Anda di halaman 1dari 55

KEPENDUDUKAN DAN KETEGAKERJAAN

PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi merupakan proses perubahan dari suatu tipe perekonomian


menjadi tipe lain yang lebih maju (Hirschman,1970). Sedangkan menurut Meier dan
Baldwin(1964), pembangunan ekonomi adalah suatu proses, dengan proses dimana
pendapatan nasional riil suatu perekonomian bertambah selama suatu periode waktu yang
panjang. Kadang-kadang istilah pembangunan ekonomi sering disamakan dengan
modernisasi, westernisasi, serta industrialisasi (Sitohang,1970).
Faktor-faktor yang dapat menghambat pembangunan ekonomi, diantaranya adalah :
(1) pertumbuhan penduduk yang cepat,
(2) sumberdaya alam yang tidak memadai,
(3) pemanfaatan sumberdaya yang tidak efisien,
(4) sumberdaya manusia yang tidak memadai (Lipsey, dkk, 1990).
Konsekuensi dari adanya faktor-faktor penghambat pembangunan ekonomi menurut
Lipsey (1990) dapat menyebabkan adanya pengangguran di suatu negara. Sedangkan faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu:
(1) tanah dan kekayaan alam lainnya,
(2) jumlah dan mutu daripenduduk dan tenaga kerja,
(3) barang-barang modal dan tingkat teknologi,
(4) sistem sosialdan sikap masyarakat (Sukirno,1981).
Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan standar hidup penduduk
negarayang bersangkutan yang biasa diukur dengan pendapatan riil perkapita. Standar hidup
tidak akan dapat dinaikkan kecuali jika output total meningkat dengan lebih cepat
daripadapertumbuhan jumlah penduduk. Untuk mempengaruhi perkembangan output,
makadiperlukan adanya penambahan investasi yang cukup besar untuk dapat
menyerappertambahan penduduk.
Pada kesempatan kali ini, akan membahas tentang hubungan pertumbuhan penduduk
dengan perkembangan ekonomi khususnya tenaga kerja yang berpartisipasi dalam
perekonomian.Untuk mempelajari tenaga kerja dan kependudukan maka ada baiknya kita mengetahui
definisi dari masing-masing pengertian tersebut.kependudukan atau demografi merupakan
cabang  ilmu yang mempelajari bagaimana dinamika kependudukan manusia. Meliputi di
dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 1


berubah setiap waktu akibat kelahiran,kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis
kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang
didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.
Sedangkan tenaga kerja adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau
lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Sebelum tahun 2000, Indonesia
menggunakan patokan seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas (lihat hasil Sensus Penduduk 1971,
1980 dan 1990). Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan
internasional, tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih.Pertumbuhan penduduk
ternyata banyak membantu ekonomi negara maju karena mereka sudah makmur dan
modalnya berlimpah, sedangkan jumlah buruh kurang. Pada kenyataannya bahwa kenaikan
jumlah penduduk justru menghasilkan GNP yang naik lebih tinggi dibandingkan hanya
sekedar proporsional.Akibat adanya pertumbuhan jumlah penduduk dalam pembangunan
berbeda dengan negara maju.
Hal ini disebabkan ekonomi dinegara berkembang, modalnya berkurang dan jumlah
buruhnya melimpah. Ini menunjukkanadanya perbedaan yang sangat tajam bahkan bertolak belakang
dengan kondisi di negara-negara kaya atau di negara maju. Oleh karena itu pertumbuhan
penduduk di negara-negara berkembang dianggap sebagai hambatan pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan penduduk yang cepat berarti memperberat tekanan pada lahan pekerjaandan
menyebabkan terjadinya pengangguran. Juga masalah penyediaan pangan yang semakin
banyak jumlahnya. Pertumbuhan penduduk terutama berpengaruh yang sangat besar
baik dalam hal pendapatan per kapita, standar kehidupan, pembangunan pertanian, lapangan
kerja,tenaga buruh, maupun dalam hal pembentukan modal
 
KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN

Pengertian Penduduk 
  Dalam arti luas, penduduk atau populasi berarti sejumlah makhluk sejenis yang
mendiami atau menduduki tempat tertentu. Bahkan populasi dapat pula dikenakan pada
benda-benda sejenis yang terdapat pada suatu tempat. Dalam kaitannya dengan manusia,
maka pengertian penduduk adalah manusia yang mendiami dunia atau bagian-bagiannya.
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Indonesia
selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan
tetapi bertujuan menetap. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu:
fertilitas, mortalitas dan migrasi.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 2


Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksiyang nyata dari seorang wanita
atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup.
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen demografi yang dapat mempengaruhi
perubahan penduduk. Informasi tentang kematian penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi
pihak swasta, yang terutama berkecimpung dalam bidang ekonomi dan kesehatan. Mati adalah keadaan
menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran
hidup.Migrasi merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Peninjauan
migrasi secara regional sangat penting untuk ditelaah secara khusus mengingatadanya densitas (kepadatan)
dan distribusi penduduk yang tidak merata, adanya faktor-faktor pendorong dan penarik bagi orang-orang
untuk melakukan migrasi, di pihak lain, komunikasi termasuk transportasi semakin lancar. Migrasi adalah
perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas
politik/negara atau pun batasadministratif/batas bagian dalam suatu negara. Jadi migrasi sering diartikan
sebagai perpindahanyang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain.  
 .     
Teori penduduk modern
Pandangan-pandangan tentang Teori penduduk modern, diantaranya:
Ø  Pandangan Merkantilisme, jumlah penduduk yang banyak sebagai elemen yang penting
dalam kekuatan negara yaiti merupakan faktor yang penting di dalam kekuatan negara
dan memegang peranan dalam meningkatkan pengahasilan dan kekayaan negara.
Ø  Pandangan Kaum Fisiokrat, kesempatan untuk meningkatkan jumlah produksi pertanian
dalam rangka menunjang pertambahan penduduk.
Ø  Pandangan Cantilion (Merkantilisme), tanah merupakan faktor utama yang dapat
menentukan tinggi rendahnya kesejahteraan, selain itu, dinyatakan pula bahwa jumlah
penduduk akan terbatas karena jumlahnya akan dibatasi oleh jumlah makanan yang dapat
diproduksi oleh tanah.
Ø  Pandangan Quesnay (Fisiokrat), suatu negara hendaknya mempunyai penduduk yang
cukup banyak, tetapi dengan sayarat agar mereka dapat mencapai taraf hidup yang layak.
Pertumbuhan penduduk (populatin growth) di suatu negara adalah peristiwa
berubahnya jumlah penduduk yang disebabkan oleh adanya pertambahan alami dengan
migrasi neto. Pertambahan alami (natural increase) adalah pertambahan penduduk yang
diperoleh dari selisih antara jumlah kelahiran dan jumlah kematian. Migrasi neto (nett
migration) adalah pertambahan penduduk yang diperoleh dari selisih antara jumlah imigran
dan jumlah emigran.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 3


Faktor mendorong terjadinya kependudukan
Beberapa faktor yang mendorong terjadinya kependudukan baik secara kuantitatif
maupun kualitatif, antara lain:
Ø  Kemajuan IPTEK.
Ø  Dorongan atau hasrat naluri manusia yang selalu memperoleh kondisi yang lebih baik
dari sebelumnya di dalam kehidupannya baik material maupun intelektual.
Ø  Keterbatasan kemampuan dukungan alam dan SDA serta dukungan lainnya yang
diperlukan.

Pengertian Tenaga kerja


Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar
penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan
tenaga kerja.
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia,
karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Oleh karenanya, setiap upaya pembangunan
selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan lapangan usaha, dengan harapan
penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan.
Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja.
Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut
pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak
pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17 tahun
ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang menyebutkan di atas 7 tahun
karena anak-anak jalanan sudah termasuk tenaga kerja.

Peranan Penduduk  dalam Pembangunan Ekonomi


   Ada 4 aspek penduduk yang perlu diperhatikan negara-negara sedang berkembang,yaitu:
 Adanya tingkat perkembangan penduduk yang relatif tinggi
 Adanya struktur umum yang favorable
 Tidak adanya distribusi penduduk yang merata
 Tidak adanya tenaga kerja yang terlatih dan terdidik

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 4


Tingkat Perkembangan Penduduk yang Tinggi
Tidak selamanya pertumbuhan penduduk yang cepat memberikan dampak yang
negatif terhadap perkembangan ekonomi dalam suatu negara. Kaum klasik mengemukakan
bahwa pertumbuhan penduduk yang cepat pada suatu negara yang maju, akan memberikan
dampak positif. Dengan bertambahnya penduduk maka daya beli masyarakat semakin
meningkat. Hal ini dikarenakan dalam negara maju, tingkat tabungan yang dimiliki mampu
mengimbangi laju pertumbuhan penduduk, sehingga dengan penduduk yang banyak justru
meningkatkan purchasing power.
Permintaan akan meningkat seiring bertambahnya penduduk. Penawaranpun akan
bertambah pula karena semakin banyak kebutuhan penduduknya yang harus dipenuhi. Efek
yang lain, dengan semakin banyaknya penduduk yang berkualitas, maka sektor tenaga kerja ahli
mudah didapat. Apalagi di negara maju ditunjang oleh banyak faktor. Hal ini sesuai dengan pendapat
Keynes, bahwa dalam negara maju meningkatnya produktivitas tenaga kerja dan permintaan
tenaga kerja akan selalu mengiringi kenaikan jumlah penduduk. Pertumbuhan penduduk di negara
berkembang umumnya memberikan efek yang negatif, karena pertumbuhan penduduk tidak
diimbangi dengan kualitas dan produktivitas manusianya tersebut.
Sebagaimana dijelaskan oleh Kaum Klasik bahwa selalu ada perlombaan antara
tingkat perkembangan output dengan tingkat perkembangan penduduk yang akhirnya akan
dimenangkan oleh perkembangan penduduk. Hal itu terjadi karena penduduk juga berfungsi
sebagai tenaga kerja, sehingga biasanya sering terdapat kesulitan dalam penyediaan lapangan
pekerjaan. Kalau misalnya penduduk tersebut dapat mendapatkan pekerjaan, maka akan dapat
meningkatkan kesejahteraan bangsanya, namun apabila tidak,mereka akan menjelma menjadi
pengangguran yang hanya akan meningkatkan angka ketergantungan dan otomatis
menurunkan tingkat kesejahteraan suatu negara. Produktivitas penduduk di negara
berkembang relatif rendah sehingga mengakibatkan rendahnya produksi.Hal itu dikarenakan
sebagian besar penduduk di negara berkembang berasal dari sektor agraris, sehingga hasil
dari produksinya biasanya hanya habis untuk dikonsumsi sendiri.Bahkan untuk konsumsi
sendiri saja masih kurang, sehingga mereka tidak terlalu memikirkan tentang menabung
(saving) apalagi investasi.
a) Isu Kependudukan
Di negara berkembang, masalah kependudukan merupakan masalah yang sulit
untuk diatasi. Hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan tingkat
tabungan yang cukup. Apalagi jika kualitas penduduk itu sendiri tidak cukup bagus
setidaknya untuk memproduksi atau memenuhi kebutuhannya sendiri. Dia akan menjadi

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 5


pengangguran yang tentunya akan mengurangi tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu, di
negara berkembang dibutuhkan suntikan investasi untuk mengembangkan perekonomian. 
b) Trend Fertilitas dan Mortalitas
Pada umumnya tingkat kelahiran yang tinggi dihubungkan dengan kemiskinannasional.
Namun adalah keliru bila kita menyiimpulkan bahwa berhubung angka kelahiran yang tinggi
pada umumnya terdapat di negara miskin. Sedangkan angka kelahiran rendah terdapat di
negara maju. Maka dengan meningkatkan pendapatan per kapita lalu tingkat kelahiran akan
menurun. Juga tidak ada kepastian hubungan antara laju pertumbuhanpendapatan nasional
per kapita dengan tingkat kelahiran. Namun jelas ada bukti bahwa ada hubungan positif
antara distribusi pendapatan dengan tingkat kelahiran. Akhirnya kita dapat menyimpulkan
bahwa negara-negara yang berjuang untuk mengurangi tidak meratanya penghasilan atau
dengan kata lain berusaha menyebarkan hasil (benefit) dari pembangunan ekonomi ke
sebagian besar penduduk akan mungkin sekali mampu menurunkan tingkat kelahiran
daripada negar-negara yang kurang memperhatikan pemerataan hasil pembangunan
ekonominya. 
c) Pertumbuhan Penduduk dan Kebutuhan Investasi
Untuk meningkatkan output, tambahan investasi harus cukup besar sehingga dapat
meningkatkan penghasilan riil per kapita. Tetapi kesulitan dalam hal ini sering dialami oleh
negara berkembang, sesuai dengan Teori Perangkap pada Keseimbangan Pendapatan yang
Rendah Malthus. Kesimpulannya untuk dapat mempertinggi penghasilan per kapitanya negara
berkembang memerlukan kebijakan dorongan yang besar. Atau perekonomian harus memenuhi apa yang
disebut ³usaha minimum yang sangat perlu´. Pembangunan yang secara sedikit demi sedikit
pun bisa dilakukan asal dengan memilih sektor yang yang mempunyai kapasitas berkembang
yang cepat.
 Struktur Umur yang Tidak Favorable
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa pada umumnya pada negarayang
berkembang memiliki angka ketergantungan yang tinggi karena besarnya
jumlahpenduduk usia muda. Proporsi yang besar dari penduduk usia muda ini tidak
menguntungkanbagi pembangunan ekonomi, karena:
 Penduduk golongan usia muda, cenderung untuk memperkecil angka penghasilan
per kapita dan mereka semua merupakan konsumen dan bukan produsen dalam
perekonomian tersebut. Adanya golongan penduduk usia muda yang besar jumlahnya di suatu
negara akan mengakibatkan lebih banyak alokasi faktor-faktor produksi ke arah

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 6


³investasi-investasi sosial´ dan bukan ke ³investasi-investasi kapital´. Oleh karena itu,
paling tidak ia akan menunda perkembangan ekonomi.
 Distribusi Penduduk yang Tidak Seimbang
Tingkat urbanisasi yang tinggi pada umumnya terjadi pada daerah-daerah yang
sudahmaju. Sebab para penduduk lebih banyak berpindah dari daerah yang kurang
maju ke daerah yang lebih maju, sehingga pada negara maju tingkat urbanisasi lebih
kecil. Adanya tingkat upah yang leih menarik di sektor industri mendorong penduduk yang ada
di desa berpindah ke kota yang menyebabkan penduduk di negara maju yang bekerja di
sektor pertanian lebih sedikit. Berbeda dengan di negara yang berkembang.
Urbanisasi yang tinggi menyebabkan ketidakseimbangan dalam proses perkembangan
ekonomi antara sektor pertanian dengan sektor industri. Ketidakseimbangan distribusi
penduduk baik antara desa dan kota maupun antara daerah yang lebih berkembang dan
daerah yang kurang berkembang akan menghambat jalannya pembangunan ekonomi karena
pembangunan ekonomi memerlukan mobilitas tenagakerja yang lebih mudah, yang
didapati di negara-negara atau daerah-daerah yang memiliki distribusi penduduk yang
lebih merata.
 Kualitas Tenaga Kerja yang
RendahRendahnya kualitas penduduk merupakan penghalang pembangunan ekonomi
suatunegara disebabkan oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan tenaga kerja yang
rendah. Makamenurut Schumacher pendidikan merupakan sumber daya yang terbesar
manfaatnyadibandingkan faktor-faktor produksi yang lain
 
Dinamika Pertumbuhan Penduduk  Indonesia
Penduduk Indonesia pada saat ini masih digolongkan sebagai penduduk muda. Itu
berarti jika tidak ada kondisi yang sangat ekstrim, seperti misalnya peperangan (dalam
peperangan akan banyak orang muda yang mati), maka penurunan pertumbuhan
penduduk tidak secara otomatis menurunkan pertumbuhan angkatan kerja. Dalam kondisi
normal, pertumbuhan penduduk akan menurunkan jumlah penduduk pada struktur yang muda (0 -15
tahun).
 
Nilai pertumbuhan penduduk 
Dalam demografi dan ekologi, nilai pertumbuhan penduduk (NPP) adalah nilai kecil
dimanajumlah individu dalam sebuah populasi meningkat. NPP hanya merujuk pada

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 7


perubahanpopulasi pada periode waktu unit, sering diartikan sebagai persentase jumlah
individu dalam populasi ketika dimulainya periode.
Cara yang paling umum untuk menghitung pertumbuhan penduduk adalah rasio,
bukan nilai. Perubahan populasi pada periode waktu unit dihitung sebagai persentase populasi
ketika dimulainya periode. Yang merupakan:    Lapangan kerja datang dari adanya
pertumbuhan ekonomi. Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan
kerja yang besar. Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh
pemerintah dan dunia usaha. Sebagai contoh pada kurun waktu 1971-1980, pertumbuhan
ekonomi adalah 7,9 persen per tahun, namun daya serapnya angkatan kerja relatif kecil, yaitu
hanya bertambah tiga persen setahun.Payaman (1996), melakukan proyeksi mengenai
pertambahan angkatan kerja dan kesempatan kerja dalam PJP II. Proyeksi ini dilakukan
sebelum krisis ekonomi terjadi. Jika mengikuti proyeksi tersebut, maka Indonesia mengalami
masalah kesenjangan antara angkatan kerja dan kesempatan kerja sampai dengan akhir
Repelita VIII. Baru setelah Repelita VIII, kesempatan kerja diperkirakan akan berada di atas
angkatan kerja
Namun sekali lagi bahwa proyeksi ini dibuat sebelum adanya krisis ekonomi. Hal lain
yang juga harus diperhatikan dalam menganalisa hubungan antara angkatan kerja dan
kesempatan kerja adalah bahwa jika kesempatan kerja berada di atas angkatan kerja bukan
berarti masalah ketenagakerjaan, atau lebih khususnya pengangguran, teratasi. Adanya
kesempatan kerja baru merupakan ³potensi´ dan ³potensi´ tersebut mungkin saja tidak dapat
dimanfaatkan bila angkatan kerja yang tersedia tidak memiliki kualitas yang memadai.
  
Solusi Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi di Negara-Negara Berkembang
Pertambahan penduduk yang pesat tidak selalu merupakan penghambat jalannya
pembangunan ekonomi, asal saja penduduk tersebut mempunyai kapasitas yang tinggi
untuk menghasilkan dan menghisap hasil produksi yang dihasilkan. Keberhasilan usaha
pembangunan ekonomi dalam suatu negara dipengaruhi dan ditentukan oleh banyak faktor,
salah satunya yaitu faktor tenaga kerja. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan ditentukan
oleh jumlah dan mutu tenagakerja yang tersedia sebagai pelaksana berbagai usaha di
lapangan pekerjaan yang tersedia. Tenaga kerja di negara-negara berkembang yang banyak
bekerja di sektor pertanian dapat disalurkan pada sektor industri yang mampu menyerap
relatif lebih banyak tenaga kerja, terutama yang bersifat padat karya. Jumlah penawaran
tenaga kerja di negara-negara berkembang yang tinggi disebabkan oleh pertumbuhan
penduduk yang pesat dapat dimanfaatkan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan oleh

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 8


pemerintah. Pelatihan-pelatihan yang diberikan tersebut bertujuan untuk memberdayakan
tenaga kerja yang berlebih agar sumber-sumber alam yang melimpah dan belum diolah secara
maksimal menghasilkan sesuatu yang dapat menaikkan angka pertumbuhan ekonomi.
Jumlah penduduk yang banyak atau khususnya tenaga kerja yang menganggur,
tidak selalu menjadi bahaya stagnasi dalam pembangunan. Tenaga kerja yang kurang
produktif terutama yang terpaksa menganggur dapat dimanfaatkan dengan menciptakan
lapangan kerja, yang direalisasikan melalui berbagai proyek pekerjaan umum. Sehingga
penciptaan lapangan pekerjaan merupakan salah satu tujuan dari pembangunan.
Pembangunan ekonomi harus dibarengi dengan pembangunan dalam pendidikan yang dapat
meningkatkan kualitas tenaga kerja. Salah satu peningkatan pendidikan terhadap tenaga-
tenaga kerja di negara-negara berkembang, yaitu dengan melakukan inovasi pendidikan
dalam semua aspek. Hal ini dikarenakan untuk mengisi lapangan kerja yang tersedia
diperlukan tenaga kerja yang memiliki kecakapan dan keterampilan yang sesuai dengan
keperluan pembangunan.  
 
Jumlah Penduduk  dan Pembangunan
Salah satu tanda negara berkembang umumnya terletak pada jumlah penduduk yang
begitu banyak, sedangkan jumlah yang banyak itu sebagian besar tidak produktif, karena
kualitasnya yang sangat rendah. Banyaknya jumlah penduduk di negara-negara berkembang
disebabkan tidak seimbangnya jumlah kelahiran dan kematian. Walaupun sudah sejak lama
diadakan pengendalian melalui keluarga berencana. Masalah jumlah penduduk yang begitu
banyak baik di negara-negara yang terbelakang maupun negara-negara berkembang
sebenarnya sudah sejak lama dikhawatirkan oleh hipotesis Malthus yang mengatakan bahwa
konsumsi keseimbangan jangka panjang tidak terletak lebih tinggi dari pada tingkat
subsistence. Bahkan secara umum para mahasiswa lebih kenal dengan teori Malthus yang
menekankan bahwa jumlah produksi makanan menurut deret hitung, sedangkan jumlah
pertumbuhan penduduk menurut deret ukur. Walau teori Malthus akhirnya juga ditolak oleh
para ahli yang menyatakan bahwa
1. Teori Malthus tidak memperhitungkan peranan serta pengaruh adanya
kemajuanteknologi.
2. Teori itu hanya didasarkan pada satu hipotesis, yang berkaitan dengan
hubunganmakro antara jumlah pertumbuhan penduduk dan pendapatan perkapita,
yang ternyatatidak tahan uji secara empiris.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 9


3. Teori Malthus hanya menitik beratkan pada variabel yang ternyata dianggap
keliru,dimana pendapatan perkapita sebagai determinan utana dalam pertumbuhan
pendudul.Tapi seharusnya berdasarkanp pada mikro ekonomi yang menitik beratkan
pada taraf hidup individu, dimana determinan utamanya bagi keluarga adalah
keputusanmengenai jumlah anak, dan bukannya pada taraf hidup masyarakat
secarakeseluruhan. 

Penduduk dan Pendapatan Per-Kapita


Pengaruh pertumbuhan penduduk pada pendapatan per-kapita biasanya
tidak menguntungkan. Pertumbuhan penduduk cenderung memperlambat pendapatan per
kapita dalam 3 cara :
1. Memperberat beban penduduk pada lahan.
2. Menaikan biaya barang konsumsi karena kekurangan faktor pendukung
untuk meningkatkan penawaran mereka.
3. Memerosotkan akomodasi modal, karena dengan tambah anggota keluarga , biaya
meningkat. 
 
Penduduk dan standar kehidupan
Karena salah satu faktor penting standar kehidupan adalah pendapatan per kapita,
maka faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan per kapita dalam hubungannya dengan
pertumbuhan penduduk sama-sama mempengaruhi standar kehidupan.

Penduduk pembangunan pertanian


Di negara terbelakang, kebanyakan rakyat tinggal di wilayah pedesaan. Pertanian
merupakan mata pencarian utama oleh karena itu pertambahan penduduk akan
mempengaruhi rasio lahan manusia. Produktivitas per kapita yang rendah mengurangi
kecenderungan untuk menabung dan menginvestasi. Akibatnya, pemakaian teknik yang lebih
baik  dan perbaikan lainnya pada lahan menjadi tidak mungkin 

Penduduk dan lapangan kerja


yang meningkat dengan cepat menjerumuskan perekonomian pengangguran dan
kekurangan lapangan kerja. Kerena penduduk meningkat proporsi pekerja pada penduduk
total menjadi naik. Tetapi karena ketiadaaan sumber pelengkap, tidaklah mungkin untuk
mengembangkan lapangan pekejaan. Akibatnya tenaga buruh, pengangguran dan kekurangan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 10


lapangan kerja meningkat. Penduduk yang meningkat dengan cepat mengurangi pendapatan,
tabungan dan investasi. Karenanya pembentukan modal menjadi lambat dan kesempatan
kerja kurang dan dengan begitu meningkatkan pengangguran. Lebih dari itu , apabila tenaga
buruh dibandingkan dengan lahan meningkat, sumber modal dan sumber lainnya, faktor
komplemen tersedia per pekerja merosot dan akibatnya pengangguran dan kekurangan
pekerjaan meningkat. 

Penduduk dan tenaga buruh


Tenaga buruh di dalam suatu perekonomian adalah rasio antara penduduk yang
bekerja dengan penduduk total .dengan asumsi 50 tahun sebagai harapan hidup rata-rata
dinegara ter belakang, tenaga buruh pada pokoknya adalah penduduk pada kelompok usia 15-
50 tahun. Selama tahap peralihan demografis tingkat kelahiran meningkat dan kematian
menurun. Akibatnya, sebagian terbesar penduduk berada pada kelompok usia rendah 25-50
tahun, dan hanya sebagian kecil yang terrmasuk pada kelompok usia tanaga buruh. Adanya
anak-anak dewasa di dalam tenaga buruh mengandung makna bahwa orang yang
berpartisipasi pada pekerjaan produktif sebenarnya sedikit. Bahkan jika angka kelahiran
mulai menurun, tenaga buruh yang tersedia bagi pekerjaan produktif pun dalam jangka
pendek akan tetap sama. Sebaliknya, jumlah anak-anak menjadi turun dan pendapatan
nasional meningkat karena jumlah konsumen menurun.
 
Penduduk dan pembentukan modal 
Pertumbuhan penduduk memperlambat pembentukan modal. Jika penduduk 
meningkat , pendapatan per kapita yang di dapat menurun. Dengan pendapatan yang sama
orang terpaksa member makan kepada anak-anak yang lebih banyak. Itu berarti bagian
terbesar pendapatan terpakai untuk pengeluaran konsumsi. Tabungan yang memang sudah rendah
menjadi semakin rendah.akibatnya, tingkat investasi juga menjadi semakin rendah.penduduk
yang meningkat secara cepat akan memperlambat seluruh usaha pembangunan dinegaara
terbelakang kecuali kalau dibarengi dengan laju pembentukan modal dan kemajuan teknologi
yang tinggi. Tetapi faktor yang menetralkan ini tidak ada dan akibatnya ledakan penduduk
mengakibatkan produktifitas pertanian merosot, pendapatan per kapita rendah ,standar
kehidupan rendah, pengangguran dan tingkat pembentukan modal rendah. 
 Ciri Demografis Kualitas Penduduk  dan Pembangunan Ekonomi
1. Transformasi ketenagakerjaan menurut lapangan pekerjaan dan wilayah

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 11


Transformasi ketenagakerjaan menurut lapangan pekerjaan erat kaitannya dengan
transformasi struktur produksi dan perbedaan pertumbuhan produktivitas per pekerja
menurut sector atau lapangan pekerjaan yang terjadi selama pertumbuhan ekonomi
berlangsung. Perkembangan produktivitas per pekerja di suatu negara biasanya
dipengaruhi oleh : (1) perkembangan stok barang modal per pekerja; (2)
perkembangan mutu tenaga kerja, yang tercermin pada perbaikan pendidikan,
keterampilan dan kesehatan pekerja; (3) peningkatan skala unit usaha; (4) pergeseran
pekerja dari kegiatan yang relatif lebih rendah produktivitasnya ke yang lebih tinggi;
(5) perubahan product mix atau komposisi output  pada masing-masing sektor atau
sub-sektor; dan (6) pergeseran teknik produksi dari padat karya kepadat modal
 
Pergeseran struktur pekerja menurut status pekerjaan
Statistik ketenagakerjaan membagi pekerjaan menurut status menjadi 5 golongna.
Pertama, golongan yang berusaha sendiri tanpa dibantu pakerja keluarga atau buruh
tidak tetap (status 1). Kedua, golongan yang berusaha dengan dibantu pekerja keluarga atau
buruh tidak tetap (status 2). Ketiga, golongan yang berusaha dengan dibantu buruh tetap
(status 3). Keempat, buruh dan/atau karyawan (status 4). Dan status (5) pekerja keluarga.
Dalam perkonomian yang sedang berkembang, struktur pekerja menurut status seperti di atas
jugamengalami pergeseran. Persentase pekerja yang termasuk status 1, 2 dan 5 (pekerja
sector nonformal) biasanya cenderung menurun, sementara pekerja status 3 dan 4 (sektor
formal) meningkat.  
 
Perubahan Demografi di Indonesia
Demografi dalam pengertian yang paling sempit dinyatakan sebagai ³demografi
formal´ yang memperhatikan ukuran atau jumlah penduduk; distribusi atau persebaran
penduduk; struktur penduduk atau komposisi; dan dinamika atau perubahan penduduk.
Ukuran penduduk menyatakan jumlah orang dalam suatu wilayah pada waktu tertentu.
Distribusi penduduk menyatakan persebaran penduduk di dalam suatu wilayah pada suatu
waktu tertentu, baik berdasarkan wilayah geografi maupun konsentrasi daerah pemukiman.
Struktur penduduk menyatakan komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan
ataugolongan umur. Sedangkan perubahan penduduk secara implicit menyatakan
pertambahan atau penurunan jumlah penduduk secara parsial ataupun keseluruhan sebagai
akibat berubahnya tiga komponen utama perubahan jumlah penduduk: kelahiran, kematian
dan migrasi.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 12


Dalam pengertian yang lebih luas, demografi juga memperhatikan berbagai
karakteristik individu maupun kelompok, yang meliputi tingkat sosial, budaya, dan ekonomi. Karakteristik
sosial dapat mencakup status keluarga, tempat lahir, tingkat pendidikan, dan lain sebagainya.
Karakteristik ekonomi meliputi antara lain aktivitas ekonomi, jenis pekerjaan(occupation),
status pekerjaan, lapangan pekerjaan, dan pendapatan. Sedangakan aspek budaya berkaitan
dengan persepsi, aspirasi dan harapan-harapan.
Dalam pengertian yang paling luas, demografi mempelajari pemakaian data dan
penerapan hasil analisisnya dalam berbagai aspek termasuk berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan proses demografi. Di antaranya, dampak pertambahan penduduk terhadap
lingkungan hidup dan pemanfaataan sumber daya alam

LEDAKAN PENDUDUK

Dari banyak penelitian kita mengetahui bahwa faktor utama yang menentukan
perkembangan penduduk adalah tingkat kematian, tingkat kelahiran dan tingkat perpindahan
penduduk (migrasi).

Tingkat Kematian
Ada empat factor yang menyumbang terhadap penurunan angka kematian pada umumnya
Ø  Adanya kenaikan standar hidup sebagai akibat kemajuan teknologi dan meningkatnya
produktivitas tenaga kerja serta tercapainya perdamaian dunia yag cukup lama.
Ø  Adanya perbaiakan pemeliharaan kesehatan umum (kesehatan masyarakat), maupun
kesehatn individu.
Ø  Adanya kemajuan dalam bidang ilmu kedokteran serta diperkenalkannya lembaga-
lembaga kesehatan umum yang modern.
Ø  Meningkatnya pengahsilan rill per kapita, sehingga orang mampu membiayai hidupnya
dan bebas dari kelaparan dan penyakit,dan selanjutnya dapat hidup sehat.

Tingkat Kelahiran
Di Negara-negara industry pertumbuhan pendududuk berlangsung terus di samping
adanya penurunan tingkat kelahiran. Tingkat kelahiran lebih dihubungkan dengan
perkembangan ekonomi melalui pola-pola kebudayaan seperti : umur perkawinan, status
wanitanya, kedudukan antara rural dan urban serta sifat-sifat dari dari system family yang
ada.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 13


Migrasi
Migrasi mempunyai peranan juga dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk.
Oleh karena itu tingkat pertumbuhan penduduk tidak dapat diperhitungkan hanya dari tingkat
kelahiran dan tingkat kematian saja. Penduduk di amerika latin dan amerika utara meningkat
karena alas an migrasi.

PEMECAHAN MASALAH KEPENDUDUKAN

Dari pembicaraan mengenai ledakan penduduk yang terjadi di Negara-negar sedang


berkembang, dapatlah kita menyimpulkan bahwa masalah penduduk merupakan masalah
yang sangat sukar untuk diatasi. Sebenarnya kita dapat menterapkan suatu kebijakan dari
sudut tingkat kematian untuk mengurangi tingkat pertumbuhan penduduk, yaitu dengan
mencegah penurunan tingkat kematian: atau dengan kata lain meningkatkan adanya
kematian. Tetapi tindakan ini jelas bertentangan dengan hati nurani manusia yang pada
umumnya ingin hidup lama di dunia dan tentunya tidak dapat dilaksanakan.

Tenaga Kerja

Tenaga Kerja dan Ketenagakerjaan


Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat. Sedangkan Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. 
.     
Klasifikasi Tenaga Kerja
Berdasarkan penduduknya
·         Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan
sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja,
mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun
sampai dengan 64 tahun.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 14


·         Bukan Tenaga Kerja
Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau
bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13
Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15
tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia
(lanjut usia) dan anak-anak.

Berdasarkan batas kerja


·         Angkatan kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah
mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari
pekerjaan.
·         Bukan angkatan kerja
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang kegiatannya
hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya. Contoh kelompok ini adalah:
 anak sekolah dan mahasiswa
 para ibu rumah tangga dan orang cacat, dan
 para pengangguran sukarela

Berdasarkan kualitasnya
·         Tenaga kerja terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau
kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal.
Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.
·         Tenaga kerja terampil
Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam bidang
tertentudengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara
berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli
bedah, mekanik, dan lain-lain.
Tenaga kerja tidak terdidik
Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga
saja. Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.

Masalah Ketenagakerjaan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 15


Berikut ini beberapa masalah ketenagakerjaan di Indonesia.

Ø  Rendahnya kualitas tenaga kerja


Kualitas tenaga kerja dalam suatu negara dapat ditentukan denganmelihat tingkat
pendidikan negara tersebut. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia, tingkat pendidikannya
masih rendah. Hal ini menyebabkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi
rendah. Minimnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan rendahnya
produktivitas tenaga kerja, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadaprendahnya kualitas
hasil produksi barang dan jasa.
Ø  Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja
Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi oleh perluasan lapangan kerja
akan membawa beban tersendiri bagi perekonomian. Angkatan kerja yang tidak tertampung
dalam lapangan kerja akan menyebabkan pengangguran. Padahal harapan pemerintah,
semakin banyaknya jumlah angkatan kerja bisa menjadi pendorong pembangunan ekonomi.
Ø  Persebaran tenaga kerja yang tidak merata
Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berada di Pulau Jawa. Sementara di daerah lain
masih kekurangan tenaga kerja, terutama untuk sektor pertanian, perkebunan, dan
kehutanan.Dengan demikian di Pulau Jawa banyak terjadi pengangguran, sementara di daerah
lain masih banyak sumber daya alam yang belum dikelola secara maksimal.
Ø  Pengangguran
Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia banyak mengakibatkan industri di Indonesia
mengalami gulung tikar. Akibatnya, banyak pula tenaga kerja yang berhenti bekerja. Selain
itu, banyaknya perusahaan yang gulung tikar mengakibatkan semakin sempitnya lapangan
kerja yang ada. Di sisi lain jumlah angkatan kerja terus meningkat. Dengan demikian
pengangguran akan semakin banyak

Konsep dan Definisi


Tenaga kerja dipilah pula kedalam dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah adalah penduduk berumur 15 tahun
keatas yang selama seminggu sebelum pencacahan bekerja atau punya pekerjaan tetapi
sementara tidak bekerja dan mereka yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan. Sedangkan
yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja,
tidak mempunyai pekerjaan dan tidak mencari kerja

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 16


Angkatan kerja itu sendiri dibedakan menjadi dua yaitu pekerja dan pengangur. Yang
dimaksud dengan pekerja adalah adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja
pada pengusaha dengan menerima upah (www.tempointeraktif.com). Pengangguran
merupakan usaha mendapatkan pekerjaan yang tidak terbatas dalam jangka waktu seminggu
yang lalu saja, tetapi bisa dilakukan beberapa waktu sebelumnya asalkan masih dalam status
menunggu jawaban lamaran, dalam kurun waktu seminggu sebelum pencacahan.
Penganguran semacam ini oleh BPS dinyatakan sebagai penganggur terbuka.

Pemanfaatan Sumberdaya Manusia


Beberapa Konsep KetenagakerjaanYang dimaksud dengan human resource disini
adalah penduduk yang berupa tenagakerja (human power) yang dianggap sebagai faktor
produksi. Tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja yaitu antara 15-64 tahun.Beberapa
konsep/definisi yang digunakan dalam ketenagakerjaan adalah sbb:
1. Penduduk Semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia
selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam
bulan tetapi bertujuan untuk menetap.
2. Usia kerja Indonesia menggunakan batas bawah usia kerja (economically active
population) 15 tahun (meskipun dalam survei dikumpulkan informasi mulai dari
usia 10 tahun) dan tanpa batas atas usia kerja.
3. Angkatan Kerja Konsep angkatan kerja merujuk pada kegiatan utama yang
dilakukan oleh penduduk usia kerja selama periode tertentu. Angkatan Kerja
adalah penduduk usia kerja yang bekerja, ataupunya pekerjaan namun sementara
tidak bekerja, dan pengangguran.
4. Bukan angkatan kerja
Penduduk usia kerja tidak termasuk angkatan kerja mencakup penduduk yang
bersekolah,mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainya.
5. Bekerja
Kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau
membantu memperoleh pendapatan atau keuntingan paling sedikit 1(satu) jam
secara tidak terputus selama seminggu yang lalu. Kegiatan bekerja ini mencakup,
baik yang sedang bekerja maupun yang punya pekerjaan tetapi dalam seminggu
yang lalu sementara tidak bekerja, misal karena cuti, sakit dan sejenisnya. Kriteria satu
jam (the one-hour criterion) digunakan dengan pertimbangan untuk mencakup
semua jenis pekerjaan yang mungkin ada pada suatu negara, termasuk didalamnya

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 17


adalah pekerja dengan waktu singkat (short-time work), pekerja bebas, stand-by
work dan pekerja yang tak beraturah lainnya. Kriteria satu jam juga dikaitkan
dengan definisi bekerja dan pengangguran yang digunakan, dimana pengangguran
adalah situasi dari ketiadaan pekerja secara total, sehingga jika batas minimum dari
jumlah jam kerja dinaikkan maka akan mengubah definisi pengangguran yaitu bukan lagi
ketiadaan pekerjaan secara total.  

Jenis dan macam-macam Pengangguran


Pengangguran adalah keadaan dimana seorang yang termasuk dalam angakatan kerja,
ingin mencari pekerjaan namun tidak memperolehnya dikarenakan jumlah pencari kerja yang
tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang ingin menampungnya. Tenaga kerja yang
menganggur adalah mereka yang ada dalam umur angkatan kerja dan sedang mencari
pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Sejak tahun 2001 definisi pengangguran
mengalami penyesuaian/perluasan menjadi sebagai berikut ; Pengangguran adalah mereka
yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan
(sebelumnya dikatagorikan sebagai bukan angkatan kerja), yang sudah punya pekerjaan tetapi
belum mulai bekerja (sebelumnya dikatagorikan sebagai bekerja), dan pada waktu yang
bersamaan mereka tak bekerja (jobless). Pengangguran dengan konsep/definisi tersebut
biasanya disebut sebagai pengangguran terbuka (open unemployment). Secara spesifik,
pengangguran terbuka dalam Sakernas, terdiri dari :
 Mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan,
 Mereka yang tidak bekerja dan mempersiapkan usaha,
 Mereka yang tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan, dan
 Mereka yang tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan karena sudah diterimabekerja,
tetapi belum mulai bekerja.Tingkat Pengangguran Terbuka dihitung sbb;
Pengangguran Friksional/Frictional Unemployment
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara
yangdisebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja
dengan pembuka lamaran pekerjaan.
Pengangguran Struktural / Structural Unemployment
Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencarilapangan
pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembukalapangan kerja.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 18


Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkankebutuhan akan sumber
daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik darisebelumnya.

Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment


Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasikegiaan
ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur.Contohnya seperti petani yang
menanti musim tanam, tukan jualan duren yangmenanti musim durian.
Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik
turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripadapenawaran
kerja.Di negara berkembang pengangguran dapat digolongkan menjadi:
 Visible Employment
Akan timbul apabila jumlah waktu kerja yang sungguh-sungguh digunakan lebih
sedikit daripada waktu kerja yang disediakan untuk bekerja.
 Disguised Employment
Pengangguran ini terjadi apabila para pekerja telah menggunakan waktu
kerjanyasecara penuh dalam suatu pekerjaan dapat ditarik ke sektor-sektor atau
pekerjaan laintanpa mengurangi sektor outpout yang ditinggalkan.
 Potential Under Employment
Merupakan suatu perluasan dari pengangguran tak kentara dalam artian suatu pekerja
dapat ditarik dari sektor tersebut tanpa mengurangi output, tetapi harus dibarengi
dengan perubahan-perubahan fundamental dalam metode produksi yang memerlukan
pembentukan kapital yang berarti. 

Memanfaatkan Tenaga-tenaga yang menganggur.


Tenaga yang menganggur merupakan persediaan faktor produksi yang dapat
dikombinasikan dengan faktor produksi yang lain guna meningkatkan output dinegara yang
berkembang. Masalah pemanfaatan tenaga kerja yang menganggur ini baik segi penawaran
maupun segi permintaan hanya diperlukan kapital yang relatif sedikit. Keuntungan tenaga
yang menganggur tersebut misalnya saja dalam sektor pertanian yang tenaganya menganggur
saat tidak musim panen dialihkan atau dimanfaatkan ke dalam industri-industri kecil seperti
yang dinyatakan oleh Profesor Leibenstein bahwa kemampuan untuk menghasilkan lebih
banyak tergantung pada kalori yang dimiliki tenaga kerja itu, sehingga tidak mudah untuk

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 19


menarik tenagakerja dari sektor pertanian yang kemudian akan diikuti oleh penarikan bahan
makanan dari sektor pertanian pula. 
 

Keadaan Tenaga Kerja di Negara-Negara Berkembang


 
Sebagian besar penduduk di negara-negara berkembang berada dalam keadaan yang
ditandai dengan ³kemiskinan massal´. Pertumbuhan penduduk yang dialami oleh negara-negara
berkembang sangat cepat laju pertumbuhannya. Sehingga hal tersebut merupakan faktor
dinamika yang paling penting, sebab faktor penduduk mempengaruhi serta menentukan arah
perkembangan suatu negara di masa yang akan datang. Pertumbuhan penduduk merupakan
masalah pokok dalam pembangunan ekonomi. Pengaruh pertambahan penduduk ini terlihat
pada pengadaan kebutuhan-kebutuhan pokok secara total harus ditambah terutama pengadaan
pangan dan mengakibatkan naiknya angkatan kerja
Apabila jumlah penduduk tumbuh sama cepat dengan pendapatan nasional, maka
pendapatan per kapita tidak bertambah. Salah satu implikasi yang menonjol dalam masalah
pertumbuhan penduduk di negara-negara berkembang yaitu angkatan kerja produktif harus
menanggung beban yang lebih banyak untuk menghidupi anggota keluarga secara
proporsional jumlahnya hampir dua kali lipat dibandingkan dengan yang ada di negara-
negara maju. Artinya, negara-negara berkembang tidak hanya dibebani oleh tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi tetapi juga angkatan kerjanya harus menaggung beban
ketergantungan yang lebih berat. Bagi negara-negara berkembang pada umumnya mengalami
ledakan angkatan kerja, namun gelombang pekerja yang belum ada tarafnya sekarang sedang
memasuki pasaran kerja, tetapi tidak diikuti dengan peningkatan lowongan kerja yang baru.
Sehingga pengangguran di kota-kota dan di desa-desa semakin meningkat terus.
Pengangguran yang terjadi di negara-negara berkembang disebabkan oleh banyaknya
penduduk usia produktif yang kurang memiliki keahlian dalam bekerja dengan didukung oleh
sempitnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Sebagian besar penduduk di negara-negara
berkembang bekerja di daerah pedesaan.Lebih dari 65% penduduknya tinggal secara
permanen bahkan turun-temurun. Demikian pula sekitar 58% angkatan kerja di negara-negara
berkembang mencari nafkah di sektor pertanian yang menyumbang GNI sebesar 14%.
(Smith,2006).
Banyaknya penduduk di negara-negara berkembang yang bekerja di sektor
pertanianserta memproduksi output primer (bahan-bahan mentah) dikarenakan pada suatu

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 20


kenyataan bahwa tingkat pendapatan yang rendah sehingga prioritas pertama bagi penduduk
tersebut adalah pangan, pakaian dan papan. Selain itu juga dikarenakan tenaga kerja di
negara-negara berkembang memiliki kualitas yang rendah bila dibandingkan dengan negara-
negara maju sehingga tidak dapat bersaing dengan tenaga kerja di negara-negara maju.
Indikator dari rendahnya kualitas tenaga kerja di negara-negara berkembang salah satunya
dipengaruhi oleh pendidikan yang rendah. Pendidikan merupakan faktor yang menentukan
terhadap kualitas dari tenaga kerja disuatu negara dan merupakan unsur yang mendasar bagi
pertumbuhan ekonomi.  Modal pendidikan yang lebih baik dapat meningkatkan pengembalian
atas investasi pendapatan. Sebagian besar tenaga kerja di negara-negara berkembang hanya
menempuh pendidikan hingga bangku Sekolah Dasar dibandingkan dengan negara maju yang
standarisasi pendidikannya lebih tinggi, yaitu tenaga kerja yang berpendidikan sarjana
 
Jumlah penduduk, Kesempatan Kerja dan pengangguran
Jumlah penduduk yang besar pada dasarnya merupakan potensi yang sangat berharga
ditinjau dari segi tenaga kerja, jika dapat didayagunakan dengan baik, penduduk yang
sangatbanyak dan memiliki keterampilan ini merupakan potensi yang berharga. Jumlah
penduduk yang besar dan tidak memiliki keterampilan ini adalah kerugiannya yang dapat
menyebabkanpengangguran di mana-mana. Hal yang diharapkan kesempatan seimbang
dengan angkatankerja tetapi hal ini tidak terwujud.
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan ekonomi, manusia,
sosial budaya, dan politik, untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur.
Dalam melaksanakan pembangunan nasional, perluasan lapangan kerja dan peningkatan
kualitas tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku
dan tujuan pembangunan. Masalah yang banyak dihadapi oleh negara-negara berkembang
yaitu laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat sehingga menjadi masalah pokok dalam
pembangunan ekonomi. Pengaruh pertambahan penduduk ini terlihat pada pengadaan
kebutuhan-kebutuhan pokok secara total harus ditambah terutama pengadaan pangan dan
mengakibatkan naiknya angkatan kerja.
Negara-negara berkembang tidak hanya dibebani oleh tingkat pertumbuhan penduduk
yang tinggi tetapi juga angkatan kerjanya harus menaggung beban ketergantungan yang lebih
berat. Selain itu, ledakan angkatan kerja banyak dialami oleh negara-negara berkembang
yang tidak diikuti dengan meningkatnya perluasan lapangan kerja sehingga terjadi
pengangguran baik di kota-kota maupun di desa-desa. Jumlah penawaran tenagakerja yang
tinggi di negara-negara berkembang tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas tenaga

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 21


kerja. Tenaga kerja di negara-negara berkembang memiliki kualitas yang rendah bila
dibandingkan dengan negara-negara maju sehingga tidak dapat bersaing dengan tenaga kerja
di negara-negara maju. Indikator dari rendahnya kualitas tenaga kerja di negara-negara
berkembang salah satunya dipengaruhi oleh pendidikan yang rendah. Pembangunan ekonomi
harus dibarengi dengan pembangunan dalam pendidikan yang dapat meningkatkan kualitas
tenaga kerja. Salah satu peningkatan pendidikan terhadap tenaga-tenaga kerja di negara-
negara berkembang, yaitu dengan melakukan inovasi pendidikan dalam semua aspek.
Keberhasilan usaha pembangunan ekonomi dalam suatu negara dipengaruhi dan ditentukan
oleh banyak faktor, salah satunya yaitu faktor tenaga kerja. Peranan tenaga kerja dalam
pembangunan ditentukan oleh jumlah dan mutu tenagakerja yang tersedia sebagai pelaksana
berbagai usaha dilapangan pekerjaan.
Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat di negara-negara berkembang, khususnya
tenaga kerja yang menganggur tidak selalu menjadi bahaya stagnasi dalam pembangunan
ekonomi. Tenagakerja yang terpaksa menganggur dapat dimanfaatkan dengan menciptakan
lapangan kerja, yang direalisasikan melalui berbagai proyek pekerjaan umum. Sehingga
permasalahan mengenai tenaga kerja di negara-negara berkembang dapat teratasi dengan baik
dan tidak lagi menjadi permasalahan yang menghambat pembangunan ekonomi. Peningkatan
kualitas tenaga kerja yang direalisasikan melalui peningkatan mutu pendidikan dapat menjadi
solusi dalam melaksanakan pembangunan ekonomi mengenai tenaga kerja di negara-negara
berkembang dapat teratasi dengan baik dan tidak lagi menjadi permasalahan yang
menghambat pembangunan ekonomi. Peningkatan kualitas tenaga kerja yang direalisasikan
melalui peningkatan mutu pendidikan dapat menjadi solusi dalam melaksanakan
pembangunan ekonomi mengenai tenaga kerja di negara-negara berkembang dapat teratasi
dengan baik dan tidak lagi menjadi permasalahan yang menghambat pembangunan ekonomi.
Peningkatan kualitas tenaga kerja yang direalisasikan melalui peningkatan mutu pendidikan
dapat menjadi solusi dalam melaksanakan pembangunan ekonomi.

PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP 


PEMBANGUNAN

PERMASLAHAN PENDUDUK INDONESIA


Masalah Penduduk yang Bersifat Kuantitatif
a. Jumlah Penduduk Besar

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 22


Penduduk dalam suatu negara menjadi faktor terpenting dalam pelaksanaan pembangunan
karena menjadi subjek dan objek pembangunan. Manfaat jumlah penduduk yang besar:
1)     Penyediaan tenaga kerja dalam masalah sumber daya alam.
2)   Mempertahankan keutuhan negara dari ancaman yang berasal dari bangsa lain.
Selain manfaat yang diperoleh, ternyata negara Indonesia yang berpenduduk
besar, yaitu nomor 4 di dunia menghadapi masalah yang cukup rumit yaitu:
1) Pemerintah harus dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan hidupnya. Dengan kemampuan
pemerintah yang masih terbatas masalah ini sulit diatasi sehingga berakibat seperti masih
banyaknya penduduk kekurangan gizi makanan, timbulnya pemukiman kumuh.
2)  Penyediaan lapangan kerja, sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan serta fasilitas
sosial lainnya. Dengan kemampuan dana yang terbatas masalah ini cukup sulit diatasi,
oleh karena itu pemerintah menggalakkan peran serta sektor swasta untuk mengatasi
masalah ini.
b.  Pertumbuhan Penduduk Cepat
Secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia masih relatif cepat, walaupun ada
kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 – 1971 pertumbuhan penduduk sebesar 2,1
% pertahun, tahun 1971 – 1980 sebesar 2,32% pertahun, tahun 1980 – 1990 sebesar
1,98% pertahun, dan periode 1990 – 2000 sebesar 1,6% pertahun. Keluarga berencana
merupakan suatu usaha untuk membatasi jumlah anak dalam keluarga, demi
kesejahteraan keluarga. Dalam program ini setiap keluarga dianjurkan mempunyai dua
atau tiga anak saja atau merupakan keluarga kecil.Dengan terbentuknya keluarga kecil
diharapkan semua kebutuhan hidup anggota keluarga dapat terpenuhi sehingga
terbentuklah keluarga sejahtera.
Dua tujuan pokok Program Keluarga Berencana yaitu:
a. Menurunkan angka kelahiran agar pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan
peningkatan produksi.
b. Meningkatkan kesehatan ibu dan anak untuk mencapai keluarga sejahtera
c. Persebaran Penduduk Tidak Merata
Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata baik persebaran antarpulau, provinsi,
kabupaten maupun antara perkotaan dan pedesaan. Pulau Jawa dan Madura yang luasnya
hanya ±7% dari seluruh wilayah daratan Indonesia, dihuni lebih kurang 60% penduduk
Indonesia Perkembangan kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan Madura tergolong
tinggi, yaitu tahun 1980 sebesar 690 jiwa tiap-tiap kilometer persegi, tahun 1990 menjadi
814 jiwa dan tahun 1998 menjadi 938 jiwa per kilo meter persegi (km2).

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 23


Akibat dari tidak meratanya penduduk, yaitu luas lahan pertanian di Jawa semakin
sempit. Lahan bagi petani sebagian dijadikan permukiman dan industri. Sebaliknya
banyak lahan di luar Jawa belum dimanfaatkan secara optimal karena
kurangnya sumber daya manusia. Sebagian besar tanah di luar Jawa dibiarkan begitu saja
tanpa ada kegiatan pertanian. Keadaan demikian tentunya sangat tidak menguntungkan
dalam melaksanakan pembangunan wilayah dan bagi peningkatan pertahanan keamanan
negara.

Masalah Penduduk yang Bersifat Kualitatif


a.    Tingkat Kesehatan Penduduk yang rendah
Meskipun telah mengalami perbaikan, tetapi kualitas kesehatan penduduk Indonesia
masih tergolong rendah. Indikator untuk melihat kualitas kesehatan penduduk adalah dengan
melihat:
1)Angka Kematian
2)Angka Harapan Hidup
Angka kematian yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang rendah.
Angka harapan hidup yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang baik.
Kualitas kesehatan penduduk tidak dapat dilepaskan dari pendapatan penduduk. Semakin
tinggi pendapatan penduduk maka pengeluaran untuk membeli pelayanan kesehatan semakin
tinggi. Penduduk yang pendapatannya tinggi  dapat menikmati kualitas makanan yang
memenuhi standar kesehatan.
b. Tingkat Pendidikan yang Rendah
Tingkat pendidikan bukanlah satu-satunya indikator untuk mengukur kualitas SDM
penduduk suatu negara. Kualitas SDM berhubungan dengan produktivitas kerja. Orang yang
tingkat pendidikannya tinggi diharapkan punya produktivitas yang tinggi. Kenyataan yang
terjadi di Indonesia adalah banyak orang berpendidikan tinggi (sarjana) tetapi menganggur.
Keadaan demikian tentu sangat memprihatinkan. Orang yang menganggur menjadi beban
bagi orang lain (keluarganya). Tingkat pendidikan diharapkan  berbanding lurus dengan
tingkat kesejahteraan. Sehingga pembangunan dalam bidang pendidikan yang dilakuka oleh
pemerintah membawa dampak positif yang  signifikan  terhadap kesejahteraan penduduk.
c.    Tingkat Kemakmuran yang Rendah
Meskipun tidak termasuk negara miskin, jumlah penduduk Indonesia yang hidup di
bawah garis kemiskinan cukup besar. Sebanyak 37,5 juta penduduk Indonesia hidup di bawah
garis kemiskinan menurut standard yang ditetapkan PBB. Kemakmuran berbanding lurus

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 24


dengan kualitas SDM. Semakin tinggi kualitas SDM penduduk, semakin tinggi pula tingkat
kemakmurannya. Banyak negara yang miskin sumber daya alam tetapi tingkat kemakmuran
penduduknya tinggi. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam.
Mengapa banyak penduduk Indonesia yang hidup miskin?
DAMPAK PERMASALAHAN PENDUDUK TERHADAP PEMBANGUNAN
Penduduk adalah objek dan subyek pembangunan. Sebagai objek, penduduk adalah
sasaran pembangunan. Sebagai subyek, penduduk adalah pelaku pembangunan. Peranan
penduduk sebagai subyek menentukan arah dan keberhasilan pembangunan. Potensi dan
tantangan pembangunan ditentukan oleh keadaan riil kependudukan dan sumber daya alam
yang dimiliki oleh suatu negara. Bagaimana potensi dan tantangan pembangunan di
Indonesia? Kekayaan sumber daya alam yang ada di bumi Indonesia sangat besar. Ini
merupakan suatu potensi. Masalahnya adalah  sanggupkah penduduk Indonesia
mengeksploitasi dan mengelola sumber daya alam yang melimpah itu?  Fakta menunjukkan
bahwa eksploitasi sumber daya alam (penambangan) di Indonesia banyak dilakukan oleh
perusahaan asing. Proyek-proyek pembangunan oleh pemerintah juga sering menggunakan
bantuan (assistance)  perusahaan asing.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan modal dan teknologi yang dimiliki penduduk
Indonesia. Penguasaan teknologi dan kepemilikan modal terkait dengan kualitas sumber daya
manusia (SDM) penduduk Indonesia. Rendahnya kualitas sumber daya manusia penduduk
Indonesia ditunjukkan dengan GDP perkapita  yang relatif rendah. Kualitas sumber daya
manusia penduduk Indonesia yang rendah merupakan penghambat pembangunan. Secara
terperinci faktor kependudukan yang menghambat pembangunan adalah:
1.    Rendahnya kualitas SDM penduduk Indonesia
Salah satu indikator kemakmuran suatu negara adalah volume barang dan jasa yang
dihasilkan oleh penduduknya. Untuk memproduksi barang dan jasa diperlukan penguasaan
teknologi dan ilmu pengetahuan. Penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan terkait dengan
kualitas SDM penduduk suatu negara. Jadi kualitas SDM merupakan faktor penentu
kemakmuran. Apa yang dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keterampilan dan
ilmu pengetahuan?
2.    Pertumbuhan penduduk yang tinggi
Penduduk merupakan potensi sekaligus beban pembangunan. Penduduk yang
berkualitas (produktif) merupakan potensi/kekuatan pembangunan. Sedangkan penduduk
dengan kualitas rendah (non produktif) merupakan beban pembangunan. Pertumbuhan
penduduk bagi suatu negara dapat menjadi kekuatan sekaligus beban. Ini tergantung

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 25


bagaimana kualitas penduduknya. Bagi Indonesia, pertumbuhan penduduk yang tinggi
merupakan beban pembangunan. Mengapa? Jumlah penduduk Indonesi saat ini sudah cukup
besar. Tetapi kualitas hidupnya (kemakmurannya) masih rendah.  Apabila pertumbuhan
penduduk masih tetap tinggi, maka kualitas hidup (kemakmuran) akan semakin menurun.
C.    UPAYA-UPAYA MENGATASI PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN
    Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut adalah:
1.  Jumlah penduduk dan pertumbuhannya diatasi dengan program Keluarga Berencana (KB).
2. Persebaran dan Kepadatan penduduk diatasi dengan:
a.    Program Transmigrasi
b.   Pembangunan lebih intensif di Kawasan Indonesia Timur.
3.  Tingkat kesehatan yang rendah diatasi dengan:
a.  Pembangunan fasilitas kesehatan seperti Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
b.  Pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin
4.  Tingkat pendidikan yang rendah diatasi dengan:
a. Penyediaan fasilitas pendidikan yang lebih lengkap dan merata di semua daerah di
Indonesia.
b. Penciptaan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja
c. Peningkatan kualitas tenaga pengajar (guru dan dosen) di lembaga pendidikan milik
pemerintah
d. Penyediaan program pelatihan bagi para pengajar dan pencari kerja
e. Mempelopori riset dan penemuan baru dalam bidang IPTEK di lembaga- lembaga
pemerintah
5.  Tingkat  pendapatan yang rendah diatasi dengan:
a. Penciptaan perangkat hukum yang menjamin tumbuh dan berkembang- nya
usaha/investasi, baik PMDN ataupun PMA.
b. Optimalisasi peranan BUMN dalam kegiatan perekonomian, sehingga dapat lebih
banyak menyerap tenaga kerja.
c. Penyederhanaan birokrasi dalam   perizinan usaha. Pembangunan/menyediakan fasilitas
umum (jalan, telepon) sehingga dapat mendorong kegiatan ekonomi.

PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP 


PEMBANGUNAN

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 26


Masalah Penduduk yang Bersifat Kuantitatif
a. Jumlah Penduduk Besar
Penduduk dalam suatu negara menjadi faktor terpenting dalam pelaksanaan
pembangunan karena menjadi subjek dan objek pembangunan. Manfaat jumlah penduduk
yang besar:
1)     Penyediaan tenaga kerja dalam masalah sumber daya alam.
2)     Mempertahankan keutuhan negara dari ancaman yang berasal dari bangsa lain.
Selain manfaat yang diperoleh, ternyata negara Indonesia yang berpenduduk
besar, yaitu nomor 4 di dunia menghadapi masalah yang cukup rumit yaitu:
1)  Pemerintah harus dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan hidupnya. Dengan
kemampuan pemerintah yang masih terbatas masalah ini sulit diatasi sehingga
berakibat seperti masih banyaknya penduduk kekurangan gizi makanan, timbulnya
pemukiman kumuh.
2)   Penyediaan lapangan kerja, sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan serta
fasilitas sosial lainnya. Dengan kemampuan dana yang terbatas masalah ini cukup
sulit diatasi, oleh karena itu pemerintah menggalakkan peran serta sektor swasta
untuk mengatasi masalah ini.
b.    Pertumbuhan Penduduk Cepat
Secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia masih relatif cepat, walaupun ada
kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 – 1971 pertumbuhan penduduk sebesar 2,1 %
pertahun, tahun 1971 – 1980 sebesar 2,32% pertahun, tahun 1980 – 1990 sebesar 1,98%
pertahun, dan periode 1990 – 2000 sebesar 1,6% pertahun. Keluarga berencana merupakan
suatu usaha untuk membatasi jumlah anak dalam keluarga, demi kesejahteraan keluarga.
Dalam program ini setiap keluarga dianjurkan mempunyai dua atau tiga anak saja atau
merupakan keluarga kecil.Dengan terbentuknya keluarga kecil diharapkan semua kebutuhan
hidup anggota keluarga dapat terpenuhi sehingga terbentuklah keluarga sejahtera.
Dua tujuan pokok Program Keluarga Berencana yaitu:
a.  Menurunkan angka kelahiran agar pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan
peningkatan produksi.
b. Meningkatkan kesehatan ibu dan anak untuk mencapai keluarga sejahtera
c. Persebaran Penduduk Tidak Merata
Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata baik persebaran antarpulau, provinsi,
kabupaten maupun antara perkotaan dan pedesaan. Pulau Jawa dan Madura yang luasnya
hanya ±7% dari seluruh wilayah daratan Indonesia, dihuni lebih kurang 60% penduduk

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 27


Indonesia Perkembangan kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan Madura tergolong tinggi,
yaitu tahun 1980 sebesar 690 jiwa tiap-tiap kilometer persegi, tahun 1990 menjadi 814 jiwa
dan tahun 1998 menjadi 938 jiwa per kilo meter persegi (km2).
Akibat dari tidak meratanya penduduk, yaitu luas lahan pertanian di Jawa semakin
sempit. Lahan bagi petani sebagian dijadikan permukiman dan industri. Sebaliknya banyak
lahan di luar Jawa belum dimanfaatkan secara optimal karena kurangnya sumber daya
manusia. Sebagian besar tanah di luar Jawa dibiarkan begitu saja tanpa ada kegiatan
pertanian. Keadaan demikian tentunya sangat tidak menguntungkan dalam melaksanakan
pembangunan wilayah dan bagi peningkatan pertahanan keamanan negara.

Masalah Penduduk yang Bersifat Kualitatif


a. Tingkat Kesehatan Penduduk yang rendah
Meskipun telah mengalami perbaikan, tetapi kualitas kesehatan penduduk Indonesia
masih tergolong rendah. Indikator untuk melihat kualitas kesehatan penduduk adalah dengan
melihat:
1) Angka Kematian
2) Angka Harapan Hidup
Angka kematian yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang rendah.
Angka harapan hidup yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang baik.
Kualitas kesehatan penduduk tidak dapat dilepaskan dari pendapatan penduduk. Semakin
tinggi pendapatan penduduk maka pengeluaran untuk membeli pelayanan kesehatan semakin
tinggi. Penduduk yang pendapatannya tinggi  dapat menikmati kualitas makanan yang
memenuhi standar kesehatan.
b. Tingkat Pendidikan yang Rendah
Tingkat pendidikan bukanlah satu-satunya indikator untuk mengukur kualitas SDM
penduduk suatu negara. Kualitas SDM berhubungan dengan produktivitas kerja. Orang yang
tingkat pendidikannya tinggi diharapkan punya produktivitas yang tinggi. Kenyataan yang
terjadi di Indonesia adalah banyak orang berpendidikan tinggi (sarjana) tetapi menganggur.
Keadaan demikian tentu sangat memprihatinkan. Orang yang menganggur menjadi beban
bagi orang lain (keluarganya). Tingkat pendidikan diharapkan  berbanding lurus dengan
tingkat kesejahteraan. Sehingga pembangunan dalam bidang pendidikan yang dilakuka oleh
pemerintah membawa dampak positif yang  signifikan  terhadap kesejahteraan penduduk.
c. Tingkat Kemakmuran yang Rendah

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 28


Meskipun tidak termasuk negara miskin, jumlah penduduk Indonesia yang hidup di
bawah garis kemiskinan cukup besar. Sebanyak 37,5 juta penduduk Indonesia hidup di bawah
garis kemiskinan menurut standard yang ditetapkan PBB. Kemakmuran berbanding lurus
dengan kualitas SDM. Semakin tinggi kualitas SDM penduduk, semakin tinggi pula tingkat
kemakmurannya. Banyak negara yang miskin sumber daya alam tetapi tingkat kemakmuran
penduduknya tinggi. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam.
Mengapa banyak penduduk Indonesia yang hidup miskin?

DAMPAK PERMASALAHAN PENDUDUK TERHADAP PEMBANGUNAN

Penduduk adalah objek dan subyek pembangunan. Sebagai objek, penduduk adalah
sasaran pembangunan. Sebagai subyek, penduduk adalah pelaku pembangunan. Peranan
penduduk sebagai subyek menentukan arah dan keberhasilan pembangunan. Potensi dan
tantangan pembangunan ditentukan oleh keadaan riil kependudukan dan sumber daya alam
yang dimiliki oleh suatu negara. Bagaimana potensi dan tantangan pembangunan di
Indonesia? Kekayaan sumber daya alam yang ada di bumi Indonesia sangat besar. Ini
merupakan suatu potensi. Masalahnya adalah  sanggupkah penduduk Indonesia
mengeksploitasi dan mengelola sumber daya alam yang melimpah itu?  Fakta menunjukkan
bahwa eksploitasi sumber daya alam (penambangan) di Indonesia banyak dilakukan oleh
perusahaan asing. Proyek-proyek pembangunan oleh pemerintah juga sering menggunakan
bantuan (assistance)  perusahaan asing.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan modal dan teknologi yang dimiliki penduduk
Indonesia. Penguasaan teknologi dan kepemilikan modal terkait dengan kualitas sumber daya
manusia (SDM) penduduk Indonesia. Rendahnya kualitas sumber daya manusia penduduk
Indonesia ditunjukkan dengan GDP perkapita  yang relatif rendah. Kualitas sumber daya
manusia penduduk Indonesia yang rendah merupakan penghambat pembangunan. Secara
terperinci faktor kependudukan yang menghambat pembangunan adalah:
1. Rendahnya kualitas SDM penduduk Indonesia
Salah satu indikator kemakmuran suatu negara adalah volume barang dan jasa yang
dihasilkan oleh penduduknya. Untuk memproduksi barang dan jasa diperlukan penguasaan
teknologi dan ilmu pengetahuan. Penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan terkait dengan
kualitas SDM penduduk suatu negara. Jadi kualitas SDM merupakan faktor penentu
kemakmuran. Apa yang dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keterampilan dan
ilmu pengetahuan?

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 29


2. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
Penduduk merupakan potensi sekaligus beban pembangunan. Penduduk yang
berkualitas (produktif) merupakan potensi/kekuatan pembangunan. Sedangkan penduduk
dengan kualitas rendah (non produktif) merupakan beban pembangunan. Pertumbuhan
penduduk bagi suatu negara dapat menjadi kekuatan sekaligus beban. Ini tergantung
bagaimana kualitas penduduknya. Bagi Indonesia, pertumbuhan penduduk yang tinggi
merupakan beban pembangunan. Mengapa? Jumlah penduduk Indonesi saat ini sudah cukup
besar. Tetapi kualitas hidupnya (kemakmurannya) masih rendah.  Apabila pertumbuhan
penduduk masih tetap tinggi, maka kualitas hidup (kemakmuran) akan semakin menurun.

Dimensi Kependudukan Dalam Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang secara


berkelanjutan mengoptimalkan manfaat dari sumber alam dan sumberdaya manusia dengan
cara menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan sumber alam yang tersedia.
Secara implisit pengertian diatas mengandung makna beberapa aspek yaitu:
1. Proses pembangunan berlangsung secara berlanjut dan didukung oleh sumber alam
dengan kualitas lingkungan dan manusia semakin berkembang;
2. Sumber alam terutama udara, air dan tanah, memiliki ambang batas dimana
pemanfaatan yang berlebihan akan menyebabkan berkurangnya kuantitas dan
kualitas sumberdaya alam sehingga mengurangi kemampuannya mendukung
kehidupan umat manusia;
3. Kualitas lingkungan berkorelasi langsung dengan kualitas hidup, sehingga semakin
baik mutu kualitas lingkungan semakin positif pengaruhnya pada kualitas hidup,
yang antara lain tercermin pada meningkatnya usia harapan hidup, turunnya tingkat
kematian, dan lain-lain;
4. Pembangunan berkelanjutan memungkinkan generasi sekarang meningkatkan
kesejahteraannya tanpa mengurangi kemungkinan lagi generasi masa depan juga
dapat meningkat kesejahteraannay.
Konsep pembangunan berkelanjutan memberikan dampak adanya batas, bukan batas
absolut akan tetapi batas yang ditentukan oleh tingkat masyarakat dan organisasi sosial,
mengenai sumberdaya alam serta kemampuan bisofer menyerap pelbagai pengaruh dari

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 30


kativitas manusia. Teknologi dan organisasi dapat dikelola dan ditingkatkan guna memberi
jalan bagi era baru pembangunan ekonomi.
Dengan demikian strategi pembangunan berkelanjutan bermaksud mengembangkan
keselarasan baik antara umat manusia dengan alam. Keselarasan tersebut tentunya tidak
bersifat tetap, melainkan merupakan suatu proses yang dinamis. Proses pemanfaatan
sumberdaya, arah investasi, orientasi pengembangan teknologi, serta perubahan kelembagaan
diselenggarakan secara konsisten dengan kebutuhan masa kini dan masa depan. Oleh karena
itulah dalam pembangunan berkelanjutan, proses pembangunan ekonomi harus disesuaikan
dengan kondisi penduduk serta sumberdaya alam dan lingkungan yang ada di suatu wilayah
tertentu.

Kependudukan dalam Pembangunan Nasional


Beberapa alasan yang melandasi pemikiran bahwa kependudukan merupakan faktor
yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan nasional, antara lain adalah:
Pertama, kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari
seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Dalam GBHN dengan
jelas dikemukakan bahwa penduduk adalah subyek dan obyek pembangunan. Sebagai subyek
pembangunan maka penduduk harus dibina dan dikembangkan sehingga mampu menjadi
penggerak pembangunan. Sebaliknya, pembangunan juga harus dapat dinikmati oleh
penduduk yang bersangkutan. Dengan demikian jelas bahwa pembangunan harus
dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan penduduk agar seluruh penduduk
dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan tersebut. Sebaliknya, pembangunan
tersebut baru dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam
arti yang luas.
Kedua, keadaan dan kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Jumlah penduduk yang besar jika diikuti
dengan kualitas penduduk yang memadai akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan
ekonomi. Sebaliknya jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan tingkat kualitas yang
rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi pembangunan.
Ketiga, dampak perubahan dinamika kependudukan baru akan terasa dalam jangka
yang panjang. Karena dampaknya baru terasa dalam jangka waktu yang panjang, sering kali
peranan penting penduduk dalam pembangunan terabaikan. Sebagai contoh,beberpa ahli
kesehatan memperkirakan bahwa krisis ekonomi dewasa ini akan memberikan dampak
negatif terhadap kesehatan seseorang selama 25 tahun kedepan atau satu genarasi. Dengan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 31


demikian, dapat dibayangkan bagaimana kondisi sumberdaya manusia Indonesia pada
generasi mendatang, 25 tahun setelah tahun 1997. demikian pula, hasil program keluarga
berencana yang dikembangkan 30 tahun yang lalu (1968), baru dapat dinikmati dalam
beberapa tahun terakhir ini. Dengan demikian, tidak diindahkannya dimensi kependudukan
dalam rangka pembangunan nasional sama artinya dengan “menyengsarakan” generasi
berikutnya.
Perhatian pemerintah terhadap kependudukan dimulai sejak pemerintah Orde Baru
memegang kendali. Konsep “pembangunan manusia seutuhnya” yang tidak lain adalah
konsep “pembangunan kependudukan” mulai diterapkan dalam perencanaan pembangunan
Indonesia yang sistematis dan terarah sejak Repelita 1 pada tahun 1986. namun sedemikian
jauh, walaupun dalam tatanan kebijaksanaan telah secara sungguh-sungguh mengembangkan
konsep pembangunan yang berwawasan kependudukan, pemerintah nampaknya belum dapat
secara optimal mengimplementasikan dan mengintegrasikan kebijaksanaan tersebut.
Pada saat Indonesia menikmati pertumbuhan ekonomi yang tinggi diawal dasawarsa
1990-an tidak sedikit ekonom yang meragukan kemampuan Indonesia untuk
mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonom tersebut. Terlepas dari persoalan “moral
hazard” dan “rent seeking behavior” yang terdapat pada sebagian besar pelaku ekonomi di
Indonesia, para ekonom yang masuk dalam aliran pesimistis diatas berpandangan bahwa
Indonesia telah salah dalam mengambil strategi pembangunan ekonominya. Hal Hill (1996)
mengemukakan bahwa dalam kurun waktu 1996 samapai akhir tahun 1970an, para ekonom
di Indonesia telah berhasil mengembangkan sektor industri dengan penuh kehati-hatian dan
disesuaikan dengan kondisi makro ekonomi yang ada. Namun sejak awal 1990-an
perkembangan industri tersebut berubah dengan lebih menekankan pada industri berteknologi
tinggi. Dampaknya adalah terjadi tekanan yang sangat berlebihan pada pembiayaan yang
harus ditanggung oleh pemerintah4.
Apa yang dapat dipelajari dari krisis ekonomi yang berlangsung saat ini adalah bahwa
Indonesia telah mengambil strategi pembangunan ekonomi yang tidak sesuai dengan potensi
serta kondisi yang dimiliki. Walaupun pada saat ini indikator makro ekonomi seperti tingkat
inflasi serta pertumbuhan ekonomi telah menunjukkan kearah perbaikan, namun terlalu dini
untuk mengatakan telah terjadi perkembangan ekonomi secara fundamental. Lagi pula tidak
ada suatu jaminan bahwa Indonesia tidaka akan kembali mengalami krisis dimasa mendatang,
jika faktor-faktor mendasar belum tersentuh sama sekali. Ketergantungan terhadap pinjaman
luar negeri yang dipandang sebagai pangkal permasalahan krisis ekonomi saat ini masih
4

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 32


belum dapat diselesaikan. Bahkan ada kecenderungan ketergantungan Indonesia terhadap
pinjaman luar negeri ini menjadi semakin mendalam. Ketergantungan terhadap pinjaman luar
negeri tersebut tidak akan berkurang jika pemerintah tidak melakukan perubahan mendasar
terhadap strategi pembangunan ekonomi yang ada pada saat ini. Diperlukan suatu strategi
baru dalam pembangunan ekonomi dengan mengedepankan pembangunan ekonomi
berwawasan kependudukan sehingga dicapai pembangunan yang berkelanjutan. Demikian
pula ekonom Amerika Serikat Paul Krugman (1997) mengatakan bahwa krisis ekonomi di
Asia termasuk di Indonesia sebenarnya sudah dapat diduga sebelumnya. Krisis mata uang
yang terjadi pada pertengahan tahun 1987 hanyalah pencetus dan bukan penyebab. Penyebab
sesungguhnya adalah pada kesalahan strategi pembangunan ekonomi itu sendiri disamping
adanya masalah ‘moral hazard’.

Pengertian Pembangunan Berwawasan Kependudukan


Apa yang dimaksud dengan pembangunan berwawasan kependudukan? Secara
seerhana pembangunan berwawan kependudukan mengandung dua makna sekaligus yaitu,
pertama, pembangunan berwawasan kependudukan adalah pembangunan yang disesuaikan
dengan potensi dan kondisi penduduk yang ada. Penduduk harus dijadikan titik sentral dalam
proses pembangunan. Penduduk harus dijadikan subyek dan obyek dalam pembangunan.
Pembangunan adalah oleh penduduk dan untuk penduduk. Makna kedua dari pembangunan
berwawasan kependudukan adalah pembangunan sumberdaya manusia. Pembangunan yang
lebih menekankan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia dibandingkan dengan
pembangunan infastruktur semata.
Jargon pembangunan berwawasan kependudukan sudah lama didengar dalam bentuk
dan format lain, namun masih mengalami banyak hambatan dalam pelaksanaannya. Sudah
lama didengung-dengunkan mengenai penduduk sebagai subyek dan obyek pembangunan.
Atau jargon mngenai pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Atau pembangunan bagi
segenap rakyat. Sudah saatnya jargon tersebut diimplementasikan dengan sungguh-sungguh
jika tidak ingin mengalami krisis ekonomi yang lebih hebat lagi dimasa mendatang. Dengan
demikian, indikator keberhasilan ekonomi harus dirubah dari sekedar GNP atau GNP per
kapita menjadi aspek kesejahteraan atau memakai terminologi UNDP adalah HDI (Human
Development Index). Memang dengan mempergunakan strategi pembangunan berwawasan
kependudukan untuk suatu pembangunan ekonomi akan memperlambat tingkat pertumbuhan
ekonomi. Namun ada suatu jaminan bahwa perkembangan ekonomi yang dicapai akan
berkesinambungan (sutainable). Sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya akan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 33


membawa pada peningkatan ketimpangan pendapatan. Industrialisasi dan liberialisasi yang
terlalu cepat memang akan meningkatkan efisiensi dan pruduktivitas namun sekaligus juga
meningkatkan pengangguran dan setengah menganggur.
Mengapa selama ini Indonesia mengabaikan pembangunan berwawasan
kependudukan? Hal ini tidak lain karena keinginan pemerintah untuk mempertahankan laju
pertumbuhan ekonomi yang harus senantiasa tinggi. Pertumbuhan ekonomi menjadi satu-
satunya ukuran keberhasilan pembangunan nasional. Walaupun Indonesia memiliki wawasan
trilogi pembangunan yaitu pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas, namun pada
kenyataannya pertumbuhan senantiasa mendominasi strategi pembangunan nasional.
Strategi pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan tanpa melihat potensi
penduduk serta kondisi sumberdaya alam dan lingkungan yang ada nyatanya tidaklah
berlangsung secara berkesinambungan (sustained). Jika dikaitkan dengan krisis ekonomi
dewasa ini, terjadinya krisis tersebut tidak lepas dari kebijaksanaan ekonomi yang kurang
mengindahkan dimensi kependudukan dan lingkungan hidup. Strategi ekonomi makro yang
tidak dilandasi pada situasi/kondisi ataupun potensi kependudukan yang ada menyebabkan
pembangunan ekonomi tersebut mejadi sangat rentan terhadap perubahan. Belum terjadi
strategi pembangunan yang serius berorientasi pada aspek kependudukan selama ini.

Manfaat mengintegrasikan Dimensi Kependudukan Dalam Perencanaan Pembangunan


Pembangunan kependudukan adalah pembangunan sumberdaya manusia. Berbagai
studi dan literatur memperlihatkan bahwa kualitas sumberdaya manusia memegang peranan
penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam jangka pendek
investasi dalm sumberdaya manusia memang nampak sebagai suatu upaya yang “sia-sia”.
Naum dalam jangka panjang investasi tersebut justru mendorong pertumbuhan ekonomi.
Johnson dan Lee (1987) melakukan analisis regresi terhadapa pertumbuhan penduduk dengan
pertumbuhan ekonomi pada 75 negara berkembang. Dua ukuran pertumbuhan ekonomi yang
dipergunakan yaitu GNP pada tahun 1987 dan GNP per capita antara tauhun 1980–1987.
pertumbuhan penduduk dibagi menjadi dua bagian yaitu pertumbuhan penduduk masa lalu
yaitu pertumbuhan penduduk per tahun antara 1965–1980 dan pertumbuhan penduduk saat
ini yaitu pertumbuhan penduduk per tahun antara tahun 1980–1987. pembagian ini dilakukan
karena adanya dampak jangka pendek dan jangka panjang dari pertumbuhan penduduk itu
terhadap pertumbuhan ekonomi. Studi tersebut menemukan hubungan bahwa pertumbuhan
penduduk yang tinggi antara tahun 1980-1987 berhubungan dengan rendahnya GNP per

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 34


kapita pada tahun 1987 dan juga berhubungan dengan rendahnya pertumbuhan GNP antara
tahun 1980–1987
Demikian pula berbagai studi dan literatur memperlihatkan bahwa investasi dalam
kesehatan dan pendidikan dalam jangka panjang berdampak positif pada pertumbuhan
ekonomi. Studi yang dilakukan oleh Rosenzwig (1988) misalnya menemukan hubungan
positif sebesar 0.49 antara enrollment rate sekolah dasar dari wanita usia 10–14 tahun
terhadap peningkatan GNP per kapita. Demikian pula ditemukan hubungan positif sebesar
0.54 antara tingkat melek huruf dengan pertumbuhan GNP per kapita. Studi tersebut
dilakukan atas data makro dari 94 negara berkembang.
Dalm hal mengintegrasikan dimensi kependudukan dalam perencanaan pembangunan
(baik nasional maupun daerah) maka manfaat paling mendasar yang diperoleh adalah
besarnya harapan bahwa penduduk yang ada didaerah tersebut menjadi pelaku pembangunan
dan penikmat hasil pembangunan. Itu berarti pembangunan berwawasan kependudukan lebih
berdampak besar pada peningkatan kesejahteraan penduduk secara keseluruhan dibanding
dengan orientasi pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan (growth).
Dalam pembangunan berwawasan kependudukan ada suatu jaminan akan berlangsung proses
pembangunan itu sendiri. Pembangunan berwawasan kependudukan menekankan pada
pembangunan lokal, perencanaan berasal dari bawah (bottom up planning), disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat lokal, dan yang lebih penting adalah melibatkan
seluruh lapisan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan.
Sebaliknya orientasi pembangunan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan
membawa pada peningkatan ketimpangan pendapatan. Industrialisasi dan liberalisasi yang
terlalu cepat memang akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas namun sekaligus juga
meningkatkan pengangguran dan setengah menganggur. Sebagaimana yang terlihat selam ini
di Indonesia. Demikian pula dalam pertumbuhan (growth) ada yang dinamakan dengan ‘limit
to growth’. Konsep ini mengacu pada kenyataan bahwa suatu pertumbuhan ada batasnya. Jika
batas dari terlampaui maka yang kemudian terjadi adalah terjadinya ‘pemusnahan’ atas hasil-
hasil pembangunan tersebut. Nampaknya ini yang sedang berlangsung di Indonesia dengan
terjadinya krisis ekonomi sekarang ini. Jika diingat beberapa tahun yang lalu selalu ada
peringatan bahwa perekonomian kita terlalu memanas dan lain sebagainya. Itu tidak lain
adalah kata lain bahwa pertumbuhan ekonomi kita sedang memasuki apa yang disebut
dengan “limit to growth’. Bnahwa pertumbuhan ekonomi tersebut tidak dapat dipacu lebih
tinggi lagi dengan melihat pada kondisi fundamental yang ada.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 35


Ada beberapa kritik lagi yang ditujukan kepada konsep pembangunan yang
berorientasi pada pertumbuhan, yaitu: (1) prakasa biasanya dimulai dari pusat dalam bentuk
rencana formal; (2) proses penyusunan program bersifat statis dan didominasi oleh pendapat
pakar dan teknokrat; (3) teknologi yang digunakan biasanya bersifat ‘scientific’ dan
bersumber dari luar; (4) mekanisme kelembagaan bersifat ‘top-down’; (5) pertumbuhannya
cepat namun bersifat mekanistik; (6) organisatornya adalah para pakar spesialis; dan (7)
orintasinya adalah bagaimana menyelesaikan program/proyek secara cepat sehingga mampu
menghasilkan pertumbuhan. Dengan melihat pada kreteria di atas nampak bahwa peranan
penduduk lokal dalam proses pembangunan sangat sedikit.
Kritik para ahli terhadap orientasi pembangunan yang mengutamakan pada
pertumbuhan tersebut telah berlangsung pada paruh waktu pertama tahun 1980-an. Para
cendekiawan dari MIT dan Club of Rome pada kurun waktu tersebut secara gencar
mengkritik orientasi pembangunan ekonomi tersebut. Dari berbagai kajian dan diskusi
tersebut kemudian munculah perspektif pembangunan yang kemudian dikenal dengan
konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Konsep pembangunan
berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai pembangunan utuk memenuhi kebutuhan pada saat
ini tanpa mengorbankan kebutuhan generasi mendatang. Dalam konsep pembangunan
berkelanjutan secara implisit terkandung makna pentingnya memperhatikan aspek penduduk
dalam pelaksanaan pembangunan.
Pembangunan berwawasan kependudukan menurut pada strategi pembangunan yang
bersifat ‘bottom-up planning’. Melalui pendekatan ini, tujuan utama seluruh proses
pemabngunan adalah lebih memeratakan kesejahteraan penduduk daripada mementingkan
tingkat pertumbuhan ekonomi. Karena itu pendekatan ‘bottom-up’ berupaya mengoptimalkan
penyebaran sumberdaya yang dimiliki dan potensial ke seluruh wilayah dan membangun
sesuai dengan potensi dan masalah khusus yang dihadapi oleh daerah masing-masing.
Saat ini banyak pemerintah di negara-negara berkembang mengikuti aliran ‘bottom-
up planning’ dengan maksud lebih menyeimbangkan pelaksanaan pemabngunan, dalam arti
memanfaatkan ruang dan sumberdaya secara lebih efisien. Pendekatan bottom-up
mengisyaratkan kebebasan daerah atau wilayah untuk merencanakan pembangunan sendiri
sesuai dengan keperluan dan keadaan daerah masing-masing. Oleh karena itu otonomi yang
seluas-luasnya perlu diberikan kepada masing-masing daerah agar mampu mengatur dan
menjalankan berbagai kebijaksanaan yang dirumuskan sendiri guna peningkatan
kesejahteraan masyarakat di daerah atau kawasan yang bersangkutan. Melalui otonomi
daerah, yang berarti adalah desentralisasi pembangunan, maka laju pertumbuhan antar daerah

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 36


akan semakin seimbang dan serasi, sehingga pelaksanaan pembangunan nasional serta hasil-
hasilnya semakin merata di seluruh Indonesia.
Beberapa kata kunci yang perlu diberikan penekanan pada pemabngunan daerah
adalah (1) pembangunan daerah disesuaikan dengan prioritas dan potensi masing-masing
daerah, dan (2) adanya keseimbangan pemabngunan antar daerah. Kata kunci pertama
mengandung makna pada kesadaran pemerintah untuk melakukan desentralisasi
pemabngunan terutama berkaitan dengan beberapa sektor pembangunan yang dipandang
sudah mampu dilaksanakan di daerah masing-masing, berarti pengambilan keputusan
pembangunan berada pada tingkat daerah.
Kata kunci kedua mengandung makna adanya kenyataan bahwa masing-masing
daerah memiliki potensi, baik alam, sumberdaya manusia maupun kondisi geografis yang
berbeda-beda, yang menyebabkan ada daerah yang memiliki potensi untuk berkembang
secara cepat. Sebaliknya ada pula daerah yang kurang dapat berkembang karwena berbagai
keterbatasan yang dimilikinya. Adanya perbedaan potensi antar daerah ini menyebabkan
peran pemerintah pusat sebagai ‘pengatur kebijaksanaan pemabngunan nasional’ tetap
diperlukan agar timbul keselarasan, keseimbangan dan keserasian perkembangan semua
daerah. Baik yang memiliki potensi yang berlebihan maupun yang kurang memiliki potensi.
Dengan demikian, melalui otonomi dalam pengaturan pendapatan, sistem pajak, keamanan
warga, sistem perbankan, dan berbagai pengaturan lain yang diputuskan daerah sendiri,
pemabngunan setemapat dijalankan.
Ada beberapa ciri kependudukan Indonesia dimasa depan yang harus dicermati
dengan benar oleh para perencana pembangunan baik di tingkat pusat maupun di tingkat
daerah. Beberapa ciri tersebut antara lain adalah:
1. Penduduk Dimasa Depan Akan Semakin Tinggi Pnedidikannya. Penduduk yang
makin berpendidikan dan sehat akan membentuk sumber daya manusia yang makin
produktif. Tantangannya adalah menciptakan lapangan kerja yang memadai. Sebab
bila tidak, jumlah penganggur yang makin berpendidikan akan bertambah. Keadaan
ini dengan sendirinya merupakan pemborosan terhadap investasi nasional. Karena
sebagian besar dana tercurah dalam sektor pendidikan, disamping kemungkinan
terjadinya implikasi sosial lainnya yang mungkin timbul.
2. Penduduk Yang Makin Sehat Dan Angka Harapan Hidup Naik. Usia harapan
hidup yang tinggi dan jumlah penduduk lanjut semakin besar akan juga menuntut
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang serasi dan sesuai dengan perubahan tersebut. Suatu

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 37


tantangan pula untuk dapat memanfaatkan panduduk usia lanjut yang masih potensial
agar dapat dimanfaatkan sesuai pengetahuan dan pengalamannya.
3. Penduduk Akan Bergeser Ke Usia Yang Lebih Tua. Pada saat ini di Indonesia
telah terjadi proses transisi umur penduduk Indonesia dari penduduk muda ke
pensusuk tua (ageing process). Pergeseran struktur umur muda ke umur tua produktif
akan membawa konsekuensi peningkatan pelayanan pendidikan terutama pendidikan
tinggi dan kesempatan kerja. Sedang pergeseran struktur umur produktif ke umur tua
pada akhirnya akan mempunyai dampak terhadap persoalan penyantunan penduduk
usia lanjut. Bersamaan dengan perubahan sosial ekonomi diperkirakan akan terjadi
pergeseran pola penyantunan usia lanjut dari keluarga kepada institusi. Apabila hal ini
terjadi, maka tanggung jawab pemerintah akan semakin berat.
4. Penduduk Yang Tinggal di Perkotaan Semakin Banyak. Seiring dengan
peningkatan status sosial ekonomi masyarakat, presentase penduduk yang tinggal
diperkotaan meningkat dari tahun ke tahun. Masalah urbanisasi akan menjadi masalah
yang semakin meninjol. Penduduk perkotaan akan bertambah terus sejalan dengan
pertumbuhan penduduk. Dengan demikian, tuntutan fasilitas perkotaan akan
bertambah pula. Tambahan volume fasilitas perkotaan akan sangat berpengaruh
terhadap keadaan dan perkembangan fisik kota yang bersangkutan. Meningkatnya
sarana perhubungan dan komunikasi antar daerah, termasuk di daerah perdesaan,
menyebabkan orang dari perdesaan tidak perlu lagi melakukan migrasi dan berdiam di
daerah perkotaan. Mereka cukup menuju daerah perkotaan manakala diperlukan. Hal
ini dapat dilakukan dalam kurun waktu harian, mingguan, bahkan bulanan. Dengan
semakin berkembangnya sarana transportasi dan komunikasi, pola mobilitas
penduduk seperti itu akan semakin banyak dilakukan, sementara migrasi permanen
cenderung akan makin menurun.
5. Jumlah Rumahtangga akan Meningkat namun Ukurannya Makin Kecil.
Perubahan pola kelahiran dan kematian akan berpengaruh pada struktur rumahtangga.
Dimasa depan ukuran rumahtangga akan semakin mengecil, namun jumlahnya akan
semakin banyak. Dengan makin sedikitnya jumlah anak yang dimiliki dan disertai
dengan peningkatan kesehatan penduduk, seiring tingkat pendidikan dan keterampilan
yang lebih baik, memberikan kesempatan pula bagi individu maupun keluarga untuk
melakukan mobilitas kedaerah lain. Apalagi bilamana otonomi daerah dilaksanakan
sesuai aturan dan keperluannya.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 38


6. intensitas Mobilitas Penduduk Yang Makin Tinggi. Mobilitas penduduk yang
makin tinggi baik secara internal maupun internasional menuntut jaringan prasarana
yang makin baik dan luas. Selain itu akan membawa kepada pergeseran norma-norma
masyarakat, seperti ikatan keluarga dan kekerabatan. Kesemuanya ini dapat membawa
dampak yang berjangka panjang terhadap perubahan sosial budaya masyarakat.
7. Masih Tingginya Pertumbuhan Angkatan Kerja. Sejalan dengan pertumbuhan
penduduk yang tinggi, maka laju pertumbuhan angkatan kerjanya pun cukup tinggi.
Permasalahan yang ditimbulkan oleh besarnya jumlah dan pertumbuhan angkatan
kerja tersebut disatu pihak menuntut kesempatan kerja yang lebih besar. Dipihak lain
menuntut pembinaan angkatan kerja itu sendiri agar mampu menghasilkan keluaran
yang lebih tinggi sebagai prasyarat untuk memasuki era globalisasi dan perdagangan
bebas.
8. Terjadi Perubahan Lapangan Kerja. Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan
pembangunan pada umunmnya, lapangan pekerjaan penduduk berubah dari yang
bersifat primer, seperti pertanian, pertambangan, menuju lapangan pekerjaan sekunder
atau bangunan. Lalu pada akhirnya akan menuju lapangan kerja tersier atau sektor
jasa. Berbagai ciri dan fenomena diatas sudah sepantasnya diamati secara seksama,
dalam rangka menetapkan alternatif kebijaksanaan selanjutnya.
Krisis ekonomi yang masih berlangsung dewasa ini telah berhasil memberikan
pelajaran bahwa pembangunan yang mengejar pertumbuhan dan dilakukan tanpa melihat
kondisi dan potensi penduduk serta sumberdaya alam dan lingkungan hidup, tidak akan
bersifat kberkesinambungan. Pada masa dan pasca krisis ekonomi, perhatian terhadap
masalah kependudukan dan lingkungan harus tetap dilakukan, terutama menyangkut upaya
mengembangkan pemabngunan berwawasan kependudukan (people-centered-development).
Ketidak pedulian terhadap isu pemabangunan berwawasan kependudukan akan menyebabkan
Indonesia kembali menghadapi situasi krisis yang sama pada beberapa tahun mendatang.
Justru perkembangan ini yang perlu diwaspadai, bahkan harus dihindarkan semampu
mungkin.
Dalam kondisi keuangan negara yang semakin terbatas dan dengan derasnya tuntutan
politik dalam dan luar negeri, perencanaan pembangunan yang bersifat ‘bottom-up’ menjadi
sangat penting. Dalam hal inimasing-masing daerah dituntut harus dapat memanfaatkan
keuangan negara yang semakin terbatas untuk mencapai tujuan pemabngunan, yaitu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerahnya.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 39


Pemabanguan yang hanya mengejar pertumbuhan terbukti tidak berlangsung secara
berkesinambungan dan tidak dinikmati oleh seluruh masyarakat, sehingga filosofi sebagai
subyek dan obyek pembangunan tidak tercapai. Pembangunan tidak dirasakan sebagai milik
rakyat, sehingga tidak mengakar. Apa yang terjadi kemudian adalah jika terjadi sedikit
gejolak (seperti apa yang sedang dialami saat ini), maka gejolak tersebut menjadi sulit untuk
diatasi, dan masyarakat menjadi kurang berpartisipasi dalam mengatasi gejolak yang ada. Hal
ini disebabkan mereka tidak pernah merasa memiliki dan merasakan hasil pemabangunan itu
sendiri.

Sebuah Keberhasilan Program KB di Indonesia?

LD-DEUI secara periodik melakukan proyeksi terhadap penduduk Indonesia serta


berbagai aspek yang terkait dengan jumlah penduduk tersebut. Proyeksi tersebut baru bisa
dilakukan jika telah diperoleh angka mengenai struktur umur dan jenis kelamin penduduk.
Dengan berdasarkan hasil lengkap survei penduduk antar sensus (SUPAS) 1995, LD-FEUI
melakukan proyek penduduk Indonesia untuk tahun 2000 dengan berbagai aspeknya.
Proyeksi penduduk, karena didasarkan atas berbagai asumsi, biasanya dilakukan
dengan melihat berbagai kecenderungan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Karena
itu biasanya dalam melakukan proyeksi dilakukan tiga macam skenario, yaitu: skenario
optimistis, moderat, dan pesimis. Khusus dalam proyek penduduk maka skenario optimis
dipakai untuk menggambarkan keyakinan kita yang sangat tinggi pada keberhasilan program
penurunan jumlah penduduk (baca: keluarga berencana).
Skenario pesimis dipakai jika kita melihat bahwa program penurunan jumlah
penduduk (baca: keluarga berencana). Skenario pesimis dipakai jika kita melihat bahwa
program penurunan jumlah penduduk (baca: keluarga berencana) akan mengalami banyak
permasalahan (kegagalan). Sedangkan skenario moderat adalah asumsi yang berada di antara
kedua ekstrim di atas. Berdasarkan atas 3 skenario tersebut LD-FEUI mendapatkan jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2000 sekitar 213, 211, dan 209 juta jiwa.
Angka sementara SP-2000 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk Indonesia tahun
2000 jauh berada di bawah perkiraan optimis LD-FEUI. Ini tentu saja membanggakan
sekaligus menimbulkan keingintahuan di kalangan para ahli apakah kondisinya memang
demikian.
Baru-baru ini dilakukan diskusi ilmiah di LD-FEUI dengan pembicara Prof. Terence
“Terry” Hull seorang pakar kependudukan dari the Australian National University untuk

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 40


membahasa permasalahan di atas. Banyak pakar kependudukan yang hadir dalam diskusi
tersebut, termasuk juga para pakar kependudukan dari BPS yang terlibat langsung dalam
kegiatan SP-2000.
Diskusi diarahkan pada dua tataran permasalahan, yaitu pertama, tataran konsep
penduduk dalam sensus itu sendiri, dan kedua, tataran operasional di lapangan. Kedua
permasalahan tersebut nantinya akan sangat menentukan seberapa banyak orang yang
“terjaring” dalam pendataan. Dari diskusi terlihat bahwa pada tataran operasional, begitu
banyak kendala yang dihadapi oleh BPS dalam SP-2000 antara lain dana yang sangat
terbatas, penyaluran dana yang tidak tertata dengan baik yang mengakibatkan kesulitan dalam
tahap persiapan pelaksanaan SP itu sendiri, situasi dalam masyarakat, misalnya masyarakat
dapat saja menolak berpartisipasi menjawab pertanyaan, atau responden takut menerima
petugas berkaitan dengan faktor keamanan di beberapa daerah. Pada tataran konsep terlihat
adanya konsep yang masih dipakai oleh BPS untuk menjaring penduduk yang sebenarnya
tidak sesuai lagi dengan kondisi pada saat ini.
Konsep bahwa Indonesia merupakan “closed population” masih dianut padahal
penduduk Indonesia yang bekerja di luar negeri sudah begitu banyak. Dengan konsep “close
population” maka penduduk Indonesia yang berada di luar negeri tidak “terjaring”. Demikian
pula penggunaan kombinasi antara “de-facto” dan “de-jure” fasilitas umum (jalan, telepon)
sehingga dapat mendorong kegiatan ekonomi. dalam pendataan menjadi sangat
membingungkan, khususnya dimana saat ini mobilitas penduduk di beberapa daerah sudah
sangat tinggi.
Prof. Hull menyimpulkan bahwa hasil sementara SP-2000 menunjukkan adanya
indikasi “under-counted”. Indikasi ini didasarkan pada permasalahan yang ada di atas. Prof.
Terry Hull memperkirakan “under-counted” yang berasal dari masalah operasional dan
kebingungan petugas karena konsep “de-facto” dan “de-jure” tersebut sekitar 2 sampai 2,5
juta jiwa dan jumlah penduduk Indonesia yang berada di luar negeri yang tidak tercatat
sebesar 1 sampai 1,5 juta jiwa. Sehingga secara total ada sekitar juta jiwa yang masih perlu
diperhitungkan lagi ke dalam hasil SP-2000. Prof. Terry Hull memperkirakan jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2000 sekitar 207 – 208 juta jiwa.
Diskusi di atas belumlah diskusi final. Tentunya masih akan ada diskusi lanjutan lagi
untuk membahas hal tersebut. Kelemahan diskusi yang berlangsung di LD-FEUI tersebut
adalah karena masih sangat terbatasnya informasi dari SP-2000 itu sendiri yang dikeluarkan
oleh BPS. Pada saat ini hanya angka sementara jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk
yang dikeluarkan BPS. Padahal untuk melihat seberapa jauh akurasi perhitungan atau

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 41


memperkirakan cakupan pencacahan, diperlukan struktur umur dan jenis kelamin. Karena itu,
jika perhitungan struktur umur dan jenis kelamin selesai dan dipublikasi oleh BPS, baru dapat
dilakukan penilaian-penilaian yang lebih mendalam dan akuratJika memang penduduk
Indonesia tahun 2000 adalah sekitar 207 – 208 juta jiwa, maka ini merupakan
keberhasilan program KB. Karena menurut skenario proyeksi yang dibuat oleh LD-FEUI
berdasarkan data SUPAS-95, ini merupakan skenario yang optimis. Apalagi jika angkanya
adalah 203 juta jiwa. Namun di samping keberhasilan program KB, berbagai persoalan
kemasyarakatan juga turut mempengaruhi jumlah penduduk. Lepasnya Timor Timur,
persoalan pertikaian antarkelompok di beberapa daerah, kasus kerusuhan yang diperkirakan
meningkatkan jumlah orang yang pergi ke luar negeri, dan sebagainya juga turut berperan
dalam perubahan jumlah penduduk Indonesia. Ketersediaan data struktur umur dan jenis
kelamin, yang menurut BPS akan ada pada sekitar pertengahan tahun 2001 ini, akan
membantu para ahli untuk menganalisa berbagai hal di atas.
Pada saat ini belum banyak yang bisa dilakukan dengan data SP-2000. Masih
diperlukan waktu beberapa bulan lagi sebelum berbagai analisa, termasuk analisa angkatan
kerja dan tenaga kerja, dapat dilakukan dengan data SP-2000 tersebut.

Implikasi Dinamika Kependudukan pada Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja


Uraian berikut ini didasarkan pada proyeksi penduduk yang dilakukan oleh LD-FEUI
sebelum SP-2000. Transisi fertilitas dan mortalitas telah berpengaruh pada jumlah dan
struktur umur penduduk Indonesia, terutama jumlah dan persentase penduduk usia dibawah
15 tahun (0 – 14). Antara tahun 1990 – 95, penduduk Indonesia tumbuh sebesarrata-rata 1,66
persen per tahun dan diharapkan turun menjadi 1,23 persen antara tahun 2000 – 2005 dan
kembali turun menjadi 0,68 persen antara tahun 2015 – 2020. Dengan laju pertumbuhan
tersebut penduduk Indonesia akan bertambah dari 183,5 juta pada tahun 1990 menjadi 210,9
juta pada tahun 2000.

Dinamika Pertumbuhan Penduduk Indonesia


Tabel 1 menggambarkan perkiraan jumlah penduduk Indonesia antara tahun 1971 –
2025. Walaupun pertumbuhan penduduk diperkirakan akan terus menurun dari tahun ke
tahun. Namun jumlah penduduk akan senantiasa meningkat. Jumlah penduduk diperkirakan
akan menjadi tetap (dalam arti jumlah kelahiran dan kematian seimbang) pada tahun 2036.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 42


Tabel 1. Perkiraan Jumlah Penduduk 1971 – 2025

Sumber: Ananta dan Anwar, 1994


Di dalam analisis demografi, struktur umur penduduk dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu (a) kelompok umur muda, dibawah 15 tahun; (b) kelompok umur produktif,
usia 15 – 64 tahun; dan (c) kelompok umur tua, usia 65 tahun ke atas. Struktur umur
penduduk dikatakan muda apabila proporsi penduduk umur muda sebanyak 40% atau lebih
sementara kelompok umur tua kurang atau sama dengan 5%. Sebaliknya suatu struktur umur
penduduk dikatakan tua apabila kelompok umur mudanya sebanyak 30% atau kurang
sementara kelompok umur tuanya lebih besar atau sama dengan 10%. Berdasarkan kategori-
kategori tersebut nampak bahwa telah terjadi proses transisi umur penduduk Indonesia dari
penduduk muda ke penduduk tua (aging process). Ageing proses tersebut akan terus
berlangsung sebagaimana terlihat pada Tabel 2.
Pergeseran struktur umur muda ke umur tua produktif akan membawa konsekuensi
peningkatan pelayanan pendidikan terutama pendidikan tinggi dan kesempatan kerja.
Sedangkan pergeseran struktur umur produktif ke umur tua pada akhirnya akan mempunyai
dampak terhadap persoalan penyantunan penduduk usia lanjut. Bersamaan dengan perubahan
sosial ekonomi diperkirakan akan terjadi pergeseran pola penyantunan usia lanjut dari

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 43


keluarga ke institusi. Apabila keadaan ini terjadi, maka tanggung jawab pemerintah akan
menjadi bertambah berat (Kasto dalam Prijono, 1995).

Tabel 2. Perkiraan Struktur Penduduk Indonesia: 1990 – 2010

Sumber: BPS, 1993


Penduduk Indonesia pada saat ini masih digolongkan sebagai penduduk muda. Itu
berarti jika tidak ada kondisi yang sangat ekstrim, seperti misalnya peperangan (dalam
peperangan akan banyak orang muda yang mati), maka penurunan pertumbuhan penduduk
tidak secara otomatis menurunkan pertumbuhan angkatan kerja. Dalam kondisi normal,
pertumbuhan penduduk akan menurunkan jumlah penduduk pada struktur yang muda (0 – 15
tahun). Namun untuk beberapa saat masih akan meningkatkan jumlah penduduk struktur
umur di atasnya. Pada penduduk yang tergolong muda seperti Indonesia, pertumbuhan
penduduk usia kerja (15 – 64) menjadi lebih tinggi daripada pertumbuhan penduduk itu
sendiri. Ini dapat terlihat dari data dimana antara tahun 1990 – 1995 penduduk usia kerja per
tahun rata-rata 2,7 persen per tahun, kemudian menurun menjadi 2,4 persen per tahun antara
tahun 1995 – 2000 dan kemudia menurun lagi menjadi 1,1, persen per tahun antara tahun
2015 – 2020. Secara absolut, penduduk usia kerja akan meningkat dari 121,6 juta pada tahun
1995 menjadi 136,5 juta pada tahun 2000 dan kemudian menjadi 182,5 juta pada tahun 2020.
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, maka laju pertumbuhan angkatan
kerjanya pun cukup tinggi. Angkatan kerja bertambah dari sekitar 73,9 juta orang pada tahun
1990, menjadi sekitar 96,5 juta pada tahun 2000 dan meningkat lagi menjadi 144,7 juta pada
tahun 2020.
Permasalahan yang ditimbulkan oleh besarnya jumlah dan pertumbuhan angkatan
kerja tersebut di satu pihak menuntut kesempatan kerja yang lebih besar, di pihak lain
menuntut pembinaan angkatan kerja itu sendiri agar mampu menghasilkan keluaran yang

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 44


lebih tinggi sebagai prasyarat untuk menuju tahap tinggal landas. Antara tahun 1993 – 1998,
diperkirakan akan terjadi penambahan angkatan kerja sebanyak 12,7 juta jiwa atau rata-rata
2,5 juta jiwa per tahun. Peningkatan ini harus diantisipasi oleh pemerintah dan dunia usaha
sebagai pihak pemberi kerja atau pembuka lapangan pekerjaan.
Lapangan kerja datang dari adanya pertumbuhan ekonomi. Namun pertumbuhan yang
tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang besar. Ini berkaitan dengan strategi
pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah dan dunia usaha. Sebagai contoh
pada kurun waktu 1971 – 1980, pertumbuhan ekonomi adalah 7,9 persen per tahun, namun
daya serapnya angkatan kerja relatif kecil, yaitu hanya bertambah tiga persen setahun.
Payaman (1996), melakukan proyeksi mengenai pertambahan angkatan kerja dan kesempatan
kerja dalam PJP II. Proyeksi ini dilakukan sebelum krisis ekonomi terjadi. Jika mengikuti
proyeksi tersebut, maka Indonesia mengalami masalah kesenjangan antara angkatan kerja dan
kesempatan kerja sampai dengan akhir Repelita VIII. Baru setelah Repelita VIII, kesempatan
kerja diperkirakan akan berada di atas angkatan kerja (Tabel 3). Namun sekali lagi bahwa
proyeksi ini dibuat sebelum adanya krisis ekonomi. Hal lain yang juga harus diperhatikan
dalam menganalisa hubungan antara angkatan kerja dan kesempatan kerja adalah bahwa jika
kesempatan kerja berada di atas angkatan kerja bukan berarti masalah ketenagakerjaan, atau
lebih khususnya pengangguran, teratasi. Adanya kesempatan kerja baru merupakan “potensi”
dan “potensi” tersebut mungkin saja tidak dapat dimanfaatkan bila angkatan kerja yang
tersedia tidak memiliki kualitas yang memadai.
Tabel 3. Perkiraan Pertumbuhan Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja Dalam
PJP II (X 1000)

Jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar akan mampu menjadi potensi
pembangunan apabila dibina dengan baik. Pembinaan yang baik akan menghasilkan mutu
angkatan kerja yang baik. Mutu angkatan kerja antara lain tercermin dalam tingkat
pendidikan dan latihan. Data memperlihatkan bahwa pada tahun 1997 yang lalu 63 persen
dari angkatan kerja yang ada pada saat itu, berpendidikan SD ke bawah. Sedangkan mereka

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 45


yang berpendidikan di atas SLTA (Diploma/Akademi dan Universitas) hanya sebesar 3,7%
saja.

Peran Serikat Pekerja dalam Menyikapi Data-data Kependudukan dan


Ketenagakerjaan : Sebuah Harapan
Ada pameo umum yang banyak diyakini kebenarannya yaitu orang akan bekerja
dengan baik jika mendapatkan gaji yang baik pula. Karena itu agar orang produktif, maka
berikanlah gaji yang baik. Dalam kenyataannya hubungan antara produktivitas dan gaji
tidaklah sesederhana itu. Kedua variabel tersebut tidaklah berhubungan secara langsung dan
dalam suatu garis yang lurus. Banyak variabel lainnya yang masuk dalam hubungan tersebut.
Cukup banyak studi yang memperlihatkan bagaimana kompleksnya hubungan antara gaji dan
produktivitas. Dalam keseharian dapat dilihat dan dinilai apakah kenaikan tunjangan jabatan
yang berlaku di kalangan instansi pemerintah saat ini, yang cukup besar, berjalan seiring
dengan produktivitas kerja para pejabat tersebut.
Pada tahun 1993 UNINDO melakukan studi di beberapa negara Asia tentang
perkembangan produktivitas dan upah tenaga kerja di sektor perpabrikan antara tahun 1980 –
1990 sebagaimana terlihat pada Tabel 4. Pada kurun waktu tersebut tingkat pertumbuhan
upah di sektor ini sudah cukup baik dan malah jauh di atas tingkat produktivitas yang terjadi.
Bandingkan dengan Thailand dan Malaysia dimana pertumbuhan produktivitas tenaga kerja
mereka jauh di atas pertumbuhan gaji. Apa yang terjadi kemudia, pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan kedua negara tersebut jauh meninggalkan Indonesia.
Tabel 4. Tingkat dan Laju Perkembangan Produktivitas Pekerja dan Upah di
Sektor Perpabrikan, NICs dan ASEAN, 1980 dan 1990 (dalam US $ konstan 1985)

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 46


Catatan: a) nilai tambah dibagi dengan jumlah pekerja
r adalah laju pertumbuhan per tahun selama 1980 – 90
Sumber: UNINDO, 1993
Jika dilihat data-data kependudukan, termasuk ketenagakerjaan dan kualitas
penduduk, maka nampak jelas bahwa Indonesia mengalami banyak permasalahan dalam hal
ini. Penduduk yang besar dengan kualitas penduduk yang rendah menyebabkan penduduk
tersebut menjadi beban bagi pertumbuhan ekonomi dan bukan pemacu.
Dalam skala mikro, tenaga kerja dengan tingkat keterampilan yang pas-pasan, atau
bahkan rendah, hanya bisa menempati posisi yang sangat rendah. Ditambah dengan
banyaknya “supply” tenaga kerja yang tersedia menyebabkan mereka tidak memiliki posisi
tawar menawar yang memadai.
Jika kembali pada premis bahwa perluasan kesempatan kerja hanya dapat diperoleh
melalui pertumbuhan ekonomi, maka dibutuhkan kearifan bersama antara pengusaha dan
pekerja untuk menyikapi hubungan antara pengusaha dan pekerja, terutama berkaitan dengan
peningkatan kesejahteraan pekerja. Apa yang terjadi belakangan ini dengan adanya
pemogokan serta aksi pekerja yang cenderung tidak terkendali dalam jangka pendek mungkin
dirasakan menguntungkan bagi pekerja, namun dalam jangka panjang akan merugikan semua
pihak (lost-lost solution). Jika kemudian kegiatan ekonomi mengalami kemandegan karena
pengusaha enggan menanamkan modalnya di Indonesia, maka itu tentu saja mengganggu
pertumbuhan ekonomi. Bagaimana angkatan kerja akan terserap jika pertumbuhan ekonomi

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 47


yang rendah? Padahal Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi untuk
menyerap angkatan kerja yang masih terus meningkat dewasa ini.
Diperlukan pendekatan yang bersifat win-win solution antara pengusaha dan pekerja.
Dalam hal ini serikat pekerja harusnya dapat berperan besar. Sebagai serikat yang diharapkan
menjadi mediator antara pekerja dan pengusaha, maka serikat pekerja harus mampu
melakukan penelaahan yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap kondisi internal
perusahaan. Hasil telaahan tersebut kemudian dikomunikasikan baik kepada pekerja maupun
kepada pengusaha. Sudah waktunya kita melakukan sesuatu berdasarkan fakta (evident-
based) dan bukan berdasarkan emosi. Negosiasi berdasarkan emosi hanya akan menghasilkan
lost-lost solution sedangkan negosiasi yang win-win solution harus didasarkan pada evident-
based. Pekerja juga harus diberikan pemahaman melalui komunikasi dan informasi yang baik
bagaimana persoalan gaji, produktivitas, kondisi perusahaan, gambaran makro
ketenagakerjaan dan perekonomian negara, dan sebagainya. Serikat pekerja juga harus
mampu mengeluarkan alternatif-alternatif model untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja
dengan melihat pada kondisi perusahaan. Ini kemudian dinegosiasikan dengan pengusaha.
Kesejahteraan harus dilihat dalam konteks jangka panjang, bukan sesaat. Ini berarti
gaji hanyalah salah satu aspek dari kesejahteraan. Unsur jaminan hari tua, asuransi,
pembagian bonus yang disesuaikan dengan tingkat keuntungan perusahaan, dan sebagainya,
harusnya dapat dimasukkan ke dalam perhitungan dan negosiasi tersebut.
Dalam mengembangkan win-win solution diperlukan kejujuran dan transparansi dari
kedua belah pihak, serta kepastian hukum. Pengusaha harus menyadari bahwa pekerja adalah
aset bagi perusahaan. Jika memang dalam jangka pendek peningkatan gaji dirasakan
memberatkan perusahaan, maka sistem asuransi (misalnya Jamsostek) harus dimanfaatkan.
Pada tataran kebijakan banyak hal yang telah dilakukan untuk memperbaiki kesejahteraan
pekerja. Kewajiban pekerja, waktu kerja, dan lain-lain. Demikian pula tentang hak dan
kewajiban pekerja. Namun dalam tataran operasional banyak hal yang telah diatur tersebut,
justru dilanggar oleh kedua belah pihak. Ini tidak lain karena lemahnya penegakkan hukum
selama ini.
Oleh karena itu, peran yang diharapkan dari serikat pekerja bukanlah melaksanakan
pekerjaan “hit and run”. Pekerjaan yang dilakukan bukan sekedar untuk merespons terhadap
suatu keadaan misalnya pemogokan atau demonstrasi, namun lebih diarahkan untuk
melakukan penelaahan kebutuhan para tenaga kerja secara ilmiah. Untuk kemudian
dikomunikasikan dengan pihak perusahaan (manajemen), maupun pekerja itu sendiri.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 48


Penelaahan tersebut untuk menemukan fakta (evident-based) terlepas dari dengan atau tanpa
adanya pemogokan atau tuntutan dari pekerja.
Berbagai data kependudukan memperlihatkan bahwa Indonesia masih mengalami
berbagai masalah ketenagakerjaan. Permasalahan tersebut terutama bersumber dari
banyaknya “supply” tenaga kerja dan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Sebaliknya
pertumbuhan ekonomi yang dibutuhkan untuk menyerap angkatan kerja tidaklah sebaik apa
yang diharapkan. Apalagi Indonesia belum sepenuhnya keluar dari krisis ekonomi yang
masih terus berlangsung dewasa ini.
Dalam konteks dengan menyuarakan kepentingan pekerja, dalam bernegosiasi dengan
pengusaha. Serikat pekerja hendaknya mampu melaksanakan peran mediator berlandaskan
data-data atau analisis ilmiah bukan pada sesuatu yang bersifat emosional,
Negosiasi yang didasarkan pada emosi akan menghasilkan lost-lost solution dan ini
justru akan memperparah situasi sosial kemasyarakatan dalam skala yang lebih luas.
Negosiasi yang win-win solution harus dikembangkan. Pendekatan win-win solution
membutuhkan berbagai prasyarat yang tidak mudah, namun ini harus disadari oleh semua
pihak, pekerja, pengusaha, maupun pemerintah. Tanpa keinginan untuk mengembangkan
pendekatan yang win-win solution maka pemecahan masalah ketenagakerjaan yang bersifat
komprehensif (bukan hit and run) tidak akan pernah tercapai.

Kebijakan dan Strategi

Dalam rangka terwujudnya pelayanan ketenagakerjaan guna meningkatkan kualitas


dan daya saing tenaga kerja dalam agenda penanggulangan pengangguran dan perbaikan
iklim ketenagakerjaan harus dilakukan secara holistic dan terpadu, maka upayanya dimulai
dari tahap sebelum bekerja, pada saat bekerja dan setelah bekerja (pre-during-post
employment), hal tersebut dilakukan dalam kerangka menjamin kesempatan kerja yang sama
(equal opportunities) sebagaimana amanat UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,
UU 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah serta keputusan menteri tenagakerja dan
transmigrasi tentang standart pelayanan minimal (SPM) yang wajib diberikan pemerintah
kepada masyarakat di bidang ketenagakerjaan.
Di bidang ketransmigrasian dan kependudukan sebagaimana amanat UU No. 15
Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian dan UU No. 23 tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan, bahwa kebijakan umum yang ditempuh adalah : Meningkatkan kesejahteraan
penduduk melalui perlindungan, penataan dan persebaran penduduk sesuai dengan daya

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 49


dukung alam dan daya tampung lingkungan untuk mendorong percepatan pembangunan dan
pertumbuhan wilayah strategis, cepat tumbuh dan berkembang dalam penciptaan peluang
usaha.
a Arah Kebijakan.
) Untuk mewujudkan visi dan misi Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan
maka ditetapkan arah kebijakan yang telah disesuaikan dengan agenda pembangunan dan
prioritas pembangunan Jawa Timur antara lain meliputi :
1).Arah kebijakan dibidang perluasan lapangan kerja.
Sasaran perluasan lapangan kerja adalah meningkatnya jumlah lapangan kerja, baik
fomal maupun informal, dipedesaan dan perkotaan terutama angkatan kerja bagi
penduduk miskin korban PHK, baik laki–laki maupun perempuan yang terukur dalam :
 
(a) menurunnya tingkat pengangguran terbuka, (b) menurunnya angka setengah
penganggur, (c) meningkatnya kualitas dan produktivitas tenagakerja, (d). meningkatnya
pengawasan dan perlindungan bagi tenaga kerja, serta keharmonisan dalam hubungan
industrial.
2).Arah kebijakan dibidang penanggulangan kemiskinan.
Sasaran penanggulangan kemiskinan adalah memberikan aset tempat tinggal dan lahan
usaha melalui program transmigrasi sekaligus memberikan peluang kesempatan kerja
 
bagi penduduk miskin, yang terukur dalam : (a) menurunnya secara nyata jumlah
penduduk miskin Jawa Timur (b) terpenuhinya hak-hak dasar penduduk utamanya
kebutuhan papan dan lahan usaha (c) terbukanya kesempatan kerja dan usaha mandiri.
3).Arah kebijakan terkait pelayanan prima.
Menyangkut layanan dasar di bidang ketenagakerjaan, ketransmigrasian dan
kependudukan, telah ditetapkan Standar Pelayanan Publik (SPP) melalui Keputusan
Kepala Dinas Nomor 144A Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Publik Bidang
  Ketenagakerjaan. Pelayanan dasar di bidang ketenagakerjaan ini harus disesuaikan
dengan kebutuhan, prioritas dan kemampuan keuangan nasional dan daerah. Di samping
itu, terkait pelayanan dasar khususnya di bidang ketenagakerjaan, Menteri Tenaga Kerja
dan Transimigrasi RI telah mengeluarkan 4 (empat) bidang dan 9 (sembilan) indikator
untuk pelayanan dasar ketenagakerjaan, yang meliputi :
(a).Bidang Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja, lingkup indikator
   
layanan minimalnya adalah : Pelaksanaan pelatihan kerja.
(b) Bidang Pembinaan dan Penenpatan Tenaga Kerja, lingkup indikator layanan
   
. minimalnya adalah
      (1). Pelayanan Informasi Pasar Kerja,
(2). Penempatan Tenaga Kerja dalam Negeri dan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 50


(3). Penempatan Tenaga Kerja luar negeri.
Bidang Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, lingkup
    (c).
indikator minimalnya adalah :
(1). Pembinaan Kelembagaan Hubungan Industrial dan Syarat-syarat kerja serta
      Jaminan sosial,
(2). Pemerantaraan/ mediasi perselisihan hubungan industrial.
(d) Bidang Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, lingkup indikator layanan
   
. minimalnya adalah :
(1). Pengawasan norma ketenagakerjaan,
      (2). Pengawasan norma kerja perempuan dan anak dan
(3). Pengawasan norma keselamatan dan kesehatan kerja.
Disamping itu, untuk menyelaraskan dengan SPM Bidang Ketenagakerjaan,
Disnakertransduk Prov.Jatim menetapkan layanan minimal untuk Bidang Pembinaan
   
Penyiapan Permukiman dan Penempatan Transmigrasi, lingkup indikator layanan
minimalnya adalah :
(1). Layanan informasi peluang berusaha di kawasan LPT dan WPT serta pada
wilayah PWSCT termasuk di kawasan Kota Terpadu Mandiri,
      (2). Pemberian Fasilitasi Perpindahan serta Penempatan Transmigran,
(3). Pembinaan / Pelatihan calon transmigran sesuai dengan tingkat kopetensi yang
dibutuhkan / dikembangkan.
Arah kebijakan pembangunan ketenagakerjaan, ketransmigrasian & kependudukan lebih
 
lanjut diwujudkan dalam :
    1. Terwujudnya penempatan tenaga kerja di dalam dan ke luar negeri ;
    2. Terwujudnya perluasan jejaring informasi pasar kerja di berbagai media ;
Terwujudnya pengembangan kesempatan kerja usaha mandiri dan padat karya
    3.
produktif ;
Terwujudnya tenaga kerja yang memiliki kompetensi untuk mengisi kesempatan
    4.
kerja dalam dan luar negeri ;
    5. Terwujudnya hubungan industrial yang harmonis dan perbaikan syarat kerja ;
Terwujudnya peningkatan perlindungan hak-hak dasar pekerja/buruh dan khususnya
    6.
bagi pekerja perempuan dan anak ;
Terwujudnya peningkatan kerjasama fungsional dalam penyediaan informasi dan
    7.
perencanaan tenaga kerja di daerah ;
8. Terwujudnya pengembangan kemampuan SDM aparatur dan Tenaga Fungsional
   
ketenagakerjaan di Propinsi dan Kab / Kota ;
Terwujudnya peningkatan sarana dan prasarana pelayanan ketenagakerjaan pada Unit
    9.
Pelaksana Teknis (UPT) ;
Terwujudnya fasilitasi pelayanan perpindahan dan penempatan transmigran dilokasi
    10.
WPT dan LPT ;
    11.Terwujudnya kemandirian dan integrasi masyarakat transmigran dengan sekitarnya

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 51


melalui tahap penyesuaian, pemantapan dan pengembangan transmigran di daerah
asal dan daerah tujuan ;
Terwujudnya sitem informasi administrasi kependudukan (SIAK) online di Provinsi
    12.
Jawa Timur ;
Terwujudnya peningkatan pelayanan sistem administrasi kependudukan (SAK)
    13.
Kabupaten/Kota.
b).Strategi Organisasi.
Arah Pembangunan di bidang ketenagakerjaan, ketransmigrasian dan kependudukan dalam
  rencana strategi (Renstra) tahun 2009-2014, didukung oleh strategi pelaksanaan, yang
meliputi upaya :
1.Penciptaan lapangan kerja di dalam dan di luar negeri melalui pengembangan informasi
  pasar kerja, penyuluhan bimbingan jabatan, pengembangan wirausaha mandiri bagi
angkatan kerja muda dan pengembangan padat karya produktif ;
2.Revitalisasi dan renovasi sarana prasarana dan peningkatan kualitas SDM dan kuantitas
  instruktur UPT. Pelatihan Kerja serta pendayagunaan Lembaga Pelatihan Swasta untuk
meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja berbasis kompetensi ;
  3.Mengembangkan hubungan industrial yang harmonis dan perbaikan syarat kerja ;
4.Peningkatan kualitas dan kuantitas petugas pengawas ketenagakerjaan untuk
  peningkatan perlindungan, kesehatan dan keselamatan kerja serta perlindungan terhadap
pekerja anak serta petugas fungsional ketenagakerjaan lainnya ;
5.Memperkuat jejaring kerjasama antara pemerintah pusat, propinsi dan kab/kota dalam
  penyusunan perencanaan tenaga kerja dan pelaksanaan standar pelayanan minimal di
bidang ketenagakerjaan.
  6.Mendiskusikan sislatkernas kepada LPK/LLS dan perusahaan.
7.Pemberian peluang kepada penduduk miskin dan penganggur di wilayah asal (Jawa
  Timur) dalam memperoleh aset tempat tinggal, peluang usaha dan atau kesempatan
bekerja secara berkelanjutan;
8.Mendorong pelaksanaan Transmigrasi Swakarsa Mandiri (TSM) dan Transmigrasi
 
Swakarsa Berbantuan (TSB) pada wilayah strategis dan cepat tumbuh ;
9.Peningkatan SDM dalam pengelolaan dan pengembangan sistem administrasi
 
kependudukan (SAK) di Kabupaten/Kota

UPAYA-UPAYA MENGATASI PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN

Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut adalah:
1.  Jumlah penduduk dan pertumbuhannya diatasi dengan program Keluarga Berencana (KB).

2.    Persebaran dan Kepadatan penduduk diatasi dengan:

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 52


a. Program Transmigrasi
b. Pembangunan lebih intensif di Kawasan Indonesia Timur.
3.    Tingkat kesehatan yang rendah diatasi dengan:
a. Pembangunan fasilitas kesehatan seperti Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
b.  Pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin
4.    Tingkat pendidikan yang rendah diatasi dengan:
a.Penyediaan fasilitas pendidikan yang lebih lengkap dan merata di semua daerah di
Indonesia.
b. Penciptaan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja
c. Peningkatan kualitas tenaga pengajar (guru dan dosen) di lembaga pendidikan milik
pemerintah
d. Penyediaan program pelatihan bagi para pengajar dan pencari kerja
e. Mempelopori riset dan penemuan baru dalam bidang IPTEK di lembaga-lembaga
pemerintah
5.    Tingkat  pendapatan yang rendah diatasi dengan:
a.  Penciptaan perangkat hukum yang menjamin tumbuh dan berkembang- nya
usaha/investasi, baik PMDN ataupun PMA.
b.  Optimalisasi peranan BUMN dalam kegiatan perekonomian, sehingga dapat lebih
banyak menyerap tenaga kerja.
c. Penyederhanaan birokrasi dalam   perizinan usaha. Pembangunan/menyediakan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 53


Daftar Pustaka

Ananta, Aris, Ismail Budhiarso dan Turro S. Wongkaren. 1995, “Revolusi Demografi dan
Peningkatan Sumber Daya Manusia” dalam buku: Prospek Ekonomi Indonesia
Jangka Pendek: Sumber Daya, Teknologi dan Pembangunan, editor Mohamad
Arsyad Anwar, Faisal H. Basri, Mohamad Ikhsan. Jakarta: Kerjasama Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia dengan Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Ananta, Aris & Anwar Evi, 1994, Proyeksi Penduduk dan Angkatan Kerja di Indonesia 1995
– 2025. Jakarta: Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Hal Hill, 1996, Transformasi Ekonomi Indonesia Sejak 1996: Sebuah Studi Kritis dan
Komprehensif, PAU (Studi Ekonomi) UGM & PT. Tiara Wacana, Yogyakarta.
Hull, Terry, 2001, Preliminary Calculation of Exponential Rate for Population Enumerations
of Indonesia, 1980 – 2000, perhitungan disajikan dalam diskusi ilmiah yang
diselenggarakan oleh LD-FEUI di Kampus UI Depok, tanggal 19 Januari 2001
Iskandar,N: 1974, Beberapa Aspek Permasalahan Kependudukan di Indonesia, special
Reprint series No.4, demographic Institute FEUI Jakarta, January 1974,p.19.
Johnson,D.G. and Lee, Ronald. 1987. Population Growth and Economic Development Issues
and Evidences. Madison, WI: University of Winsconsin Press, USA
Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN, 1994, Indonesia Country Report Population
and Development, Jakarta, Indonesia.
Kantor Menteri Negara kependudukan/BKKBN, 1997, Draft Repelita VII Bidang
Kependudukan, Jakarta, 1997
Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN, 1994, Angkatan Kerja di Indonesia dalam
Repelita VI. Jakarta.
Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN, 1995, Transisi Demografi, Transisi
Pendidikan, dan Transisi Kesehatan di Indonesia. Jakarta.
Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN, 1999, Country Report Indonesia: ICDP +
5. Jakarta.
Krugman, Paul, 1994, “The Myth of Asia Miracle”, Fortune, 18 November 1994 Foreign
Affairs.
Krugman, Paul, 1997, “What Happened to Asia Miracle”, Fortune, 18 November 1997

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 54


Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN, 1997, Strategi Kebijaksanaan
Kependudukan, ceramah di SESKO ABRI, Bandung 6 Nopember 1998
Moeljarto Tjokrowinoto, 1996, Pembangunan: Dilema dan Tantangan, Pustaka Pelajar,
Jakarta
Prijono Tjiptoherijanto, 1999, Economic Crisis and Recovery: The Indonesia’s Case,
makalah disampaikan pada “The EWCA Regional Conference in the Philippines on
Asia the Pacific in the Millenium: Challenges, Opportunities & Responses”, Manila,
Philippines, 28-29 January 1999
Rosenzwig, Mark R. 1998, Human Capital population Growth, and Economic Development,
Journal of Policy Modelling, special Issue on Population Growth and Economic
Development.
Simanjuntak, Payaman, 1996, Memperkecil Beban Ketergantungan Penduduk Anak dan
Remaja, Usia Lanjut serta Rentan Terhadap Penduduk Usia Produktif, makalah
disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional Kependudukan, tanggal 14 Maret 1996.
Jakarta: kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN.
Tjiptoherijanto, Prijono, 1995, Arah Kebijaksanaan Makro Pemerintah dalam
Mengantisipasi Pasar Global, makalah disampaikan pada Seminar Bisnis STIEIPWI.
Jakarta, 31 Oktober 1995.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 55

Anda mungkin juga menyukai