Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM TERMODINAMIKA

SEMESTER GENAP 2019/2020

NAMA : DIKKY ARDIAN


NIM : 1810208002
KELOMPOK : II (DUA)

Dosen Pengampuh
Ravensky Yurianty Pratiwi, S.Pd., M.Si.
NIDN. 2027079201

LABORATORIUM IPA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
2020
Kamis, 16 April 2020

PENETUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN


KERAPATAN GAS

I. TUJUAN
1. Menentukan berat molekul suatu senyawa yang mudah menguap dengan
cara mengukur uap dari senyawa tersebut
2. Mampu mengaplikasikan persamaan gas ideal dalam suatu percobaan
II. DASAR TEORI
Gas merupakan suatu zat yang secara normal berada dalam
keadaan gas pada suhu dan tekanan 1 atm. Suatu gas melakukan tekanan
pada permukaan apa pun ketika saling bersentuhan, karena molekul-molekul
gas senantiasa dalam keadaan bergerak. Tekanan merupakan salah satu sifat
gas yang dapat diukur. Atom-atom dan molekul-molekul gas dalam
atmosfer mengalami gaya tarik gravitasi bumi. Akibatnya, kerapatan
atmosfer di daerah yang dekat dengan permukaan bumi lebih besar dari
daerah yang memiliki ketinggian jauh diatas permukaan bumi. Kerapatan
udara menurun sangat cepat dengan meningkatnya jarak dari permukaan
bumi. Semakin rapat suatu udara maka semakin besar tekananya. Gaya yang
diterima oleh suatu wilayah yang disebabkan oleh atmosfer bumi sama
dengan berat kolom udara diatasnya. Tekanan atmosfer adalah tekanan yang
diberikan oleh atmosfer bumi. Alat yang digunakan untuk mengukur
tekanan atmosfer bumi dapat menggunakan barometer. Nilai sesungguhnya
dari tekanan atmosfer tergantung pada letak, suhu dan kondisi cuaca
(Chang, 2004).
Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat berjauhan
satu sama lain sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau tolak
menolak diantara molekul-molekulnya sehingga gas akan mengembang dan
mengisi seluruh ruang yang ditempatinya, bagaimana pun besar dan
bentuknya. Untuk memudahkan mempelajari sifat-sifat gas ini baiklah
dibayangkan adanya suatu gas ideal. Sifat-sifat ini didekati oleh gas inert
(He, Ne, Ar, dan lain-lain) dan uap Hg dalam keadaan yang sangat encer.
Gas yang umumnya terdapat dialam (gas sejati) misalnya N2, O2, CO2,NH3
dan lain-lain sifat-sifatnya agak menyimpang dari gas ideal (Brady, 1999).
Densiti dari gas dipergunakan untuk menghitung berat molekul
suatu gas, ialah dengan cara membendungkan suatu volume gas yang akan
dihitung berat molekulnya (sebagai standar) pada temperature atau suhu dan
tekanan yang sama. Densiti gas didefinisikan sebagai berat gas dalam gram
per liter. Utnuk menentukan berat molekul ini maka ditimbang sejumlah gas
tertentu kemudian diukur PV dan T-nya (Brady, 1999).
Berdasarkan sifatnya, suatu gas dikategorikan menjadi dua
kategori, yaitu gas ideal dan gas nyata. Gas ideal adlaah suatu gas hipotesis
yang mengikuti semua hukum-hukum gas. Gas nyata adalah suatu gas yang
ada dalam kehidupan sehari-hari, seperti gas dan lainnya yang mengikuti
hukum gas pada tekanan rendah. Suatu gas ideal sebenarnya tidak ada,
tetapi sifat-sifatnya bisa didekatkan oleh gas nyata monoatomik yang
bersifat inert, seperti gas yang ada pada golongan gas mulia, pada tekanan
rendah dan suhu tinggi. Suatu gas dianggap ideal apabila molekul-
molekulnya tidak saling berinteraksi atau tidak ada gaya tarik-menarik dan
tidak memerlukan ruang. Sifat-sifat umum dari gas dirumuskan dalam
hukum-hukum gas. Hukum-hukum ini menyatakan hubungan, volume,
tekanan dan suhu dari gas. Umumnya, percobaan dilakukan dengan cara
mengambil suatu sampel gas pada tempat tertutup, lalu mengamati
perubahan yang terjadi apabila salah satu variable diubah sedangkan
variable lain dibiarkan tetap (Yazid, 2005).
Suatu aliran dari udara kering yang bersih dilewatkan cairan yang
diukur tekanan uapnya. Ketelitian dari pengukuran ini tergnatung pada
kejenuhan udara tersebut. Untuk menjamin kejenuhan ini maka udara
dilewatkan cairan tersebut secara seri. Bila V adalah volume dari w gram
cairan tersebut dalam keadaan uap, M berat mol cairan dan tekanan uap dari
cairan tersebut pada temperatur T maka tekanan uap dapat dihitung dengan
hukum gas ideal :
p=
Menentukan berat molekul dalam metode penentuan massa jenis
gas menggunakan alat victor meyer. Persamaan gas ideal bersama-sama
dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul
senyawa volatile (Respati, 1992).
Hukum gabungan gas untuk suatu sampel gas menyetakan bahswa
perbandingan pV/T adalah konstan. Sebetulnya untuk gas-gas real (nyata)
seperti metana (CH3) dan oksigen dilakukan pengukuran secara cermat,
ternyata hal ini tidak benar betul. Gas hipotesis yang dianggap akan
mengikuti hukum gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan hukum
gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan disebut gas ideal. Pada
tekanan yang relative rendah temrasuk pada tekanan atmosfer serta suhu
yang tinggi, semua gas akan menempati keadaan ideal sehingga hukum gas
gabungan dapat dipakai untuk segala macam gas yang digunakan (Brady,
1999).
Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat
digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volati. Dalam hal ini
menyarankan konsep gas ideal, yakni gas yang akan mempunyai sifat
sederhana yang sama dibawah kondisi yang sama (Haliday dan Resnick,
1978).

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Erlenmeyer
2. Gelas Piala
3. Alumunium Foil
4. Karet Gelang
5. Neraca Analitik
6. Jarum
7. Desikator
B. Bahan
1. Cairan Volatil (Klorofom)
2. Aquades
IV. PROSEDUR PERCOBAAN

Satu Labu Erlenmeyer berleher kecil dan kering

Alumunium Foil dan Karet Gelang

Neraca Analitik

5 mL cairan volatil kedalam labu erlenmeyer

Karet Gelang dan dibuat lubang kecil

Penangas air temperatur kurang lebih 1000°C sampai


air kurang lebih 1 cm dibawah alumunium foil

Labu Erlenmeyer sampai cairan volatile menguap

Temperatur penangas air

Labu Erlenmeyer diatas penangas air

Menggunakan lap

Labu erlenmyer dalam desikator


Neraca Analitik

Volume Labu Erlenmeyer

Massa air pada erlenmeyer

Volume air dingin dengan menggunakan rumus d= m/V

Tekanan atmosfer dengan barometer

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
1. Data Hasil Pengamatan
Perlakuan Erlenmeyer 1 Erlenmeyer 2 Erlenmeyer 3
Massa
erlenmeyer,
alumunium foil, 42,740 g 42,846 g 43,668 g
karet gelang dan
cairan X
Massa
erlenmeyer,
35,471 g 35,646 g 36,541 g
alumunium foil,
karet gelang
Massa cairan X 0,218 g 0,362 g 0,336 g
Massa erlenmeyer
99,611 g 100,50 g 101,96 g
dan air
Massa erlenmayer 34,278 g 34,879 g 35,851 g
Massa air 65,333 g 65,621 g 66,109 g
Suhu yang 280C 280C 270C
terdapat dalam
labu Erlenmeyer
Suhu penangas air 910C 920C 930C
Tekanan atmosfer 1 atm 1 atm 1 atm

Volume air Berat molekul Efisiensi


Erlenmeyer 1 65,615 mL 82,070 g/mol 68,7 %
Erlenmeyer 2 65,904 mL 135,67 g/mol 114 %
Erlenmeyer 3 66,394 mL 124,58 g/mol 104 %
Rata - rata 65,971 mL 114,11 g/mol 95,6 %

Konstanta R 0,08206 L atm mol-1 K-1


Densitas air 0,9957 g/mL
BM standar CHCl3 119,5 g/mol

2. Perhitungan
- Menentukan volume air
a. Erlenmeyer 1

V1 = = = 65,615 mL

b. Erlenmeyer 1

V2 = = = 65,904 mL

c. Erlenmeyer 1

V1 = = = 66,394 mL

Vrata-rata = 65,971 mL
- Menentukan berat molekul
a. Erlenmeyer 1

BM = = =

82,070 g/mol
b. Erlenmeyer 1

BM = = =

135,67 g/mol
c. Erlenmeyer 1

BM = = =

124,58 g/mol

BMrata-rata = 114,11 g/mol

- Menentukan efisiensi
a. Erlenmeyer 1

µ= × 100 %= × 100 % = 68,7 %

b. Erlenmeyer 1

µ= × 100 %= × 100 % = 114 %

c. Erlenmeyer 1

µ= × 100 %= × 100 % = 104 %

µrata-rata = 95,6 %
B. Pembahasan
Pada praktikum mengenai penentuan berat molekul berdasarkan
kerapatan gas yang bertujuan untuk menentukan berat molekul suatu
senyawa yang mudah menguap dengan cara mengukur uap dari
senyawa tersebut dan mampu mengaplikasikan persamaan gas ideal
dalam suatu percobaan. Praktikum ini dilaksanakan secara daring atau
online melalui virtual lab pada tanggal 16 April 2020.
Percobaan pertama yang dilakukan praktikan menentukan massa
dari erlemeyer kosong supaya kita dapat menghitung massa cairan
volatil yang tersisa. Pada perlakuan ini, praktikan menutup erlenmeyer
dengan aluminium foil dan dikareti agar cairan kloroform tidak
menguap. Kloroform berupa cairan yang sangat mudah menguap
(volatil). Massa cairan volatil sebelum diuapkan berjumlah 7,269 gram,
7,2 gram dan 7,127 gram.
Perlakuan kedua praktikan memanaskan kloroform pada penangas
air dengan suhu 100 ⁰ C sampai semua cairan kloroform menguap.
Setelah menguap seluruhnya, erlenmeyer diangkat dan didinginkan
untuk selanjutnya dihitung massanya. Pendinginan ini bertujuan
mengembunkan uap yang tersisa didalam erlenmeyer sehingga menjadi
cairan kembali. Massa kloroform setelah diuapkan didapat 0,218 gram,
0,362 gram dan 0,336 gram. Dengan mengubah cairan kloroform
menjadi gas, sesuai dengan sifatnya yang mudah berubah, gas tersebut
akan menempati seluruh ruang atau volume labu erlenmeyer dan akan
berhenti ketika tekanannya sama dengan tekanan udara di luar
erlenmeyer.
Perlakuan ketiga, praktikan menentukan massa air dengan perlakua
n yang sama dengan kloroform mengisi penuh erlenmeyer dengan air
kemudian dihitung massanya. Sebelum erlenmeyer terisi air, praktikan
harus menimbang massa kosong erlenmeyer. Massa air yang didapatkan
berjumlah 65,333 gram, 65,621 gram dan 66,109 gram.
Perlakuan keempat, penentuan volume cairan kloroform dapat
ditentukan dengan membandingkan nilai massa cairan yang telah
ditimbang dengan massa jenis yang telah ditentukan dengan penentuan
volume air yaitu satu gram per mililiter. Volume rata – rata yang
diperoleh adalah 65,971 mililiter.
Perlakuan kelima, penentuan berat molekul dari kloroform
menggunakan persamaan:

Persamaan diatas dihitung dengan tekanan 1 atm dan dengan nilai


R = 0,08206 l atm/ml K. Berat molekul rata- rata yang diperoleh
berjumlah 114,11 g/mol. Sedangkan berat molekul kloroform menurut
tabel yang ada pada literatur adalah 119,5 g/mol. Hasil ini tidak sesuai
dengan berat molekul kloroform sebenarnya. Hal ini dikarenakan ada
beberapa faktor yang mengakibatkan kesalahan dalam pengukuran.
Kesalah itu adalah saat melakukan penimbangan pada labu erlenmeyer
kosong. Massa yang didapat tidak murni massa dari erlenmeyer
melainkan didalamnya penuh dengan udara. Selain itu saat melakukan
pemanasan terlalu lama sehingga semua zat benar-benar menguap
seluruhnya. Saat pendinginan juga tidak semua uap yang tersisa
kembali menjadi cairan sehingga mengurangi massanya. Selain itu
praktikan juga kurang teliti ketika mengambil cairan kloroform
sehingga membuat massa cairan kloroform berubah atau bisa saja
karena kloroform termasuk senyawa volatil, kloroform menguap dahulu
sebelum dipanaskan dalam penangas. Dari pengukuran ini, diperoleh
efisiensi rata-rata sebesar 95,6%.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Gas merupakan suatu zat yang secara normal berada dalam keadaan
gas pada suhu dan tekanan 1 atm. Suatu gas melakukan tekanan pada
permukaan apa pun ketika saling bersentuhan, karena molekul-
molekul gas senantiasa dalam keadaan bergerak.
2. Berdasarkan sifatnya, suatu gas dikategorikan menjadi dua kategori,
yaitu gas ideal dan gas nyata. Gas ideal adlaah suatu gas hipotesis
yang mengikuti semua hukum-hukum gas. Gas nyata adalah suatu
gas yang ada dalam kehidupan sehari-hari, seperti gas dan lainnya
yang mengikuti hukum gas pada tekanan rendah.
3. Hukum gabungan gas untuk suatu sampel gas menyetakan bahswa
perbandingan pV/T adalah konstan. Diperlukannya tingkat ketelitian
yang tinggi dalam mengamati percobaan ini dan perlu ada nya
ketepatan dalam menghitung tingkat kerapatan gas dan penentuan
berat molekul.
B. Saran
Perlunya ketelitian yang dilakukan dalam praktikum ini, maka dari
itu praktikkan harus lebih teliti dalam mengamati hasil percobaan
bahkan setiap prosedur yang dilakukan, agar hasil dari percobaan yang
dilakukan tidak terjadi kesalahan dan mendapatkan hasil yang sesuai
dengan liter.

VII. JAWABAN TUGAS


1. Apakah perbedaan uap dengan gas ?
2. Bagaimanakah hasil percobaan anda jika dibandingkan dengan
data literatur? Berapa % penyimpangannya? Jelaskan!
3. Kesalahan-kesalahan apakah yang mungkin Anda perbuat
selama melakukan percobaan ini? Bagaimanakah cara
mengeliminasi kesalahan tersebut?
Jawaban :
1. Gas merupakan wujud benda yang pada temperatur kamar sudah berupa
gas. Sedangkan, Uap adalah wujud benda pada temperatur kamar bukan
berupa gas namun masih padat atau cair
2. Hasil percobaan yang dilakukan berdasarkan data dengan literatur itu
pada saat mengamati cairan yang menguap jadi pratikkan mendapati
kesalahan pada saat mengamati cairan sudah menguap atau belum
sehingga hasil percobaan sedikit mneyimpang sekitar 75,8%
dikarenakan ketidaktepatan dalam mengamati cairan yang menguap.
Dan hasil yang dihasilkan oleh praktikkan sangat mempengaruhi dalam
perhitungan berat molekul.
3. Kesalahan praktikkan disini tidak mengamati cairan klorofom yang
mudah menguap itu sudah menguap atau belum, oleh karena tingkat
ketelitian yang kurang diharapkan pada percobaan selanjutnya
praktikkan lebih teliti lagi dalam mengamati dalam melakukan suatu
percobaan

DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E.1999.Kimia Universitas Jilid 1 Edisi Kelima.Binarupa


Aksara:Jakarta.
Chang, Raymond.2004.Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga
Jilid 1.Jakarta:Erlangga.
Halliday, et al.1978.Fisika Jilid 1.Erlangga:Jakarta
Respati.1992.Dasar-Dasar Ilmu Kimia Untuk Universitas.Rineka
Cipta:Yogyakarta
Yazid, Estein.2005.Kimia Fisika untuk Paramedis.Yogyakarta:Andioffset
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai