Anda di halaman 1dari 7

NAMA : Alda Meiwinda Lestari

NIM : 1705114696
KELAS : PE AKT 3

Persediaan : Isu Penilaian Tambahan


NILAI TERENDAH DARI BIAYA PEROLEHAN ATAU NILAI REALISASI NETO (LCNRV)
Persediaan dicatat sebesar biaya perolehan. Perusahaan meninggalkan prinsip biaya historis ketika utilitas
masa depan ( kemampuan menghasilkan pendapatan) dari asset turun dibawah aslinya.
Nilai Realisasi Neto
Biaya adalah harga perolehan persediaan yang dihitung dengan menggunakan salah satu metode berbasis
biaya historis –identifikasi khusus, biaya rata-rata,atau FIFO. Nilai realisasi neto mengacu pada jumlah
neto yang diharapkan oleh perusahaan untuk direalisasi dari penjualan persediaan. Secara khusus, nilai
realisasi neto adalah estimasi harga penjualan dalam kegiatan bisnis biasa dikurangi estimasi biaya untuk
menyelesaikan dan estimasi untuk melakukan penjualan.
Perusahaan melaporkan persediaan sebesar nilai terendah dari biaya perolehan atau nilai realisasi neto
pada setiap tanggal perolehan.
Metode Penerapan LCNRV
Perusahaan dapat menerapkan aturan LCNRV kepada sekelompok item serupa atau terkait, atau pada
keseluruhan persediaan. Misalnya, dalam industri tekstil tidak mungkin menentukan hara jual setiap
tekstil secara individual, sehingga perlu dilakukan penilaian nilai realisasi neto pada semua tekstil yang
akan digunakan untuk memproduksi pakaian musim tertentu.
Dalam banyak situasi, harga persediaan perusahaan berdasarkan item per item. Peraturan pajak di
beberapa negara mengharuskan perusahaan menggunakan basis item individu jika tidak ada kesulitan
dalam praktiknya. Pendekatan item individu memberikan penilaian terendah untuk tujuan laporan posisi
keuangan. Dalam beberapa kasus, perusahaa menilai persediaanya secara keseluruhan ketika perusahaan
menawarkan hanya satu produk akhir ( yang terdiri dari berbagai bahan baku yang berbeda). Jika
perusahaan menghasilkan beberapa produk akhir, maka perusahaan dapat menggunakan pendekatan
serupa atau terkait sebagai gantinya. Metode mana pun yang dipilih, perusahaan harus menerapkan
metode tersebut secara konsisten dari satu period eke periode lain.
Mecatat Nilai Realisasi Neto, Bukan Biaya Perolehan
Ada dua metode untuk mencatat dampak pendapatan dari penilaian persediaan pada nilai realisasi neto.
Metode pertama yaitu. Metode beban pokok penjualan,(costs of goods sold method), mendebit beban
pokok penjualan untuk menurunkan nilai persediaan ke nilai realisasi neto. Metode kedua disebut
Metode kerugian (loss method) mendebit akun kerugian untuk menurunkan nilai persediaan ke nilai
realisasi neto.
Metode beban pokok penjualan menghapus kerugian pada akun beban pokok penjualan. Sementara itu,
metode kerugian menunjukkan kerugian tersebut secara terpisah dari Beban Pokok Penjualan dalam
laporan laba rugi dengan mengidentifikasi kerugian akibat penurunan nilai.
Penggunaan Penyisihan
Daripada mengkredit akun persediaan untuk penyusaian nilai realisai neto, perusahaan umumnya
menggunakan akun penyisihan, yang sering sebagai “Penyisihan untuk Menurangi Persediaan ke Nilai
Realisasi Neto’’.
Pengguanaan akun penyisihan menyebabkan perusahaan melaporkan biaya perolehan dan nilai realisasi
neto persediaan. Penggunaan penyisihan dalam metode beban pokok penjualan atau metode kerugian
memungkinkan laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan untuk mencerminkan persediaan.
Pemulihan Kerugian Persediaan
Dalam periode setelah penurunan nilai, kondisi ekonomi dapat berubah sehingga realisasi neto persediaan
yang sebelumnya diturunkan nilainya mungkin menjadi lebih besar dari biaya perolehan atau ada bukti
yang jelas akan peningkatan nilai realisasi neto. Akun penyisihan kemudian disesuaikan pada periode
berikutnya, sehingga persediaan dilaporkan pada LCNRV. Dengan demikian, jika harga jatuh perusahaan
mencatat tambahan penurunan nilai. Jika harga naik, perusahaan mencatat kenaikan pada laba. Kita dapat
mengaggap kanaikan neto sebagai pemulihan atas kerugian yang sebelumnya diakui. Namun dalam
situasi lain persediaan tidak boleh dolaporkan pada nilai persediaan diatas biaya aslinya.
Evaluasi Aturan LCNRV
Aturan LCNRV memiliki bebrapa kekurangan secara konseptual :
1. Perusahaan mengakui penurunan nilai asset dan membebankannya pada periode dimana kerugian
tersebut terjadi, bukan dalam periode dimana asset tersebut dijual. Disisi lain, perusahaan
mengakui kenaikan nilai asset (yang melebihi biaya asli) hanya pada saat penjualan. Perlakuan
yang tidak konsisten ini dapat mendistorsi data laba.
2. Penerapan aturan LCNRV menghasilkan inkonsistensi, karena perusahaan dapat menilai
persediaan pada biaya perolehan dalam satu tahun pada nilai relalisasi neto tahun berikutnya.
3. LCNRV menilai persediaan dalam laporan posisi keuangan secara conservatif, tetapi dampaknya
terhadap laporan laba rugi mungkin menjadi konservatif. Laba neto untuk tahun dimana
perusahaan menlan kerugian pastinya lebih rendah. Namun demikian, laba neto periode
berikunya mungkin lebih tinggi dari periode normal jika pengurangan harga penjualan yang
diharapkan tidak material.
Banyak pengguna laporan keuangan menghargai aturan LCNRV karena mereka setidaknya tahu
bahwa aturan tersebut mencegah nilai persediaan yang berlebihan. Selain itu, dengan mengakui
semua kerugian, tetapi mengantisipasi tidak adanya keuntungan, perusahaan biasanya menghindari
nilai laba yang berlebihan.

DASAR PENILAIAN
Situasi Penilaian Khusus
Ada beberapa situasi dimana perusahaan beralih dari aturan LCNRV. Perlaukan tersebut dapat
dibenarkan dalam situasi dimana biaya sulit ditentukan, item yang mudah dapat dibenarkan dalam
situasi dimana biaya sulit ditentukan, item yang mudah dipasarkan pada harga pasar kuotasian dan
unit produk yang dapat dipertukarkan. Pada bagian ini akan membahas duas situasi umum dimana
nilai realisasi neto menjadi aturan umum untuk menilai persediaan:
1. Asset agrikultur (termasuk asset biologis dan hasil agrikultur).
2. Komoditas yang dimiliki oleh pedagang – perantara (broker- traker).
Persediaan Agrikultur
Berdasarkan IFRS, pengukuran nilai realisasi neto digunakan untuk persediaan ketika persediaan tersebut
terkait dengan kegiatan agrikultur. Ada 2 jenis agrikultur: (1) asset biiologis , (2) hasil agrikultur pada
saat panen.
Asset Biologis adalah hewan atau tanaman hidup, seperti domba.limba-lumba, pojon buah-buahan, atau
tanam kapas. Hasil agrikultur adalah produk yang dipanen dari asset biologis seperti wol dari domba, susu
dari sapi perah, buah dari pohon buah, takas dari tanaman kapas.

 Asset biologis diukur pada pengakuan awal dana pada setiap akhir periode pelaporan nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual ( nilai realisai neto). Perusahaan mencatat keuntungan atau
kerugian yang diakibatkan pada perubahan nilai realisasi neto dari asset biologis pada
pendapatan ketika perubahan tersebut terjadi.
 Hasil agrikultur (yang dipanen dari asset biologis) diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual (nilai relisasi neto) pada saat panen. Setelah dipanen, nilai relisasi neto dari hasil
agrikultur menjadi biaya perolehan, dan asset ini dicatat mirip dengan persdiaan lainnya yang
memiliki untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal.
Komoditas Broker-Trader
Komoditas broker –trader juga umumnya mengukur persediaan mereka pada nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual (nilai realisasi neto) dengan perubahan nilai realisasi neto akan diakui pada laporan laba
rugi periode saat perubahan terjadi. Broker –trader membeli atau menjual komoditas kepada pihak lain
atau pada akun mereka sendiri. Tujuan utama pemilikan persediaan ini adalah untuk menjual komoditas
dalam waktu dekat dan menghasilkan keuntungan dari fluktuasi harga. Dengan demikian, nilai realisasi
neto adalah pengukuran yang paling relevan dalam industry ini, karena nilai tersebut menunjukkan
jumlah yang akan diterima broker-trader dari persediaan dimasa depan. Jika ada jasa tambahan yang
signifikan, seperti misalnya distribusi, penyimpanan, atau pengemasan ulang, maka perusahaan tersebut
kemungkinan besar tidaj bertindak broker-trader, sehingga pengukuran persediaan komoditas dengan nilai
realisasi neto tidak tepat.

PENILAIAN MENGGUNAKAN NILAI PENJUALAN RELATIF


Masalah khusus muncul ketika perusahaan membeli kelompok unit yang membeda dalam satu pembelian
lump-sum, juga disebut pembelian keranjang.
KOMITMEN PEMBELIAN-MASALAH KHUSUS
Komitmen pembelian merupakan perjanjian untuk membeli persediaan beberapa minggu, bulan atau
bahkan tahun kedepannya. Umumnya penjual tetap memiliki ha katas barang atau bahan yang tercakup
dalam komitmen pembelian. Biasanya tidak perlu dan tidak tepat bagi pembeli untuk membuat setiap
jurnal dalam mencerminkan komitmen pembelian barang yang belum dikirimkan oleh penjual. Pesanan
biasa, dimana pembeli dan penjual akan mennetukan harga pada saat pengiriman dan masih dapat
dikenakan pembatalan, tidak mempresentasekan aset atau liabilitas bagi pembeli. Jika harga kontrak lebih
besar dari harga pasar, dan pembeli mengharapkan bahwa kerugian akan terjadi ketika pemebelian
terpengaruh, pembeli harus mengakui liabilitas dan kerugian terkait pada periode dimana penurunan
harga pasar itu terjadi. Dalam lindung nilai, perusahaan yang berposisi sebagai pembeli pada komitmen
pembelian secara bersamaan melakukan kontrak dimana ia setuju untuk menjual sejumlah yang sama dari
barang yang sama dengan harga tetap dimasa depan. Tujuan lindung nilai adalah untuk saling hapus
risiko harga posisi beli dan jual.
METODE LABA BRUTO DALAM MENGESTIMASI PERSEDIAAN
Salah satu metode pengganti untuk mengverifikasi atau menentukkan jumlah persediaan adalah metode
laba bruto atau juga disebut metode margin bruto. Auditor banyak yang menggunakan metode metode ini
dalam situasi dimana mereka hanya perlu estimasi jumlah persediaan perusahaan. Perusahaan juga
menggunakan metode ini ketika kebakaran atau bencana lainnya menghancurkan persediaan atau catatan
persediaan. Metode laba bruto bergantung pada 3 asumsi;
1. Persediaan awal ditambah pembelian yang sama dengan total barang yang akan diperhitungkan
2. Barang yang tidak terjual harus tersedia.
3. Penualan, dikurangi dengan biaya perolehan, dikurangi dari jumlah persediaan awal ditambah
pembelian, sama dengan persediaan akhir.
Perhitungan presentase laba bruto
Presentase laba bruto dinyatakan sebagai presentase dari harga penjualan. Laba bruto pada harga
penjualan adalah metode umum untuk menyatakan laba karena beberapa alas an (1) Sebagai besar
perusahaan menyatakan barang berdasarkan ritel, tidak berdasarkan biaya perolehan. (2) Laba yang
dinyatakan pada harga penjualan nilainya lebih rendah daripada yang dinyatakan berdasarkan pada biaya
perolehan. Tingkat yang lebih rendah ini memberikan kesan yang baik kepada konsumen. (3) Laba bruto
berdasarkan harga penjualan tidak dapat melebihi 100 persen.
Rumus terkait dengan laba bruto
1. Laba bruto pada harga penjualan = Markup presentase pada biaya perolehan
________________________________________
100% + Markup presentase pada biaya perolehan

2. Markup presentase pada biaya perolehan = Laba bruto pada harga penjualan
_________________________________
100% + Laba bruto pada harga penjualan
Oleh karena harga penjualan melebihi biaya perolehan, dan dengan jumlah laba bruto sama untuk
keduanya. Laba bruto pada harga penjualan akan selalu lebih kecil dari presentase terkait
berdasarkan pada biaya perolehan.
Evaluasi Metode Laba Bruto
Kelemahan dalam metode laba bruto adalah metode ini hanya memberikan estimasi. Akibatnya,
perusahaan tetap harus menghitung persediaan fisik sekali setahun untuk memverifikasi persediaan yang
benar-benar ada. Kedua, metode laba bruto menggunakan presentase masa lalu dalam mennetukan
markup. Meskipun presentase masa lalu sering memberikan jawaban atas presentase masa depan,
penggunaan tingkat kini lebih tepat. Ketiga perusahaan harus berhati-hati dalam menerapkan tingkat laba
bruto yang universal.
METODE PERSEDIAAN RITEL
Alternatifnya adalah dengan mengompilasi persediaan dengan harga ritel. Bagi kebanyakan peritel,
terdapat pola yang diamati antara biaya dan harga. Peritel kemudian dapat menggunakan rumus untuk
mengonversi harga ritel menjadi biaya. Metode ini disebut metode persediaan ritel. Metode ini
membutuhkan peritel mencatat (1) total biaya dan nilai ritel dari barang yang dibeli, (2) total biaya dan
nilai ritel dari barang tersedia untuk dijual, dan (3) penjualan untuk periode berjalan.
Metode persediaan ritel sangat berguna untuk semua jenis laporan interim, karena laporan tersebut
biasanya membutuhkan pengukuran persediaan yang cepat dan dapat diandalkan. Metode ini juga
bertindak sebagai alat pengendalian karena perusahaan harus menjelaskan jika ada penyimpangan
perhitungan fisik pada akhir tahun. Metode ritel juga turut memberikan legitimasi tambahan atas
perhitungan persediaan fisik pada akhir tahun. Karyawan tersebut tidak perlu mencari biaya faktur setiap
item, sehingga hal ini akan menghemat waktu dan biaya.
Konsep Metode Ritel
Jumlah yang ditunjukkan dalam kolom ritel mencerminkan harga ritel asli, dengan asumsi tidak ada
perubahaan harga. Meskipun begitu,dalam praktiknya peritel sering melakukan markup (tembahan dari
harga ritel asli.) Pembatalan markup adalah penurunan harga barang dagang yang telah di-markup oleh
peritel diatas harga asli. Dan juga Markdown yaitu penurunan harga penjualan asli. Pembatalan
Makrdown terjadi ketika markdown yang dilakukan kemudian menyaling hapusdengan kenaikan harga
barang yang telah di-markdown oleh peritel. Pembatalan makrup dan pembatalan markdown nilainya
tidak dapat melebihi markup/markdown asli yang dilakukan.
Metode Persedian Ritel dengan Markup dan Markdown-Metode Konvensional
Peritel menggunakan konsep markup dan markdown dalam melakukan penilaian perseddian yang tepat
pada akhir periode akunntansi. Untuk mendapatkan angka persediaan yang tepat, perusahaan harus
memberikan perlakuan yang tepat untuk markup, pembatalan markup, markdown, dan ppembatalan
markdown.
Salah satu pendekatan hanya menggunakan asumsi (rasio biaya perolehan menggunakan markup, tetapi
tidak markdown). Pendekatan ini mendekati nilai terendah dari rata-rata biaya perolehan atau niai
realisasi neto. Pendekatan ini akan mengacu kepada metode persediaan ritel konvensional. Untuk
memahami mengapa metode ini hanya mempertimbangkan markup, dan bukan markdown dalam
presentase pada biaya perolehan. Markup biasanyamenunjukkan peningkatan nilai penjualan dari item.
Disisilain markdown berarti penurunan utilitas dari item tersebut. Jika markdown diperhitungkan
kedalam rasio biaya perolehan terhadap ritel, kita dapat menggunakan metod biaya perolehan.
Pendekatan ini mencerminkan rata-rata biaya perolehan dari kedua item tanpa mempertimbangkan
kerugian salah satu item.
Jika maarkdown tidak dipertimbangkan dalam perhitungan rasio biaya perolehan terhadap ritel maka
perhitungan persediaan akhir adalah berdasarkan metode ritel konvensional, dimana markdown tidak
dipertimbangkan.
Item Khusus yang Berkaitan dengan Metode Ritel
Metode persediaan ritel lebih rumit ketika kita mempertimbangkan hal-hal seperti:

 Biaya pengangkutan merupakan bagian dari biaya pembelian.


 Retur pembelian biaya yang dianggap sebagai pengurangan harga, baik pada biaya perolehan
maupun ritel.
 Diskon pembelian dan penyisihan biasanya dianggap sebagai pengurangan biaya pembelian.

Selain itu, item khusus juga memerlukan analisis yang cermat:

 Pengalihan masuk dari departemen lain yang dilaporkan dengan cara yang sama seperti
pembelian dari perusahaan luar.
 Kekurangan normal (kerusakana, pencurian, penyusutan) harus mengurangi kolom ritel, karena
barang-barang ini tidak lagi tersedia untuk dijual.
 Kekurangan abnormal dikurangkan dari kolom biaya dan ritel dan dilaporkan sebagai jumlah
persediaan khusus atau sebagai kerugian.
 Diskon Karyawan diberikan kepada karyawan untuk mendukung loyalitas, kinerja yang lebih
baik, dansebagainya. Dikurangkan dari kolom ritel dengan cara yang sama seperti penjualan.

Evaluasi Metode Persediaan Ritel


Menggunakan persediaan ritel karena alasan:
1. Untuk memungkinkan perhitungan laba neto tanpa perhiyungan perseddiaan fisik.
2. Sebagai pengendalian ukuran dalam menentukan perhitungan persediaan.
3. Untuk mengatur kuantitas barang dagang yang ada
4. Untuk informasi asuransi

Salah satu karakteristik dari metode persediaan ritel adalah bahwa metode tersebut memiliki pengaruh
perata-rataan pada tingkat laba bruto yang berbeda-beda. Hal ini dapat menjadi masalah jika
perusahaan menerapkan metode ini untuk seluruh bisnisnya, dimana tingkat laba bruto bervariasi antar
departemen,
PENYAJIAN DAN ANALISIS
Penyajian Persediaan
Standar akuntansi memerlukan pengungkapan laporan keuangan dari item-item yang berhubungan
dengan persediaan berikut ini:
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam mengukur persediaan, termasuk rumus biaya yang
digunakan.
2. Jumlah tercatat keseluruhan persediaan total dan jumlah tercatat dalam setiap klasifikasi.
3. Jumlah tercatat persediaan yang dicatat pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.
4. Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan.
5. Jumlah setiap penurunan nilai persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode bersangkutan,
dan jumlah setiap pembalikan dan penurunan nilai diakui sebagaii pengurang beban pada periode
bersangkutan.
6. Kondisi atau peristiwa yang menyebabkan pembalikan dari penurunan nilai persediaan.
7. Jumlah tercatat persediaan yang dijaminkan sebagai efek untuk liabilitas, jika ada.

Analisis Persediaan
Jumlah persediaan yang dicatat perusahaan dapat memiliki konsekuensi ekonomi yang signifikan.
Sebagai akibatnya, perusahaan harus mengelola perseddiaan tersebut. Namun, manajemen perseddiaan
adalah pedang bermata dua. Hal ini membutuhkan perhatian secara terus menerus. Disatu sisi, manajemen
ingin menyimpan item dalam berbagai jenis dan jumlah. Dengan melakukan hal tersebut, pelanggan akan
dimanjakan dengan pilihan produk yang luas dan bervariasu. Namun, kebijakan persediaan tersebut dapat
menyebabkan biaya pengelolaan yang berlebihan. Disisi lain, tingkat persediaan yang rendah akan
menyebabkan habisnya stok, hilangnya penjualan, dan pelanggan tidak puas.

Rasio Perputaran Persediaan


Rasio perputaran persediaan mengukur berepa kali rata-rata perusahaan mmenjual persediaan selama
periode bersangkutan. Rasio ini mengukur likuiditas dari persediaan. Untuk menghitung rasio perputaran
persediaan, kita membagi beban pokok yang dijual dengan rata-rata persediaan yang ada selama periode
berjalan.

Beban pokok penjualan


Perputaran persediaan = Rata−rata persediaan

Rata-Rata Jumlahhari untuk Menjual Persediaan


Variann dari rasio perputaran perseddiaan adalah rata-rata jumlah hari untuk menjual persediaan.
Pengukuran ini merupakan jumlah hari penjualan dimana perusahaan memiliki persediaan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai