NIM : 1705114696
KELAS : PE AKT 3
DASAR PENILAIAN
Situasi Penilaian Khusus
Ada beberapa situasi dimana perusahaan beralih dari aturan LCNRV. Perlaukan tersebut dapat
dibenarkan dalam situasi dimana biaya sulit ditentukan, item yang mudah dapat dibenarkan dalam
situasi dimana biaya sulit ditentukan, item yang mudah dipasarkan pada harga pasar kuotasian dan
unit produk yang dapat dipertukarkan. Pada bagian ini akan membahas duas situasi umum dimana
nilai realisasi neto menjadi aturan umum untuk menilai persediaan:
1. Asset agrikultur (termasuk asset biologis dan hasil agrikultur).
2. Komoditas yang dimiliki oleh pedagang – perantara (broker- traker).
Persediaan Agrikultur
Berdasarkan IFRS, pengukuran nilai realisasi neto digunakan untuk persediaan ketika persediaan tersebut
terkait dengan kegiatan agrikultur. Ada 2 jenis agrikultur: (1) asset biiologis , (2) hasil agrikultur pada
saat panen.
Asset Biologis adalah hewan atau tanaman hidup, seperti domba.limba-lumba, pojon buah-buahan, atau
tanam kapas. Hasil agrikultur adalah produk yang dipanen dari asset biologis seperti wol dari domba, susu
dari sapi perah, buah dari pohon buah, takas dari tanaman kapas.
Asset biologis diukur pada pengakuan awal dana pada setiap akhir periode pelaporan nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual ( nilai realisai neto). Perusahaan mencatat keuntungan atau
kerugian yang diakibatkan pada perubahan nilai realisasi neto dari asset biologis pada
pendapatan ketika perubahan tersebut terjadi.
Hasil agrikultur (yang dipanen dari asset biologis) diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual (nilai relisasi neto) pada saat panen. Setelah dipanen, nilai relisasi neto dari hasil
agrikultur menjadi biaya perolehan, dan asset ini dicatat mirip dengan persdiaan lainnya yang
memiliki untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal.
Komoditas Broker-Trader
Komoditas broker –trader juga umumnya mengukur persediaan mereka pada nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual (nilai realisasi neto) dengan perubahan nilai realisasi neto akan diakui pada laporan laba
rugi periode saat perubahan terjadi. Broker –trader membeli atau menjual komoditas kepada pihak lain
atau pada akun mereka sendiri. Tujuan utama pemilikan persediaan ini adalah untuk menjual komoditas
dalam waktu dekat dan menghasilkan keuntungan dari fluktuasi harga. Dengan demikian, nilai realisasi
neto adalah pengukuran yang paling relevan dalam industry ini, karena nilai tersebut menunjukkan
jumlah yang akan diterima broker-trader dari persediaan dimasa depan. Jika ada jasa tambahan yang
signifikan, seperti misalnya distribusi, penyimpanan, atau pengemasan ulang, maka perusahaan tersebut
kemungkinan besar tidaj bertindak broker-trader, sehingga pengukuran persediaan komoditas dengan nilai
realisasi neto tidak tepat.
2. Markup presentase pada biaya perolehan = Laba bruto pada harga penjualan
_________________________________
100% + Laba bruto pada harga penjualan
Oleh karena harga penjualan melebihi biaya perolehan, dan dengan jumlah laba bruto sama untuk
keduanya. Laba bruto pada harga penjualan akan selalu lebih kecil dari presentase terkait
berdasarkan pada biaya perolehan.
Evaluasi Metode Laba Bruto
Kelemahan dalam metode laba bruto adalah metode ini hanya memberikan estimasi. Akibatnya,
perusahaan tetap harus menghitung persediaan fisik sekali setahun untuk memverifikasi persediaan yang
benar-benar ada. Kedua, metode laba bruto menggunakan presentase masa lalu dalam mennetukan
markup. Meskipun presentase masa lalu sering memberikan jawaban atas presentase masa depan,
penggunaan tingkat kini lebih tepat. Ketiga perusahaan harus berhati-hati dalam menerapkan tingkat laba
bruto yang universal.
METODE PERSEDIAAN RITEL
Alternatifnya adalah dengan mengompilasi persediaan dengan harga ritel. Bagi kebanyakan peritel,
terdapat pola yang diamati antara biaya dan harga. Peritel kemudian dapat menggunakan rumus untuk
mengonversi harga ritel menjadi biaya. Metode ini disebut metode persediaan ritel. Metode ini
membutuhkan peritel mencatat (1) total biaya dan nilai ritel dari barang yang dibeli, (2) total biaya dan
nilai ritel dari barang tersedia untuk dijual, dan (3) penjualan untuk periode berjalan.
Metode persediaan ritel sangat berguna untuk semua jenis laporan interim, karena laporan tersebut
biasanya membutuhkan pengukuran persediaan yang cepat dan dapat diandalkan. Metode ini juga
bertindak sebagai alat pengendalian karena perusahaan harus menjelaskan jika ada penyimpangan
perhitungan fisik pada akhir tahun. Metode ritel juga turut memberikan legitimasi tambahan atas
perhitungan persediaan fisik pada akhir tahun. Karyawan tersebut tidak perlu mencari biaya faktur setiap
item, sehingga hal ini akan menghemat waktu dan biaya.
Konsep Metode Ritel
Jumlah yang ditunjukkan dalam kolom ritel mencerminkan harga ritel asli, dengan asumsi tidak ada
perubahaan harga. Meskipun begitu,dalam praktiknya peritel sering melakukan markup (tembahan dari
harga ritel asli.) Pembatalan markup adalah penurunan harga barang dagang yang telah di-markup oleh
peritel diatas harga asli. Dan juga Markdown yaitu penurunan harga penjualan asli. Pembatalan
Makrdown terjadi ketika markdown yang dilakukan kemudian menyaling hapusdengan kenaikan harga
barang yang telah di-markdown oleh peritel. Pembatalan makrup dan pembatalan markdown nilainya
tidak dapat melebihi markup/markdown asli yang dilakukan.
Metode Persedian Ritel dengan Markup dan Markdown-Metode Konvensional
Peritel menggunakan konsep markup dan markdown dalam melakukan penilaian perseddian yang tepat
pada akhir periode akunntansi. Untuk mendapatkan angka persediaan yang tepat, perusahaan harus
memberikan perlakuan yang tepat untuk markup, pembatalan markup, markdown, dan ppembatalan
markdown.
Salah satu pendekatan hanya menggunakan asumsi (rasio biaya perolehan menggunakan markup, tetapi
tidak markdown). Pendekatan ini mendekati nilai terendah dari rata-rata biaya perolehan atau niai
realisasi neto. Pendekatan ini akan mengacu kepada metode persediaan ritel konvensional. Untuk
memahami mengapa metode ini hanya mempertimbangkan markup, dan bukan markdown dalam
presentase pada biaya perolehan. Markup biasanyamenunjukkan peningkatan nilai penjualan dari item.
Disisilain markdown berarti penurunan utilitas dari item tersebut. Jika markdown diperhitungkan
kedalam rasio biaya perolehan terhadap ritel, kita dapat menggunakan metod biaya perolehan.
Pendekatan ini mencerminkan rata-rata biaya perolehan dari kedua item tanpa mempertimbangkan
kerugian salah satu item.
Jika maarkdown tidak dipertimbangkan dalam perhitungan rasio biaya perolehan terhadap ritel maka
perhitungan persediaan akhir adalah berdasarkan metode ritel konvensional, dimana markdown tidak
dipertimbangkan.
Item Khusus yang Berkaitan dengan Metode Ritel
Metode persediaan ritel lebih rumit ketika kita mempertimbangkan hal-hal seperti:
Pengalihan masuk dari departemen lain yang dilaporkan dengan cara yang sama seperti
pembelian dari perusahaan luar.
Kekurangan normal (kerusakana, pencurian, penyusutan) harus mengurangi kolom ritel, karena
barang-barang ini tidak lagi tersedia untuk dijual.
Kekurangan abnormal dikurangkan dari kolom biaya dan ritel dan dilaporkan sebagai jumlah
persediaan khusus atau sebagai kerugian.
Diskon Karyawan diberikan kepada karyawan untuk mendukung loyalitas, kinerja yang lebih
baik, dansebagainya. Dikurangkan dari kolom ritel dengan cara yang sama seperti penjualan.
Salah satu karakteristik dari metode persediaan ritel adalah bahwa metode tersebut memiliki pengaruh
perata-rataan pada tingkat laba bruto yang berbeda-beda. Hal ini dapat menjadi masalah jika
perusahaan menerapkan metode ini untuk seluruh bisnisnya, dimana tingkat laba bruto bervariasi antar
departemen,
PENYAJIAN DAN ANALISIS
Penyajian Persediaan
Standar akuntansi memerlukan pengungkapan laporan keuangan dari item-item yang berhubungan
dengan persediaan berikut ini:
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam mengukur persediaan, termasuk rumus biaya yang
digunakan.
2. Jumlah tercatat keseluruhan persediaan total dan jumlah tercatat dalam setiap klasifikasi.
3. Jumlah tercatat persediaan yang dicatat pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.
4. Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan.
5. Jumlah setiap penurunan nilai persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode bersangkutan,
dan jumlah setiap pembalikan dan penurunan nilai diakui sebagaii pengurang beban pada periode
bersangkutan.
6. Kondisi atau peristiwa yang menyebabkan pembalikan dari penurunan nilai persediaan.
7. Jumlah tercatat persediaan yang dijaminkan sebagai efek untuk liabilitas, jika ada.
Analisis Persediaan
Jumlah persediaan yang dicatat perusahaan dapat memiliki konsekuensi ekonomi yang signifikan.
Sebagai akibatnya, perusahaan harus mengelola perseddiaan tersebut. Namun, manajemen perseddiaan
adalah pedang bermata dua. Hal ini membutuhkan perhatian secara terus menerus. Disatu sisi, manajemen
ingin menyimpan item dalam berbagai jenis dan jumlah. Dengan melakukan hal tersebut, pelanggan akan
dimanjakan dengan pilihan produk yang luas dan bervariasu. Namun, kebijakan persediaan tersebut dapat
menyebabkan biaya pengelolaan yang berlebihan. Disisi lain, tingkat persediaan yang rendah akan
menyebabkan habisnya stok, hilangnya penjualan, dan pelanggan tidak puas.