimana pathway dari cronic kidney disease(CKD) atau gagal ginjal kronik?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan dari cronic kidney disease(CKD) atau gagal ginjal
kronik?
1.2.8 Apa pemeriksaan penunjang dari cronic kidney disease(CKD) atau gagal ginjal
kronik?
1.2.9 Sebutkan komplikasi penyakit cronic kidney disease(CKD) atau gagal ginjal kronik?
1.2.10 Bagaimana konsep asuhan keperawatan penyakit cronic kidney disease(CKD) atau
gagal ginjal kronik?
1. 3. Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menjelaskan bagaimana konsep penyakit gagal ginjal kronik dan menjelaskan
bagaimana konsep asuhan keperawatan yang tepat sesuai dengan sumber.
1.3.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :
1. Untuk mengetahui definisi dari cronic kidney disease(CKD) atau gagal ginjal kronik
2. Untuk mengetahui etiologi dari cronic kidney disease(CKD) atau gagal ginjal kronik
3. Untuk mengetahui klasifikas dari cronic kidney disease(CKD) atau gagal ginjal kronik
20
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari cronic kidney disease(CKD) atau gagal
ginjal kronik
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari cronic kidney disease(CKD) atau gagal ginjal
kronik
6. Untuk mengetahui pathway dari cronic kidney disease(CKD) atau gagal ginjal kronik
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari cronic kidney disease(CKD) atau gagal ginjal
kronik
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari cronic kidney disease(CKD) atau
gagal ginjal kronik
9. Untuk mengetahui komplikasi penyakit cronic kidney disease(CKD) atau gagal ginjal
kronik
10. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan penyakit cronic kidney disease(CKD)
atau gagal ginjal kronik.
1. 4. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini akan memberikan informasi yang lengkap terkait konsep
penyakit cronic kidney disease (CKD) atau gagal ginjal kronis dan bagaimana asuhan
keperawatannya. Dengan demikian, makalah ini akan memberikan manfaat bagi penulis
ataupun pembaca. Dengan pengetahuan atau informasi yang tepat tentang karakteristik
penyakit, maka diharapkan mahasiswa keperawatan sebagai calon perawat akan dapat
memberikan asuhan keperawatan yang benar dan tepat pada saatnya menjadi perawat nanti.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21
2. 1. Definisi Cronic kidney disease(CKD) atauGagal Ginjal Kronik
2. 2. Etiologi
22
Menurut Corwin (2009) penyebab cronic kidney disease(CKD) atau gagal ginjal
kronikadalah sebagai berikut :
2.2.1 Penyakit peradangan : Glomerulonefritis
1. Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak.
Peradangan akut glomerulus terjadi akibat peradangan komplek antigen dan
antibodi di kapiler kapiler glomerulus. Komplek8 biasanya terbentuk 7–10 hari
setelah infeksi faring atau kulit oleh Streptococcus (glomerulonefritis
pascastreptococcus ) tetapi dapat timbul setelah infeksi lain.
2. Glomerulonefritis kronik adalah peradangan yang lama dari sel – sel glomerulus.
Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerulonefritis akut yang tidak membaik atau
timbul secara spontan.
3. Glomerulonefritis kronik sering timbul beberapa tahun setelah cidera dan
peradangan glomerulus sub klinis yang disertai oleh hematuria (darah dalam urin)
dan proteinuria ( protein dalam urin ) ringan, yang sering menjadi penyebab adalah
diabetes mellitus dan hipertensi kronik. Hasil akhir dari peradangan adalah
pembentukan jaringan parut dan menurunnya fungsi glomerulus. Pada pengidap
diabetes yang mengalami hipertensi ringan, memiliki prognosis fungsi ginjal
jangka panjang yang kurang baik.
2.2.2 Penyakit infeksi tubulointerstitial : Pielonefritis kronik atau refluks nefropati
Pielonefritis kronik adalah infeksi pada ginjal itu sendiri, dapat terjadi akibat infeksi
berulang, dan biasanya dijumpai pada penderita batu. Gejala–gejala umum seperti
demam, menggigil, nyeri pinggang, dan disuria. Atau memperlihatkan gambaran
mirip dengan pielonefritis akut, tetapi juga menimbulkan hipertensi dan gagal ginjal.
2.2.3 Penyakit vaskular hipertensif :
1. Nefrosklerosis Benigna merupakan istilah untuk menyatakan berubah ginjal yang
berkaitan dengan skerosis pada arteriol ginjal dan arteri kecil.
2. Nefrosklerosis Maligna suatu keadaan yang berhubungan dengan tekanan darah
tinggi (hipertensi maligna), dimana arteri-arteri yang terkecil (arteriola) di dalam
ginjal mengalami kerusakan dan dengan segera terjadi gagal ginjal.
3. Stenosis arteri renalis (RAS) adalah penyempitan dari satu atau kedua pembuluh
darah (arteri ginjal) yang membawa darah ke ginjal. Ginjal membantu untuk
mengontrol tekanan darah. Renalis menyempit menyulitkan ginjal untuk bekerja.
RAS dapat menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu. Sering menyebabkan tekanan
darah tinggi dan kerusakan ginjal.
23
2.2.3 Penyakit metabolik : Diabetes melitus,gout, hiperparatiroidisme dan amiloidisis
2.2.4 Nefropati obstruktif : Saluran kemih bagian atas (kalkuli, eoplasma, fibrosis
retroperitoneal) dan saluran kemih bagian bawah (hipertrofi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital pada leher vesika urinaria dan uretra)
2.2.5 Penggunaan obat-obatan dalam jangka panjang.
2. 3. Klasifikasi
Gagal ginjal kronik selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR. Stadium-
stadium gagal ginjal kronik didasarkan pada tingkat GFR yang tersisa dan mencakup menurut
Price (2005) adalah:
2.3.1 Stadium 1 : Kelainan ditandai dengan albuminaria persistendengan nilai yang masih
normal (GFR > 90 ml/min/1,73 m2)
2.3.2 Stadium 2 : Kerusakan ginjal ringan dengan penurunan nilai GFR, belum terasa gejala
yang mengganggu. Ginjal berfungsi 60-89% dan nilai (GFR 60-89 ml/min/1,73 m2)
2.3.3 Stadium 3 : Kerusakan masih sedang dan masih bisa dipertahankan. ginjal berfungsi 30-
59% dan nilai (GFR 30-59 ml/min/1,73 m2)
2.3.4 Stadium 4 : Kerusakan berat, sudah tingkat membahayakan. ginjal berfungsi 15-29%
dan nilai (GFR 15-29 ml/min/1,73 m2)
2.3.5 Stadium 5 : Kerusakan sudah parah (gagal ginjal terminal) sudah harus hemodialisa.
fungsi ginjal <15% dan nilai (GFR <15 ml/min/1,73 m2).
2. 4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik dapat dilihat dari berbagai fungsi sistem tubuh yaitu :
2.4.1 Manifestasi kardiovaskuler : Hipertensi, pitting edema, edema periorbital, friction rub
pericardial, pembesaran vena leher, gagal jantung kongestif, perikarditis, disritmia,
kardiomiopati, efusi pericardial, temponade pericardial.
2.4.2 Gejala respirasi : Edema paru, efusi pleura dan pleuritis
2.4.3Gejala dermatologis atau sistem integumen : Gatal-gatal hebat (pruritus), warna kulit
abu-abu, mengkilat dan hiperpigmentasi, serangan uremik tidak umum karena
pengobatan dini dan agresif, kulit kering, bersisik, ekimosis, kuku tipis dan rapuh,
rambut tipis dan kasar, memar (purpura)
2.4.4Gejala gastrointestinal : Nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan pada mulut,
anoreksia, mual, muntah dan cegukan, penurunan aliran saliva, haus, rasa kecap logam
dalam mulut, kehilangan kemampuan penghidu dan pengecap, parotitis dan stomatitis,
peritonitis, konstipasi dan diare, perdarahan darisaluran gastrointestinal antara lain:
24
1. Perubahan neuromuskular : Perubahan tingkat kesadaran, kacau mental,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang
2. Perubahan hematologis : Kecenderungan perdarahan
3. Keletihan dan letargi, sakit kepala, kelemahan umum
4. Pasien secara bertahap akan lebih mengantuk, karakter pernafasan menjadi Kusmaul
dan terjadi koma dalam, sering dengan konvulsi (kedutan mioklonik) atau kedutan
otot (Nursalam, 2008).
2. 5. Patofisiologi
Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab yaitu infeksi,
vaskuler, zat toksik, obstruksi saluran kemih yang pada akhirnya akan terjadi kerusakan
nefron sehingga menyebabkan penurunan GFR (Glomelular Filtration Rate) dan
menyebabkan CKD (cronic kidney disease), yang mana ginjal mengalami gangguan dalam
fungsi eksresi dan dan fungsi non-eksresi. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme
protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia
dan mempengaruhi setiap sistem tubuh (Corwin, 2009).
Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat ,dari
proses sindrom uremia terjadi pruritus, perubahan warna kulit. Sindrom uremia juga bisa
menyebabkan asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu menyekresi asam (H+) yang
berlebihan. Penurunan sekrsi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu menyekresi ammonia
(NH3 -) dan megapsorbsi natrium bikarbonat (HCO3 -). Penurunan eksresi fosfat dan asam
organik yang terjadi, maka muntah dan muntah tidak dapat dihindarkan. Sekresi kalsium
mengalami penurunan sehingga hiperkalemia, penghantaran listrik dalam jantung terganggu
akibatnya terjadi penurunan COP (cardiac output), suplai O2 dalam otak dan jaringan
terganggu. Penurunan sekresi eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi produksi sel
darah merah oleh sumsum tulang menyebabkan produk hemoglobin berkurang dan terjadi
anemia sehingga peningkatan oksigen oleh hemoglobin (oksihemoglobin) berkurang maka
tubuh akan mengalami keadaan lemas dan tidak bertenaga. Gangguan clerence renal terjadi
akibat penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi. Penurunan laju filtrasi glomerulus di
deteksi dengan memeriksa clerence kretinin dalam darah yang menunjukkan penurunan
clerence kreatinin dan peningkatan kadar kreatinin serum. Retensi cairan dan natrium dapat
megakibatkan edema. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan
metabolisme. Kadar kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbale balik. Jika salah
satunya meningkat maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui
25
glomerulus ginjal maka meningkatkan kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum
kalsium menurun. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathhormon dari
kelenjar paratiroid, tetapi gagal ginjal tubuh tidak dapat merspons normal terhadap
peningkatan sekresi parathormon sehingga kalsium ditulang menurun, menyebabkan
terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang (Corwin, 2009).
26
2. 6. Pathway
Suplai darah
ginjal menurun Menekan
sayaraf perifer
GFR menurun
Nyeri pinggang
CK Nyeri akut
D
28
2.7.2 Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Price (2005), penatalaksanaan keperawatan adalah :
1. Diet tinggi kalori dan rendah protein
Diet rendah protein (20-40 g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan gejala
anoreksia dan nausea dari uremia, menyebabkan penurunan ureum dan perbaikan
gejala. Hindari masukan berlebihan dari kalium dan garam.
2. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
Biasanya diusahakan hingga tekanan vena juga harus sedikit meningkat dan
terdapat edema betis ringan. Pada beberapa pasien, furosemid dosis besar (250-
1000 mg/hari) atau diuretic 100p (bumetanid, asam etakrinat) diperlukan untuk
mencegah kelebihan cairan, sementara pasien lain mungkin memerlukan suplemen
natrium klorida atau natrium bikarbonat oral. Pengawasan dilakukan melalui berat
badan, urine, dan pencatatan keseimbangan cairan (masukan melebihi keluaran
sekitar 500 ml).
3. Kontrol hipertensi
Bila tidak terkontrol dapat terakselerasi dengan hasil akhir gagal kiri pada pasien
hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam dan cairan diatur tersendiri
tanpa tergantung tekanan darah, sering diperlukan diuretik loop, selain obat anti
hipertensi.
4. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat. Untuk mencegah
hiperkalemia, dihindari masukan kalium yang besar (batasi hingga 60 mmol/hari),
diuretik hemat kalium, obat-obatan yang berhubungan dengan eksresi kalium
(misalnya penghambat ACE dan obat anti inflamasi non steroid), asidosis berat,
atau kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan ikut
dalam kaliuresis. Deteksi melalui kadar kalium plasma dan EKG.Gejala-gejala
asidosis baru jelas bila bikarbonat plasma kurang dari 15 mmol/liter biasanya
terjadi pada pasien yang sangat kekurangan garam dan dapat diperbaiki secara
spontan dengan dehidrasi. Namun perbaikan yang cepat dapat berbahaya.
5. Deteksi dini dan terapi infeksi
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imuosupresif dan diterapi lebih ketat.
6. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena metabolitnya toksik
dan dikeluarkan oleh ginjal. Misalnya digoksin, aminoglikosid, analgesic opiat,
29
amfoterisin dan alupurinol. Juga obat-obatan yang meningkatkan katabolisme dan
ureum darah, misalnya tetrasiklin, kortikosteroid dan sitostatik.
7. Deteksi dan terapi komplikasi
Awasi dengan ketat kemungkinan ensefelopati uremia, perikarditis, neurepati
perifer, hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi
yang mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan, sehingga diperlukan dialisis.
8. Persiapan dialisis dan program transplantasi
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi. Indikasi dilakukan
dialisis biasanya adalah gagal ginjal dengan klinis yang jelas meski telah dilakukan
terapi konservatif atau terjadi komplikasi.
2. 8. Pemeriksaan Penunjang
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang baik
pemeriksaan laboratorium maupun radiologi.
2.8.1 Pemeriksaan laboratorium
1. Urine
a. Volume, biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada
b. Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, pertikel koloid, fosfat atau urat
c. Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat)
d. Klirens kreatinin, mungkin menurun
e. Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak mampu mereabsobsi
natrium
f. Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus.
2. Darah
a. Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya anemia, Hb biasanya kurang
dari 7-8 gr
b. Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin seperti azotemia
c. GDA, PH menurun, asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan amonia atau
hasil akhir katabolisme prtein, bikarbonat menurun, PaCO2 menurun
d. Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai perpindahan seluler
(asidosis) atau pengeluaran jaringan
30
e. Magnesium fosfat meningkat
f. Kalsium menurun
g. Protein (khusus albumin), kadar serum menurun dapat menunjukkan kehilangan
protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan atau sintesa
karena kurang asam amino esenssial
h. Osmolaritas serum lebih besar dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan urin.
2.8.2 Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis
(misalnya voltase rendah), aritmia dan gangguan elektrolit (hiperkalemia,
hipokalsemia).
2.8.3 Ultrasonografi (USG)
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi sistem, pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostat.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari adanya factor yang reversibel seperti
obstruksi oleh karena batu atau masa tumor, juga untuk menilai apakah proses sudah
lanjut. USG ini sering dipakai oleh karena non-infasif, tak memerlukan persiapan
apapun.
2.8.4 Foto Polos Abdomen
Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal, menilai
bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain. Foto polos yang
disertai tomogram memberi keterangan yang lebih baik.
2.8.5 Pemeriksaan Foto Dada
Dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluid overload), efusi
pleura, kardiomegali dan efusi pericardial.
2.8.8 Pemeriksaan Radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama falang/jari), dan kalsifikasi metastatic(Joyce, 2014).
31
2.9 Komplikasi
Menurut Greenberg’s (2008), komplikasi yang dapat timbul, yaitu :
2.9.1 Hiperkalemia, akibat penurunan eksresi asidosis metabolik, katabolisme dan masukan
diit berlebih
2.9.2 Perikarditis, efusi perincalkdial dan temponade jantung
2.9.3 Hipertensi, akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi sistem renin
angioaldosteron
2.9.4 Anemia, akibat penurunan eritroprotein dan perdarahan lambung akibat iritasi
2.9.5 Penyakit tulang, akibat retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah metabolisme
vitamin D abnormal dan peningkatan kadar aluminium.
32
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
CRONIC KIDNEY DISEASE(CKD) ATAU GAGAL GINJAL KRONIK
3.1. Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Identitas klien yang meliputi nama, usia (kebanyakan menyerang umur 20-50 tahun),
jenis kelamin (lebih banyak pria), pekerjaan (biasanya pada pekerja yang sering
duduk), pendidikan (rendah), status ekonomi rendah (rendah), status perkawinan, ras
(ras kulit hitam), alamat (lingkungan pedesaan)
3.1.2 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : Bengkak
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pasien datang dengan keluhan lemas,mual-muntah, gatal-gatal hebat,
penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan ku
lit, adanya nafas berbau amoniak, rasa sakit kepala, nyeri panggul, penurunan
konsentrasi, penurunan frekuensi urine dan penglihatan kabur
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan apakah dulu mempunyai riwayat penyakit GGA, payah jantung,
penggunaan obat-obatan nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem
perkemihan yang berulang, DM dan hipertensi pada masa sebelumnya yang
menjadi predisposisi penyebab.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan pada keluarga apakah ada yang menderita penyakit yang sama.
3.1.2 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Klien terlihat lemah
2. Kesadaran : Composmentis sampai koma karena kesadaran klien menurun sesuai
tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat.
3. TTV
TD : Meningkat (Normalnya 120/80mmHg)
N : Takikardi (Normalnya 60-100x/m)
S : Meningkat (Normalnya 37,50C)
RR : Meningkat (>24x/m)
33
4. Pemeriksaan Head To-Toe
1) Kepala dan Leher
a) Wajah : Biasanya klien berwajah pucat
b) Mata : Konjungtiva anemis, mata merah, berair, penglihatan kabur, edema
periorbital.
c) Rambut: Rambut mudah rontok, tipis dan kasar.
d) Hidung : Pernapasan cuping hidung
e) Mulut : Ulserasi dan perdarahan, nafas berbau ammonia, mual,muntah serta
cegukan, peradangan gusi.
f) Leher : Pembesaran vena leher.
2) Dada : Penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan dangkal dan kusmaul
serta krekels, nafas dangkal, pneumonitis, edema pulmoner, friction rub
pericardial.
3) Abdomen : Nyeri area pinggang, asites.
4) Genital : Atropi testikuler, amenore.
5) Integumen : Kulit ekimosis, kulit kering, bersisik, warnakulit abu-abu, mengkilat
atau hiperpigmentasi, gatal (pruritas), kuku tipis dan rapuh, memar (purpura),
edema.
6) Ekstremitas : Capitally revil > 3 detik,kuku rapuh dan kusam serta tipis, kelemahan
pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, foot drop, kekuatan otot.
3.1.3 Pola Fungsional Gordon
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika
adakeluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat
2. Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya pasien mengalami penurunan nafsu makan, mual dan muntah
3. Pola eliminasi
Biasanya mengalami gangguan penurunan volume urin akibat terganggunya
metabolisme tubuh
4. Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena lemah
5.Pola istirahat tidur
Biasanya pasien sering istirahat atau tidur sepanjang hari karena merasa mudah
lelah dan kadang tidak bisa tidur karena pasien merasa mual
34
6. Pola persepsi sensori dan kognitif
Biasanya pasien merasa pusing dan bingung karena penurunan kesadaran
7. Pola hubungan dengan orang lain
Biasanya pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat
kondisinya pasien memilih untuk istirahat.
8. Pola reproduksi / seksual
Biasanya mengalami gangguan akibat penyakitnya seperti penurunan libido dan
oligospermia
9. Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi
10. Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman sekali dan lebih memilih untuk istirahat
11. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien percaya bahwa penyakitnya akan dapat disembuhkan.
3.1.4 Pemeriksaan Diagnostik
1. Urine
a) Volume, biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada
b) Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, pertikel koloid, fosfat atau urat
c) Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat)
d) Klirens kreatinin, mungkin menurun
e) Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak mampu mereabsobsi
natrium
f) Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus.
2. Darah
a) Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya anemia, Hb biasanya kurang
dari 7-8 gr
b) Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin seperti azotemia
c) GDA, PH menurun, asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan amonia atau
hasil akhir katabolisme prtein, bikarbonat menurun, PaCO2 menurun
35
d) Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai perpindahan seluler
(asidosis) atau pengeluaran jaringan
e) Magnesium fosfat meningkat
f) Kalsium menurun
g) Protein (khusus albumin), kadar serum menurun dapat menunjukkan kehilangan
protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan atau sintesa
karena kurang asam amino esenssial
h) Osmolaritas serum lebih besar dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan urin.
36
3.3. Rencana Keperawatan
37
sangat banyak. 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk
3. Frekuensi mual muntah dipertahankan pada sedang memenuhi kebutuhan gizi.
ditingkatkan ke tidak ada. 2. Atur diet yang diperlukan (yaitu : menyediakan makanan
4. Perubahan pengecapan dipertahankan pada sedang protein tinggi, menyarankan menggunakan bumbu dan
ditingkatkan ke tidak ada. rempah-rempah sebagai alternatif untuk garam,
menyediakan pengganti gula, menambah atau
mengurangi kalori, menambah atau mengurangi vitamin,
mineral, dan suplemen).
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Terapi aktivitas
jam diharapkan aktivitas adekuat dengan: 1. Pertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisipasi
KH : melalui aktivitas spesifik.
1. Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah 2. Bantu klien untuk mengidentivikasi aktivitas yang
dipertahankan pada cukup terganggu ditingkatkan diinginkan.
ke tidak terganggu. Manajemen energi
2. Kelelahan dan kelesuan dipertahankan pada sedang 1. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan
ditingkatkan ke tidak ada. sesuai dengan konteks usia dan perkembangan.
3. Pola istirahat dipertahankan pada cukup terganggu 2. Monitor intake atau asupan nutrisi untuk mengetahui
ditingkatkan ke tidak terganggu. sumber energi yang adekuat.
3. Ajarkan pasien mengenai pengelolaan kegiatan dan
teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan.
38
DAFTAR PUSTAKA
39
BAB 4
RESUME
ASUHAN KEPERAWATAN
40
Persepsi terhadap sakitnya Cobaan Allah Hukuman Lainnya
Ekspresi Rendah diri Marah/menangis Gelisah
Wajib Baligh Belum baligh
Sholat Berdiri Duduk Berbaring Terlentang
Psikososial
Orang terdekat Orangtua Saudara Teman Anak
Hubungan pasien dengan sekitar Baik Tidak baik
Ekonomi
Tempat tinggal Rumah sendiri Sewa Kos
Sosial
Kepercayaan khusus/sosial budaya Tidak ada Ada, sebutkan
Status pernikahan Menikah Belum menikah
Keluarga Tinggal serumah Tinggal sendiri
Aktivitas Mandiri Tongkat Kursi rod Tirah baring
Curiga penganiayaan Ya Tidak
Status emosional Kooperatif Cemas Depresi Ingin mengakhiri
Informasi didapat dari Pasien Keluarga Lainnya
Kebutuhan privasi Tidak ada Ada, sebutkan
Bagian 3 : Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Mata Normal Cowong Perdarahan Sklera putih Konjuctiva anemis
Hidung Normal Perdarahan Sekret
Mulut Normal Stomatitis Trismus Lidah kotor Perdarahan
Telinga Normal Perdarahan Serumen Benda asing
Leher Normal Kaku kuduk Peningkatan JVP Pembesaran kelenjar tiroid
Pemeriksaan Paru
Normal Batuk Nyeri saat nafas Irama tidak teratur
Sesak Funnerl chest Pigeon chest Barrel chest
Asimetris Terdapat wheezing Terdapat ronkhi Hemoptisis
Tarikan Intercoste
Pemeriksaan jantung
Normal Nyeri dada Edema Fatigue CRT >3 detik
Takikardi Bradikardi Irreguler Ortopnea
Pemeriksaan gastrointestinal
Normal Muntah Anoreksia Disfagia Diare
Mual Kembung Konstipasi Distensi Kaku
Hiperperistaltik Tidak ada bising usus Nyeri tekan bagian
41
Pemeriksaan Status Nutrisi (MST)
No Berdasarkan Malnutrition Screening Tool (MST) Skor
YA TIDAK
Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak direncanakan dalam 6 bulan 0
terakhir?
a. Tidak ada penurunan berat badan
b. Tidak yakin/tidak tahu/terasa baju lebih longgar
1. c. Jika ya, berapa penurunan berat badan tersebut
1-5 kg
6-10 kg
11-15 kg
>15 kg
Apakah asupan makanan berkurang karena tidak nafsu makan?
a. Ya
b. Tidak
Pasien dengan diagnosis khusus : Ya Tidak 1
2.
(DM/Kemoterapi/Hemodialisa/Geriatri/Imunitas menurun/.........................................)
(Bila skor 2 dan atau pasien dengan diagnosis/kondisi khusus dilaporkan ke dokter
pemeriksa)
Total skor
42
Akral Hangat Panas Dingin Kering
Basah
Kondisi luka Tidak Ada Ada, Sebutkan.......................
Terdapat Fraktur, sebutkan....................................................
Terdapat edema, sebutkan.....................................................
Pemeriksaan Norton Scale (Resiko Kulit)
Kondisi fisik 1 Sangat buruk 2 Buruk 3 Cukup baik 4 Baik
Kondisi mental 1 Tidak sadar 2 Bingung 3 Apatis 4 Kompos mestis
Aktifitas 1 Di tempat tidur 2 Di kursi 3 Jalan dgn bantuan 4 Dapat pindah
Mobilitas 1 Tidak bergerak 2 Sangat terbatas 3 Agak terbatas 4 Baik
Inkontinesia 1 Selalu ngompol + feses 2 Sering ngompol 3 Kadang ngompol 4 Tidak ngompol
Total skor : kondisi fisik+kondisi mental+aktifitas+inkontinesia = 15
Pasien beresiko dekubitus jika nilai ≤ 14
Pemeriksaan Aktifitas Harian Dasar (ADL)
Makan/minum 0 Mandiri 1 50% dibantu 2 100% dibantu 1
Mandi 0 Mandiri 1 50% dibantu 2 100% dibantu 1
Memakai baju 0 Mandiri 1 50% dibantu 2 100% dibantu 1
BAB/BAK 0 Mandiri 1 50% dibantu 2 100% dibantu 1
Naik turun tempat tidur 0 Mandiri 1 50% dibantu 2 100% dibantu 1
Total nilai ADL 5
Lokasi nyeri :..Pada dada, perut, kaki dan tangan terasa berat saat beraktivitas
Sifat nyeri Kejang Konstan Intermiten Lainnya
Kualitas nyeri Nyeri tajam Nyeri bakar Nyeri dalam
43
Faktor pemberat Cahaya Gerakan Berbaring
Lainnya
Faktor peringan Makanan Sunyi Dingin Istirahat
Status Fungsional
Mandi Mandiri Tergantung
Berpakaian Mandiri Tergantung
Ke kamar kecil Mandiri Tergantung
Berpindah Mandiri Tergantung
Kontinen Mandiri Tergantung
Makan Mandiri Tergantung
44
II. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Hasil Hasil Hasil Nilai Normal
Laboratorium 15 Mei 2019 17 Mei 2019 18 Mei 2019 19 Mei 2019
Darah Lengkap:
Leukosit 6,1 uL 12,4 uL 4,0-11,0
Neutropil 61,1% 8,6 % 49,0-67,0
Limposit 24,8% 8,3% 25,0-33,0
Monosit 9,7% 4,1 % 3,0-7,0
Eusinopil 2,8% 1,8 % 1,0-2,0
Basofil 1,6% 0,2% 0,0=1,0
Eritrosit 2,85uL 2,57 uL 3,80-5,30
Hemoglobin 8,0 g/dL 7,2 g/dL 13,0-18,0
Hematokrit 25,2% 23,1 % 35,0-47,0
Trombosit 325 uL 252 uL 150-450
Faal Ginjal:
Urea 68 mg/dl 81 mg/dL 15-43
Serum kreatinin 5,1 mg/dl 5,4 mg/dL 0,7-1,2
Uric acid - 6,6 mg/dL
Diabetik:
Gula darah acak 140 mg/dl
Elektrolit:
Natrium serum 135 mmol/L 135 mmol/L 135-155
45
Kalium serum 3,6 mmol/L 3,8 mmol/L 3,6-5,5
Clorida serum 105 mmol/L 104 mmol/L 70-108
Urine Lengkap:
PH 7,5 -
Protein positif +++ Negatif
Bakteri Positif Negatif
Epitel Positif 1-2 0-2/plp
Eritrosit urine Positif banyak Negatif
Lekosit urin Positif 1-2 0-2/plp
Faal Hati:
Albumin 2,5 g/dL 2,1 g/dL 3,5-5,5
Pemeriksaan EKG Sinus Rhythm, HR 77x/menit, Hipoelektrik
Pemeriksaan thorax Cor: tampak membesar
foto Pulmo: tampak berselubungan suprahiler kiri
Tampak sepalisasi paru kanan
Sinus phrenicocostalis kanan tajam, kiri tertutup opasitas
Tulang dan soft tissue tak nampak kelainan
Kesimpulan : cardiomegali dengan congesti pulmunal, pnemonia dengan effusi pleura kiri
46
III. Terapi
Per Tanggal Cairan Infus Obat Injeksi Obat Oral
15 Mei 2019 500cc/24jam - Ranitidine 1x50mg/iv - Stamotens 1x2 tablet
jam 20.00 di IGD - Farsorbid 3x1 tablet
- Antrain ekstra - Fargoxin 0,25 1x1/2
- NTG pump 10 mikro tablet
Kg/BB/jam kec. 3,0 - Pro renal 2x1 tablet
cc/jam
- Furosemid pump
5mg/jam kec.
0,5cc/jam
16 Mei 2019 500cc/24jam - Ranitidine 2x50mg/iv - Stamotens 1x2 tablet
- NTG pump 10 mikro - Farsorbid 3x1 tablet
Kg/BB/jam kec. 3,0 - Fargoxin 0,25 1x1/2
cc/jam tablet
- Furosemid pump - Pro renal 2x1 tablet
5mg/jam kec.
0,5cc/jam
17 Mei 2019 500cc/24jam - Ranitidine 2x50mg/iv - Stamotens 1x2 tablet
- Antrain 1x1000 mg/iv - Farsorbid 3x1 tablet
jam 24.00. - Fargoxin 0,25 1x1/2
- Furosemid pump tablet
5mg/jam kec. - Pro renal 2x1 tablet
0,5cc/jam
- Albumin 100ml
47
21 Mei 2019 - Ranitidine 1x50mg/iv - Stamotens 1x2 tablet
- Dipenhidramin 1x10 - Farsorbid 3x1 tablet
mg/iv - Fargoxin 0,25 1x1/2
- Ceftriaxone 1x 1gram tablet
- Furosemid pump - Pro renal 2x1 tablet
10mg/jam kec.
1,0cc/jam
22 Mei 2019 500cc/24jam - Ranitidine 2x50mg/iv - Stamotens 1x2 tablet
- Dipenhidramin 2x10 - Farsorbid 3x1 tablet
mg/iv - Fargoxin 0,25 1x1/2
- Ceftriaxone 2x 1gram tablet
- Furosemid pump - Pro renal 2x1 tablet
10mg/jam kec.
1,0cc/jam
IV. Diet
V. Analisa Data
Tgl Data Penyebab Masalah
15-5-19 DS: Penurunan O2 ke Pola Nafas tidak
Pasien mengatakan sesak jaringan Efektif
DO:
K/U lemah Vasokontriksi
Terdapat tarikan intercoste pembuluh darah
Hasil thorak foto: Cardiomegali di paru
dengan congesti pulmunal,
pnemonia dengan effusi pleura Peningkatan
kiri. kompensasi paru
TTV:
TD : 153/85 mmHg Sesak nafas,
N : 77x/mnt dispnea
S : 37,1
RR : 24 x/mnt
SPO2 : 99% dengan terpasang
O2 nasal 3 lpm
48
Q : Nyeri tajam
R : Nyeri pada seluruh tubuh Penurunan
S : Skala nyeri 8 cadangan ginjal
T : Nyeri hilang timbul
Perubahan sistem
DO : tubuh
- K/U lemah
- Pasien tampak meringis Syaraf otot
menahan sakit terganggu
- Pasien tampak gelisah
Kesemutan
- Ekspresi wajah tampak
kurang rileks
- Kesadaran komposmentis,
GCS 4, 5, 6
- TTV:
TD : 153/85 mmHg
N : 77x/mnt
S : 37,1 ◦C
RR : 24 x/mnt
SPO2 : 99% dengan terpasang
O2 nasal 3 lpm
15-5-19 DS: Kadar Hb Gangguan Perfusi
Pasien mengatakan badan menurun Jaringan Perifer
terasa lemas
DO: Penurunan O2 ke
- K/U lemah jaringan
- Pasien tampak pucat
- Hb: 8,0 g/dL Perubahan fungsi
- Akral dingin tubuh akibat
- CRT >2 detik mekanisme
- Turgor kulit jelek kompensasi
- TTV: terhadap anemia
TD : 153/85 mmHg
N : 77x/mnt Sianosis, pucat,
S : 37,1◦C akral dingin
RR : 24 x/mnt
SPO2 : 99%
49
tempat tidur turun
- Aktivitas pasien dibantu
keluarganya Suplai O2
jaringan turun
Kelelahan otot
16-5-19 DS: Retensi Na Kelebihan
Pasien mengatakan bengkak Volume Cairan
pada kedua tangan, kaki dan Total CES naik
muka
DO : Tek. Kapiler naik
- K/U lemah
- Kesadaran Composmentis Vol. Interstisial
GCS 4, 5, 6 naik
- Tampak bengkak pada
bagian ekstremitas atas dan Edema
bawah
- Bagian paha sampai kaki Preaload naik
tampak keras seperti papan
- BB sebelum MRS: 80 kg
- BB saat ini: belum terdeteksi Beban jantung
- LILA saat ini: 40 cm naik
- Albumin 2.1 g/dl
- Serum kreatin H 5,1 mg/dL Hipertrofi
- Hemoglobin 8,0 g/dL ventrikel kiri
- Kalium serum 3,6 mmol/L
- Intake : Infus Pz Gagal jantung kiri
500cc/24jam, injeksi (CHF)
Ranitidine 2x50mg/iv
(100mg), NTG pump 10 COP turun
mikro Kg/BB/jam kec. 3,0
cc/jam ( NTG 10mikro+Pz Aliran darah
40cc = 50cc), Furosemid ginjal turun
pump 5mg/jam kec.
0,5cc/jam (10cc), minum RAA turun
240cc, makan 50cc
- Output: 550cc/24jam Retensi Na &
- Balance Cairan H2O naik
Intake-output=854cc-550cc
=304cc/24jam Mekanisme
regulasi terganggu
50
A: BB sebelum MRS: 80 kg jaringan
BB saat ini : belum
terdeteksi Aliran darah
B: Hb 8,0 g/dL berkurang
C: Mukosa bibir kering
D:Hanya habis 2-3 sendok Peningkatan
makan (Nasi Tim DM B2 metabolisme
ekstra putih telur KK) tubuh
Mukosa bibir
kering, anoreksia
51
III. Diagnosa keperawatan yang muncul:
Tanggal Diagnosa
15-05-19 1. Pola nafas tidak efektif b.d Peningkatan kompensasi paru
2. Nyeri akut b/d Gangguan metabolik
3. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d Perubahan fungsi tubuh akibat
mekanisme kompensasi terhadap anemia
4. Intoleransi aktivitas b/d Kelelahan otot
16-05-19 1. Kelebihan voleme cairan b/d Gangguan mekanisme regulasi
2. Nyeri akut b/d Gangguan metabolik
3. Intoleransi aktivitas b/d Kelelahan otot
4. Defisit nutrisi b.d Peningkatan metabolisme tubuh
5. Ansietas b/d Kurang pengetahuan
17-05-19 1. Kelebihan voleme cairan b/d Gangguan mekanisme regulasi
2. Nyeri akut b/d Gangguan metabolik
3. Intoleransi aktivitas b/d Kelelahan otot
4. Defisit nutrisi b.d Peningkatan metabolisme tubuh
18-05-19 1. Kelebihan voleme cairan b/d Gangguan mekanisme regulasi
2. Nyeri akut b/d Gangguan metabolik
3. Intoleransi aktivitas b/d Kelelahan otot
4. Defisit nutrisi b.d Peningkatan metabolisme tubuh
19-05-19 1. Kelebihan voleme cairan b/d Gangguan mekanisme regulasi
2. Nyeri akut b/d Gangguan metabolik
3. Intoleransi aktivitas b/d Kelelahan otot
4. Defisit nutrisi b.d Peningkatan metabolisme tubuh
20-05-19 1. Kelebihan voleme cairan b/d Gangguan mekanisme regulasi
2. Nyeri akut b/d Gangguan metabolik
3. Intoleransi aktivitas b/d Kelelahan otot
4. Defisit nutrisi b.d Peningkatan metabolisme tubuh
21-05-19 1. Kelebihan voleme cairan b/d Gangguan mekanisme regulasi
2. Nyeri akut b/d Gangguan metabolik
3. Intoleransi aktivitas b/d Kelelahan otot
4. Defisit nutrisi b.d Peningkatan metabolisme tubuh
22-05-19 1. Kelebihan voleme cairan b/d Gangguan mekanisme regulasi
2. Nyeri akut b/d Gangguan metabolik
3. Intoleransi aktivitas b/d Kelelahan otot
4. Defisit nutrisi b.d Peningkatan metabolisme tubuh
52
IV. Intervensi
53
therapy yang sesuai
14) Kolaborasi dengan ahli rehap medis untuk fisio
therapy dada
Gangguan Setelah dilakukan tindakan asuhan 1) Observasi tanda-tanda vital secara teratur
perfusi keperawatan selama 1 x 24 jam 2) Pantau suhu dan atur suhu lingkungan sesuai
jaringan diharapkan perfusi jaringan perifer indikasi, batasi penggunaan selimut, berikan
perifer membaik dengan kriteria kompres hangat saat deman timbul
Kriteria Hasil : 3) Observasi intake output, ukur berat badan, catat
1. Keluarga klien mengerti tentang turgor kulit dan keadaan mukosa
kondisi klien 4) Berikan lingkungan yang aman dan nyaman
2. Keluarga dapat melaporkan mengenai 5) Anjurkan orang terdekat (keluarga) untuk
keadaan klien berbicara dengan pasien
3. Keluarga kooperatif dengan tindakan 6) Perhatikan adanya gelisah yang meningkat,
keperawatan yang dilakukan peningkatan keluhan
4. Tanda-tanda vital stabil 7) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
terapi sesuai indikasi
54
Kelebihan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Kaji dan kurangi faktor-faktor penyebab
Volume Cairan selama 3x24 diharapkan input dan output 2) Anjurkan klien mempertahankan catatan
cairan seimbang masukan cairan dan haluaran urine dan berat
Kriteria evaluasi : badan setiap hari
1. Tak ada edema 3) Awasi tingkat kesadaran tanda vital, CVP.
2. Volume cairan stabil 4) Awasi distrimia jantung
3. BB stabil 5) Kaji derajat perifer/edema dependen
4. TTV dalam batas normal 6) Timbang berat badan setiap hari
7) Ukur lingkar abdomen
8) Berikan penggantian cairan IV yang dihitung,
elektrolit, plasama, albumim
9) Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi
10) Awasi hasil pemeriksaan laboratorium
(Albumin, elektrolit)
11) Kolaborasi untuk pemberian albumin/plasma
eksoander sesuai indikasi
12) Kolaborasi untuk pemberian obat sesuai
indikasi
13) Kolaborasi untuk pemberian diet tinggi protein
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Kaji faktor penyebab timbulnya nyeri
selama 3 x 24 nyeri berkurang/hilang 2) Jelaskan faktor penyebab nyeri dan cara
Kriteria Hasil : mengatasinya (teknik distraksi dan relaksasi)
55
1. Klien mengetahui penyebab terjadinya 3) Jelaskan prosedur tindakan yang akan
nyeri dan cara mengatasinya dilakukan
2. Klien mau melakukan tindakan- 4) Anjurkan klien untuk melakukan teknik
tindakan untuk mengurangi nyeri\ relaksasi distraksi pada saat nyeri
3. Klien mampu melakukan teknik-teknik 5) Libatkan keluarga dalam memberikan posisi
untuk mengurangi nyeri dengan benar\ dan lingkungan yang nyaman bagi klien
4. Klien menunjukan ekspresi wajah 6) Berikan kompres hangat/dingin daerah nyeri
rilkes, TTV dalam batas normal 7) Pertahankan imobilisasi / bedrest
8) Berikan kesempatan pada klien untuk
mendiskusikan masalah yang dihadapi
9) Bantu pasien untuk ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
10) Observasi TTV dan kondisi klien tiap 2-4 jam
11) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
analgesic yang efektif
Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Kaji individu dalam mengenali ansietasnya
selama 3 x 24 diharapkan kecemasan untuk memulai pembelajaran atau pemecahan
berkurang/hilang masalah
Kriteria Hasil : 2) Bantu individu untuk menurunkan tingkat
ansietas yang ada
1. Individu mampu menggambarkan
3) Beri penyukuhan kesehatan dan rujukan sesuai
56
ansieatsnya sendiri dan pola koping indikasi
2. Individu menceritakan adanya 4) Beri penjelasan semua prosedur alasan dan
peningkatan dalam kenyamanan kepentingannya
fisiologis dan psikologis 5) Ajarkan klien untuk rekasasi dan distraksi
3. Individu mampu menggunakan 6) Evaluasi kemampuan klien dalam memenuhi
mekanisme koping yang efektif kebutuhan yang telah disusun, tujuan
pembelajaran yang direncanakan bersama klien
dan keluarga
7) Tingkatkan efektifitas program pengajaran dan
keamanan dan observasi TTV
8) Kolaborasikan dengan tim medis untuk
pemberian obat sesuai indikasi
Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Kaji adanya faktor penyebab menurunnya nafsu
selama 3 x 24 jam diharapkan asupan makan
nutrisi adekuat 2) Kaji kemungkinan adanya riwayat alergi
Kriteria Hasil : 3) Jelaskan tentang pentingnya asupan nutrisi bagi
1. Klien mengetahui tentang pentingnya pemulihan kesehatan pasien
asupan nutrisi 4) Anjurkan pada pasien untuk meningkatkan
2. Klien bersedia meningkatkan asupan asupan nutrisinya
nutrisinya 5) Berikan diit dengan menu yang berbeda agar
3. Kondisi membaik pasien tidak bosan
4. Diit dihabiskan min ½ porsi, mukosa 6) Jaga kebersihan mulut klien
57
bibir lembab, nafsu makan meningkat, 7) Atur lingkungan yang mendukung pemenuhan
mual dan muntah berkurang/hilang nutrisi
8) Berikan makanan dalam porsi kecil dan sering
9) Anjurkan pasien untuk minum yang hangat
sebelum makan
10) Observasi TTV dan KU
11) Monitor berat badan tiap hari
12) Lakukan advis dokter untuk pemberian terapi
yang sesuai
13) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk peningkatan
nutrisi klien
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Kaji faktor penyebab atau penunjang yang
aktivitas selama 3 x 24 jam diharapkan pasien dapat berhubungan dalam intoleransi aktifitas
mencapai tingkat aktifitas optimal 2) Jelaskan faktor penyebab intoleransi aktifitas
Kriteria Hasil : dan cara mengoptimalkan aktifitas
1. Klien mengetahui penyebab atau 3) Jelaskan teknik-teknik adaptif yang dibutuhkan
penunjang aktifitas & cara untuk melakukan ADL
mengatasinya 4) Anjurkan klien untuk mengungkapkan
2. Klien mau melakukan tindakan- perkembangan program latihan aktifitas
tindakan untuk mengoptimalkan 5) Pantau respon individu terhadap aktifitas dan
aktifitas ajarkan pemantauan secara mandiri yang
3. Klien mampu melakukan teknik meliputi (hitung nadi saat istirahat dan selama
58
aktifitas yang adaptif untuk melakukan dan setelah melakukan aktifitas)
ADL 6) Beri kesempatan diskusi & istirahat sebelum
4. Klien menunjukkan ekspresi wajah dan setelah program latihan
rileks, TTV dalam batas normal 7) Bantu pasien untuk ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
8) Observasi TTV dan kondisi klien tiap 2-4 jam
Kolaborasi dengan tim medis / ahli fisio
therapy dalam pemberian program latihan yang
adaptif
59
V. Implementasi
No Dx Tgl /jam Implementasi Respon pasien
15-5-19
Mengobservasi TTV
1,2,3,4 22.00
Ds: -
Do: TD: 153/85mmHg, S: 36,5ºC
Melakukan Auskultasi bunyi RR: 24x/menit, N: 77x/mnt,
nafas secara periodic SpO2: 98%
3 22.50 Ds: -
Do: Penerangan cukup, suhu
Observasi ulang TTV pasien lingkungan sesuai indikasi
4 22.55
Ds: Pasien kooperatif
Mengobservasi intake dan Do: Pasien nyaman dengan posisi
output pasien semi fowler
60
1 05.00 Ds: pasien mengatakan sudah tidak
sesak, selang oksigen mintak dilepas
Do: pernafasan pasien normal RR:
22x/menit, pasien nafas dengan
spontan, tidak ada pernafasaan
cuping hidung, tidak ada penarikan
intercoste, tidak ada bunyi suara
nafas tambahan.
Ds : -
1,2,3,4 05.10 Do: TD: 109/79mmHg, S: 36,1ºC
RR: 23x/menit, N: 81x/mnt
SpO2: 100%
Ds:-
1,2,3,4 05.30
Do:
- Intake : Pz 166cc/8jam,
minum 100cc/8jam
- Output: 700cc/8jam
- Balance cairan: 266cc/8jam-
700cc/8jam= -434cc/8jam
16-5-19
Mengobservasi TTV pasien Ds: -
1,2,3,4,5 08.00
Do:TD: 198/88 mmHg, S: 36,ºC
RR: 22x/menit, N: 81x/mnt
SpO2: 100%
61
beraktifitas, berkurang saat
istirahat, skala nyeri 7, nyeri
hilang timbul
Do: Pasien lemah, pasien tampak
Mengajarkan pasien untuk menyeringai menahan sakit,
melakukan teknik distraksi ekspresi wajah tampak kurang
relaksasi untuk mengurangi rileks.
nyeri
Ds: -
Menganjurkan pasien dan
08.40 Do: Pasien bersedia, hasil 2,5g/dL
dorong keluarga untuk
memberikan makan pasien
sedikit tapi sering
Ds: pasien mengakatakan tidak
nafsu makan
4 09.00 Membantu pasien untuk
Do: porsi makan pasien tidak habis,
menurunan tingkat
Pasien hanya makan 3sdm
kecemasan dengan
memberikan Helth education
Ds: pasien dan keluarga bersedia
pada pasien tentang
4 09.10 Do: pasien kooperatif
kondisinya
62
5 10.00 Ds: pasien selalu bertanya tentang
kondisi penyakitnya
Mengobservasi intake dan Do: pasien terlihat mendengarkan
output pasien apa yang disampaikan oleh perawat,
pasien tampak rileks, cemas
berkurang
63
Mengobservasi intake dan
output pasien Ds:-
1,2,3,4,5 16.00 Do: Pasien tidak ada reaksi alergi
obat
64
Ds:-
1,2,3,4,5 23.00
Do: Pasien tidak ada reaksi alergi
obat
Ds:-
1,2,3,4,5 05.30
Do:
- Intake : Pz 500cc/24jam,
injeksi ranitidine
100mg/24jam, minum
Mengajarkan pasien untuk 230cc/24jam
melakukan teknik distraksi - Output: 550cc/24jam
relaksasi untuk mengurangi - Balance cairan:
nyeri 830cc/24jam-550cc/24jam=
280cc/24jam
65
08.15 Ds: Pasien mengatakan nyeri pada
Mengobservasi ulang TTV dada dan perut berkurang.
pasien Nyeri pada kedua tangan dan
kaki masih tetap, nyeri
bertambah berat saat
Mengobservasi intake dan beraktifitas, berkurang saat
output pasien istirahat, skala nyeri 6, nyeri
hilang timbul
Do: Pasien lemah, pasien tampak
menyeringai menahan sakit,
Mengobservasi TTV ekspresi wajah tampak kurang
2
rileks.
66
11.00 memberikan makan pasien Do: TD:142/80 mmHg, S: 36,ºC
sedikit tapi sering RR: 22x/menit, N: 81x/mnt
1
SpO2: 100%
14.30 Ds: -
Do: TD:150/80 mmHg, S: 36,ºC
1
RR: 22x/menit, N: 80x/mnt
Mengobservasi TTV pasien SpO2: 100%
15.00
Mengkaji luasnya edema Ds:
Pasien mengatakan masih
bengkak pada kedua tangan,
kaki serta bengkak pada muka.
Do: pasien bengkak pada kedua
tangan, kaki dan muka pada
bagian ekstermitas bawah dan
Mempertahankan posisi yang perut teraba keras seperti papan
2 nyaman pasien tampak kurang rileks
dan tidak nyaman
Ds:-
16.00
Do: Pasien tidak ada reaksi alergi
Mengobservasi TTV pasien obat
67
4
Mengkaji luasnya edema
16.30
Ds: pasien mengakatakan nafsu
4
makan bertambah
Do: porsi makan pasien tidak habis,
Pasien hanya makan 4 sdm
16.45
Ds: pasien dan keluarga bersedia
Do: pasien kooperatif
Menganjurkan pasien dan
1,2,3,4 melibatkan keluarga pasien
dalam membatasi minum
pasien ( minum 240ml/hari)
19.00 Ds: -
Mengkaji nyeri pasien secara Do: TD:150/81 mmHg, S: 36,ºC
komperhensif RR: 21x/menit, N: 83x/mnt
1 SpO2: 100%
68
pencetus menurunnya nafsu
makan Ds:-
23.00
Do: Pasien tidak ada reaksi alergi
1,2,3,4 obat
Menganjurkan pasien dan
dorong keluarga untuk
05.00 memberikan makan pasien Ds: -
sedikit tapi sering Do: TD:177/93 mmHg, S: 36,5 ºC
1
RR: 21x/menit, N: 76x/mnt
SpO2: 100%
05.00 Mengobservasi ulang TTV Ds:pasien mengatakan makan hanya
pasien 4sdm, minum 50cc/8jam
Do:
- Intake : Pz 500cc/24jam,
Mengobservasi intake dan injeksi ranitidine 100mg,
output pasien antrain 1000mg, minum
240cc
- Output: 500cc/24jam
- Balance cairan: 746cc-
500cc= 246cc/24jam
1,2,3,4
Mengobservasi TTV
18-05-19
08.00 Ds:-
Mengkaji luasnya edema Do: TD: 134/75mmHg, S: 36,2ºC
RR: 21x/menit, N: 96x/mnt,
1 SpO2: 100%
69
Nyeri pada kedua tangan dan
kaki masih tetap, nyeri
bertambah berat saat
beraktifitas, berkurang saat
Mengkaji adanya faktor istirahat, skala nyeri 5, nyeri
pencetus menurunnya nafsu
hilang timbul
makan
Do: Pasien lemah, pasien tampak
menyeringai menahan sakit,
2
Menganjurkan pasien dan ekspresi wajah tampak kurang
dorong keluarga untuk rileks.
08.25 memberikan makan pasien
sedikit tapi sering Ds: Pasien kooperatif
Do:Pasien mampu
Mengobservasi ulang TTV mendemostrasikan kembali apa
pasien yang sudah di ajarkan oleh
2 perawat, ekspresi wajah pasien
tampak rileks skala nyeri
Mengobservasi intake dan berkurang 4
08.23 output pasien Ds: -
Do: Penerangan cukup, suhu
lingkungan sesuai indikasi
3
Ds:-
08.30
Do: Pasien tidak ada reaksi alergi
obat
1,2,3,4
70
1,2,3,4
11.45
Mengkaji luasnya edema Ds: pasien mengatakan makan 4sdm
minum 100cc
Do: Intake : terapi obat injeksi 3cc,
makan 55cc,
minum 100cc
Output: 200cc/8jam
1,2,3,4
Ds: -
14.30
Do: TD:160/82 mmHg, S: 36,ºC
Menganjurkan pasien dan RR: 21x/menit, N: 77x/mnt
melibatkan keluarga pasien SpO2: 100%
1
dalam membatasi minum
pasien ( minum 240ml/hari)
Ds: Pasien mengatakan masih
14.45
Mengkaji nyeri pasien secara bengkak pada kedua tangan,
komperhensif kaki serta bengkak pada muka.
Do: pasien bengkak pada kedua
tangan, kaki dan muka pada
bagian ekstermitas bawah dan
perut teraba keras seperti papan
pasien tampak kurang rileks
2 dan tidak nyaman
Mengajarkan pasien untuk
melakukan teknik distraksi Do: Ds: Pasien kooperatif
14.50 relaksasi untuk mengurangi Do: Pasien mampu
nyeri mendemostrasikan kembali apa
yang sudah di ajarkan oleh
perawat, ekspresi wajah pasien
Memberikan lingkungan tampak rileks, nyeri pasien
2
yang aman dan nyaman berkurang.
Ds: -
Mempertahankan posisi yang Do: Penerangan cukup, suhu
15.00
nyaman lingkungan sesuai indikasi
3
Memberikan terapi obat Ds: Pasien kooperatif
injeksi ranitidine 50 mg, Do: Pasien nyaman dengan posisi
1,2,3,4 15.10 Dipenhidramin 10mg, semi fowler
71
tamolive 100ml, Furosemid
pump 5mg/jam kec. Ds:-
16.00
0,5cc/jam. Do: Pasien tidak ada reaksi alergi
obat
Ds:-
22.00 Mengkaji luasnya edema
Do: TD: 146/70mmHg, S: 36,6ºC
1 RR: 20x/menit, N: 89x/mnt,
SpO2: 100%
72
Ds: Pasien kooperatif
nyaman Do: Pasien nyaman dengan posisi
22.35
semi fowler
1,2,3,4 Memberikan terapi obat
injeksi ranitidine 50 mg,
Dipenhidramin 10 mg, Ds: -
05.00 ceftriaxone 1gram Do: TD:151/66 mmHg, S: 36ºC RR:
Furosemid pump dinaikkan 20x/menit, N: 76x/mnt SpO2:
10mg/jam kec. 1,0cc/jam 100%
1
Mengkaji adanya faktor Ds: Pasien mengatakan makan
pencetus menurunnya nafsu
05.30 hanya 4sdm, minum 50cc/8jam,
makan
makan 50cc/8jam
Do:
- Intake : Pz 250cc/24jam,
Menganjurkan pasien dan
terapi injeksi 6 cc/24jam,
dorong keluarga untuk
makan 160cc/24jam, minum
memberikan makan pasien
240cc/24jam
sedikit tapi sering
- Output: 600cc/24jam
- Balance cairan: 656cc-
600cc= 56cc/24jam
Mengobservasi ulang TTV
1,2,3,4 pasien
19-05-19
Ds:-
08.00 Mengobservasi intake dan
Do: TD: 157/70mmHg, S: 36,3ºC
output pasien
RR: 20x/menit, N: 82x/mnt,
SpO2: 100%
1
Ds:Pasien mengatakan masih
bengkak pada kedua tangan,
08.10
kaki serta bengkak pada muka.
Mengobservasi TTV pasien
Do: pasien bengkak pada kedua
tangan, kaki dan muka pada
Mengkaji luasnya edema
bagian ekstermitas bawah dan
perut teraba keras seperti papan
pasien tampak kurang rileks dan
1
tidak nyaman.
73
08.30 pasien dada dan perut berkurang.
Nyeri pada kedua tangan dan
Mengobservasi intake dan kaki masih tetap, nyeri
output pasien (balance bertambah berat saat
cairan) beraktifitas, berkurang saat
istirahat, skala nyeri 5, nyeri
hilang timbul
Do: Pasien lemah, pasien tampak
menyeringai menahan sakit,
2 ekspresi wajah tampak kurang
Mengobservasi TTV pasien rileks.
Ds: -
08.50 Do: Penerangan cukup, suhu
lingkungan sesuai indikasi
Menganjurkan pasien dan
2 melibatkan keluarga pasien
dalam membatasi minum
pasien ( minum 240ml/hari) Ds: Pasien kooperatif
1,2,3,4 09.00 Do: Pasien nyaman dengan posisi
Mengkaji nyeri pasien secara semi fowler
komperhensif
09.10 Ds:-
Do: Pasien tidak ada reaksi alergi
obat
74
nyaman
1,2,3,4
Ds: TD:153/78 mmHg, S: 36,3ºC
RR: 20x/menit, N: 97x/mnt
11.30
SpO2: 100%
1 Mengkaji adanya faktor
pencetus menurunnya nafsu
makan
11.40 Ds: pasien mengatakan makan 4sdm
minum 90cc
Do: Intake : terapi obat injeksi
Menganjurkan pasien dan
113cc, makan
dorong keluarga untuk
55cc, minum 90cc
memberikan makan pasien
Output: 50cc/8jam
sedikit tapi sering
1,2,3,4
Ds: -
Mengobservasi ulang TTV
15.00 Do: TD:123/71 mmHg, S: 36,5ºC
pasien
RR: 21x/menit, N: 87x/mnt
SpO2: 100%
1
Mengobservasi intake dan
output pasien
Ds: Pasien mengatakan masih
15.10 bengkak pada kedua tangan,
kaki serta bengkak pada muka.
Do: pasien bengkak pada kedua
tangan, kaki dan muka pada
bagian ekstermitas bawah dan
Mengobservasi TTV
perut teraba keras seperti papan
pasien tampak kurang rileks
dan tidak nyaman
2 Mengkaji luasnya edema
Do: Ds: Pasien kooperatif
Do: Pasien mampu
15.20
mendemostrasikan kembali apa
yang sudah di ajarkan oleh
perawat, ekspresi wajah pasien
tampak rileks, nyeri pasien
Mengajarkan pasien untuk
2 berkurang.
melakukan teknik distraksi
Ds: -
relaksasi untuk mengurangi
Do: Penerangan cukup, suhu
nyeri
2 15.30 lingkungan sesuai indikasi
Memberikan lingkungan
Ds: Pasien kooperatif
yang aman dan nyaman
1,2,3,4 15.40 Do: Pasien nyaman dengan posisi
Mempertahankan posisi yang
75
semi fowler
nyaman
16.00
Ds:-
Do: Pasien tidak ada reaksi alergi
obat
Mengkaji adanya faktor
4 pencetus menurunnya nafsu
makan
16.30
Menganjurkan pasien dan
Ds: pasien mengakatakan nafsu
dorong keluarga untuk
makan bertambah
memberikan makan pasien
4 Do: porsi makan pasien tidak habis,
sedikit tapi sering
Pasien hanya makan 4 sdm
76
dan tidak nyaman
22.40
Ds: Pasien kooperatif
1,2,3,4 Do: Pasien nyaman dengan posisi
Pasien terpasang CVC semi fowler
05.00
Mengobservasi TTV pasien Ds: -
1
Do: TD:124/55 mmHg, S: 36,5ºC
RR: 21x/menit, N: 81x/mnt
Mengkaji luasnya edema SpO2: 100%
05.30
Ds: Pasien mengatakan makan
hanya 4sdm, minum 50cc
Do:
- Intake : Pz 250cc/12jam,
terapi injeksi 141cc/12jam,
makan 155cc/8jam, minum
200cc/24jam
Menganjurkan pasien dan - Output: 300cc/24jam
melibatkan keluarga pasien - Balance cairan: 746cc-
1,2,3,4 dalam membatasi minum 300cc= 446cc/24jam
pasien ( minum 240ml/hari)
20-05-19
Ds:-
08.00 Mengkaji nyeri pasien secara Do: TD: 137/68mmHg, S: 36ºC RR:
komperhensif 20x/menit, N: 97x/mnt, SpO2:
100%
1
Ds:Pasien mengatakan masih
bengkak pada kedua tangan,
08.10 kaki serta bengkak pada muka.
Do: pasien bengkak pada kedua
tangan, kaki dan muka pada
Mengajarkan pasien untuk bagian ekstermitas bawah dan
melakukan teknik distraksi perut teraba keras seperti papan
relaksasi untuk mengurangi pasien tampak kurang rileks dan
1 nyeri tidak nyaman.
77
pencetus menurunnya nafsu kaki masih tetap, nyeri
makan bertambah berat saat
beraktifitas, berkurang saat
istirahat, skala nyeri 4, nyeri
Menganjurkan pasien dan hilang timbul
dorong keluarga untuk Do: Pasien lemah, pasien tampak
memberikan makan pasien menyeringai menahan sakit,
sedikit tapi sering ekspresi wajah tampak kurang
2
rileks.
Memberikan terapi injeksi
ranitidine 50mg, Ds: Pasien kooperatif
08.40 dhipenhidramine 10mg, Do:Pasien mampu
ceftriaxone 1gram, pump mendemostrasikan kembali apa
lasix 10mg/jam. Kec. yang sudah di ajarkan oleh
1,0cc/jam. Pasien terpasang perawat, ekspresi wajah pasien
infus Pz 500cc/24jam tampak rileks skala nyeri
berkurang 3
2
Mengobservasi ulang TTV Ds: -
pasien Do: Penerangan cukup, suhu
08.50
lingkungan sesuai indikasi
2
Mengobservasi intake dan
output pasien
09.00 Ds: Pasien kooperatif
Do: Pasien nyaman dengan posisi
semi fowler
4
Mengobservasi TTV
09.10 Ds: pasien mengakatakan tidak
nafsu makan
Mengkaji luasnya edema Do: porsi makan pasien tidak habis,
Pasien hanya makan 4sdm
4
Ds: pasien dan keluarga bersedia
Do: pasien kooperatif
09.20
Mengajarkan pasien untuk
melakukan teknik distraksi
1,2,3,4 relaksasi untuk mengurangi
nyeri Ds: TD:125/62 mmHg, S: 37ºC
RR: 21x/menit, N: 87x/mnt
11.30 Memberikan lingkungan SpO2: 100%
1
78
yang aman dan nyaman
Ds: pasien mengatakan makan 4sdm
11.40
Mempertahankan posisi yang minum 90cc
nyaman Do: Intake : makan 55cc, minum
90cc
1,2,3,4
Output: 100cc/8jam
79
1,2,3,4 pasien ( minum 240ml/hari)
19.30
Mengajarkan pasien untuk Ds: pasien mengatakan makan
melakukan teknik distraksi 5sdm, minum 100cc
1,2,3,4 relaksasi untuk mengurangi Do: Intake : makan 60cc, minum
nyeri 100cc
Output: 100cc/8jam
22.00 Memberikan lingkungan
yang aman dan nyaman Ds:-
1
Do: TD: 139/74mmHg, S: 36,6ºC
Mempertahankan posisi yang RR: 20x/menit, N: 87x/mnt,
nyaman SpO2: 100%
22.30
Ds: Pasien mengatakan masih
Memberikan terapi obat bengkak pada kedua tangan,
injeksi ranitidine 50 mg, kaki serta bengkak pada muka.
Dipenhidramin 10 mg, Do: pasien bengkak pada kedua
ceftriaxone 1gram. tangan, kaki dan muka pada
bagian ekstermitas bawah dan
perut teraba keras seperti papan
2 pasien tampak kurang rileks
dan tidak nyaman
Mengkaji adanya faktor
22.40 Ds: Pasien kooperatif
pencetus menurunnya nafsu
makan Do: Pasien nyaman dengan posisi
1,2,3,4
semi fowler
80
- Balance cairan:
405cc/24jam-300cc/24=
1,2,3,4
105cc/24jam.
21-05-19 Mengobservasi TTV
13.00
Mengkaji luasnya edema Ds:-
1,2,3,4 Do: Pasien terpasang CVC disebelah
kiri
Mengajarkan pasien untuk
14.30 melakukan teknik distraksi Ds:-
relaksasi untuk mengurangi Do: TD: 135/65mmHg, S: 36,2ºC
nyeri RR: 20x/menit, N: 85x/mnt,
1 SpO2: 100%
Memberikan lingkungan
yang aman dan nyaman Ds:Pasien mengatakan masih
14.40 bengkak pada kedua tangan,
kaki serta bengkak pada muka.
Do: pasien bengkak pada kedua
Mempertahankan posisi yang tangan, kaki dan muka pada
nyaman bagian ekstermitas bawah dan
perut teraba keras seperti papan
1 Memberikan terapi obat pasien tampak kurang rileks dan
injeksi ranitidine 50 mg, tidak nyaman.
Dipenhidramin 10mg,
14.50 ceftriaxone 1gram Ds: Pasien dan keluarga pasien
bersedia
Mengkaji adanya faktor Do: pasien dan keluarga kooperaatif
2 pencetus menurunnya nafsu
makan
Ds: Pasien mengatakan nyeri pada
15.00 Menganjurkan pasien dan dada dan perut berkurang.
dorong keluarga untuk Nyeri pada kedua tangan dan
memberikan makan pasien kaki masih tetap, nyeri
sedikit tapi sering bertambah berat saat
beraktifitas, berkurang saat
istirahat, skala nyeri 5, nyeri
Mengobservasi ulang TTV hilang timbul
pasien Do: Pasien lemah, pasien tampak
menyeringai menahan sakit,
Mengobservasi intake dan ekspresi wajah tampak kurang
output pasien rileks.
2
Ds: Pasien kooperatif
Do:Pasien mampu
15.20
mendemostrasikan kembali apa
yang sudah di ajarkan oleh
81
2 Mengobservasi TTV pasien perawat, ekspresi wajah pasien
tampak rileks skala nyeri
berkurang 4
15.30 Mengkaji luasnya edema
Ds: -
Do: Penerangan cukup, suhu
2 lingkungan sesuai indikasi
1,2,3,4
Ds:-
16.00 Do:pasien tidak ada reaksi alergi
obat
1,2,3,4
19.00
Ds:-
Do: TD:125/62 mmHg, S: 37ºC
RR: 21x/menit, N: 87x/mnt
1
SpO2: 100%
Ds: -
22.00 Do: TD:134/74 mmHg, S: 35,5ºC
82
1 RR: 20x/menit, N: 92x/mnt
SpO2: 100%
22.30
Ds: Pasien mengatakan masih
bengkak pada kedua tangan,
kaki serta bengkak pada muka.
Do: pasien bengkak pada kedua
tangan, kaki dan muka pada
bagian ekstermitas bawah dan
perut teraba keras seperti papan
2
pasien tampak kurang rileks
dan tidak nyaman
22.40
Do: Ds: Pasien kooperatif
Do: Pasien mampu
mendemostrasikan kembali apa
2
yang sudah di ajarkan oleh
perawat, ekspresi wajah pasien
tampak rileks, nyeri pasien
22.45
berkurang.
Ds: -
Do: Penerangan cukup, suhu
2
lingkungan sesuai indikasi
1,2,3,4
Ds: -
05.00 Do: TD:125/62 mmHg, S: 36,5ºC
RR: 21x/menit, N: 88x/mnt
1
SpO2: 100%
83
05.30
Ds: Pasien mengatakan makan
hanya 5sdm, minum 50cc
Do:
- Intake : injeksi 20cc, makan
110cc/24jam, minum
190cc/24jam
- Output: 200cc/8jam
- Balance cairan:
320cc/24jam-250cc/24=
70cc/24jam.
1,2,3,4
22-05-19
08.00
Ds:-
Do: TD: 115/77mmHg, S: 36,4ºC
RR: 22x/menit, N: 80x/mnt,
1
SpO2: 100%
84
Ds: Pasien kooperatif
Do:Pasien mampu
08.30
mendemostrasikan kembali apa
yang sudah di ajarkan oleh
perawat, ekspresi wajah pasien
2
tampak rileks skala nyeri
berkurang 4
Ds: -
08.35
Do: Penerangan cukup, suhu
2 lingkungan sesuai indikasi
1,2,3,4
85
1 Do: TD:160/82 mmHg, S: 36,ºC
RR: 21x/menit, N: 77x/mnt
SpO2: 100%
15.10
Ds: Pasien mengatakan masih
2
bengkak pada kedua tangan,
kaki serta bengkak pada muka.
Do: pasien bengkak pada kedua
15.20
tangan, kaki dan muka pada
bagian ekstermitas bawah dan
perut teraba keras seperti papan
2
pasien tampak kurang rileks
dan tidak nyaman
15.30
Ds: Ds: Pasien kooperatif
Do: Pasien mampu
mendemostrasikan kembali apa
yang sudah di ajarkan oleh
perawat, ekspresi wajah pasien
tampak rileks, nyeri pasien
2
berkurang.
Ds: -
1,2,3,4 15.40
Do: Penerangan cukup, suhu
lingkungan sesuai indikasi
16.00
Ds:-
Do: Pasien tidak ada reaksi alergi
obat
4
Ds: pasien mengakatakan nafsu
makan bertambah
16.30
Do: porsi makan pasien tidak habis,
4 Pasien hanya makan 4 sdm
Ds: -
19.00
Do: TD:153/88 mmHg, S: 36,2ºC
1 RR: 21x/menit, N: 88x/mnt
SpO2: 100%
86
4sdm, minum 90cc
Do: Intake : Terapi injeksi 8cc/8jam,
makan 55cc/8jam,
1,2,3,4 minum 90cc/8jam
Output: 200cc/8jam
22.00
Ds:-
Do: TD: 154/90mmHg, S: 36ºC RR:
1 22x/menit, N: 89x/mnt, SpO2:
100%
05.00 Ds: -
Do: TD:150/85 mmHg, S: 36ºC RR:
21x/menit, N: 88x/mnt SpO2:
1 100%
87
Evaluasi
88
- Libatkan keluarga untuk membatasi minum
pasien
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
- Berikan terapi sesuai indikasi
89
Intoleransi aktivitas teratasi sebagian
Defisit nutrisi teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
- Sediakan minum sesuai dengan jumlah yang
seharusnya (240ml/24jam)
- Libatkan keluarga untuk membatasi minum
pasien
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
Berikan terapi sesuai indikasi
19-05-19 1,2,3,4 S: Pasien mengatakan badan masih terasa lemas, nafsu
makan menurun, masih bengkak pada kedua kaki dan
tangan serta muka, pasien juga masih mengeluh
nyeri, nyeri bertambah berat saat beraktifitas,
berkurang saat istirahat, skala nyeri 4, aktivitas
pasien dibantu oleh keluarganya.
O: K/U Lemah, GCS : 4, 5, 6 kesadaran composmentis.
TTV: TD: 124/55 mmHg N: 81x/mnt S: 36,5oC
RR: 21 x/mnt SPO2: 100 %
Pasien tampak menahan sakit
Ekspresi wajah tampak kurang rileks
Aktivitas pasien di bantu oleh keluarganya
Pasien hanya makan 3-4 sdm saja
A: Kelebihan volume cairan teratasi sebagian
Nyeri akut teratasi sebagian
Intoleransi aktivitas teratasi sebagian
Defisit nutrisi teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
- Sediakan minum sesuai dengan jumlah yang
seharusnya (240ml/24jam)
- Libatkan keluarga untuk membatasi minum
pasien
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
Berikan terapi sesuai indikasi
20-05-19 1,2,3,4 S: Pasien mengatakan badan masih terasa lemas, nafsu
makan menurun, masih bengkak pada kedua kaki dan
tangan serta muka, pasien juga masih mengeluh
nyeri, nyeri bertambah berat saat beraktifitas,
berkurang saat istirahat, skala nyeri 4, aktivitas
pasien dibantu oleh keluarganya.
O: K/U Lemah, GCS : 4, 5, 6 kesadaran composmentis.
TTV: TD: 134/65 mmHg N: 80x/mnt S: 36,2 oC
RR: 21 x/mnt SPO2: 100 %
Pasien tampak menahan sakit
Ekspresi wajah tampak kurang rileks
90
Aktivitas pasien di bantu oleh keluarganya
Pasien hanya makan 3-4 sdm saja
A: Kelebihan volume cairan teratasi sebagian
Nyeri akut teratasi sebagian
Intoleransi aktivitas teratasi sebagian
Defisit nutrisi teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
- Sediakan minum sesuai dengan jumlah yang
seharusnya (240ml/24jam)
- Libatkan keluarga untuk membatasi minum
pasien
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
- Berikan terapi sesuai indikasi
21-05-19 1,2,3,4 S: Pasien mengatakan badan masih terasa lemas, nafsu
makan menurun, masih bengkak pada kedua kaki dan
tangan serta muka, pasien juga masih mengeluh
nyeri, nyeri bertambah berat saat beraktifitas,
berkurang saat istirahat, skala nyeri 4, aktivitas
pasien dibantu oleh keluarganya.
O: K/U Lemah, GCS : 4, 5, 6 kesadaran
composmentis.
TTV: TD: 125/85 mmHg N: 88x/mnt S: 36 oC
RR: 21 x/mnt SPO2: 100 %
Pasien tampak menahan sakit
Ekspresi wajah tampak kurang rileks
Aktivitas pasien di bantu oleh keluarganya
Pasien hanya makan 3-4 sdm saja
A: Kelebihan volume cairan teratasi sebagian
Nyeri akut teratasi sebagian
Intoleransi aktivitas teratasi sebagian
Defisit nutrisi teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
- Sediakan minum sesuai dengan jumlah yang
seharusnya (240ml/24jam)
- Libatkan keluarga untuk membatasi minum
pasien
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
- Berikan terapi sesuai indikasi
22-05-19 1,2,3,4 S: Pasien mengatakan badan masih terasa lemas, nafsu
makan menurun, masih bengkak pada kedua kaki dan
tangan serta muka, pasien juga masih mengeluh
nyeri, nyeri bertambah berat saat beraktifitas,
berkurang saat istirahat, skala nyeri 5, aktivitas
pasien dibantu oleh keluarganya.
91
O: K/U Lemah, GCS : 4, 5, 6 kesadaran composmentis.
TTV: TD: 150/85 mmHg N: 88x/mnt S: 36 oC
RR: 21 x/mnt SPO2: 100 %
Pasien tampak menahan sakit
Ekspresi wajah tampak kurang rileks
Aktivitas pasien di bantu oleh keluarganya
Pasien hanya makan 3-4 sdm saja
A: Kelebihan volume cairan teratasi sebagian
Nyeri akut teratasi sebagian
Intoleransi aktivitas teratasi sebagian
Defisit nutrisi teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
- Sediakan minum sesuai dengan jumlah yang
seharusnya (240ml/24jam)
- Libatkan keluarga untuk membatasi minum
pasien
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
- Berikan terapi sesuai indikasi
92
DAFTAR PUSTAKA
93
DOKUMENTASI
94